Anda di halaman 1dari 3

HOMILI HARI MINGGU ADVEN III

Bacaan I: Yes 35:1-6a.10; Mmz 146:7,8-9a,9b-10; Bac II: Yak. 5;7-10; Injil: Mat 11:2-11

“Berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan tidak menolak Aku”, kata
Yesus.
Hari Minggu Adven ketiga biasa disebut Hari Minggu “Gaudete”. Bersukacitalah! Selama
masa adven, kita menanti. Menanti bukanlah pekerjaan gampang. Banyak kali membosankan.
Begitu kata orang. Bila dia yang dinanti lama tak muncul, kita gelisah. Kita bosan. Bila tidak
datang, kita kecewa. Kita marah.
Bersukacitalah! Karena Sang Penyelamat yang kita nanti tidak lama lagi akan datang.
Tinggal sesaat saja. Dan Dia pasti datang. Janji Tuhan tak pernah diingkari-Nya. Ini yang
mesti jadi pegangan kita. Inilah sumber sukacita kita.
Malahan, Dia bukan hanya pasti akan datang, tapi juga akan melakukan karya-karya yang
ajaib saat kedatangan-Nya. Dia akan membuat orang buta melihat. Orang tuli akan
mendengar. Orang bisu akan berbicara. Orang lumpuh akan berjalan. Dia akan mendatangkan
perubahan. Dia akan menciptakan lagi dunia secara baru. Dia akan membawa keselamatan.
Dia membangkitkan pengharapan. Dia membuka dan menciptakan masa depan baru. Dia
membawa sukacita.
Namun sukacita itu akan juga tercipta kalau kita sungguh memberi waktu dan tempat
untuk menyambut-Nya. Bila kita sungguh memiliki iman bahwa Dialah yang memang kita
nantikan. Jika kita mempunyai cinta yang tak kenal gelisah. Apabila kita memiliki
pengharapan yang tak tergoyahkan. Agar cinta-Nya tidak bertepuk sebelah tangan. Tapi
dibalas dengan penerimaan penuh cinta. Agar kedatangan-Nya tidak berujung kecewa. Tapi
berbuah perjumpaan yang menggetarkan jiwa. Agar karya-Nya yang ajaib tidak menjadi sia-
sia. Tapi membawa keselamatan dan sukacita sempurna.
Itulah sebabnya, persiapan diri kita menjadi mutlak perlu. Iman, harap, dan kasih kita mesti
dibarui. Kesalahan dan dosa mesti kita buang jauh-jauh. Tindakan-tindakan baik mesti kita
lahirkan dalam keseharian hidup kita. Agar kita sungguh menjadi orang yang berbahagia.
Karena kita tidak sangsi dan tidak menolak Yesus. Tapi sebaliknya ada iman, harap, dan
kasih yang terus dibaharui dan dipupuk untuk menyambut Sang Penyelamat.
Pada pekan ketiga Masa Adven ini, kita mendengarkan Injil tentang Yohanes
Pembaptis dan Yesus. Ada dua hal yang ingin ditekankan dalam Injil ini. Mari kita dalami
kedua hal ini.
Pertama, pengenalan pribadi akan Tuhan. Dalam kisah tadi disebutkan bahwa
Yohanes Pembaptis mengutus para muridnya untuk bertanya kepada Yesus, tentang apakah
Yesus itu Mesias yang dinanti-nantikan. Para muridnya pergi dan mendapatkan konfirmasi
tentang identitas Yesus ini. Untuk mendapatkan jawaban ini, para murid harus tinggal
bersama Yesus dan menyaksikan apa yang dibuat Yesus. Yesus membuat semuanya menjadi
baik. Kisah sederhana ini menunjukkan kepada kita bahwa kita mesti mengenal lebih dalam
secara pribadi akan Tuhan. Yohanes Pembaptis sudah mengetahui bahwa Yesus adalah
Mesias, karena ia sudah mengenal Yesus sejak dari dalam kandungan.
Ketika ia meminta para muridnya untuk bertanya kepada Yesus, Yohanes Pembaptis
sebenarnya ingin agar para murid itu mengenal Yesus secara pribadi dan berdasarkan
pengalaman yang amat dekat dengan Yesus. Kita belajar untuk mendekatkan diri kepada
Tuhan secara pribadi. Ini bisa kita lakukan dengan berdoa bersama di dalam rumah, belajar
mendalami Kitab Suci, dan melakukan apa yang diperintahkan Tuhan. Baik juga jika orang
tua memperkenalkan Tuhan kepada anak-anak, sebagaimana Yohanes Pembaptis
memperkenalkan Yesus kepada para muridnya. Di masa Adven ini, mari kita dekatkan diri
kepada Tuhan agar kita mampu merasakan kehadiran Tuhan dalam hidup kita.
Kedua, relasi antara Yohanes Pembaptis dan Yesus.Yesus menegaskan bahwa
Yohanes Pembaptis adalah utusan yang memperkenalkan diri-Nya. Ia adalah pribadi yang
luar biasa. Pujian Yesus ini menegaskan posisi Yohanes Pembaptis dan diri-Nya. Yohanes
Pembaptis menyiapkan hati banyak orang untuk menerima kehadiran-Nya. Karena itu,
Yohanes Pembaptis memiliki jiwa besar dan kerendahan hati, karena ia selalu menempatkan
Yesus sebagai pribadi yang utama. Dari sini kita belajar untuk menjadi Yohanes Pembaptis di
zaman kini. Kita berupaya untuk memperkenalkan Tuhan kepada sesama kita. Sebagaimana
Yohanes Pembaptis, kita mesti menempatkan Tuhan sebagai yang utama dalam kehidupan
kita. Kita bersama-sama membantu satu sama lain agar kita semua dapat lebih mengenal
Tuhan dengan makin baik.

Silingkit, Minggu 11 Desember 2022 Frater yang Kerasulan


Ketua Dewan Stasi

R.br Lumban Siantar


Fr.Kornelius Simanjuntak OFMCap

Anda mungkin juga menyukai