Anda di halaman 1dari 5

DISIPLIN ROHANI: BERSEDIA DI DIDIK IBRANI 12:5-9

Setiap orang yang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat
disebut anak Allah. Allah adalah Bapa bagi kita. Sebagaimana seorang bapak
menginginkan anaknya hidup benar, demikian juga Bapa di surga
menginginkan kita memiliki sebuah kehidupan yang kudus dan berkenan di
hadapan-Nya. Agar anak-anak-Nya hidup dalam kekudusan, Tuhan tidak
menghendaki kita hidup dalam dosa. Dia mendidik kita melalui berbagai cara,
terutama melalui firman-Nya. Ia juga memakai situasi, masalah, dan keadaan
yang kita alami.

CARA ALLAH MENDISIPLIN:


1. Allah Mendisiplin Setiap AnakNya
(Ibrani 12:6-7, Roma 1:24, 26, 28)
2. Tuhan Mendisiplin secara bertahap (ayat 5-6)
- Disiplin ringan : peringatan (2 Timotius 3:16 & Yohanes 16:8)
- Disiplin sedang : hajaran
- Disiplin keras : sesahan (Yohanes 19:1 Matius 10:17)

Respon terhadap terhadap didikan Tuhan:

1. Jangan Anggap Enteng


Mungkin Firman yang didengar itu-itu lagi, kotbah yang didengar itu-itu
lagi, atau kita sudah hafal semua ajaran dan didikan Tuhan. Tetapi
jangan anggap enteng hal-hal yang kecil itu. Jika kita tidak berusaha
untuk disiplin dalam mengerjakan perintah Tuhan, maka kita tidak akan
dapat menjadi manusia yang dewasa secara rohani. Terlebih jika Tuhan
sudah mendisiplin kita dengan keras, jangan acuhkan itu dan masa
bodoh. Sikap menunda, nantilah besok kalau ada waktu, bahkan
mengabaikan, dianggap angin lalu, masuk telinga kiri keluar telinga
kanan. Orang yang merespon dengan enteng biasanya tidak
memperhatikan dan tidak menganggap penting didikan Tuhan. Mereka
tetap hidup dalam dosa.
2. Jangan Putus Asa
Disiplin bukanlah hal yang mudah. Bagi seorang atlet, bangun subuh
setiap hari untuk latihan, menjaga makan, menjaga pola hidup sehat,
serta mengasah skill bukanlah hal yang mudah dilakukan. Ada saja
jenuh dan rasa ingin keluar ketika terlihat tidak ada progress.
Sesungguhnya walau progresnya tidak terlihat dalam waktu singkat,
dalam jangka panjang, kedisiplinan dalam latihan akan membuahkan
hasil. Sama seperti kerohanian kita. Mungkin kita mendapatkan
pencobaan berulang yang berkali-kali kita hadapi. Kita merasa bahwa
Tuhan menghukum dan tidak mau menerima keadaannya. Atau merasa
bahwa dosa yang dilakukannya sudah begitu besar sehingga tidak
mungkin diampuni. Ini adalah bentuk-bentuk keputusasaan.
3. Jangan Salah Sangka (Ibrani 12:6, 11)
Jangan salah sangka bahwa Tuhan benci sama kita, atau Tuhan tidak
peduli, oleh karena itu Ia mendisiplin kita agar kita menjadi orang
percaya yang dewasa.
Ayub 5:17 Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah;
sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa
Amsal 3:11-12 Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN,
dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya. Karena TUHAN
memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada
anak yang disayangi. Mending dihajar karena masih dianggap sebagai
anak, dari pada dibiarkan atau dicuekin karena tak dianggap sebagai
anak lagi.

TUJUAN ALLAH MENDISPLINKAN KITA


1. Mazmur 94:12-13 Berbahagialah orang yang Kauhajar, ya TUHAN, dan
yang Kauajari dari Taurat-Mu, untuk menenangkan dia terhadap hari-hari
malapetaka, sampai digali lobang untuk orang fasik.
MENGHINDARKAN KITA DARI MALAPETAKA. Mencegah kerusakan yang
lebih besar, menghindarkan kita dari kehancuran dan kebinasaan
2. Wahyu 3:19 Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu
relakanlah hatimu dan bertobatlah!
MEMBAWA PERTOBATAN, PEMULIHAN, PEMBARUAN DALAM HIDUP KITA
3. Justru ketika Tuhan mendidik kita, kita menjadi yakin bahwa kita adalah
anak-Nya. Dia mendidik dengan tujuan untuk kebaikan kita “SUPAYA KITA
BEROLEH BAGIAN DALAM KEKUDUSAN-NYA” (ayat 10).

Ketika Tuhan mendidik kita, Tuhan tidak akan mendidik kita dengan cara yang
enak secara duniawi. Semakin tinggi tingkat kedewasaan rohani kita, maka
Tuhan pun tidak akan segan-segan mengingatkan kita dengan lebih keras lagi
(ay. 5). Apa yang diinginkan Tuhan sebenarnya sederhana, yaitu agar kita
sebagai anak-anakNya mau dengar-dengaran suara Tuhan, mau menurut
akan kehendak Tuhan. Nah, justru hal itu yang sering kita abaikan. Ketika
Tuhan memanggil kita, justru kita tidak dengar-dengaran kepada suara
Tuhan. Bahkan mungkin kita mendengar tetapi sesungguhnya kita
mengabaikan suara Tuhan dan pura-pura tidak mendengar.

Oleh karena itu, jangan heran ketika Tuhan sudah memanggil kita dengan
suara yang lembut tetapi selama ini kita abaikan, Tuhan akan memanggil kita
dengan suara yang lebih keras lagi. Ketika kita tidak mau mendengarkan
suara Tuhan walaupun Ia telah memanggil kita dengan keras, maka Tuhan
tidak akan segan-segan menghajar kita supaya kita sadar akan kesalahan kita
dan mau bertobat serta berbalik kepadaNya.

MAKNA KEDUA DARI DISIPLIN, ADALAH BUKAN SEBUAH HUKUMAN ATAU


HAJARAN DARI TUHAN, TAPI SEBUAH LATIHAN.
Paulus menunjukkan bahwa penganiayaan duniawi bukanlah tanda bahwa
Allah telah meninggalkan kita. Sebaliknya, Tuhan menggunakan pergumulan
duniawi untuk membentuk kita. Contoh-contoh sebelumnya merujuk pada
para pahlawan iman, terutama Yesus, yang menanggung penderitaan di
tangan orang lain dan mengatasinya melalui iman kepada Allah (Ibrani 12:1-
3). Jadi, “disiplin” seperti ini bukanlah sebuah hukuman. Ini lebih seperti
sebuah latihan yang dimaksudkan untuk meningkatkan iman dan
ketergantungan kita kepada-Nya.

Seorang ayah yang baik dengan sengaja mengarahkan tumbuh kembang


anak-anaknya. Dia mengoreksi mereka ketika mereka tersesat, tetapi Dia juga
melatih mereka di jalan tertentu (Amsal 22:6). Dikombinasikan dengan
rujukan kepada Yesus, jelas bahwa kesulitan di dunia sebenarnya adalah bukti
bahwa Allah mengasihi kita dan bekerja dalam roh kita untuk mempersiapkan
kita bagi tujuan-tujuanNya (Efesus 6:4).

CONTOH HASIL PENDISIPLINAN


1. Pahlawan iman, yang berpuncak pada Yesus Kristus. Mereka yang datang
sebelumnya dikasihi oleh Tuhan dan dihormati oleh Tuhan, namun mereka
menderita kesukaran di dunia ini. Dalam bagian ini, penulis memperjelas
bahwa penderitaan sering kali merupakan cara Tuhan untuk membangun
dan melatih kita, bukan merupakan tanda ketidaksenangan-Nya. Umat
Kristen yang menanggapi pencobaan dengan mencari Tuhan, dengan iman,
dapat menghindari nasib orang yang kurang setia, seperti Esau.

2. Kekudusan (ayat 10). Kekudusan di sini mengarah pada kekudusan secara


progresif / terus-menerus. Ini tentang proses menuju keserupaan dengan
Allah atau Kristus (Rm 8:29; 2 Kor 3:18; Kol 3:10). Selama proses ini,
penderitaan seringkali menjadi alat yang efektif (Rm 5:3-4; Yak 1:2-4).
Iman kita diuji. Karakter kita dibentuk. Kesombongan kita ditaklukkan.
Motivasi kita dimurnikan. Tujuan hidup kita dibelokkan menuju kemuliaan-
Nya.

Banyak contoh Alkitab untuk kebenaran ini. Ayub semakin mengenal Allah
dengan dimensi yang baru sesudah menjalani pergumulan yang berat
dengan Dia (Ay 42:1-6). Paulus belajar untuk rendah hati, menyadari kasih
karunia Allah, dan mengalami kekuatan-Nya yang sempurna melalui duri
dalam daging (2 Kor 12:7-10). Bahkan Yesus Kristus sebagai Anak Allah
pun belajar untuk taat dalam segala kesusahan yang Dia alami (Ibr 2:7-9).
3. Kedamaian (ayat 11). Ungkapan “buah kebenaran yang memberikan
damai” Penekanan terletak pada kedamaian sebagai hasilnya. Kedamaian
dalam hal ini sinonim dengan sukacita (bdk. ayat 11a “Memang tiap-tiap
ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi
dukacita”). Siapa saja yang berada di dalam kebenaran pasti akan
mengalami kedamaian atau sukacita.

Buah ini akan dirasakan di tingkat akhir. Bentuk perfect tense “dilatih”
menyiratkan tindakan yang sudah dimulai di masa lalu, dan akibatnya
masih ada di masa kemudian. Ini merupakan sebuah proses. Kedamaian
tidak akan muncul di awal. Sukacita harus menunggu sekian lama. Yang
penting adalah titik akhir. Akar semua disiplin memang pahit, tetapi semua
buahnya pasti manis.

Mazmur 139:23-24 Sikap hati mau dikoreksi Allah

Hari ini, marilah kita mengambil keputusan untuk menerima didikan Tuhan.
Mari rendahkan diri kita di hadapan Tuhan. Ijinkan Tuhan mendidik kita,
sehingga kita menjadi anak-anak yang berkenan di hadapan-Nya. Jangan
anggap enteng, atau malah putus asa. Tuhan mengasihi kita.

Anda mungkin juga menyukai