Anda di halaman 1dari 31

Senin, 1 Januari 2019

Bacaan : 1 Tawarikh 4:9-10


Setahun : Kejadian 1-3
Nas : Yabes berseru kepada Allah Israel ... Dan Allah mengabulkan permintaannya itu. (1 Tawarikh
4:10)

PENDOBRAK PENJARA NASIB

Tujuh puluh tahun bangsa Yehuda dibuang ke negeri Babel. Satu generasi lewat, terbit generasi baru.
Tiba saatnya Raja Koresh mengijinkan mereka untuk kembali ke Yerusalem demi membangun suatu
kehidupan yang baru. Bayangkanlah generasi muda yang harus memulai era baru ini. Tak punya apa-
apa. Harga diri pun tidak. Tersisa hanya Yerusalem yang hancur luluh. Warisan mereka hanyalah
kekalahan dan penjajahan yang memalukan serta rasa sakit. Sepertinya mereka dilahirkan sebagai
"generasi sakit". Begitulah situasinya.

Kitab Tawarikh sengaja ditulis untuk menyapa generasi terluka ini. Untuk menyemangati dan
membangkitkan kebanggaan Yehuda sebagai umat Tuhan. Caranya? Mulai dengan Tuhan! Kisah
Yabes adalah contoh sekaligus sumber inspirasi. Rupanya ia lahir tak normal. Ibunya melahirkannya
dengan kesakitan. Namanya pun berarti "penyebab rasa sakit". Sepertinya kesakitan terwaris
untuknya. Tetapi ternyata hidupnya mulia melebihi saudara-saudaranya (ay. 9). Ia menjadi si
pendobrak penjara nasib. Mengapa? Karena ia mulai dengan Tuhan. Doanya dahsyat. Seruannya
kepada Allah dikabulkan (ay. 10).

"Apabila kau telah kehilangan segalanya dan hanya tersisa Tuhan; maka kau punya lebih dari cukup
untuk memulai sesuatu yang baru, " demikian bunyi sebuah nasihat. Indah, bukan? Sedang
terpurukkah kita? Dirundung sedih dan malu? Sakit tak berdaya? Harta sirna, kawan pun pergi? O,
jangan biarkan keputusasaan menelan kita! Masih ada Satu Pribadi yang tak mungkin pergi dari kita:
Allah! Dan itu cukup! Mulailah dengan Tuhan. Berharaplah pada-Nya. Masa depan baru tak akan
tertutup bagi kita

BISA SAJA MASA LALU MEWARISKAN KEBURUKAN DAN KESAKITAN PADA KITA, TETAPI MASA
DEPAN DITENTUKAN OLEH KEPERCAYAAN KITA KEPADA TUHAN.
Rabu, 2 Januari 2019

Bacaan : Pengkhotbah 5:1-6


Setahun : Kejadian 4-6
Nas : Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, karena Ia
tidak senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu. (Pengkhotbah 5:3)

RESOLUSI = ANUGERAH + DISIPLIN

Jonathan Edwards, tokoh kebangunan rohani abad ke-18, pada usia 17 tahun menuliskan 21 resolusi
pribadi. Sepanjang waktu ia menambahi daftar itu sampai, menjelang kematiannya, ia telah memiliki 70
resolusi.

Resolusinya yang pertama: "Dengan menyadari bahwa saya tidak mampu melakukan apa pun tanpa
pertolongan Tuhan, dengan rendah hati saya memohon kepada-Nya, agar oleh anugerah-Nya
memampukan saya untuk mematuhi resolusi-resolusi ini.... Ingatlah untuk membaca kembali seluruh
resolusi ini seminggu sekali."

Edward tidak secara sambil lalu menyusun resolusi, yang kalaupun dilanggar tidak menjadi persoalan.
Seminggu sekali ia melakukan "pemeriksaan diri". Ia secara teratur mengevaluasi kinerjanya, sembari
selalu meminta pertolongan Tuhan.

Orang-orang yang berhasil menjalankan resolusi seperti Edward memiliki karakteristik yang menonjol.
Mereka menganggap resolusi sebagai perkara yang serius, sebagai suatu nazar di hadapan Tuhan.
Sebuah komitmen yang sakral. Sekaligus suatu kerinduan untuk menyenangkan hati Tuhan. Karena
itu, mereka mengandalkan pertolongan dan anugerah Tuhan, serta mendisiplinkan diri untuk
menepatinya.

Bila membandingkan diri dengan pencapaian Jonathan Edwards, barangkali kita malah jadi kurang
percaya diri untuk membuat resolusi. Jadi, anggap saja dia sebagai pelari maraton kawakan, dan kita
ini atlet pemula. Kita bisa melatih diri secara bertahap. Yang jelas, kita perlu bahan dasar yang sama:
anugerah Tuhan plus disiplin diri. --

ANUGERAH TUHAN TIDAK MENGAJARI KITA HIDUP SECARA SEMBRONO,


TETAPI SECARA BERDISIPLIN DAN MENYENANGKAN HATI-NYA.
Kamis, 3 Januari 2019

Bacaan : Mazmur 119:97-105


Setahun : Kejadian 7-9
Nas : Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. (Mazmur 119:105)

MERINDUKAN FIRMAN

Sebuah video menayangkan bagaimana satu suku di pedalaman Papua menyambut kedatangan
pesawat yang membawa Alkitab yang baru selesai diterjemahkan dan dicetak dalam bahasa mereka.
Ratusan orang berdiri di kaki pegunungan. Ketika pesawat sudah terlihat, mereka menyanyikan lagu
sukacita sambil melambaikan daun-daun. Ketika kardus pertama berisi Alkitab diturunkan, seorang
penatua jemaat yang telah menghafal beberapa kitab (bukan ayat) dalam bahasa lokal menerimanya,
lalu memanjatkan doa syukur yang sangat menggugah hati. Ia mengungkapkan betapa rindunya
mereka memiliki firman Allah secara lengkap, sehingga mereka dapat belajar untuk taat pada Allah.
Seorang teman berkata, "Saya jadi malu mengingat bagaimana saya membiarkan Alkitab saya tak
tersentuh hingga berdebu!"

Pemazmur mengungkapkan betapa ia mencintai firman Allah yang dapat membuatnya lebih bijaksana
(ay. 98), lebih berakal budi (ay. 99), dan lebih memiliki pengertian (ay. 100, 104). Firman Tuhan
berkuasa menahan agar seseorang tidak berjalan dalam kejahatan (ay. 101-102).

Firman Tuhan diibaratkan sebagai pelita yang menerangi langkah dan jalan kita. Tanpa cahaya terang,
niscaya kita akan tersandung, tersesat dan menempuh perjalanan yang berisiko. Sayangnya, kita
sering tidak sungguh-sungguh menyadarinya. Akibatnya, kita pun tidak dapat menyenangkan Allah
melalui ketaatan kita pada firman-Nya. Marilah kita menyediakan waktu setiap hari untuk membaca dan
merenungkan firman Allah, agar hidup kita semakin dituntun dalam terang-Nya.

TANPA PENGETAHUAN AKAN FIRMAN ALLAH,


BAGAIMANA MUNGKIN KITA DAPAT MENAATI DIA?
Jumat, 4 Januari 2019

Bacaan : Mazmur 18:30-35


Setahun : Kejadian 10-12
Nas : "Yang membuat kakiku seperti kaki rusa dan membuat aku berdiri di bukit." (Mazmur 18:34)

TANGAN YANG MENOPANG

Bayi saya yang berusia sebelas bulan baru mulai belajar berjalan. Saya harus memegangi kedua
tangannya agar ia bisa berdiri dengan kedua kakinya yang belum kuat. Ia pun mulai melangkahkan
kedua kakinya walau kadang masih belum kokoh dan beberapa kali terpeleset. Jika lepas dari
pegangan tangan saya, kadang ia bergerak sendiri walau dengan cara merayap atau berpegangan
pada kursi. Saya pun harus berkali-kali mengubah arah jalannya jika ia mulai berjalan ke tempat yang
berbahaya untuknya.

Menjalani kehidupan yang penuh tantangan dan bahaya ini, kita berjalan bak seorang bayi yang belum
memiliki cukup kekuatan untuk melangkah. Kita membutuhkan tangan Tuhan yang selalu memegang
tangan kita. Ketika kita meyakini tangan-Nya, kita akan berjalan tanpa rasa takut sebab Ia tidak akan
membiarkan kita jatuh. Tuhan tidak saja mengajar kita untuk berjalan, Ia menuntun kita langkah demi
langkah, memegang hidup kita, menjaga kita, dan membimbing kita agar selalu melangkah ke tempat
yang aman.

Raja Daud menggambarkan pemeliharaan Tuhan itu sebagai kekuatan dan tuntunan yang selalu
diberikan-Nya saat ia mulai kehilangan arah tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan. Topangan
tangan-Nya selalu menguatkan kaki-kakinya seperti kaki rusa dan melompat di tempat yang terjal.
Seberat apa pun situasi di depan kita, mari percayakan hidup kita kepada-Nya. Dialah yang akan
menuntun dan menguatkan "kaki-kaki iman" kita sehingga kita dapat melewati terjalnya kehidupan ini
dengan sukacita.

PEMELIHARAAN-NYA SEMPURNA, IA TIDAK PERNAH SEDIKIT PUN MELEPASKAN ULURAN


TANGAN-NYA, MEMBIMBING DAN MENGUATKAN LANGKAH KAKI KITA.
Sabtu, 5 Januari 2019

Bacaan : Ibrani 12:1-17


Setahun : Kejadian 13-15
Nas : Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita
dalam iman dan membawa iman kita itu kepada kesempurnaan.... (Ibrani 12:2)

Fokus Secara Rohani

Fokus berarti berkonsentrasi terhadap aktivitas yang tengah dilakukan. Untuk berkonsentrasi pada satu
hal, kita harus menyingkirikan dulu hal yang lain. Saat kita mengatakan "Ya" kepada satu hal, kita
harus mengatakan "Tidak" pada hal yang lain.

Fokus sangat penting dalam melakukan segala sesuatu. Semua orang yang berhasil mewujudkan cita-
citanya pasti sangat fokus. Mereka menerapkan fokus itu bukan hanya dalam pekerjaan, melainkan
juga dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan.

Dalam kehidupan rohani, kita perlu berfokus pada hal-hal yang membangun iman. Nas hari ini
mengajarkan kita untuk berfokus pada Yesus. "Mata yang tertuju kepada Yesus" dalam terjemahan
bahasa Inggrisnya berbunyi "Let us keep our eyes fixed on Jesus." Semua aspek kehidupan kita
haruslah berfokus pada apa yang dilakukan Yesus: mulai dari cara berpikir, perasaan, hingga perilaku-
Nya. Seperti yang diperintahkan oleh Yesus dalam salah satu syarat untuk menjadi murid-Nya, yaitu
mengikuti Dia. Sangat jelas bahwa untuk mengikuti Yesus, kita harus memiliki fokus. Kita bergumul
melawan dan menjauhi dosa (ay. 4), agar kita dapat mengikuti Yesus dan berjalan dalam kebenaran-
Nya.

Dengan berfokus kepada Yesus melalui firman-Nya, kita akan mendapatkan hikmat yang luar biasa.
Ketika seseorang sangat berfokus pada Yesus, akan banyak terjadi pembaharuan padanya dari dalam
ke luar. Ketika kita berkomitmen melakukan kehendak Yesus dalam hidup ini, perubahan pun terjadi
secara perlahan namun pasti.

DENGAN FOKUS KEPADA YESUS KITA PERLAHAN NAMUN PASTI


MENJADI SEMAKIN SERUPA DENGAN-NYA.
Minggu, 6 Januari 2019

Bacaan : Mazmur 73:1-28


Setahun : Kejadian 16-18
Nas : Aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu. Tetapi aku tetap di dekat-Mu;
Engkau memegang tangan kananku. (Mazmur 73:22-23)

ASAF

Banyak orang yang takut akan Tuhan mengalami berbagai kesusahan dan ditimpa masalah berat,
sebaliknya orang-orang yang tidak peduli dengan Allah sepertinya aman-aman saja, bahkan menikmati
berbagai kemujuran. Mengapa demikian?

Asaf, penulis banyak Mazmur, seorang kepala pemimpin pujian yang diangkat Raja Daud (1Taw. 16:5),
juga bergumul dengan kenyataan ini. Ia memperhatikan kejayaan orang-orang fasik dengan banyak
kemujuran (ay. 3b), sehat-sehat (ay. 4), tidak mengalami kesusahan (ay. 5). Karenanya mereka
menjadi sombong dan terus dalam kejahatan mereka (ay. 7-9), bahkan mengira Allah tidak
mengetahuinya (ay. 11). Asaf, seorang yang berhati tulus dan mengandalkan Tuhan (ay. 13), mulai
ragu akan imannya. Ia merasa kesetiaannya sia-sia belaka (ay. 13), dan ia nyaris tergelincir (ay. 2).

Namun Asaf memutuskan setia dan tetap mencari Allah (ay. 17), serta berpegang kepada-Nya,
sekalipun banyak hal tak dipahaminya (ay. 22-23). Ia berserah pada tuntunan Allah yang membawanya
pada kemuliaan (ay. 24). Ia sadar bahwa miliknya yang paling berharga adalah Allah yang kekal (ay.
25-26). Ia pun mengerti bahwa situasi "makmur dan mujur" yang mereka alami itu bersifat sementara,
suatu jerat, karena mereka ada "di tempat-tempat licin" (ay. 18a), serta akan berakhir dalam
kehancuran dan kebinasaan (ay. 18b-20).

Sekalipun kita menghadapi banyak hal sulit yang tidak kita mengerti, seperti Asaf, hal terbaik yang
perlu kita lakukan adalah mendekat kepada Allah dan menjadikan-Nya tempat perlindungan kita (ay.
28).

MARI BERPAUT ERAT PADA ALLAH AGAR


KITA TIDAK TERGELINCIR DI JALAN LICIN KEHIDUPAN.
Senin, 7 Januari 2019

Bacaan : Yohanes 10:22-30


Setahun : Kejadian 19-21
Nas : "Dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa
sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku." (Yohanes
10:28)

DARI ATAS

Ketika anak saya mendiami rumah baru, saya menghadiahinya karya tangan saya sendiri, lukisan
seorang ayah menggandeng tangan anaknya terlihat dari sisi belakang. Saya melengkapinya dengan
kutipan Mazmur yang menegaskan, sekalipun kita bisa jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab Tuhan
menopang kita dengan tangan-Nya.

Cara pandang Injil Yohanes unik dan konsisten. Selalu mulai "dari Atas", dari Allah. Berawal dari
Firman yang menjadi Manusia (Yoh. 1:1, 14). Gerakannya "dari Atas" kepada kita. Allah mengunjungi,
menyatakan diri-Nya, dan mewujudkan kasih-Nya kepada kita. Semua tentang pekerjaan Allah kepada
kita di dalam dan melalui Yesus (ay. 25). Keselamatan kita bergantung pada pekerjaan Allah, bukan
pada daya upaya kita. Kita boleh mengecap keselamatan yang kekal karena tidak ada yang dapat
merebut kita dari tangan-Nya (ay. 28, 29). Semuanya karena Allah. Dari Atas. Anugerah.

Sejujurnya, kita sering dipengaruhi pemikiran "dari bawah". Kita melakukan banyak hal demi
membangun perasaan layak diberkati. Diam-diam dengan tegang dan kencang kita bersaing demi
mendapat kasih sayang Tuhan atas dasar penghitungan jasa. Kita menggerutu jika merasa tak
menerima apa yang menurut kita pantas kita dapatkan. Seakan-akan semuanya bergantung pada kita.
Rileks! Percayalah, Anda dan saya dikasihi-Nya bukan karena perbuatan kita, melainkan perbuatan
Yesus bagi kita. Itu karya "dari Atas". Anugerah-Nya. Terimalah dengan iman, kerendahan hati, dan
rasa syukur! --PAD/www.renunganharian.net

KITA SELAMAT BUKAN KARENA KITA BERPEGANG ERAT PADA YESUS,


TETAPI KARENA YESUS MENGGENGGAM KITA BEGITU ERATNYA.-R.C. SPROUL
Selasa, 8 Januari 2019

Bacaan : Lukas 22:47-62


Setahun : Kejadian 22-24
Nas : Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali.... (Amsal 24:16)

MENGHADAPI KEGAGALAN

Demi memenangkan kontes, Teddy selama enam bulan tekun berlatih memainkan piano. Rupanya,
perjuangannya belum membuahkan hasil. Ia kalah. Namun, ia tidak kecewa. "Sebelum mengikuti
kontes, aku mempersiapkan diri bukan hanya untuk menyambut kemenangan, melainkan juga
menghadapi kegagalan, " katanya.

Banyak orang hanya selalu membicarakan kemenangan sehingga tidak siap ketika menghadapi
kegagalan. Karena itulah, ketika mereka gagal, kegagalan tersebut terasa begitu menyakitkan.
Padahal, jika ditelusuri, kegagalan bukan sepenuhnya merupakan mimpi buruk. Berbicara mengenai
kegagalan, dua murid Yesus pada perikop hari ini juga telah gagal. Bayangkan saja, Yudas menjadi
pengkhianat dengan menjual Gurunya dan Petrus menjadi seorang yang menyangkal Dia! (ay. 47-48,
56-60). Bedanya, Yudas kemudian bunuh diri (Mat. 27:3-5), sedangkan Petrus menangis, menyesal,
dan bertobat (ay. 61-62). Meskipun sama-sama gagal, Petrus memilih jalan yang lebih baik daripada
pilihan Yudas. Peristiwa penyangkalan itu bahkan memberikan pelajaran besar baginya. Di kemudian
hari, ia menjadi orang yang begitu berani memberitakan nama Yesus (lih. Kis. 2:14-36).

Apakah kita baru saja menghadapi kegagalan? Jika ya, jangan biarkan kegagalan itu melumpuhkan
semangat kita untuk kembali bangkit dan melangkahkan kaki ke depan. Yakinkan diri bahwa
kemenangan bukanlah milik orang-orang hebat, melainkan milik setiap orang yang mau bangkit
meskipun telah gagal!

PELAJARAN TERBESAR DALAM KEHIDUPAN


DIPEROLEH DARI KEGAGALAN.-JOHN C. MAXWELL
Rabu, 9 Januari 2019

Bacaan : Lukas 18:35-43


Setahun : Kejadian 25-27
Nas : Mereka yang berjalan di depan menegur dia supaya ia diam. Namun semakin keras ia
berseru, "Anak Daud, kasihanilah aku!" (Lukas 18:39)

SEMAKIN KERAS

Keberhasilan seringkali tergantung pada seberapa kuat keyakinan seseorang. Jika ia tidak benar-benar
yakin, halangan kecil pun akan membuatnya undur. Namun jika ia sungguh yakin, ia akan tekun
menjalaninya, sekalipun banyak orang berusaha menghentikannya.

Saat Yesus memasuki kota Yerikho, seorang pengemis buta berseru meminta perhatian-Nya di tengah
keramaian. Orang-orang merasa terganggu, lalu menyuruhnya bungkam. Namun, ia justru berseru
semakin keras. Alkitab tidak memberitahu bagaimana dia mengenal Yesus. Orang-orang hanya
memberitahunya bahwa Yesus, orang Nazaret sedang lewat (ay. 37). Namun ia mengenali-Nya
sebagai Anak Daud (ay. 38, 39), yang berkuasa (ay. 41).

Pengemis buta ini tahu apa yang sedang dilakukannya. Ia juga tahu apa yang hendak dimintanya, yaitu
supaya matanya melek. Nyatalah bahwa ia sungguh beriman pada Yesus. "Anak Daud" adalah
sebutan istimewa yang mengacu pada Dia yang akan datang untuk menegakkan kembali kerajaan
Daud dengan segala kejayaannya. Ini merupakan gelar lain dari Mesias (Kristus). Tak heran, Yesus
menyebutnya memiliki iman yang menyelamatkan (ay. 42). Melalui mukjizat yang dialaminya, ia pun
mengikut Yesus dan memuliakan Allah.

Saat kita mengalami berbagai kesulitan, bahkan tantangan hidup, berserulah "semakin keras" pada
Allah. Bahkan saat orang-orang lain tidak menghargai upaya kita, berserulah kepada-Nya. Ini
menunjukkan kesungguhan iman kita. Maka kita pun akan menyaksikan bagaimana Dia berkarya
dalam hidup kita.

ALLAH TIDAK MENGOBRAL KUASA-NYA KEPADA SEMUA ORANG,


MELAINKAN HANYA KEPADA MEREKA YANG MEMINTA DENGAN IMAN.
Kamis, 10 Januari 2019

Bacaan : Mazmur 8:1-10


Setahun : Kejadian 28-30
Nas : Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya
dengan kemuliaan dan hormat. (Mazmur 8:6)

KITA SUNGGUH BERHARGA

Orang-orang tertentu menganggap bahwa harga diri mereka ditentukan oleh apa yang mereka miliki,
sehingga mereka memakai barang yang bermerek, makan makanan yang mahal, naik kendaraan yang
mahal, dan tinggal di rumah yang mewah. Ketika mereka tidak sanggup menggapainya, mereka
merasa menjadi orang-orang yang tidak berharga.

Daud memuji Tuhan pencipta yang mulia dan agung ketika ia melihat hasil karya Tuhan yang luar
biasa yaitu langit, bulan dan bintang-bintang. Daud menjadi merasa begitu kecil dan hina sehingga
menyebut dirinya, manusia, dengan "apa" dan bukan "siapa", seperti sebutan sebuah benda. Daud
bahkan dalam keberadaannya merasa tidak layak untuk diingat dan diindahkan oleh Tuhan. Tetapi
Daud tidak berhenti pada perasaan yang kecil dan hina karena ia menemukan bahwa Tuhan membuat
manusia hampir sama seperti Allah. Dia memahkotai manusia dengan kemuliaan dan hormat, bahkan
membuat manusia berkuasa atas segala buatan tangan-Nya. Manusia begitu berharga di hadapan
Tuhan karena telah diciptakan dengan baik, diberi karunia-karunia dan kepercayaan.

Di sekitar kita, ada orang-orang yang begitu rendah diri, merasa kurang berharga dan tidak puas
dengan dirinya. Mereka begitu haus akan perhatian, pujian, dan penghargaan dan mencarinya dengan
apa yang mereka lakukan dan miliki (harta dan kuasa). Marilah kita menyampaikan pemahaman yang
benar bahwa Tuhan, Sang pencipta, sungguh mengasihi dan menghargai mereka apa adanya karena
mereka sungguh berharga di mata-Nya.

KASIH DAN KEMATIAN-NYA BAGI KITA ADALAH BUKTI NYATA


BAHWA KITA BEGITU BERHARGA DIMATA-NYA.
Jumat, 11 Januari 2019

Bacaan : Matius 12:15-21


Setahun : Kejadian 31-33
Nas : "Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak
akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang." (Matius 12:20)

SUMBU YANG PUDAR

Membuat lilin melibatkan proses yang menarik. Salah satu elemen yang penting adalah sumbu. Tanpa
sumbu, lilin tidak bisa melaksanakan tugasnya. Tanpa sumbu, lilin yang cantik tidak bisa
mempertahankan api, hanya meleleh dan menjadi gumpalan tanpa bentuk. Sumbu menahan api dan
terbakar perlahan-lahan, sehingga lilin bisa meleleh sedikit demi sedikit dan membentuk pola-pola
tetesan yang menarik di sepanjang batangannya. Setelah sekian jam, lilin akan habis dan sumbunya
hangus terbakar, nyala api mulai berkedip-kedip. Api itu hampir padam.

Terkadang pengharapan kita ibarat sumbu pada lilin itu. Pada sebuah titik, kita merasa api pada sumbu
kita mulai berkedip-kedip, nyaris padam. Kita berusaha agar api pengharapan itu terus menyala, tapi di
satu sisi kita kehabisan tenaga, letih dan lesu. Betapa pun kita berusaha, kita tetap tidak bisa
menghentikan lilin itu terus meleleh di sekeliling kita. Ya, saat itu mungkin kita merasa tak berdaya
dengan keputusasaan dan kekalahan. Mungkinkah kita akan mendapatkan kekuatan baru ketika
sumbu pengharapan kita hampir padam oleh berbagai persoalan?

Tuhan adalah sumber kekuatan kita. Ketika api pengharapan kita mulai hampir padam, mendekatlah
kepada Tuhan. Dengarkanlah kembali janji-Nya untuk kita: Buluh yang patah terkulai tidak akan
diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya. Kita membutuhkan
kehadiran Tuhan dalam menghadapi tantangan kehidupan ini. Ia akan memulihkan kekuatan kita dan
memberi kelegaan bagi kita. --SYS/www.renunganharian.net

CARILAH TUHAN DAN KEKUATAN-NYA, PENGHARAPAN KITA


YANG MULAI PADAM PUN AKAN DIPULIHKAN-NYA.
Sabtu, 12 Januari 2019

Bacaan : Pengkhotbah 1:1-11


Setahun : Kejadian 34-36
Nas : Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada
sesuatu yang baru di bawah matahari. (Pengkhotbah 1:9)

BENAR-BENAR BARU

Saat pergantian tahun, semua mengucapkan selamat tahun baru dan berharap banyak pembaharuan
yang terjadi di tahun yang baru. Setelah memasuki tahun yang baru, seringkali semua hampir sama.
Kondisi keuangan, keluarga, pekerjaan, pelayanan kembali berjalan secara rutin sama seperti tahun
sebelumnya.

Pengkhotbah menyatakan, apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan
dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari. Adakah sesuatu yang dapat dikatakan:
"Lihatlah, ini baru!"? Tetapi itu sudah ada dulu, lama sebelum kita ada (ay. 9-10). Penulis kitab Wahyu
melihat sesuatu yang benar-benar baru. Ia melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit
yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi. Dan Ia akan
menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi
perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu. (Why.
21:1, 4).

Kita pasti rindu menantikan sesuatu yang benar-benar baru, yaitu langit yang baru dan bumi yang baru
di mana terdapat kebenaran. Agar kita bisa menikmati langit baru dan bumi baru- sambil menantikan
semuanya ini-betapa suci dan salehnya kita harus hidup. Kita harus berusaha supaya kita kedapatan
tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya (2Ptr. 3:11, 13, 14). Karena tidak akan masuk ke
dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka
yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu (Why. 21:27).

KESUCIAN DAN KESALEHAN MERUPAKAN SYARAT


UNTUK MENIKMATI LANGIT BARU DAN BUMI BARU.
Minggu, 13 Januari 2019

Bacaan : Daniel 6:1-28


Setahun : Kejadian 37-39
Nas : Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam
kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa
serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya. (Daniel 6:11)

TEGUH BERIMAN

Setiap warga negara yang baik mempunyai kewajiban untuk mematuhi beragam peraturan yang
ditetapkan oleh pemerintah. Secara khusus kita orang Kristen telah diajarkan untuk "takluk kepada
pemerintah yang di atasnya". Kita meyakini bahwa pemerintah di dunia berkuasa atas kita, untuk
menciptakan ketertiban. Namun, bagaimana jika peraturan tersebut berisikan larangan untuk beribadah
kepada Tuhan? Apa yang akan kita perbuat? Apakah kita akan tetap beribadah kepada Tuhan atau
tidak?

Situasi ini dialami oleh Daniel. Ia adalah seorang pegawai tinggi di kerajaan Persia. Namun, hal itu
mendatangkan kebencian pegawai raja yang lain dan mereka merencanakan sesuatu yang jahat
kepada Daniel. Mereka mengajukan sebuah peraturan untuk disetujui raja, yaitu melarang semua
orang beribadah kepada dewa lain, kecuali kepada raja. Jika ada yang melanggar, maka ia harus
dihukum dengan masuk ke dalam gua singa. Namun Daniel tidak menjadi gentar. Ia tetap berdoa.
Jendela-jendelanya tetap terbuka ke arah Yerusalem di mana Bait Suci pernah berdiri. Sekalipun itu
mengancam hidupnya, Daniel tidak membiarkan apa pun menghalangi dirinya untuk terus
memanjatkan permohonan-permohonannya kepada Allah.

Kita tidak boleh membiarkan apa pun menyebabkan kita mengabaikan doa dan ibadah kita kepada
Allah setiap hari. Meskipun pemerintah yang berkuasa membuat aturan yang membatasi karier atau
usaha kita, hubungan kita dengan Tuhan Yesus Kristus harus tetap kita pertahankan

ORANG BERIMAN AKAN TETAP BERDOA,


MESKIPUN ITU AKAN MEMBUAT ORANG LAIN MEMBENCINYA.
Senin, 14 Januari 2019

Bacaan : Ulangan 4:29-35


Setahun : Kejadian 40-42
Nas : "...TUHANlah Allah, tidak ada yang lain kecuali Dia." (Ulangan 4:35)

INGATAN AKAN KEBAIKAN-NYA

Seorang istri yang baru saja kehilangan suaminya berkata kepada anak-anaknya: "Kini saat Ayah telah
tiada, yang dapat kita lakukan adalah mengingat hal-hal baik yang telah dilakukannya bagi kita.
Dengan cara itu ia tetap hidup dalam hati kita."

Musa yang telah berjalan bersama bangsa Israel berpuluh tahun, sesungguhnya sangat mungkin untuk
mengajak bangsa itu mengingat akan apa yang telah dilakukannya sebagai pemimpin mereka. Alih-alih
melakukan hal tersebut, Musa mengingatkan mereka untuk tidak melupakan Tuhan dan senantiasa
mengingat-Nya dalam segala alur hidup mereka. Musa mengenal watak bangsa yang dipimpinnya
berpuluh tahun itu: tegar tengkuk, kerap bersungut-sungut dan mudah mengeluh.

Ia menegaskan bahwa bagi Allah tidak ada siapa pun yang terlalu buruk untuk diselamatkan atau
tertinggal di luar kuasa anugerah. Kasih dan kebaikan Allah dapat menyelamatkan "sampai yang paling
jauh." Dosa-dosa kita tak menghalangi kehangatan-Nya untuk menaungi kita karena Ia pengasih (ay.
31), memegang janji-Nya, dan penuh keajaiban (ay. 34). Bahkan sebagai bukti kasih-Nya, Putra-Nya
yang tunggal diutus untuk menjadi korban penebus dosa bagi seisi dunia.

Ingatan kita akan kebaikan-Nya, kerinduan kita untuk berseru, memohon ampun dan menyadari
kelemahan mampu menggerakkan belas kasih Allah untuk menghampiri serta mengampuni dan
menyucikan kita dengan kasih-Nya. Bahkan saat kita tidak layak memperolehnya, kebaikan itu akan
tetap menjangkau setiap kita, orang berdosa yang dikasihi-Nya.

TAK PERLU LARI DAN PERGI, ALLAH BEGITU MUDAH DIHAMPIRI.


Selasa, 15 Januari 2019

Bacaan : Keluaran 14:1-14


Setahun : Kejadian 43-45
Nas : "Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan
biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari
pada mati di padang gurun ini." (Keluaran 14:12)

Jangan Ganggu Kami

Umat Israel marah kepada Musa di tengah perjalanan keluar dari Mesir. Mereka mengeluh sebab
bukannya kondisi yang lebih baik, melainkan penderitaanlah yang mereka alami. Sekalipun mereka
tahu bahwa Musa membawa mereka keluar dari Mesir atas perintah Allah dan bertujuan untuk
memberikan kebebasan, mereka merasa lebih baik hidup dalam penindasan di Mesir.

Israel telah melihat tulah-tulah dahsyat yang Allah perbuat bagi Mesir. Israel juga sudah melihat kuasa
Allah dalam menyertai mereka hingga tidak turut kena tulah. Namun rupanya semua itu belum cukup
untuk melatih iman mereka supaya terus bersandar dan percaya hanya kepada Allah saja. Melalui
kekerasan hati Firaun Allah mendidik dan menunjukkan kepada Israel tentang kuasa yang Allah miliki
untuk menolong mereka.

Tak jarang kita menganggap kehadiran Tuhan sebagai pengganggu. Sebab Tuhan sepertinya sengaja
memberikan kesulitan. Mengapa Tuhan tidak menjadikan semuanya mudah? Bukankah Tuhan
Mahakaya dan Mahamurah? Alasan ini kemudian membuat kita lebih senang mengatur hidup kita
sendiri. Kita merasa mampu menjalani hidup tanpa Tuhan. Kita melawan Tuhan, menolak ajaran-Nya
meskipun tahu hal itu membawa keselamatan sejati. Alih-alih memiliki keberanian iman untuk hidup
dalam pimpinan Allah, kita lebih senang hidup dalam perbudakan dosa. Bahkan kita berteriak kepada
Tuhan supaya Dia tidak mengganggu kita. Kita lupa bahwa krisis dalam kehidupan pun dipakai-Nya
untuk membentuk kita setingkat lebih tinggi di dalam iman dan kebenaran.

BAGI ORANG YANG SENANG BERKUBANG DALAM DOSA,


KEHADIRAN TUHAN TAK LEBIH DARI SEKADAR PENGGANGGU.
Rabu, 16 Januari 2019

Bacaan : Yakobus 1:2-4


Setahun : Kejadian 46-48
Nas : Biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna
dan utuh dan tidak kekurangan apa pun. (Yakobus 1:4)

SEMANGAT KANG ENGKUS

Orang menyebutnya Kang Engkus. Pria berusia 30 tahun ini tak pernah bersekolah, karena kondisi
disabilitas yang dialaminya sejak kecil. Namun, jangan ragukan semangatnya dalam belajar bahasa
Inggris. Selama 10 tahun ia belajar secara otodidak melalui kamus dan film, sebelum memberanikan
diri untuk membagikan ilmunya melalui media sosial Facebook. Banyak orang merasa terbantu lewat
unggahan Kang Engkus, yang setiap hurufnya diketik menggunakan ... kakinya!

Ada banyak orang mudah menyerah dengan kekurangan dan keterbatasan fisiknya, lalu menjadi
rendah diri. Padahal, sekiranya mereka dapat mengenali kelebihan dan passion-nya, lalu
mengembangkan dengan penuh ketekunan, kehidupan mereka pun bisa berhasil dan menjadi berkat.
Hari ini firman Tuhan mengajarkan kaitan antara pencobaan, iman, dan ketekunan. Terkadang Allah
mengizinkan hal tertentu, yang tidak mengenakkan atau membatasi kita, supaya kita melatih diri dalam
iman dan ketekunan, hingga menghasilkan buah-sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain.
Sayangnya, sebagian orang gagal melihat kesempatan dalam pencobaan hidup yang dialaminya,
sehingga kehidupannya tak berdampak banyak bagi orang lain.

Tuhan mengizinkan adanya keterbatasan dan kekurangan dalam diri kita bukan untuk membuat kita
menjadi rendah diri dan putus asa. Tuhan mau kita menjadi pribadi yang kuat, beriman, dan berbuah
untuk memuliakan Dia. Jika seorang Kang Engkus bisa menerobos keterbatasan fisiknya lalu berbagi
ilmu dengan banyak orang, mengapa kita tidak bisa?

BERSAMA TUHAN, KETERBATASAN DAPAT DITEROBOS


SEHINGGA HIDUP KITA DAPAT MENJADI BERKAT BAGI SESAMA.
Kamis, 17 Januari 2019

Bacaan : Yohanes 6:1-13


Setahun : Kejadian 49-50
Nas : ... berkatalah Ia kepada Filipus, "Di mana kita dapat membeli roti, supaya mereka dapat
makan?" (Yohanes 6:5)

KETIKA TUHAN BERTANYA

Ketika dihadapkan pada suatu persoalan, sering kita bertanya pada Tuhan: "Mengapa hal ini terjadi?
Bagaimana penyelesaiannya?" Pernahkah terlintas di pikiran kita seandainya Yesuslah yang bertanya
kepada kita? Mampukah kita menjawab secara tepat sesuai dengan kehendak-Nya?

Pernahkah Yesus bertanya dan meminta pendapat manusia? Tentu saja! Namun, ketika bertanya, Dia
sebenarnya sudah tahu jawabannya (ay. 6)! Sewaktu orang banyak berbondong-bondong datang
kepada-Nya, Yesus bertanya: "Di manakah kita akan membeli roti?" (ay. 5). Pertanyaan itu kurang
lebih berbunyi: "Bagaimana kita akan memberi makan mereka semua?" Dua orang murid-Nya, Filipus
dan Andreas, mencoba menjawabnya. Namun, sayang, keduanya menjawab hanya menggunakan
pola pikir manusia. Filipus berfokus pada uang sebagai solusi, sedangkan Andreas berfokus pada
ketidakmampuannya (ay. 7-9). Tampaknya, mereka lupa bahwa di hadapan mereka berdiri Pribadi
yang Mahakuasa, yang mampu melakukan segala perkara! Pada akhirnya, Yesus menunjukkan bahwa
uang bukanlah jawabannya. Bersama Yesus, apa yang ada pada mereka sudah cukup untuk memberi
orang-orang itu makan, bahkan mendatangkan kelebihan (ay. 11-13).

Paulus dalam 1 Korintus 2:16 berkata, "Tetapi kami memiliki pikiran Kristus." Jika berargumen dengan
Allah, memang tidak seorang pun akan menang! Namun, ingat, setiap orang yang mengadopsi pikiran
Kristus pasti dimampukan untuk mengerti kehendak-Nya!

APABILA KITA HIDUP DEKAT DENGAN ALLAH,


MUNGKIN KITA BISA MENJAWAB PERTANYAAN-NYA SECARA TEPAT.
Jumat, 18 Januari 2019

Bacaan : Efesus 6:10-20


Setahun : Keluaran 1-4
Nas : Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu
muslihat Iblis. (Efesus 6:11)

TIPU MUSLIHAT

Orang Kristen, selama berada di dunia, terlibat di dalam suatu peperangan rohani melawan kejahatan.
Peperangan rohani ini digambarkan sebagai peperangan iman. Rasul Paulus, misalnya,
menggambarkannya sebagai perang antara kekuatan daging dan kekuatan roh. Kekuatan daging
mengarahkan orang pada keinginan jahat, sedangkan kekuatan roh mengarahkan pada hidup yang
selaras dengan keinginan Tuhan. Perang itu dalam diri manusia sangat terasa, sampai Paulus
mengatakan: "Meski aku ingin berbuat baik, tetapi kejahatan yang kubuat."

Dalam hal ini Paulus mengingatkan kita untuk memperlengkapi diri kita dengan mengenakan seluruh
perlengkapan senjata Allah. Ada empat jenis senjata yang dari Allah dalam peperangan ini, yakni
kebenaran, keadilan, rela berkorban, dan iman. Dan yang tak kalah pentingnya adalah pedang roh,
yaitu firman Allah. Kesemuanya itu kita terima dari Allah, untuk dapat kita gunakan dalam memerangi
kekuatan daging dan kekuatan gelap yang selalu ingin merusak kita.

Setiap hari kita berada dalam situasi peperangan tersebut. Kita selalu menginginkan kemenangan
kuasa terang atas kuasa gelap. Karena itu, orang Kristen pun haruslah dipersenjatai dalam
peperangan itu. Konflik yang kita hadapi dalam hidup adalah memilih dan menentukan mengikuti kuasa
yang mana. Maka kita perlu melengkapi diri dengan senjata dari Allah. Sehingga kita tidak tersesat dan
tetap menjaga diri kita berjalan dalam kekuatan Roh Kudus dan kuasa terang dari Allah.

FIRMAN ALLAH ADALAH SENJATA YANG MENGHIDUPKAN


DAN BUKAN UNTUK MEMATIKAN HIDUP.
Sabtu, 19 Januari 2019

Bacaan : 1 Korintus 3:10-15


Setahun : Keluaran 5-7
Nas : ... karena hari Tuhan akan menyatakannya. Sebab hari itu akan tampak dengan api dan
bagaimana pekerjaan masing-masing orang, akan diuji oleh api itu. (1 Korintus 3:13)

TAHAN API, TAHAN UJI

Beberapa kayu penyangga atap rumah kami mulai lapuk dan kami pun harus menggantinya dengan
bahan yang baru. Tumpukan sisa kayu menumpuk ditambah dengan beberapa benda logam. Kami
menaruh api dan tak berapa lama tumpukan sampah kayu yang menggunung itu ternyata berubah
menjadi abu. Saya mengorek-ngorek tumpukan abu itu dengan tongkat dan menemukan potongan
logam serta batu-batu yang tetap utuh dari amukan api. Sementara yang lain telah terbakar habis.

Sebuah perubahan besar terjadi karena api. Benda-benda dari kayu sekeras apa pun dalam sekejap
tidak lagi ditemukan keindahannya. Kayu-kayu itu tidak tahan oleh api! Ketika merenungkan hal ini,
saya bertanya kepada diri sendiri: jenis bahan seperti apakah yang selama ini saya gunakan untuk
membangun iman dan kerajaan Allah dalam hidup saya? Ketika Tuhan menyalakan panas api-Nya
terhadap seluruh "karya bangunan saya" apakah saya teruji dan dapat bertahan?

Sekali waktu, api Tuhan akan menguji iman kita. "Api Tuhan" dapat berupa pencobaan atau tekanan-
tekanan kehidupan yang terjadi dan "membakar" iman kita. Seperti kata firman: Entahkah orang
membangun segala bangunan pekerjaannya dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering
atau jerami, suatu hari kelak pekerjaan setiap orang akan nampak dan api Tuhan akan mengujinya.
Tuhan selalu mempunyai tujuan mulia dalam setiap "api ujian"yang kita alami. Api pencobaan yang
bukan menghancurkan, namun menjadikan iman kita tahan uji dan semakin murni di hadapan-Nya

SEPERTI APAKAH KUALITAS IMAN KITA DI HADAPAN-NYA HANYA AKAN TERBUKTI KETIKA
TUHAN MENARUH API-NYA UNTUK MENGUJI IMAN KITA.
Minggu, 20 Januari 2019

Bacaan : Yohanes 5:1-9


Setahun : Keluaran 8-10
Nas : ... berkatalah Ia kepadanya, "Maukah engkau sembuh?" (Yohanes 5:6)

MOTIVATOR

Kini peran motivator begitu menonjol. Banyak motivator ternama, bahkan kelas dunia. Banyak orang
bermimpi dan berlomba untuk menjadi motivator. Apa sebenarnya yang dilakukan oleh motivator?
Tentu saja mendorong atau memengaruhi orang untuk berbuat sesuatu yang positif dengan
membangkitkan kemauannya. Acap kali kemauan manusia seperti tertidur pulas sehingga dirinya
menjadi serba pasif.

Si lumpuh di kolam Betesda memang pasif total. Bisa dipahami. Sudah 38 tahun ia menunggu mukjizat
(ay. 5). Ia terkurung oleh kepercayaan bahwa kesembuhannya hanya tergantung pada kesempatan
menjadi yang pertama menceburkan diri tatkala air kolam berguncang (ay. 3). Padahal, kelumpuhan
merintanginya. Berharap bantuan orang lain pun mustahil (ay. 7). Kefrustrasian mengepungnya. Yang
tersisa hanya kelumpuhan: baik kaki maupun hati. Kemauan untuk sembuh pun ikut terkubur di
hamparan keputusasaan. Sampai Seorang bernama Yesus datang, membuka jalan baru baginya dan
berkata, "Maukah engkau sembuh?" (ay. 6).

Karena beribu alasan kita pun bisa diserang kelumpuhan kemauan. Padahal kemauanlah motor
penggerak semuanya. Jadi, betapa bahayanya orang yang kehilangan kemauan, semangat, tekad dan
motivasi, yang lalu diikuti oleh kecenderungan untuk menyalahkan keadaan dan orang lain karena tak
berpihak padanya. Ayo, bangun! Jangan berilusi. Jangan terus mengasihani diri. Bangkitkan motivasi
dari dalam diri kita sendiri. Tak ada yang sanggup menolong kita jikalau kita sendiri pun hampa
motivasi. --

TUHAN TIDAK MENOLONG KITA TANPA BERNIAT


UNTUK TERLEBIH DULU MENGUBAH HATI KITA.
Senin, 21 Januari 2019

Bacaan : 1 Raja-raja 17:1-7


Setahun : Keluaran 11-13
Nas : Pada waktu pagi dan petang burung-burung gagak membawa roti dan daging kepadanya,
dan ia minum dari sungai itu. (1 Raja-raja 17:6)

JASA PALOMAS

Palomas (merpati) adalah sebutan yang diberikan untuk sebuah "kapsul" plastik biru sepanjang 1, 5
meter yang berjasa dalam upaya penyelamatan oleh para pekerja tambang Chile. Pada 5 Agustus
hingga 13 Oktober 2010 lalu, sebanyak 33 pekerja terjebak di dalam area penambangan sedalam 700
meter di bawah tanah. Palomas pun dikirim berisi bahan makanan bergizi tinggi yang dapat menunjang
kesehatan para pekerja tambang itu sebelum akhirnya mereka berhasil diangkat keluar dengan
selamat.

Pengiriman palomas dalam kisah penyelamatan pekerja tambang San Jose mengingatkan saya akan
pengalaman Elia di tepi sungai Kerit. Abdi Allah itu berada di sana selama musim kering. Allah
mengirim burung gagak dua kali sehari membawa roti dan daging agar hamba-Nya itu tak kelaparan.
Tak dijelaskan dari mana burung gagak itu mendapat roti dan daging, tetapi peristiwa itu membuktikan
bahwa Allah tak pernah kehabisan cara dalam menjamin kehidupan hamba-Nya. Bagi kita umat-Nya,
peristiwa itu meneguhkan alasan mengapa sebaiknya kita tidak perlu khawatir terhadap kebutuhan
konsumsi sehari-hari (Mat. 6:25-32).

Sebagai Bapa yang baik, Allah takkan pernah membiarkan seorang pun anak-Nya menderita
kelaparan. Janji pemenuhan kebutuhan yang masih berlaku bagi umat-Nya hingga hari ini, tanpa
mengabaikan pentingnya bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup (bdk. 2Tes. 3:10). Bila perlu,
Allah sanggup memakai sarana yang tak pernah kita bayangkan atau pikirkan, seperti ketika ia
mengutus burung gagak ke tepi sungai Kerit!

TERHADAP KEBUTUHAN UMAT-NYA, ALLAH TAK PERNAH ABAI,


SEBAB IA ADALAH BAPA YANG BAIK, MAHATAHU, DAN MAHAKUASA.
Selasa, 22 Januari 2019

Bacaan : Kejadian 13:1-18


Setahun : Keluaran 14-16
Nas : Sebab itu Lot memilih baginya seluruh Lembah Yordan itu, lalu ia berangkat ke sebelah timur
dan mereka berpisah. (Kejadian 13:11)

KUNCI BERKAT

Bang Tejo membeli gerobak dorong dan berjualan bakso. "Dengan pekerjaan ini, bagaimana kau bisa
kaya?" sindir saudaranya. Siapa sangka, bakso Bang Tejo laris. Setelah menabung, ia berhasil
membuka depot. Depotnya laris pula sehingga tiga tahun kemudian ia mampu membeli rumah
sederhana.

Kunci berkat bukan terletak pada jenis profesi, posisi dalam pekerjaan, atau situasi menjanjikan di
depan, melainkan pada Allah! Prinsip tersebut diketahui benar oleh Abram, yang kemudian bernama
Abraham. Ketika terjadi perkelahian antara gembalanya dan gembala Lot, keponakannya, ia berkata
kepada Lot, "Baiklah pisahkan dirimu dari padaku." Menariknya, Abram kemudian mempersilahkan
keponakannya itu untuk terlebih dahulu memilih daerah tujuannya (ay. 9)! Seperti manusia pada
umumnya, Lot pun memilih daerah menjanjikan, yakni Lembah Yordan, tempat terdapat banyak air,
ibarat taman Tuhan (ay. 10-11). Di mata manusia, Lot memperoleh bagian terbaik, sedang Abram
beroleh sisa-sisanya. Apakah Abram bertindak bodoh? Tentu tidak! Melalui tindakannya, Abram justru
mengakui bahwa kunci berkat sepenuhnya berada di tangan Allah! Di mana pun ia berada, asalkan
Allah menyertainya, kehidupannya pasti diberkati.

Bersama Tuhan, lahan gurun dapat diubahkan-Nya menjadi padang rumput hijau. Kuasa-Nya bahkan
mampu memunculkan aliran air dari tanah gersang. Jika Allah beserta kita, apa pun profesi atau
pekerjaan kita, asalkan kita setia dan mau mengusahakan sebaik-baiknya, kehidupan kita pasti
diberkati\

BERKAT TERSEDIA BAGI SETIAP ORANG YANG TINGGAL DEKAT


DENGAN YESUS, SANG SUMBER BERKAT.
Rabu, 23 Januari 2019

Bacaan : Kejadian 1:1-2:3


Setahun : Keluaran 17-19
Nas : Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. (Kejadian 1:1)

TUHAN MENCIPTAKAN

Thomas Alva Edison menghasilkan 1.093 hak paten. Ia sangat kreatif dan produktif, menghasilkan
berbagai temuan yang bermanfaat bagi orang banyak. Namun, Edison hanyalah seorang penemu,
bukan pencipta. Ia penemu yang mendayagunakan kreativitas pemberian Sang Pencipta. Tuhanlah
Pencipta yang sejati.

Tuhan mengawalinya dengan menciptakan langit dan bumi. Selanjutnya Dia menciptakan segala
isinya: terang dan gelap, langit dan air, laut dan daratan, tumbuhan dan pepohonan, benda-benda
penerang yang menghiasi angkasa, berbagai jenis makhluk hidup, dan manusia. Dia menciptakan
semua itu secara teratur, kreatif, dan sempurna. Dan, "Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu
sungguh amat baik" (ay. 31).

Tuhan menunjukkan kepada kita teladan tentang menghasilkan sesuatu. Menghasilkan sesuatu dari
yang tidak ada menjadi ada; sesuatu yang baik dan bermanfaat. Tuhan memperlihatkan standar kerja
yang benar. Mengusahakan dengan sebaik-baiknya, sempurna. Namun, ada masa Dia mengevaluasi
dan berisitirahat. Tuhan berhenti pada hari ketujuh dan menguduskan apa yang telah dibuatnya (ps.
2:1-3).

Kita selayaknya mengikuti teladan Tuhan dengan segala kebenaran firman-Nya. Produktif dalam
bekerja dan menghasilkan karya yang kreatif dan berkualitas tinggi. Ukuran seperti itulah yang harus
kita terapkan dalam pekerjaan kita. Ingat, Tuhan juga bekerja, dan Dia menunjukkan kepada kita etos
kerja-Nya, kreativitas-Nya, dan keteraturan-Nya. Sebab kita adalah anak-anak-Nya.

CARA KERJA KITA SELAYAKNYA MENGIKUTI TELADAN TUHAN.


Kamis, 24 Januari 2019

Bacaan : Ayub 7:1-21; 42:1-6


Setahun : Keluaran 20-22
Nas : Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri
memandang Engkau. (Ayub 42:5)

MENGENAL SANG PENCIPTA

Hidup itu penuh misteri. Ada masanya kita gembira mengalami berbagai hal yang baik bertubi-tubi
tanpa henti. Ada kalanya kita tenggelam dalam keluh kesah karena merasa hal-hal buruk datang
membawa derita. Dalam nas hari ini, yang disebut terakhir dialami oleh Ayub sehingga judul pasal 7
dalam kitab Ayub adalah "Hidup itu Berat".

Jika kita membaca Ayub pasal 7, kata-kata yang dipakai Ayub begitu memilukan namun juga
menggelitik hati. Saking beratnya tekanan kehidupan, Ayub merasa diawasi terus oleh penjaga (ay. 12,
20). Dan ketika Ayub ingin beristirahat sejenak untuk tidur, tiba-tiba ia dikagetkan oleh mimpi (ay. 13-
14). Ayub pun putus asa (ay. 16). Ayub sampai-sampai merasa tidak sempat menelan ludahnya sendiri
oleh karena berbagai persoalan yang datang dan berpikir kematian adalah jalan keluarnya (ay. 19-21).

Namun jika kita membaca terus kitab Ayub, pada akhirnya ia dipulihkan setelah ia menyesal dan
berkata benar tentang Sang Pencipta. Mungkin dalam kehidupan kita ada masa dimana kita
merasakan penderitaan seperti Ayub. Ketidakadilan, kehilangan, sakit penyakit dan persoalan bertubi-
tubi menimpa kita, sehingga untuk menelan ludah pun kita merasa tak sempat. Pandanglah Tuhan dan
ucapkan kebenaran Firman-Nya. Sesungguhnya Tuhan mengerti persoalan kita. Dia peduli akan
kesulitan kita. Dia juga yang akan memberikan jalan keluar bagi kita. Bersyukurlah dalam segala
keadaan karena segala hal yang kita alami adalah untuk membuat kita lebih mengenal Sang Pencipta.

SELURUH KEHIDUPAN KITA DIRANCANG OLEH SANG PENCIPTA


AGAR KITA SEMAKIN MENGENAL, MENGASIHI DAN PERCAYA PADA-NYA.
Jumat, 25 Januari 2019

Bacaan : Amsal 29:1-5


Setahun : Keluaran 23-25
Nas : Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan sekonyong-konyong
diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi. (Amsal 29:1)

TAK DAPAT DIPULIHKAN LAGI

Setelah cukup lama tidak terkena tilang, saya agak terkejut ketika suatu pagi saya kena tilang dalam
suatu razia sepeda motor. Kesalahan yang saya lakukan pun sepele, yakni lampu utama sepeda motor
belum saya nyalakan. Reaksi membela diri dan merasa tidak bersalah-walau hanya berupa gerutuan
pribadi- langsung muncul daripada koreksi diri dan mengakui kesalahan. Untunglah hal itu tak
berlangsung lama setelah ada bisikan dalam hati, "Sudah salah, masih membela diri dan merasa
benar." Aha, ternyata Roh Kudus sedang mengaktifkan hati nurani untuk menegur saya!

Melakukan kesalahan atau melanggar peraturan adalah hal yang manusiawi. Begitu pula dengan
respons yang biasanya muncul, seperti nasihat, teguran, peringatan, hingga sanksi bagi pelaku
kesalahan atau pelanggaran tersebut. Namun, sayangnya, beberapa orang merespons hal itu dengan
membela diri, merasa benar, bahkan bersikap reaktif, tanpa terlebih dahulu melakukan refleksi atau
evaluasi diri. Terhadap respons yang demikian, firman Tuhan mengingatkan agar kita berhati-hati.
Orang yang memilih bersitegang leher terhadap nasihat atau teguran, maka suatu saat kehidupan
orang itu akan hancur dan tak dapat diperbaiki lagi. Betapa ngerinya!

Jangan sampai kita dikenal sebagai orang yang merasa diri paling benar dan tidak memerlukan nasihat
atau koreksi. Mengapa? Karena tak jarang, Tuhan memakai nasihat, koreksi, hingga peringatan dan
sanksi untuk memproses diri kita agar menjadi pribadi yang lebih baik

ORANG YANG MERASA DIRINYA SELALU BENAR,


TAKKAN PERNAH MENDAPAT MANFAAT DARI NASIHAT DAN TEGURAN.
Sabtu, 26 Januari 2019

Bacaan : Yakobus 1:2-8


Setahun : Keluaran 26-28
Nas : Biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang.... (Yakobus 1:4)

SEKOLAH KETEKUNAN

Tak seorang pun meragukan, almarhum Steve Jobs ialah seorang berbakat-bahkan sangat berbakat,
jenius. Namun justru di matanya faktor penentu kesuksesan seorang wirausahawan bukan semata-
mata bakatnya, melainkan justru ketekunannya. Sebab dalam ketekunan terkandung sifat gigih, sikap
pantang menyerah, kerajinan, kecermatan, kerja keras, ketabahan dan kesetiaan. Semuanya itu
berpadu menjadi satu karakter emas yang teruji oleh api.

Dari manakah datangnya ketekunan dalam diri kita? Yakobus menyingkapkan, sumbernya berasal dari
"berbagai-bagai pencobaan" (ay. 2). Ia menegaskan, yang kita perlukan ialah hikmat (ay. 5). Untuk
apa? Hikmat untuk bisa mengambil manfaat dari pencobaan hidup. Pencobaan itu ada dua jenis.
Pertama berbentuk kesukaran, kedua berbentuk kenikmatan. Yang satu menghajar, yang lain
menggoda. Terhadap keduanya kita harus memberi tanggapan positif, yaitu tabah dan bertahan
dengan tekun demi memetik manfaatnya. Karena barang siapa lulus melampaui ujiannya, ia tampil
sebagai pribadi yang teguh dan matang.

Pernahkah Anda bayangkan apa jadinya jika kita tak pernah mengenyam bangku sekolah sama sekali?
Ketekunan ibarat Sekolah Kehidupan. Siapa pun patut memasuki kelasnya. Mata pelajaran utamanya
ialah tantangan, masalah dan pencobaan hidup. Target keberhasilannya ialah kematangan. Tuhan
mengirim kita ke "Sekolah" ini demi kebaikan kita sendiri. Jalanilah dan petiklah manfaatnya dengan
arif.

TUHAN TAK AKAN MENGIJINKAN DATANGNYA PENCOBAAN


JIKA ITU TIDAK BERMANFAAT BAGI KITA.
Minggu, 27 Januari 2019

Bacaan : Yosua 2:1-24


Setahun : Keluaran 29-31
Nas : Ketika kami mendengar itu, tawarlah hati kami dan jatuhlah semangat setiap orang
menghadapi kamu, sebab TUHAN, Allahmu, ialah Allah di langit di atas dan di bumi di bawah. (Yosua
2:11)

RAHAB

Dulunya Rahab adalah seorang perempuan sundal di Yerikho. Namun ketika ia mendengar berita
tentang kemasyhuran Allah Israel-tentang bagaimana Dia menyelamatkan umat Israel keluar dari
perbudakan Mesir dengan berbagai mukjizat-Rahab menjadi gentar dan takut kepada-Nya. Ketika
suatu malam mata-mata Yosua datang dan menginap di rumahnya, ia nekat menyembunyikan dan
melindungi mereka. Perkataan-perkataannya kepada mata-mata itu menunjukkan imannya kepada
Allah Israel (ay. 9-13, bdk. Yak. 2:25). Ia sungguh percaya dan mengakui bahwa Allah Israel adalah
satu-satunya Allah yang berkuasa.

Ketika kota Yerikho dihancurkan, Rahab dan kaum keluarganya diselamatkan, seperti yang dijanjikan
kedua mata-mata yang diutus Yosua. Kelak mereka menjadi bagian dari umat Allah (Yos. 6:17, 23, 25).
Lalu ia menikah dengan seorang Israel dan nantinya menjadi nenek moyang Raja Daud, yang
menurunkan Yesus, Sang Juru Selamat (Mat. 1:5).

Kisah Rahab adalah sebuah kabar baik. Bahwa kasih karunia Allah juga tersedia bagi orang-orang
dengan masa lalu yang hina, cemar dan memalukan. Tidak ada dosa yang begitu besar sehingga
pengampunan Allah tidak berlaku atasnya. Yang perlu dilakukan ialah, seperti Rahab, berpaling dari
kehidupannya yang lama dan beriman kepada Tuhan, satu-satunya Allah yang sejati. Di tangan-Nya,
para pendosa diubahkan menjadi orang benar. Para penjahat menjadi pembawa kabar baik. Yang
terbuang menjadi saluran anugerah dan pemberita pengharapan.

MASA LALU YANG KELAM DAPAT BERUBAH MENJADI


MASA DEPAN GEMILANG DI TANGAN TUHAN.
Senin, 28 Januari 2019

Bacaan : Kolose 2:6-15


Setahun : Keluaran 32-34
Nas : Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah
teguh dalam iman sebagaimana telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan
syukur. (Kolose 2:7)

Berakar Dalam Kristus

Bagi tumbuhan, akar memiliki banyak kegunaan. Selain untuk menyerap air dan zat hara, yang penting
adalah untuk menunjang berdirinya tumbuhan. Akar yang tertancap ke dalam tanah berfungsi seperti
pondasi bangunan. Akar membuat tumbuhan dapat berdiri kokoh di atas tanah. Oleh karena itu,
tumbuhan dapat bertahan dari terjangan angin kencang dan hujan deras. Pohon tersebut tidak akan
mudah tumbang atau rubuh oleh karena akarnya menjadi pengikat yang kuat ke tanah.

Analogi serupa dipakai Rasul Paulus untuk menggambarkan pentingnya bagi umat Kristen di Kolose
untuk tetap berpegang pada ajaran dari Kristus. Sebab, di sekitar mereka pada waktu itu telah
berkembang berbagai pengajaran yang berbeda dengan ajaran Kristus, yang berpotensi akan
menjauhkan mereka dari kebenaran Kristus yang telah diajarkan oleh Paulus. Karena itu, untuk dapat
berdiri teguh, maka jemaat itu haruslah mengakar pada ajaran Kristus sebagai sumber "makanan"
rohani mereka. Ajaran Kristuslah yang akan memberi pertumbuhan bagi rohani manusia, sehingga
dapat bertumbuh dan berbuah dengan baik. Dan ajaran Kristus juga yang akan memampukan mereka
tetap berdiri teguh dalam iman.

Pertumbuhan iman kita sama seperti sebuah tumbuhan, harus mempunyai akar yang kuat. Tanpa itu,
maka iman kita akan mudah ditumbangkan oleh dunia ini. Berakar di dalam Kristus adalah sebuah
jaminan akan pertumbuhan iman yang baik dalam hidup.

ORANG YANG BERAKAR DI DALAM KRISTUS


AKAN MAMPU MENGHADAPI SITUASI SULIT APA PUN.
Selasa, 29 Januari 2019

Bacaan : Yohanes 12:1-11


Setahun : Keluaran 35-37
Nas : Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan orang-orang miskin, melainkan karena
ia seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. (Yohanes
12:6)

BAHAYA JERAT CINTA UANG

Dalam sebuah pertemuan sinode yang dihadiri oleh puluhan gereja, sang pembicara menanyakan,
"Apakah ada di sini, yang menggunakan jasa auditor untuk keuangan gereja?" Sesaat ruangan menjadi
hening disertai tengokan kanan-kiri untuk saling melihat. Putra, seorang aktivis gereja yang kebetulan
duduk di barisan depan, lantas menengok ke belakang. Ia berharap paling tidak ada beberapa jari
teracung untuk menanggapi pertanyaan itu. Namun, harapannya tak terpenuhi karena tak ada satu jari
pun teracung ke atas!

Alkitab menasihatkan agar umat Tuhan berhati-hati terhadap bahaya cinta uang. Tak jarang, karena
jeratan cinta uang, umat Tuhan menyimpang dari imannya dan "menyiksa diri" demi memburu uang
(1Tim. 6:10). Selain godaan cinta uang, hal lain yang perlu diwaspadai adalah tiadanya transparansi
dan tanggung jawab dalam penggunaan keuangan. Kondisi ini akan menguatkan godaan untuk
terjadinya penyalahgunaan keuangan, penghamburan uang untuk hal-hal yang kurang bermanfaat,
money laundry, hingga korupsi. Dalam "kelompok dua belas" yang Yesus miliki pun, seorang Yudas
Iskariot terkena pikatan roh cinta uang. Diawali dari mencuri uang kas, akhirnya Yudas tega menjual
Yesus.

Sejatinya, tak ada seorang pun kebal terhadap pikatan roh cinta uang. Mereka yang merasa dirinya
kuat dan tak akan terjerat, justru biasanya cepat jatuh dan terjerat. Jika Yudas Iskariot yang setiap hari
bersama Yesus saja akhirnya gagal, kita pun dapat gagal jika tidak waspada dengan jerat roh cinta
uang. Berhati-hatilah!

JERAT CINTA UANG BEGITU KUAT,


HINGGA HANYA BISA DILEPASKAN OLEH KUASA TUHAN.
Rabu, 30 Januari 2019

Bacaan : Yohanes 4:46-54


Setahun : Keluaran 38-39
Nas : Jawab mereka, "Kemarin siang pukul satu demamnya hilang." (Yohanes 4:52b)

CUMA KATA-KATA?

Usai mengunjungi dan mendoakannya di rumah penampungan usia lanjut itu, Nyonya Shirley (nama
samaran) menepuk bahu lalu memeluk saya serta berkata lirih, "Kamu telah menjadikan hari ini spesial
bagiku." Ucapannya membuat saya pulang dengan hati riang, bersemangat, dan bersyukur. Rupanya
kehadiran saya ikut mewarnai harinya. Sebaliknya, kata-katanya menyemangati saya untuk menjalani
hari itu. Kata tak pernah hanya kata. Oleh kata peristiwa tercipta.

Penyembuhan anak pegawai istana berlangsung tanpa perjumpaan fisik antara Yesus dan si sakit.
Penyembuhan itu terjadi melalui tiga kata, "Pergilah, anakmu hidup!" (ay. 50a). Apabila kata-kata
manusia saja sanggup menciptakan peristiwa, apalagi yang terucap dari mulut Tuhan. Penuh kuasa.
Tatkala mendengar kata-kata itu, pegawai istana ditenteramkan hatinya dan menjadi percaya (ay. 50b).
Bukan hanya itu. Jauh di kediamannya, anaknya yang nyaris mati menjadi sembuh- tepat pada saat
Yesus mengucapkan kata-kata itu (ay. 52-53).

Sapaan santun mengawali hubungan. Janji suci pernikahan menciptakan keluarga baru. Sederet
kalimat pesan elektronik menyalakan api cinta. Lirik lagu menghibur hati yang sedih. Bisik doa sanggup
mengantar kepergian seseorang kembali ke pangkuan Bapa. Kesaksian yang menggugah mampu
mengubah jalan hidup seseorang. Kata-kata itu ampuh dan berdaya cipta. Pakailah dengan bijaksana.
Jadikanlah penuh makna. Banyak orang di sekitar kita hidupnya turut ditentukan oleh ucapan yang
meluncur dari bibir kita.

KATA-KATA KITA BISA MEMBERKATI ATAU MALAH SEBALIKNYA.


PILIHLAH SETIAP HARI SIAPA YANG AKAN KITA BERKATI DENGAN UCAPAN MULUT KITA.
Kamis, 31 Januari 2019

Bacaan : Mazmur 4
Setahun : Keluaran 40
Nas : Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya
TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman. (Mazmur 4:9)

MERASA SULIT TIDUR

Hari itu saya merasa sangat gelisah. Ada beberapa persoalan yang mengganggu pikiran sehingga
membuat saya tidak dapat tidur dengan nyenyak. Atau baru beberapa menit tertidur, saya tiba-tiba saja
terjaga. Setelahnya, saya merasa sulit untuk tidur sepanjang malam itu. Saya mencemaskan hal-hal
apa yang akan terjadi. Semakin mengkhawatirkannya, semakin membuat hati gelisah dan ragu
menghadapi tantangan di kemudian hari. Apakah Anda pernah mengalami hal serupa?

Daud pernah mengalaminya. Dia merasakan beban yang begitu berat karena berbagai persoalan yang
menekannya. Dia sedang berhadapan dengan orang-orang yang memojokkannya dengan tuduhan-
tuduhan yang tidak benar. Ada yang mencelanya dan menganggapnya tidak mampu menjadi seorang
pemimpin. Wajar jika ia frustrasi. Bisa jadi, Daud melalui malam demi malam dengan hati gelisah.
Tetapi Daud belajar menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan. Di tengah tekanan itu, ia berkata,
"Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur."

Ketika sebuah persoalan menggelisahkan hati, mari belajar untuk berserah kepada Tuhan. Kita
mungkin tidak tahu bagaimana menemukan jawaban atas persoalan kita, namun dalam penyerahan
diri kita menemukan kekuatan-Nya. Memercayai Tuhan sebagai penolong membuat kita mampu
bertahan dalam situasi apa pun. Dan kiranya hari ini kita dapat berkata kepada jiwa kita: "Tuhan
pelindungku, aku akan membaringkan diri dan tidur nyenyak.

SAAT KITA MENYERAHKAN DIRI KEPADA TUHAN,


DI SITULAH TERSEDIA KETENANGAN DALAM HATI DAN BATIN KITA.

Anda mungkin juga menyukai