Anda di halaman 1dari 14

Bab Enambelas (Chapter Sixteen)

Pelayanan Kesembuhan oleh Yesus (The Healing Ministry of


Jesus)

Seringkali kita berpikir, karena Yesus adalah Anak Allah, maka Ia dapat mengerjakan
mujizat atau menyembuhkan siapapun kapanpun Ia mau. Tetapi, bila kita meneliti ayat-
ayat Alkitab, nyata bahwa walaupun Yesus memiliki sifat ilahi, Ia tampaknya membatasi
diri selama pelayananNya di dunia. Ia pernah berkata, “Anak tidak dapat mengerjakan
sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau Ia tidak melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa
yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.” (Yohanes 5:19). Hal tersebut jelas
menunjukkan bahwa Yesus terbatas dan tergantung pada BapaNya.
Menurut Paulus, ketika Yesus menjadi manusia, Ia “mengosongkan diriNya” dari hal-
hal tertentu yang sebelumnya Ia telah miliki sebagai Tuhan:

Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang
terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak
menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang
hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (Filipi 2:5-7, tambahkan penekanan).

Dari hal apa Yesus “mengosongkan diriNya”? Bukan keilahianNya, bukan


kesucianNya, dan bukan kasihNya. Pasti itu adalah kuasa adikodratiNya. Jelaslah Ia tidak
lagi maha-hadir (ada di mana-mana). Demikian juga, Ia tidak lagi maha-tahu (tahu
segalanya), dan maha-kuasa (berkuasa atas segalanya). Yesus menjadi manusia. Dalam
pelayananNya, Ia berfungi sebagai manusia yang diurapi oleh Roh Kudus. Hal ini
menjadi sangat jelas ketika kita perhatikan keempat Injil dengan cermat.
Misalnya, kita dapat bertanya, Jika Yesus adalah Anak Allah, mengapa Dia perlu
dibaptis dengan Roh Kudus ketika Ia memulai pelayananNya pada usia tigapuluh tahun?
Mengapa Tuhan perlu dibaptis dengan Tuhan?
Yesus tentu memerlukan baptisan Roh Kudus untuk diurapi bagi pelayanan. Karena
itu, segera setelah pembaptisanNya, Dia mengkhotbahkan kata-kata ini: “Roh Tuhan ada
pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan … untuk
memberitakan ….. untuk membebaskan." (Lukas 4:18, tambahkan penekanan).
Karena itu juga Petrus mengkhotbahkan, “kamu tahu tentang Yesus dari Nazaret:
bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan
berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis,
sebab Allah menyertai Dia.” (Kisah Para Rasul 10:38, tambahkan penekanan).
Itu juga sebabnya Yesus tidak melakukan mujizat sampai Ia dibaptis dengan Roh
Kudus pada usia sekitar tigapuluh tahun. Apakah Ia Anak Allah pada usia duapuluh-lima
tahun? Sudah tentu. Lalu, mengapa Ia tidak melakukan mujizat sebelum usia tigapuluh
tahun? Hanya karena Yesus mengosongkan diriNya dari kuasa adikodrati yang Allah
miliki, dan Ia harus menunggu waktu ketika Ia diperkuat oleh Roh.

Bukti Lagi bahwa Yesus Melayani sebagai Seorang yang Diurapi oleh Roh (More
Proof that Jesus Ministered as a Man Anointed by the Spirit)

Perhatikan, dalam kitab Injil, ada saatnya Yesus memiliki pengetahuan adikodrati dan
saat lain Ia tak memilikinya. Nyatanya, Yesus sering bertanya untuk mendapat
keterangan.
Misalnya, Ia berkata kepada wanita di sumur Samaria bahwa ia telah punya lima orang
suami dan ia kini hidup dengan seorang pria yang dinikahinya (lihat Yohanes 4:17-18).
Bagaimana Yesus tahu? Apakah karena Ia adalah Allah dan Allah tahu segala sesuatu?
Bukan, jika itu masalahnya, Yesus telah menunjukkan kemampuan itu secara konsisten.
Walaupun Ia adalah Allah dan Allah mengetahui segala sesuatu, Yesus mengosongkan
diriNya dari kemahatahuanNya ketika Ia menjadi manusia. Yesus sangat tahu sejarah
pernikahan dari wanita di sumur Samaria karena ketika itu Roh Kudus memberiNya
karunia “berkata-kata dengan pengetahuan” (1 Korintus 12:8), yakni kemampuan
adikodrati untuk mengetahui sesuatu tentang masa kini atau masa lalu. (Kita akan pelajari
karunia-karunia Roh lebih rinci pada bab berikut).
Apakah Yesus tahu segala sesuatu sepanjang waktu? Tidak, saat wanita yang
menderita pendarahan menyentuh ujung jubah Yesus dan Ia rasakan kuasa kesembuhan
keluar dariNya, Ia bertanya, "Siapa yang menjamah jubah-Ku?" (Markus 5:30b). Ketika
Yesus melihat pohon ara di kejauhan dalam Markus 11:13, Ia “pergi untuk mengetahui
apakah mungkin Ia menemukan sesuatu pada pohon itu.”
Mengapa Yesus tidak tahu siapa yang menyentuhNya? Mengapa Ia tak tahu jika
pohon ara itu berbuah? Karena Yesus hidup sebagai seorang manusia yang diurapi oleh
Roh Kudus dengan karunia-karunia Roh. Karunia-karunia Roh bekerja bila Roh
menghendaki (lihat 1 Korintus 12:11; Ibrani 2:4). Yesus tidak tahu hal-hal secara
adikodrati jika Roh Kudus tidak memberiNya karunia “berkata-kata dengan
pengetahuan.”
Hal yang sama berlaku juga pada pelayanan kesembuhan oleh Yesus. Alkitab
menjelaskan bahwa Yesus sama sekali tak dapat menyembuhkan siapapun pada suatu
waktu. Misalnya, kita baca Injil Markus, ketika Yesus mengunjungi kampungNya,
Nazareth, Ia tak sanggup menuntaskan segala sesuatu yang ingin dilakukanNya.

Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-
murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan
jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: "Dari mana
diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya?
Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-
Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas
dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama
kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka:
"Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara
kaum keluarganya dan di rumahnya." Ia tidak dapat mengadakan satu mujizatpun
di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-
Nya atas mereka. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. (Markus 6:1-6,
tambahkan penekanan).

Perhatikan, Markus tidak berkata bahwa Yesus tidak melakukan mujizat apapun di
sana tetapi Ia tak sanggup. Mengapa? Karena orang-orang Nazareth tidak percaya.
Mereka tak menerima Yesus sebagai Anak Allah yang diurapi tetapi hanya sebagai anak
seorang tukang kayu. Ketika Yesus Sendiri menerangkan, "Seorang nabi dihormati di
mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di
rumahnya." (Markus 6:4). Akibatnya, Yesus tak dapat menyembuhkan beberapa orang
“yang menderita penyakit-penyakit ringan” (sesuai satu terjemahan Alkitab). Tentu, jika
ada tempat di mana Yesus ingin mengerjakan mujizat dan menyembuhkan orang, tempat
itu adalah kota di mana Ia tinggal selama hidupNya. Tetapi, Alkitab berkata bahwa Ia tak
sanggup.
Pandangan Tambahan dari Lukas (More Insight from Luke)

Yesus melakukan kesembuhan dengan dua cara berbeda, yaitu: (1) dengan
mengajarkan Firman Tuhan untuk mengajak orang-orang sakit untuk memiliki iman agar
disembuhkan, dan (2) dengan mempraktekan kesembuhan dalam “karunia-karunia
kesembuhan” sesuai kehendak Roh Kudus. Karena itu, Yesus dibatasi oleh dua faktor
dalam pelayanan kesembuhan, yakni: (1) oleh ketidakpercayaan orang-orang sakit, dan
(2) oleh kehendak Roh Kudus untuk mewujudkan diriNya melalui “karunia-karunia
kesembuhan.”
Jelas, sebagian besar orang di kampung halaman Yesus tidak beriman padaNya.
Meskipun mereka telah mendengar mujizat-mujizat kesembuhan yang dilakukanNya di
kota-kota lain, mereka tak percaya bahwa Ia punya kuasa menyembuhkan, sehingga Ia
tak dapat menyembuhkan mereka. Juga, tampaknya di Nazaret, Roh Kudus tidak
memberikan kepada Yesus “karunia-karunia kesembuhan”—karena alasan yang tak
seorangpun tahu.
Dibandingkan catatan Markus, catatan Lukas lebih rinci mengenai kejadian
sebenarnya ketika Yesus mengunjungi Nazaret:

Ia [Yesus] datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya


pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari
Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia
menemukan nas, di mana ada tertulis: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah
mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan
Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang
tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang
yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." Kemudian
Ia menutup kitab itu, … lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini
genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." Dan semua orang itu
membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-
Nya, lalu kata mereka: "Bukankah Ia ini anak Yusuf?" (Lukas 4:16-22).

Yesus ingin para pendengarNya percaya bahwa Dialah orang yang diurapi dan
dijanjikan dalam nubuatan Yesaya, agar mereka percaya dan menerima semua
keuntungan dari urapanNya yang, menurut Yesaya, termasuk pembebasan dari belenggu
dan penindasan juga kesembuhan dari kebutaan.1 Tetapi mereka tak percaya, dan
walaupun terkesan oleh kemampuanNya berbicara, mereka tidak mempercayai bahwa
anak Yusuf adalah orang istimewa. Mengetahui sikap sinis mereka, Yesus menjawab,

Maka berkatalah Ia kepada mereka: "Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini
kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri -Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di
tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!"
Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang
dihargai di tempat asalnya. (Lukas 4:23-24).

Orang-orang di kampung Yesus menunggu demi mengetahui apakah Ia akan


melakukan hal yang mereka dengar yang telah dilakukanNya di Kapernaum. Sikap
mereka bukanlah sikap iman yang penuh harapan, tetapi sikap sinis. Karena mereka tak
memiliki iman, mereka membatasiNya agar tak melakukan mujizat apapun atau
kesembuhan besar.

Keterbatasan Lainnya dari Yesus di Nazaret (Jesus’ Other Limitation in


Nazareth)

Perkataan Yesus berikutnya kepada orang-orang Nazaret mengungkapkan bahwa Ia


juga dibatasi oleh kehendak Roh Kudus untuk memanifestasikan diriNya melalui
“karunia-karunia kesembuhan”:

Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat
banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam
bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia
diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang
perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak
orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain
dari pada Naaman, orang Siria itu." (Lukas 4:25-27).

Sasaran Yesus adalah bahwa Elia tak sanggup menambah banyak minyak dan tepung
1
Semua ini bisa saja menunjuk pada kesembuhan fisik. Penyakit bisa saja dianggap sebagai hasil perbuatan si
jahat, karena Alkitab menyatakan bahwa “Allah mengurapi Dia [Yesus] dengan Roh Kudus dan kuat kuasa,
Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab
Allah menyertai Dia.” (Kisah Para Rasul 10:38).
untuk memperpanjang hidup setiap janda yang ia inginkan selama kelaparan tiga tahun di
Israel (lihat 1 Raja-Raja 17:9-16). Walaupun waktu itu di Israel ada banyak janda yang
menderita, Roh mengurapi Elia untuk membantu seorang janda yang bahkan bukan orang
Israel. Dan juga, Elisa tak dapat mentahirkan siapapun penderita kusta. Ini dibuktikan
oleh ada banyak penderita kusta ketika Naaman ditahirkan. Jika itu pilihannya sendiri,
Elisa seharusnya sudah mentahirkan orang-orang Israel yang menderita kusta sebelum ia
mentahirkan Naaman, seorang penyembah berhala. (lihat 2 Raja-Raja 5:1-14).
Elia maupun Elisa adalah dua orang nabi —orang-orang yang diurapi Roh Kudus yang
dipakai dalam berbagai karunia Roh seperti yang dikehendaki Roh. Mengapa Allah tidak
mengutus Elia kepada janda-janda lain? Saya tidak tahu. Mengapa Allah tidak memakai
Elisa untuk menyembuhkan penderita kusta lainnya? Entahlah. Hanya Allah yang tahu.
Tetapi, kedua kisah dalam Perjanjian Lama di atas tidak membuktikan bahwa Allah
tak mau menyediakan kebutuhan setiap janda atau menyembuhkan setiap penderita
orang. Orang-orang Israel bisa saja mengakhiri kelaparan mereka selama zaman Elia jika
saja mereka dan raja yang jahat (Ahab) bertobat dari dosa-dosanya. Kelaparan adalah
bentuk penghakiman Allah. Dan semua penderita kusta di Israel bisa saja disembuhkan
bila menaati dan mempercayai kata-kata dalam perjanjian yang diberikan Allah, termasuk
kesembuhan fisik, seperti kita lihat sebelumnya.
Yesus menyatakan kepada orang-orang di Nazareth yang mendengarkanNya bahwa Ia
memiliki keterbatasan sama dengan Elia dan Elisa. Karena satu alasan, Roh Kudus tidak
memberikan kepada Yesus “karunia-karunia kesembuhan” di Nazareth. Fakta tersebut
dan ketidakpercayaan orang-orang Nazareth mengakibatkan tidak terjadinya mujizat oleh
Yesus di kampung-halamanNya.

Sepintas mengenai Satu “Karunia Kesembuhan” Melalui Yesus (A Look at One


“Gift of Healing” Through Jesus)

Jika kita pelajari perikop-perikop Injil mengenai berbagai kesembuhan yang Yesus
lakukan, kita akan dapati sebagian besar orang yang disembuhkan, bukan melalui
“karunia-karunia kesembuhan”, tetapi melalui iman mereka. Coba perhatikan perbedaan
antara kedua jenis kesembuhan dengan memperhatikan contoh keduanya. Pelajari dulu
kisah orang cacat di kolam Betesda, yang disembuhkan bukan oleh imannya, tetapi
melalui “karunia-karunia kesembuhan” melalui Yesus.
Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa
Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya dan di serambi-serambi itu berbaring
sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-
orang lumpuh, (yang menantikan goncangan air kolam itu. Sebab sewaktu-waktu
turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang
terdahulu masuk ke dalam nya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apapun
juga penyakitnya). Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun
lamanya sakit. Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu,
bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: "Maukah engkau
sembuh?" Jawab orang sakit itu kepada-Nya: "Tuhan, tidak ada orang yang
menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara
aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku." Kata Yesus
kepadanya: "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah." Dan pada saat itu
juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. (Yohanes 5:2-
9).

Bagaimana kita tahu orang itu disembuhkan, bukan oleh imannya, tetapi melalui
“karunia-karunia kesembuhan”? Ada beberapa petunjuk.
Pertama, perhatikan bahwa orang itu tidak sedang mencari Yesus. Sebaliknya Yesus
menemukan orang itu di samping kolam. Jika orang itu sudah pernah memohon kepada
Yesus, mungkin saja itu menjadi petunjuk adanya iman dalam dirinya.
Kedua, Yesus tidak berkata kepada orang itu bahwa imannya telah
menyembuhkannya, karena Ia sering melakukannya ketika menyembuhkan orang lain.
Ketiga, ketika orang yang disembuhkan kemudian ditanyai oleh orang-orang Yahudi
mengenai siapa yang telah berkata kepadanya “bangkit dan berjalanlah”, ia menjawab
bahwa ia bahkan tidak tahu siapa Orang itu. Jadi, pasti bukan imannya kepada Yesus
yang menyebabkan ia sembuh. Ini jelas bagi orang yang disembuhkan melalui “karunia-
karunia kesembuhan”, yang dimanifestaikan sesuai kehendak Roh.
Perhatikan juga, meskipun ada banyak orang sakit yang menunggu goncangan air
kolam, Yesus menyembuhkan hanya satu orang dan meninggalkan banyak orang yang
sakit. Mengapa? Lagi-lagi saya tak tahu. Tetapi, kejadian ini tidak membuktikan bahwa
Tuhan menghendaki sebagian orang untuk tetap sakit. Siapapun dan semua orang sakit
bisa saja disembuhkan melalui iman dalam Yesus. Kenyataannya, hal itu jadi alasan
orang itu disembuhkan secara adikodrati, yakni untuk menarik perhatian orang-orang
sakit kepada Yesus, Pribadi yang dapat dan akan menyembuhkan mereka jika mau
percaya.
Banyak kali, “karunia-karunia kesembuhan” berada pada kategori “tanda-tanda
mujizat”, yakni, mujizat-mujizat yang didesain untuk menarik perhatian kepada Yesus.
Itu sebabnya para penginjil di zaman Perjanjian Baru seperti Filipus dibekali dengan
berbagai “karunia kesembuhan”, karena mujizat-mujizat yang mereka lakukan menarik
perhatian orang kepada Injil yang dikhotbahkan (lihat Kisah Para Rasul 8:5-8).
Orang Kristen yang sakit tak perlu menunggu orang yang memiliki “karunia-karunia
kesembuhan” untuk menemui dan menyembuhkannya karena orang yang ditunggu dan
karunia tak pernah datang. Kesembuhan terjadi melalui iman kepada Yesus, dan,
walaupun tidak setiap orang akan disembuhkan melalui karunia-karunia kesembuhan, ia
dapat disembuhkan melalui imannya. Karunia-karunia kesembuhan ditempatkan dalam
gereja, terutama agar orang yang tidak percaya dapat disembuhkan dan perhatiannya
tertuju kepada Injil. Hal itu tidak bermaksud untuk menyatakan bahwa orang Kristen
tidak akan pernah disembuhkan melalui karunia-karunia kesembuhan. Namun, Allah
mengharapkan anak-anakNya untuk menerima kesembuhan dengan iman.

Satu Contoh Orang yang Disembuhkan Melalui Imannya (One Example of a


Person Healed By His Faith)

Bartimeus adalah orang buta yang disembuhkan oleh imannya kepada Yesus. Baca
kisahnya dalam Injil Markus.

Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho. Dan ketika Yesus keluar dari
Yerikho, bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang
berbondong-bondong, ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak
Timeus, duduk di pinggir jalan. Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang
Nazaret, mulailah ia berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" Banyak orang
menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: "Anak Daud,
kasihanilah aku!" Lalu Yesus berhenti dan berkata: "Panggillah dia!" Mereka
memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: "Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia
memanggil engkau." Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi
mendapatkan Yesus. Tanya Yesus kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya
Aku perbuat bagimu?" Jawab orang buta itu: "Rabuni, supaya aku dapat melihat!"
Lalu kata Yesus kepadanya: "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!"
Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.
(Markus 10:46-52).

Perhatikan, Yesus tidak mencari Bartimeus. (Ini berbeda dengan yang terjadi dengan
orang sakit di Kolam Betesda). Ternyata, Yesus berjalan melewatinya, dan jika
Bartimeus tidak berteriak, Yesus pasti terus berjalan. Berarti Bartimeus bisa saja tidak
disembuhkan.
Pikirkanlah hal itu. Bagaimana jadinya bila Bartimeus duduk di sana dan berkata pada
dirinya, “Ya, jika Yesus menghendakiku untuk sembuh, maka Ia akan datang
menghampiri dan menyembuhkan saya.” Apa yang mungkin terjadi? Bartimeus mungkin
belum sembuh, meskipun kisah itu jelas mengungkapkan kehendak Yesus baginya untuk
sembuh. Tanda pertama iman Bartimeus adalah teriakannya kepada Yesus.
Kedua, perhatikan bahwa Bartimeus tidak putus asa oleh orang-orang yang mencoba
mendiamkannya. Ketika mereka mencoba mendiamkannya, ia berteriak “berulang-kali”
(Markus 10:48). Ini menunjukkan imannya.
Ketiga, perhatikan bahwa Yesus tidak menanggapi teriakan awal Bartimeus. Tentu, Ia
mungkin tidak dapat mendengarkan teriakan awal Bartimeus, tetapi jika Ia benar-benar
mendengar, Yesus tidak menjawab. Dengan kata lain, Yesus membiarkan iman orang itu
diuji.
Jika Bartimeus berhenti setelah berteriak satu kali, ia mungkin saja tidak disembuhkan.
Juga, kita harus tetap teguh dalam iman, karena seringkali keadaan tampak seolah-olah
doa kita tidak dijawab. Saat itulah iman kita diuji, sehingga kita perlu tetap kuat berdiri,
tanpa merasa putus-asa karena keadaan sekitar yang tidak mendukung.

Indikasi Lanjutan dari Iman Bartimeus (Further Indications of Bartimaeus’


Faith)

Ketika akhirnya Yesus memanggilnya datang, Alkitab berkata bahwa Bartimeus


“menanggalkan jubahnya.” Saya pahami bahwa orang-orang buta di masa Yesus
memakai jubah tertentu sebagai tanda di depan banyak orang bahwa mereka buta. Jika
benar, mungkin Bartimeus menanggalkan jubahnya ketika Yesus memanggilnya karena
ia percaya ia tak perlu lagi dikenali sebagai orang buta. Jika demikian, imannya terbukti
lagi.
Juga, ketika Bartimeus menanggalkan jubahnya, Alkitab berkata ia “melompat”, tanda
antisipasinya yang penuh sukacita sehingga sesuatu yang baik hampir saja terjadi
padanya. Orang yang beriman untuk mendapatkan kesembuhan merasa sukacita ketika ia
berdoa kepada Allah agar menyembuhkannya karena ia ingin disembuhkan.
Perhatikan bahwa Yesus menguji iman Bartimeus sekali lagi ketika ia berdiri di
depanNya. Ia bertanya kepada Bartimeus apa keinginannya, dan dari tanggapan
Bartimeus, jelaslah ia percaya Yesus dapat dan mau menyembuhkannya dari kebutaan.
Akhirnya, Yesus berkata kepadanya bahwa imannya membuatnya sembuh. Jika
Bartimeus dapat disembuhkan dengan iman, maka siapapun dapat juga disembuhkan
karena Allah adalah “Pribadi yang tak peduli pada kekayaan atau status sosial
seseorang.”

Untuk Penyelidikan Lebih Lanjut (For Further Study)

Di bawah ini saya membuat daftar duapuluh-satu contoh kesembuhan yang Yesus
lakukan seperti yang disebutkan dalam keempat Injil. Tentunya, Yesus menyembuhkan
lebih dari duapuluh-satu orang, tetapi dalam semuanya kita mengetahui beberapa rincian
tentang orang sakit dan bagaimana orang itu disembuhkan.
Saya merinci daftar menjadi dua kategori —pertama, orang-orang yang disembuhkan
dengan iman, dan kedua, orang-orang yang disembuhkan melalui karunia-karunia
kesembuhan. Saya catat bahwa pada beberapa kejadian ketika seseorang disembuhkan
oleh karena imannya, Yesus berkata kepadanya untuk tidak memberitahukan
kesembuhannya kepada orang lain. Selanjutnya, hal tersebut menunjukkan bahwa
karunia-karunia itu bukan “karunia-karunia kesembuhan” karena orang-orang sakit tidak
diobati demi mempopulerkan nama Yesus atau Injil.

Kejadian Di Mana Iman atau Percaya Disebut sebagai Penyebab Kesembuhan:


(Cases Where Faith or Believing is Mentioned as the Cause of Healing)

1 Hamba (atau “anak”) seorang perwira: Matius 8:5-13; Lukas 7:2-10 “Jadilah
kepadamu seperti yang engkau percaya..”
2 Orang lumpuh yang diturunkan melalui atap rumah: Matius 9:2-8; Markus
2:3-11; Lukas 5:18-26 “Melihat iman mereka....Ia berkata...’pulanglah ke
rumahmu.”
3 Anak perempuan Yairus: Matius 9:18-26; Markus 5:22-43; Lukas 8:41-56
“Janganlah takut—percaya saja’.... ”Dengan sangat Ia berpesan kepada mereka,
supaya jangan seorangpun mengetahui hal itu”.
4 Perempuan yang sakit pendarahan: Matius 9:20-22; Markus 5:25-34; Lukas
8:43-48 “Imanmu telah menyelamatkan engkau.”
5 Dua orang buta: Matius 9:27-31 “Jadilah kepadamu menurut imanmu.....
”Jagalah supaya jangan seorangpun mengetahui hal ini!”
6 Bartimeus yang buta: Markus 10:46-52; Lukas 18:35-43 “Imanmu telah
menyelamatkan engkau.”
7 Sepuluh orang yang sakit kusta: Lukas 17:12-19 “Imanmu telah
menyelamatkan engkau.”
8 Anak pegawai istana: Yohanes 4:46-53 “Orang itu percaya akan perkataan yang
dikatakan Yesus kepadanya.”

Pada empat kejadian berikut, iman orang yang sakit tidak secara khusus disebutkan,
tetapi diartikan oleh kata-kata atau perbuatannya. Misalnya, kedua orang buta (jumlahnya
kurang dari 10) berseru-seru kepada Yesus ketika Ia lewat seperti dilakukan oleh
Bartimeus yang buta. Semua orang pada keempat contoh mencari Yesus; tindakan ini
menjadi indikasi iman mereka. Pada tiga dari empat kejadian berikut, Yesus berkata
kepada orang-orang yang Ia sembuhkan agar tidak mengatakan kepada siapapun tentang
apa yang mereka alami, sehingga menunjukkan bahwa setiap kejadian itu bukanlah
“karunia-karunia kesembuhan.”

9 Orang sakit kusta yang tidak mengetahui kehendak Tuhan: Matius 8:2-4;
Markus 1:40-45; Lukas 5:12-14 “Ingatlah, jangan engkau memberitahukan hal ini
kepada siapapun.”
10 Dua orang buta (mungkin yang satu adalah Bartimeus): Matius 20:30-34
“[Mereka] berseru, dengan berkata, ‘Tuhan, kasihanilah kami!”
11 Orang tuli dan bisu: Markus 7:32-36 “Yesus berpesan kepada orang-orang yang
ada di situ supaya jangan menceriterakannya kepada siapapun juga.”
12 Seorang buta: Markus 8:22-26 “Jangan masuk ke kampung.”

Dua kejadian terakhir tentang orang-orang yang disembuhkan melalui iman


sebenarnya tidak disembuhkan, tetapi mereka dibebaskan dari roh-roh jahat. Tetapi Yesus
menghargai iman mereka karena menjadikan mereka terbebas.

13 Anak yang sakit ayan: Matius 17:14-18; Markus 9:17-27; Lukas 9:38-42 “Dan
Yesus berkata kepadanya...’Tidak ada yang mustahil bagi orang percaya.’ Segera
ayah anak itu berteriak: "Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!"
14 Anak dari perempuan Siro-Fenisia: Matius 15:22-28; Markus 7:25-30 “Hai
ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.”

Kejadian Orang Yang Disembuhkan Melalui “Karunia-Karunia Kesembuhan”:


(Cases of People Healed Through “Gifts of Healings”)

Tujuh kejadian berikut adalah orang-orang yang disembuhkan melalui karunia-


karunia kesembuhan. Tetapi, pada tiga kejadian pertama, ketaatan pada perintah Yesus
diperoleh sebelum orang sakit disembuhkan. Pada tiap kejadian berikut, Yesus tidak
berkata kepada orang yang disembuhkan agar tidak mengatakan kesembuhannya kepada
siapapun. Dari kejadian berikut, tak seorangpun yang sakit mencari Yesus.
15 Orang yang mati sebelah tangan: Matius 12:9-13; Markus 3:1-5; Lukas 6:6-10
“Bangunlah dan berdirilah di tengah....Ulurkanlah tanganmu.”
16 Orang di Kolam Betesda: Yohanes 5:2-9 “Bangunlah, angkatlah tilammu dan
berjalanlah.”
17 Orang buta sejak lahir: Yohanes 9:1-38 “Pergilah, basuhlah dirimu dalam
kolam Siloam.”
18 Ibu mertua Petrus: Matius 8:14-15; Markus 1:30-31; Lukas 4:38-39
19 Perempuan yang bungkuk selama lebih dari 18 tahun: Lukas 13:11-16
20 Orang yang disembuhkan dari busung air: Lukas 14:2-4
21 Hamba dari imam kepala: Lukas 22:50-51

Perhatikan, dalam duapuluh-satu contoh di atas, tak ada kejadian di mana seorang
dewasa disembuhkan hanya oleh iman orang dewasa lain. Pada setiap kejadian ketika
seseorang disembuhkan oleh iman orang lain, selalu yang disembuhkan adalah anak
melalui iman orang tuanya (lihat contoh-contoh 1, 3, 8, 13, dan 14).
Kecuali contoh nomor 1 dan nomor 2, hamba seorang perwira dan orang lumpuh yang
diturunkan melalui atap rumah. Dalam kasus hamba seorang perwira, kata bahasa Yunani
yang diterjemahkan menjadi hamba adalah pais, yang dapat diterjemahkan menjadi anak
seperti dalam Matius 17:18: “…dan anak itupun sembuh seketika itu juga.” (tambahkan
penekanan).
Jika sebenarnya hamba seorang perwira dan bukan anaknya, hambanya pasti seorang
anak laki-laki muda. Karena itu, si perwira bertanggung-jawab atas anak laki-laki sebagai
pengawal resmi dan dapat mengerjakan iman atas namanya seperti yang dapat dilakukan
oleh orang tua manapun untuk anaknya.
Pada kejadian orang lumpuh yang diturunkan melalui atap rumah, ketahuilah bahwa
orang lumpuh sendiri pasti juga memiliki iman; jika tidak ia tak izinkan teman-temannya
untuk menurunkannya melalui atap rumah. Jadi, ia tidak disembuhkan hanya oleh iman
teman-temannya.
Semua ini menunjukkan bahwa tidak mungkin iman orang dewasa bisa menghasilkan
kesembuhan orang dewasa lain jika orang dewasa yang sakit tidak memiliki iman sendiri.
Ya, seorang dewasa dapat berdoa dengan bersepakat dengan orang dewasa lainnya yang
membutuhkan kesembuhan, tetapi ketidakpercayaan orang sakit dapat saja
menghilangkan efek-efek iman dari orang dewasa lainnya.
Tetapi, anak-anak kita dapat disembuhkan melalui iman kita, sampai pada usia
tertentu. Namun mereka akhirnya akan mencapai usia ketika Allah mengharapkan
mereka untuk menerima dariNya berdasarkan iman mereka sendiri.
Saya mau mengajak anda untuk mempelajari setiap contoh Alkitab yang disebutkan di
atas untuk memperkuat iman anda dalam pemberian Allah kita yang menyembuhkan.

Urapan Kesembuhan (The Healing Anointing)

Akhirnya, penting untuk diketahui bahwa Yesus diurapi dengan kuasa kesembuhan
nyata selama pelayananNya di bumi. Yakni, Ia sebenarnya dapat merasa bahwa urapan
kesembuhan yang meninggalkan tubuhNya, dan pada beberapa kejadian, orang-orang
sakit yang disembuhkan dapat merasakan urapan itu ketika urapan itu memasuki
tubuhnya. Misalnya, Lukas 6:19 berkata, “dan semua orang mencoba menyentuhNya,
karena kuasa akan datang dariNya dan menyembuhkan mereka semua.”
Tampaknya, urapan kesembuhan bahkan membasahi pakaian Yesus sehingga, jika
seseorang yang sakit menyentuh jubahNya dengan iman, urapan kesembuhan akan
mengalir ke dalam tubuhnya. Kita baca dalam Markus 6:56:

Ke manapun Ia pergi, ke desa-desa, ke kota-kota, atau ke kampung-kampung, orang


meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepada-Nya, supaya mereka
diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja. Dan semua orang yang
menjamah-Nya menjadi sembuh.

Wanita yang sakit pendarahan (lihat Markus 5:25-34) disembuhkan hanya dengan
menyentuh ujung jubah Yesus dan dengan berharap disembuhkan dengan iman.
Tidak hanya Yesus yang diurapi dengan urapan kesembuhan yang nyata, tetapi juga
rasul Paulus diurapi selama tahun-tahun berikutnya dalam pelayanannya:

Oleh Paulus Allah mengadakan mujizat-mujizat yang luar biasa, bahkan orang
membawa saputangan atau kain yang pernah dipakai oleh Paulus dan
meletakkannya atas orang-orang sakit, maka lenyaplah penyakit mereka dan
keluarlah roh-roh jahat. (Kisah Para Rasul 19:11-12).

Urapan kesembuhan yang nyata membasahi jubah Paulus, yang menunjukkan bahwa
jubah adalah media penghantar yang baik untuk kuasa kesembuhan!
Allah tidak berubah sejak masa Yesus atau Paulus, sehingga kita tak perlu terkejut jika
Allah mengurapi beberapa hambaNya kini dengan urapan kesembuhan tersebut, seperti
Tuhan mengurapi Yesus dan Paulus. Tetapi, karunia-karunia ini tak diberikan kepada
orang yang belum berpengalaman, tetapi hanya kepada orang yang telah terbukti tetap
setia dan memiliki motivasi yang tidak egois selama waktu tertentu.

Anda mungkin juga menyukai