Anda di halaman 1dari 10

Renungan Hari Minggu Biasa XXXI/C: “Tuhan

Menumpang Di Rumahmu”
04
Nov
Bacaan: Keb. 11:22-12:2;  2Tes 1:11-2:2; Luk 19:1-10

Kerinduan untuk melihat Yesus,  melahirkan usaha dan kreatifitas berjuang mencari jalan
menjawabi kerinduan itu. Di tengah kerumunan banyak orang bersama Yesus yang lewat,
Zakeus tidak bisa melihat Yesus karena badannya pendek. Kesadaran ini membuat Zakeus
tidak putus asa. Ia mencari jalan. Dan satu-satunya jalan adalah mencari tempat di ketinggian
supaya dengan leluasa bisa melihat Yesus. Tempat itu ternyata pohon yang harus ia panjat.
Dan dari atas pohon itu tidak ada yang bisa menghalanginya untuk melihat Yesus. Untuk bisa
melihat Yesus yang lewat itu sudah merupakan sebuah kebahagiaan. Sebuah usaha penuh
perjuangan dan berhasil adalah sebuah kebahagiaan tersendiri. Zakeus tidak
memperhitungkan siapa dirinya yang adalah seorang pegawai tinggi, ia seorang pemungut
cukai dan seorang kaya, juga memiliki keberanian dengan cara yang luar biasa dan tidak
biasa, ia panjat pohon supaya ia bisa melihat Yesus.

Tak terduga dan tentu di luar pikiran Zakeus, ternyata Yesus sangat peduli dan melihat serta
menyapa Zakeus. Lebih bahagia dan sukacita lagi ketika Yesus mengatakan bahwa, “Aku 
mau menumpang di rumahmu”. Kerinduan Zakeus dijawab oleh Yesus dengan datang dan
menumpang di rumah Zakeus. Tentu saja Zakaeus merasa sangat terhormat, sangat luar biasa,
penuh sukacita dan bahagia ketika kerinduannya dijawab dan dipenuhi oleh Tuhan. Ia
bergembira bersama Tuhan.

Apa yang bisa kita petik dari  pengalaman dan perjuangan Zakeus untuk berjumpa dengan
Yesus ini? Bahwa kegembiraan dan sukacita hidup bersama Tuhan Yesus bukanlah hal yang
otomatis terjadi begitu saja. Bahwa undangan Tuhan sendiri untuk menumpang di rumah
Zakeus adalah jawaban Tuhan atas segala kerinduan yang mulanya Cuma ingin melihat
Yesus. Yesus sangat mengerti dan tau apa yang menjadi kerinduan Zakeus. Sapaan Yesus itu
membuat Zakeus memiliki semangat baru dan hidup baru. Bahwa perjuangan penuh
ketulusan dalam mencari dan berupaya melihat Yesus, mendapat tempat istimewa di hati
Tuhan.

         Yesus memenuhi undangan perjamuan di rumah Zakeus


Kitapun kiranya memiliki kerinduan yang sama seperti Zakeus, kerinduan untuk melihat dan
bertemu, kerinduan untuk mengalami Yesus dalam hidup pribadi. Kerinduan itu pun harus
disertai usaha dan perjuangan. Memiliki sikap man yang kreatif, mencari jalan, keluar dari
diri sendiri, meninggalkan egoisme kita yang kerdil/pendek, untuk bisa naik ke tempat yang
lebih tinggi melalui usaha dan doa, agar mampu melihat Yesus yang lewat dalam hidup kita,
dalam keluarga kita, dalam perjalanan hidup dan perjuangan kita. Bila demikian, Yesus tidak
hanya melihat, tetap Ia justru menyapa dan bahkan mengundang kita kembali masuk ke
dalam hati “rumah” kita, keluarga kita, pekerjaaan kita, hidup kita, karena di sana Ia mau
menumpang, Ia mau tinggal, Ia mau makan bersama dengan kita. Ia membawa kegembiraaan
dan sukacita, berkat melimpah bagi kita. Maka seperti Zakeus kita pun boleh bergembira dan
bersukacita, dan membaharui kembali hidup kita menjadi lebih baik. Perjumpaan itu harus
melahirkan pertobatan dan hidup baru, karena Yesus Tuhan telah menumpah di “rumah” kita.

Dengan demikian, “Hari ini telah terjadi keselamatan” pada diri kita, hidup kita dan  keluarga
kita.  Tuhan memberkati.

Injil Hari Minggu Biasa XXXI Tahun C 3 November 2013 (Luk 19:1-10)

Rekan-rekan pemerhati kisah Zakheus!

Peristiwa yang dikisahkan dalam Luk 19:1-10 dan dibacakan pada hari Minggu Biasa XXI
tahun C ini terjadi dalam perjalanan Yesus menuju ke Yerusalem. Satu hari ia singgah di
Yerikho dan menumpang di rumah kepala pemungut cukai yang bernama Zakheus. Kejadian
ini membuat orang banyak kurang senang. Mereka menggerutu (ayat 7), "Ia menumpang di
rumah orang berdosa!" Namun Yesus berkata (ayat 9-10), "Hari ini telah terjadi keselamatan
kepada seisi rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia diri-
Nya) datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." Apa maksudnya? Dan apa
tujuan Lukas menceritakan peristiwa ini?

YANG KEHILANGAN ARAH


Ungkapan "yang hilang" (ayat 10) mengandung gagasan ialah "yang kehilangan arah dan
mengalami bahaya maut". Yesus menerapkannya pada Zakheus. Memang di mata orang
banyak ia "kehilangan arah" dan sudah tak tertolong lagi. Bayangkan, seorang Yahudi yang
bekerja memungut cukai dari bangsa sendiri bagi penguasa asing. Pekerjaan ini dianggap
kotor. Memang tak sedikit dari mereka yang menjadi kaya dengan memeras orang lain.
Zakheus bukan hanya seorang pemungut cukai, ia kepala pemungut cukai. Lukas juga
menyebutnya sebagai orang kaya. Pembaca Injil ini dapat membayangkan bagaimana
anggapan orang banyak mengenai Zakheus ini. Ia pendosa besar. Ia sudah terhukum di mata
banyak orang. Namun Lukas juga menyiapkan pembacanya agar mengerti apa yang sedang
terjadi pada Zakheus. Dalam Luk 15:1-7 dicatatnya perumpamaan domba yang sesat. Dari
tiga ayat pertama jelas bahwa perumpamaan itu disampaikan Yesus untuk menanggapi
gerutuan orang-orang Farisi dan para ahli Taurat yang melihatnya bergaul dengan para
pemungut cukai dan pendosa lainnya. Kelompok yang dijauhi oleh orang-orang yang merasa
diri saleh ini diumpamakan sebagai seekor domba yang tersesat - tak menemukan jalan yang
ditempuh ke-99 ekor lainnya. Namun pemilik kawanan domba tadi merasa kepunyaannya
tidak lagi utuh - tidak lagi bulat seratus - bila satu saja hilang. Maka ia pergi mencarinya
sampai ketemu. Dan ia lega ketika menemukannya kembali. Ia bahkan mengajak handai
taulannya ikut bersukacita. Kata yang dipakai untuk menyebut domba yang hilang dalam Luk
15:4 itu - "to apoloolos" - sama dengan yang digunakan untuk mengibaratkan Zakheus dalam
Luk 19:10.

AJAKAN BERNALAR

Perumpamaan mengenai domba yang sesat itu menggambarkan kesungguhan Tuhan untuk
membuat kawanannya utuh kembali. Orang-orang Farisi dan ahli Taurat yang merasa diri
saleh dan tahu kehendak Tuhan diminta agar berusaha melihat apa yang sungguh dilakukan
Tuhan kepada manusia dan tidak hanya puas dengan praktek kesalehan dan rumusan doktrin
mereka sendiri. Kini dalam kisah Zakheus, bukan hanya mereka yang dihimbau, melainkan
juga orang banyak, termasuk orang-orang yang mengagumi Yesus dan mengiringkannya dari
tempat ke tempat. Mereka ini mudah berubah sikap bila melihat tokoh yang mereka kagumi
itu tidak menepati bayangan mereka! Tetapi Yesus tetap mengajak mereka berpikir. Zakheus
ini ialah domba yang kehilangan arah - tidakkah kalian iba? Tidakkah kalian ingin agar
kawanan menjadi utuh kembali, tanpa meninggalkan seorangpun mencari-cari arah dan
menghadapi bahaya? Apakah kalian tidak ingin ikut bergembira dengan pemilik kawanan
tadi, dengan perempuan yang menemukan dirham yang terselip (Luk 15:8-10), dengan sang
ayah yang mendapati anaknya yang hilang yang kini telah kembali (Luk 15:11-32)?

PUTAR HALUAN?

Zakheus bergembira karena rumahnya didatangi Yesus. Tentu ia juga sadar bahwa dengan
tindakannya ini Yesus mempertaruhkan gambaran tentang diri-Nya sendiri di hadapan
banyak orang. Tapi Zakheus juga percaya bahwa "public figure" yang satu ini tidak
membiarkan diri ditentukan oleh pandangan umum. Dari manakah integritas yang seperti itu?
Pasti Zakheus bertanya-tanya dalam hati demikian. Ia tahu ada kekuatan yang mendampingi
Yesus. Dengan mendatanginya, Yesus berbagi kekuatan dengannya. Ia sendiri kini juga
mendapatkan kekuatan tadi. Zakheus kini berani "putar haluan". Ia mau berbagi milik dengan
orang miskin dan siap mengembalikan hasil pungutan liar empat kali lipat. Ini bukan hanya
antusiasme sesaat belaka. Kesediaannya berbagi harta dan mengembalikan pungutan tak sah
itu menjadi usahanya yang nyata untuk menelusuri kembali arah yang bakal membawanya
pulang ke jalan yang benar.

Apakah peristiwa di Yerikho itu dimaksud sebagai imbauan bagi pembaca agar berputar
haluan seperti Zakheus? Boleh jadi kita cenderung cepat-cepat menafsirkannya demikian.
Tapi bila kita tempuh arah itu, warta petikan ini akan mudah terasa hambar karena tampil
sebagai cerita contoh kelakuan baik belaka. Kita malah akan ikut-ikutan menggarisbawahi
sikap orang banyak yang mengadili Zakheus dan akhirnya juga mengadili Yesus sendiri.
Maklum, bagi orang-orang itu, satu-satunya jalan bagi Zakheus agar bisa menjadi lurus
kembali ialah "bertobat". Dan satu-satunya cara bagi Yesus untuk naik kembali dalam skala
moral mereka ialah hanya bergaul dengan orang yang sudah bertobat, bukan pendosa lagi.
Namun Injil mengajak kita melihat ke arah lain. Yang diharapkan putar haluan dan bertobat
justru orang banyak tadi. Dapatkah mereka melihat apa yang sedang terjadi kini? Utusan
Tuhan yang sedang berjalan ke Yerusalem singgah menumpang di rumah orang yang tak
masuk hitungan mereka. Maukah mereka berusaha menangkap isyarat ilahi ini? Bagaimana
bila kita juga termasuk orang banyak itu?

Kata-kata Yesus pada akhir petikan ini (ayat 10) mendorong agar orang berani memikirkan
pandangan mereka mengenai siapa Dia itu dan apa yang dilakukan-Nya. Ia itu Anak
Manusia, salah satu dari kemanusiaan yang diutus untuk mencari sampai ketemu dia yang
kehilangan arah dan meluputkannya dari bahaya maut. Ia diutus untuk melepaskan orang dari
ikatan-ikatan yang menyesatkan, kedatangan-Nya bukan untuk dielu-elukan belaka.

MENYELAMATKAN "SEISI RUMAH"

Dikatakan penyelamatan terjadi "pada seisi rumah ini" (ayat 9). Ungkapan ini luas
cakupannya. Yang dimaksud ialah siapa saja dan apa saja yang ada di situ: Zakheus, harta
miliknya, dan....orang banyak juga! Yang terjadi pada Zakheus sudah jelas. Kini giliran harta
miliknya diselamatkan karena mendapat arti yang baru. Kekayaan yang tadi
menyendirikannya kini dapat membuatnya mendapat banyak rekan. Harta mati itu kini
menghidupkan!

Juga orang-orang yang tadi tidak puas melihat Yesus kini mau tak mau akan mulai
memikirkan kembali kembali perangkat ukuran kesalehan mereka. Penyelamatan pun terjadi
pada mereka. Entah diterima atau tidak adalah tanggung jawab orang-perorangan. Itulah yang
terjadi pada hari itu. Orang kini mau tak mau harus keluar dari persembunyian di balik
pendapat umum, tidak lagi bisa jadi "orang banyak".

Dalam teks aslinya, dipakai kata "sooteeria", yang lebih baik diungkapkan kembali sebagai
"penyelamatan", dan bukan "keselamatan" karena yang ditekankan ialah kegiatan
menyelamatkan bukan melulu hasilnya, yakni "keselamatan". Ini lebih dari sekadar latihan
tata bahasa atau perkara terjemahan belaka. Bila dipakai kata "keselamatan", akan sulit
dimengerti keselamatan terjadi pada orang banyak yang kurang suka menerima kelakuan
Yesus tadi. Belum tentu mereka menerima keselamatan. Tetapi bila yang tampil itu gagasan
"penyelamatan", maka akan lebih terang maksudnya. Yesus berusaha menyelamat kan orang
banyak tadi dari anggapan-anggapan mereka sendiri mengenai kaum pendosa dan mengenai
Tuhan. Mereka menerima atau tidak adalah soal lain.
ABRAHAM, BAPAK SEMUA ORANG BERIMAN

Zakheus diselamatkan karena ia pun anak Abraham. Tak sukar memahami maksud Yesus. Ia
mengajak orang-orang yang merasa diri pewaris iman Abraham agar juga mau berlaku seperti
Abraham sendiri, yakni mau membiarkan Tuhan leluasa menuntun orang di jalan-Nya dan
tidak menghalang-halangi-Nya dengan gagasan-gagasan mereka sendiri mengenai apa yang
harus dikerjakan-Nya atau apa yang tak sepantasnya diperbuat-Nya.

Dapatkah Warta Gembira hari ini dibawa ke zaman kita? Abraham, yang juga diucapkan
sebagai Ibrahim itu, adalah bapak iman dalam tiga agama yang mengakui keesaan Tuhan. Dia
yang Mahaesa itu memperkenalkan diri dengan macam-macam cara kepada keturunan orang
yang dikasihi-Nya itu. Boleh jadi lebih tepat dikatakan, Ia membiarkan diri dikenal dengan
pelbagai cara untuk memperkaya manusia-manusia yang menghayati iman Abraham/Ibrahim.
Kebesaran-Nya tak bakal selesai diwartakan dan tak bakal tuntas diajarkan.

Tiap anak Abraham atau Ibrahim berhak mendapatkan yang diinginkan Yang Mahakuasa
sendiri. Bagaimana dengan kenyataan yang kita lihat? Ada keretakan, bahkan ada saling
kebencian. Ironi. Namun tak perlu sisi suram kemanusiaan ini membuat orang mencari-cari
wajah Tuhan yang mangkir. Dia masih ada dan masih sama, kerahiman-Nya masih
ditawarkan bagi semua orang. Dan syukurlah masih ada orang yang percaya akan hal ini. Dan
kekuatan iman mereka ini membuat wajah Tuhan makin terlihat. Pemeluk iman yang
dipercontohkan Abraham-Ibrahim dapat membuat wajah-Nya makin tampak.

Salam hangat,

Pastor Agustinus Gianto, SJ

Renungan Minggu Biasa XXXI Tahun C/2

Hari Minggu Biasa XXXI Tahun C/2


Keb. 11:22-12:2; 2Tes. 1:11-2:2; Luk. 19:1-10

Buka
Pengalaman berjumpa  dengan Tuhan baik karena manusia berusaha mencarinya maupun
karena Tuhan sendiri berinisiatif mendatangi manusia selalu menjeutkan dan
membahagiakan. Kisah Injil hari ini mengingatkan kita tentang  perilaku kehidupan manusia
yang menjamin keselamatan jiwanya.  Kita berdoa agar kehidupan kita senantaiasa diwarnai
dengan pelbagai kejutan yang Tuhan lakukan atas diri setiap kita. Kita bawa semua doa,
harapan, dan intensi  kita kepada Tuhan. Untuk itu kita akui salah dan dosa kita..

Renungan

Mari Berguru pada Zakheus

Judul teks tadi langsung menyebutkan nama Zakheus. Teks ini termasuk unik dan
istimewa karena hanya penginjil Lukas yang mengisahkan tokoh Zakheus. Itu artinya bagi
Lukas kisah Zakheus itu penting dan bermakna bagi banyak orang. Sungguh mengejutkan
bahwa Lukas yang berprofesi sebagai tenaga medis saat itu menulis laporan mirip dengan
tulisan wartawan yang meliput peristiwa dan kisah unik. Mengapa Lukas menuliskan
Peristiwa itu? Hemat saya Lukas menulis dan melaporkan peristiwa itu karena dalam
peristiwa itu ada banyak kejutan. Saya menemukan paling kurang ada 7 kejutan dalam teks
itu
Kejutan pertama, Zakheus melepaskan tugas pokoknya sebagai kepada dinas bea dan
cukai atau kepala dinas pendapatan di kota Yerikho. Ia tampaknya membiarkan peluang
berlalu. Ia tidak menjalankan tugasnya melakupan penagihan dan pungutan terhadap ribuan
manusia yang memasuki Yerikho. Dia justru membaur di antara begitu banyak manusia
yang menyertai Yesus ke Yerikho. Dia mau dirinya menjadi bagian dari sejumlah besar
manusia yang menyertai Yesus. Ia melepaskan interse, kesibukan pribadi yang sifatnya
rutinitas demi menjalin kebersamaan dengan orang lain. Zakheus membuat pilihan yang
tidak biasanya ia lakukan. Ia mengubah kebiasaannya
Kejutan kedua, Zakheus masuk ke dalam keramaian itu ternyata dengan satu maksud
yang luar biasa. Penginjil Lukas mencatat dengan sangat teliti dan cermat tentang maksud
Zakheus bukan sekadar melihat Yesus tetapi lebih dari itu itu. Zakheus mau tahu kualitas
diri Yesus atau kualifikasi diri Yesus. Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu.
Pertanyaan orang apakah Yesus itu, adalah pertanyaan yang berkaitan dengan kualitas
diri bukan masalah asal usul, dari mana Yesus. Jawaban atas pertanyaan orang
apakah Yesus harus mengacu pada kata sifat dan bukan kata benda. Kalau saat ini saya
bertanya kepada kita semua: orang apakah Pater Pit ini? Apa jawaban kita? Orang
Larantuka, Flotim. Jawaban seperti ini salah karena Larantuka/Flotim merupakan kata benda
yang dalam kalimat akan menjadi keterangan tempat. Jika jawabannya Pater Pit  orang
Larantuka/Flotim maka pertanyaannya bukannya orang apakah pater Pit  melainkan orang
manakah Pater Pit ini? Jawaban yang benar kalau kita ditanya: orang apakah Pater Pit itu?
Jawabannya ia orang baik, orang sehat, orang jujur, orang ganteng, orang pintar, orang
seni dan sebagainya. Semuanya itu kata sifat yang mengacu pada kualitas diri dan karakter
Pater Pit. Zakheus masuk dalam rombongan orang banyak dengan satu pertanyaan terkait
kualitas diri dan karakter Yesus. Kalau kualitas diri Yesus yang mau dilihat Zakheus maka
ada pengandaian di balik keinginan itu bahwa ia mau belajar pada Yesus tentang kualitas
diri yang baik.
Kejutan ketiga, Zakheus Kepala Dinas Bea Cukai atau kepala Dinas Pendapatan wilayah
Yerikho itu melakukan aksi akrobatik dengan bertengger di dahan pohon ara. Aksi akrobatik
Zakheus gaya burung kalong ini dilakukannya bukan kebetulan tetapi ia lakukan itu setelah
ia mempertimbangkan kondisi fisik yang rendah dan kondisi lingkungan yang tidak
menguntungkan karena ada begitu banyak orang berdesakan mendekati Yesus. Injil
mencatat demikian: maka berlarilah ia lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus yang
lewat di situ. Zakheus membuat perhitungan yang cermat untuk mendahului orang banyak
dan menentukan posisi strategis. Niatnya untuk mendapat kualitas diri Yesus mengharuskan
dia untuk mengambil sikap dan menentukan pilihan yang strategis. Baginya berlari
mendahului orang banyak dan memanjat pohon ara adalah sikap dan pilihan untuk
mendapatkan nilai-nilai kehidupan yang diyakininya akan membentuk dan mengubah
karakternya yang terlanjur dicap sebagai pendosa. Itulah sebabnya, tanpa beban ia
memanjat pohon dengan risiko ditertawakan  karena seorang pejabat publik setingkat
kepala Dinas pendapatan ketahuan bertengger di dahan pohon ara. Bagi Zakheus, mencari
dan menemukan karakter unggul dalam diri Yesus membutuhkan perjuangan bahkan bisa
menjadi bahan tertawaan banyak orang. Zakheus mau menunjukkan kebenaran  bahwa
orang harus berlari mendahului, mengungguli yang lain dan harus mampu menentukan
posisi dan disposisi diri pada tempat yang pas dan tepat kalau mau mendaptkan sesuatu.
Kejutan keempat terjadi ketika sampai di dekat pohon itu. Ketika Yesus sampai ke
tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku
harus menumpang di rumahmu."  Zakheus tidak punya intensi, rencana untuk bisa dilihat
Yesus apalagi diajak turun dan akhirnya Yesus harus mengubah agenda perjalannya dengan
mampir ke rumah Zakheus. Zakheus berlari mendahului dan memanjat pohon
untuk melihat Yesus bukannya untuk dilihat Yesus. Peristiwa ini mengungkapkan kualitas
diri dan pribadi Yesus yang tidak melihat masa lalu Zakheus. Kaena itu, bagi Zakheus
peristiwa Yesus melihat, mengajaknya turun dan terus ke rumah merupakan bonus dari
usahanya untuk  mencari dan belajar pada Yesus. Sikap Yesus terhadap Zakheus menjadi
antitesis yang merontokkan sikap kebanyakan orang yang menyingkirkan Zakheus terkait
jabatannya sebagai kepala pajak. Upaya Zakheus mendahului orang banyak dan
menentukan disposisi diri pada tempat yang pas dan strategis mendatang bonus yang luar
biasa. Dia mendapatkan lebih dari apa yang ia bayangkan dan rencanakan. Tuhan memberi
Bonus bagi orang yang menang dalam perlombaan kehidupan untuk meneladani sikap
Yesus.
Kejutan kelima, Zakheus turun dan melayani permintaan dan pemberitahuan Yesus
yang mau ke rumah Zakheus. "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus
menumpang di rumahmu.” Melayani permintaan yang mendadak seperti itu juga tidak
gampang apalagi ada begitu banyak manusia yang mau mengikuti Yesus. Memang injil
memberi cacatan tentang Zakheus sebagai seorang yang kaya sehingga pasti dengan
mudah mengatasi semuanya termasuk siap tempat dan makan minum untuk manusia yang
begitu banyak. Dalam kondisi yang serba mendadak Zakheus menerima Tuhan yang tidak
pernah ia pikirkan apalagi rencanakan. Tuhan datang bertamu secara mendadak, sifatnya
segera, hari ini juga. Kata-kata Yesus ini mau mengatakan bahwa Tuhan menuntut manusia
untuk menerima Tuhan  di rumah dan dalam hiudpnya setiap hari. Setiap hari baru untuk
kita pengikut Kristus adalah hari ini dan setiap hari ini Tuhan datang dan hidup bersama
kita.
Kejutan keenam, Yesus dipersalahkan orang banyak yang mengikutinya ketika Yesus
memilih untuk bertamu ke rumah Zakheus. Sikap orang banyak yang bersungut-sungut
terhadap Yesus muncul karena Yesus dikaitkan dengan stigma yang diberikan kepada
Zakheus sebagai pendosa. Zakheus sungguh menangkap reaksi orang banyak itu sehingga
ia tidak ingin Yesus dipersalahkan hanya karena mendatangi rumahnya. Itulah
sebabnya  Zakheus berdiri dan berkata: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan
kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan
kukembalikan empat kali lipat." Inilah kesadaran paling dasar yang lahir dari hati Zakheus
sebagai dampak kehadiran Yesus di rumahnya. Kata-kata Zakheus ini tergolong amat
revolusioner karena dinyatakan secara terbuka di hadapan publik. Yesus tahu bahwa apa
yang dikatakan Zakheus akan terlaksana. Hal itu melahirkan kejutan berikutnya
Kejutan ketujuh, Yesus mengumumkan kepada publik bahwa Zakheus itu keturunan
Abraham dan dikelompokkan sebagai  orang yang hilang. Sebagai keturunan Abraham,
Zakheus berhak memperoleh keselamatan. "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah
ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan
menyelamatkan yang hilang." Pernyataan Yesus ini telah menjadi pernyataan kunci
perjumpaan Zakheus dengan Yesus yang bermula dari dahan pohon ara di tepi jalan.
Zakheus mencarai karakter Tuhan di tengah kerumunan orang banyak menuju Yerikho dan
Tuhan mencari keturunan Abraham dan membawa keselamatan sampai di rumah.
Kisal injil hari ini berakhir menyenangkan karena ada pujian dan penerimaan Kristus
terhadap pertobatan Zakheus. Dengan tindakan ini pula Kristus membersihkan segala
tuduhan yang dialamatkan kepada-Nya dengan menjadi tamunya (ay. 9-10). Zakheus
dinyatakan sebagai orang yang berbahagia. Mengapa? Karena ia telah berpaling dari dosa
kepada Allah. Ia telah menerima Kristus masuk ke dalam rumahnya, dan menjadi orang
yang jujur, penuh amal, dan baik hati: Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini.
Sekarang setelah ia dipertobatkan, ia juga dengan demikian diselamatkan; diselamatkan dari
dosa-dosanya, dari rasa bersalah akibat dosa-dosa tersebut, dan dari kuasa dosa. Segala
manfaat dari keselamatan telah menjadi miliknya. Kristus telah datang ke rumahnya, dan ke
mana pun Kristus datang, Ia membawa serta keselamatan dengan-Nya. Ia menjadi Sumber
keselamatan kekal bagi semua yang mengakui-Nya, seperti yang dilakukan Zakheus. Namun
semua ini belumlah cukup. Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini.
Apa yang telah dilakukan Kristus secara khusus untuk menjadikannya seorang yang
berbahagia adalah sesuai dengan rencana besar-Nya dan maksud kedatangan-Nya ke dunia.
Dengan dasar yang sama ini pula Kristus sebelumnya telah membenarkan pergaulan-Nya
dengan para pemungut cukai. Pada waktu itu Ia mengimbau bahwa Ia datang untuk
memanggil orang berdosa supaya bertobat, sekarang ia datang untuk mencari dan
menyelamatkan yang hilang, to apolōlos -- yang hilang.
Kristus datang ke dunia yang tersesat ini untuk mencari dan menyelamatkannya.
Rancangan-Nya adalah untuk menyelamatkan, ketika keselamatan tidak ada di dalam siapa
pun. Dalam menjalankan rancangan-Nya tersebut, Ia mencari, menggunakan segala cara
yang mungkin untuk mewujudkan keselamatan tersebut. Ia mencari mereka yang tidak
layak dicari, Ia mencari mereka yang tidak mencari-Nya dan tidak mengharapkan-Nya,
seperti halnya Zakheus di sini.
Dalam banyak hal mungkin kita sama seperti Zakheus yang pendosa tetapi hari ini
Zakheus memberikan kita contoh usaha untuk mengenal kualitas diri Tuhan.  Zakheus
memanjat pohon hanya karena mau mendapatkan karakter dan kebaikan Yesus. Semoga
Tuhan yang sama, setiap hari kita cari dan undang ke rumah-rumah kehidupan kita, sampai
kita mendapatkan keselamtan sebagai keturunan Abraham. Amin 

Hari Minggu Biasa ke-XXXI/C


Keb 11:22-12:2
Mzm 145:1-2.8-9.10-11.13cd-14
2Tes 1:11-2:2
Luk 19:1-10

Kerahiman Allah mengubah hidup manusia

Ada seorang sahabat mengirim sebuah kutipan ayat Kitab Suci yang inspiratif
dan saya pun mengutipnya untuk mengawali homiliku pada hari Minggu ini. Ia
mengutip perkataan St. Paulus, bunyinya: “Allah yang kaya dengan rahmat, oleh
karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah
menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh
kesalahan-kesalahan kita” (Ef 2:4-5). Saya secara pribadi bersyukur kepada Tuhan
karena perkataan St. Paulus ini sungguh menguatkan dan meneguhkan hidup saya.
Allah yang saya imani itu maharahim dan kaya dengan rahmat-rahamat-Nya.
Sekalipun saya sudah mati oleh dosa dan salah tetapi karena kasih-Nya besar dan
rahmat-Nya berlimpah maka saya dapat hidup bersama Kristus Putra-Nya, berusaha
untuk setia menjadi abdi-Nya.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu ini mengajak kita untuk
merenungkan kasih dan kerahiman Allah yang dapat mengubah seluruh hidup kita.
Kerahiman Allah sungguh-sungguh menyelamatkan manusia yang berdosa. Hal ini
diungkapkan secara nyata oleh Tuhan Allah Bapa di Surga melalui Yesus Kristus,
Putera-Nya yang datang untuk mencari dan menyelamatkan mereka yang hilang
karena ditelan dosa dan salahnya. Kasih dan kerahiman Allah menjadi nyata karena
Tuhan sendiri selalu sabar dan memberi kesempatan kepada manusia untuk bertobat
sehingga dapat merasakan kerahiman-Nya. Tuhan Yesus yang menunjukkan wajah
kerahiman Allah Bapa melakukan pendekatan pertama dengan berjalan dalam
lorong-lorong kehidupan manusia yang berdosa, memanggil dan
menyelamatkannya.

Dalam bacaan Injil Lukas, kita mendengar kisah kehidupan Zakheus di hadirat Tuhan
Yesus. Perlu kita ketahui bahwa nama Zakheus berasal dari bahasa Yunani
yaitu Ζακχαῖος, “Zakkhaios”; dalam bahasa Ibrani:  ‫זכי‬, zaki. Nama Zakheus
merupakan nama singkat dari Zakharya yang berarti murni atau saleh. Penginjil Lukas
menyebutnya sebagai seorang kepala pemungut cukai yang amat kaya dan tinggal
di kota Yerikho. Ia sudah mendengar nama Yesus dan hendak menjumpai-Nya secara
langsung. Sebab itu ia berusaha untuk melihat Yesus dari dekat, dengan melewati
banyak halangan hingga memutuskan untuk memanjat pohon ara supaya dapat
melihat Yesus yang akan lewat di situ. Zakheus tidak peduli dengan apa kata orang
tentang dirinya, dalam hal ini menyangkut profesinya sebagai pemungut cukai dan
keadaan fisiknya yang kecil dan pendek. Dia hanya mau melihat Yesus yang sedang
berjalan di kotanya. Dengan merujuk pada namanya sendiri yang berarti murni
atau saleh maka “melihat Yesus” bagi Zakheus berarti ia mampu mengasihi Yesus
dengan hati yang tulus.
Dikisahkan penginjil Lukas bahwa ia boleh berusaha untuk melihat Yesus, tetapi
justru Yesus yang pertama melihat dan menyapanya dengan namanya sendiri.
Memang, setiap kali manusia memulai suatu rencana, Tuhan pasti selalu mendahului
rencana manusia. Dialah yang berkehendak bagi manusia. Sebab itu Ia mencari dan
menyelamatkan yang tersesat. Apa yang dilakukan Yesus? Ia menyapa Zakheus
dengan namanya sendiri dan memintanya turun dari atas pohon.
Zakheus menerima Yesus dengan sukacita. Ia bersikap demikian karena Ia memiliki
hati yang murni dan hidupnya saleh. Hal ini ditunjukannya dengan sebuah kaul yang
membebaskannya: “Tuhan separuh dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin,
dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang, akan kukembalikan empat
kali lipat.” (Luk 19: 8). Kehadiran Tuhan Yesus mengubah seluruh hidup Zakheus. Ia
hendak berbagi dengan semua orang miskin. Jabatannya adalah sebagai kepala
pemungut cukai, boleh dicap sebagai orang berdosa tetapi dia memiliki hati untuk
berbagi dengan sesama. Ia mau mengembalikan empat kali lipat kekayaan yag
diperoleh melalui pemerasan dan pungutan liar.

Reaksi Yesus sangat positif terhadap Zakheus. Ia berkata: “Hari ini telah terjadi
keselamatan atas rumah ini, karena orang ini pun Anak Abraham. Sebab Anak
Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Luk 19:9-10). Kisah
Zakheus menunjukkan kepada kita betapa kayanya kerahiman Allah bagi manusia.
Kerahiman Allah telah menyelamatkan manusia dari kuasa dosa. Jalan pertobatan
adalah jalan yang terbaik bagi manusia untuk merasakan kerahiman Allah. Hal yang
perlu kita hindari adalah berpikiran negatif terhadap sesama manusia, sama seperti
orang-orang yang bersungut-sungut karena Yesus bersahabat dengan Lazarus dan
makan bersamanya. Banyak orang mudah merasa diri sebagai orang yang baik
sedangkan orang lain jahat. Figur Zakheus sangat inspiratif bagi pertobatan diri kita
dalam perjalanan hidup kita setiap hari

Anda mungkin juga menyukai