Anda di halaman 1dari 5

BAHAN SERMON GKPI RESSORT TANJUNG JABUNG INDAH EVANGELIUM

MINGGU IX SET. TRINITATIS, 06 AGUSTUS 2023 MATIUS 14: 13-21


“MAKANAN DAN MINUMAN ADALAH PEMBERIAN ALLAH”

Setelah Yesus mendengar berita tentang kematian Yohanes yang telah dibunuh raja
Herodes dimana kepala Yohanes dipenggal dan dipersembahkan kepada putri Herodias.
Yesus menyingkir dan hendak mengasihkan diri ke tempat yang sunyi. Hal ini ia lakukan
sebagi bentuk kesedihannya oleh karena kematian dari Yohanes. Akan tetapi ketika orang
banyak melihat Yesus mereka mengikutiNya dan mengambil jalan darat untuk mengikuti
Yesus. Banyak dari antara orang mengikut Yesus itu adalah orang-orang yang butuh di
sembuhkan dari beragam penyakit yang mereka miliki. Dan dalam mengikut Yesus
disepanang satu harian itu Yesus melihat bahwa waktunya mereka untuk makan, namun tidak
ada makanan yang disediakan untuk orang sebanyak itu, dimana dikatakan 5000 orang tidak
termasuk perempuan dan anak-anak.
Ada hal yang menarik dari cerita Yesus memberi makan 5.000 orang, memutar balikkan
semua logika matematika kita. 5+2:5000=12. Lima roti dan dua ikan yang makan lima ribu
orang, namun masih bisa sisa dua belas bakul. Kejadian apa semacam ini? Inilah mujizat
yang dilakukan oleh Yesus memberi makan orang banyak yang selalu mengikut Dia.
1. Tergerak Oleh Belas Kasihan. Kemanapun Yesus pergi selalu banyak orang yang
mengikutiNya: ada diantaranya yang hendak mendengar pengajaran dan kotbahNya, ada juga
yang membawa orang sakit agar disembuhkan dan ada pula yang hendak melihat tanda-tanda
mujizat yang dilakukan Yesus. Mereka seperti domba yang tidak punya Gembala. Kemana
Yesus pergi kerumunan massa pun akan selalu ramai. Sekalipun Yesus telah mencoba
menghindari keramaian pergi ke tempat yang sepi namun tetap saja orang banyak
mengikutiNya. Dalam berbagai kejadian agar tidak memberitahukan mujizat yang
dilakukannya, namun dengan cepat tersebar kepada semua orang tentang apa yang dilakukan
oleh Yesus. Daya magnet Yesus sangat luar biasa. Hal itulah yang membuat Yesus terharu dan
melayani mereka dengan penuh kasih. Yesus tergerak oleh belas kasihan menyembuhkan
orang sakit dan melayani orang banyak.
2. Berilah Mereka Makan! Kesungguhan orang banyak nampaknya tidak memperdulikan
waktu, sepanjang hari mereka mengikut Yesus sampai lupa makan. Sudah hampir malam
namun mereka belum makan. Ada diantara mereka yang menganjurkan agar mereka disuruh
pulang? Realistis memang karena bagaimana mungkin mereka melayani makan siang lima
ribu orang? Sementara stok makan tidak ada pada mereka. Tak mungkin ada stok makanan
bagi orang yang begitu banyak. Dalam keadaan demikian Yesus memerintakahkan murid-
murid: "berilah mereka makan!"
Berilah mereka makan! Ini bentuk imperatif, memerintahkan murid-murid untuk
melayani mereka dengan memberi makan. Yesus tidak membiarkan orang-orang yang
mengikutiNya lapar. Ketiadaan tidak dapat menjadi alasan untuk melakukan kebaikan.
Perintah ini menginspirasi satu komunitas yang mendirikan lembaga yang disebut dengan
Tafel: mereka memberikan makan orang miskin dan homeless di Jerman dan mereka tak
pernah kekurangan bahan makanan. Sumber makanan yang mereka kumpul adalah dari
warga yang kelebihan makanan. Banyak orang berbelanja makanan namun mereka tak
menghabiskannya.
Perintah Yesus ini juga menjadi tugas dan missi gereja, jangan sampai ada disekitar
kita yang tidak makan, apalagi mati kelaparan. Bagaimana itu mungkin sementara kita
kekurangan? Ini sering menjadi alasan orang untuk tidak berbuat. Pikiran yang
mengutamakan kepentingan diri. Kotbah ini mengingatkan mentalitas: Cukup dulu aku, baru
berpikir tentang orang lain. Ingatlah memenuhi kepentingan dan kebutuhan sendiri tak akan
pernah cukup.
3.Berikanlah apa yang ada padamu! Murid hanya punya 5 roti dan dua ikan, itu diserahkan
kepada Yesus dan mujizat pun terjadi. Bagaimanakah dengan 5 roti dan dua ikan makan
sebegitu banyak orang dan bahkan sisa lagi? Sesungguhnya orang Yahudi jika melakukan
perjalanan akan mengantongi roti dibalik jubahnya sebagai bekal. Ketika Yesus bertanya apa
yang ada pada kamu? Murid menjawab: hanya 5 roti dan 2 ikan. Yesus berdoa, memberkati
dan memecahkannya serta membagikannya bagi semua orang. Mujizat pun terjadi karena apa
yang ada pada orang banyak diberikan kepada Yesus untuk didoakan dan diberkati menjadi
pelayanan bagi sesama. Akhirnya semua orang mengeluarkan roti masing-masing. Semuanya
roti dan ikan menjadi jamuan untuk 5000 orang (belum dihitung anak-anak da perempuan).
Akhirnya semuanya dapat makan bahkan sisa dua belas bakul.
Dari kisah Yesus memberikan 5000 orang makan ada hal yang tersirat didalamnya
dimana Yesus dalam duka yang dialamai oleh karena Yohanes meninggal Yesus tidak
membiarkan dirinya dalam kesedihan itu tetapi Yesus menunukkan ke IlahianNya dalam
melayani orang yang datang berduyunduyun menjumpai Dia. Kita harus ingat makanan dan
minuman adalah pemberian Tuhan sehingga kita harus yakin dan percaya akan Tuhan yang
menyediakan apa yang kita butuhkan. Amin.
BAHAN SERMON GKPI RESSORT TANJUNG JABUNG INDAH EVANGELIUM
MINGGU X SET. TRINITATIS, 13 AGUSTUS 2023 KEJADIAN 39: 1-5
“MENJADI BERKAT DI DALAM TUHAN”

Kejadian 39 kembali ke kisah Yusuf. Dalam 37:36 kita telah mendengar bahwa orang
Midian telah menjual Yusuf sebagai budak kepada Potifar, seorang kepala pengawal dan salah
satu pegawai Firaun. Setelah pengantar ini, kita langsung dihantar intinya dengan memberi
tahu pembaca bahwa “TUHAN menyertainya” (ay.2), sebuah pernyataan yang menandakan
bahwa Yusuf menikmati hubungan perjanjian dengan Allah. Inti perjanjian diungkapkan
dengan kalimat, “Aku akan menjadi Allahmu, dan kamu akan menjadi umat-Ku.” Kita harus
memperhatikan bahwa Allah Israel bukan hanya Allah Israel; dia adalah Tuhan semua
bangsa. Dia aktif atas nama Yusuf bahkan di Mesir.
Dalam ayat yang sama, kita melihat bahwa berkat mengikuti hadirat Allah. Karena
Yusuf, Allah memberikan kesejahteraan kepada Potifar “di rumah dan di ladang” (ayat 5).
Potifar mencatat bahwa kesuksesan rumah tangganya adalah hasil dari kehadiran Yusuf,
sehingga dia memberinya tanggung jawab yang besar untuk mengatur rumah tangganya.
Menurut ayat 5, kebangkitan Yusuf dalam rumah tangga disertai dengan lebih banyak
kemakmuran. Dia menyerahkan pengelolaan rumahnya sehingga Potifar tidak perlu khawatir
tentang apa pun “kecuali makanan yang dimakannya” (ayat 6).
Pada titik ini kita diingatkan kembali tentang janji-janji yang diberikan kepada
Abraham dalam 12:1 – 3. Tuhan tidak hanya akan memberkati Abraham dan keturunannya,
tetapi melalui mereka “melalui kamu semua bangsa di bumi akan diberkati.” Kehadiran Yusuf
memberkati rumah tangga Potifar bangsa Mesir tersebut. Kita juga mendengar bahwa Allah
akan “memberkati mereka yang memberkati Anda.” Saat Potifar mempromosikan Yusuf dan
mempercayakannya dengan tanggung jawab yang semakin besar, maka kemakmuran rumah
tersebut telah menjadi bertambah.
Namun dari hal ini kita melihat akan kondisi daripada Yusuf, melalui tempat ia tinggal
saat itu bukanlah tempat keluarganya, maka itu bisa menjadi kesempatan bagi Yusuf untuk
menyimpang dari apa yang dianutnya sebagaimana yang telah ia alami. Namun Yusuf tidak
berlaku demikian. Lalu, siapa yang peduli terhadap dirinya yang adalah orang asing terlebih
lagi seorang budak? Hanya Tuhan sajalah dalam penyertaanNya.
Penyertaan Tuhan jauh lebih melampaui situasi yang dialami Yusuf. Ini terbukti pada
karya Tuhan yang terjadi dalam hidup dan pekerjaannya di rumah Potifar. Memang banyak
orang yang berhasil karena kerja kerasnya dan itu ialah bagus adanya. Namun sebagai orang
percaya kita dituntun bahwa jauh lebih penting bagi kita untuk menyadari penyertaan Tuhan
dalam hidup dan pekerjaan kita. Dia ialah omni-present yang berarti ada di setiap tempat. Di
mesir pun Ia ada dalam rumah Potifar, karya Tuhan nyata disana. Tuhan dalam kasihNya
memberikan berkat kepada Yusuf sekaligus juga kepada Potifar melalui Yusuf. Layaknya
Yusuf, kita hendaklah menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar kita, sehingga dunia penuh
dengan damai dan sukacita yang dari Tuhan. Amen
BAHAN SERMON GKPI RESSORT TANJUNG JABUNG INDAH EVANGELIUM
MINGGU XI SET. TRINITATIS, 20 AGUSTUS 2023 ROMA 11: 1-2a; 29-32
“BANGSA-BANGSA BERSYUKUR ATAS KEMURAHAN ALLAH”

Paulus memulai perikop atau bagian ini dengan pertanyaan retoris, “Saya kemudian
bertanya: Apakah Allah menolak umat-Nya? Dengan tidak bermaksud!" (ayat 1). Sama
seperti 9:1 dan 10:18-19, Paulus menggunakan “Aku meminta” untuk menunjukkan
perubahan ke tahap selanjutnya dari pernyataannya. Yakni tentang apakah Allah telah
menolak umat-Nya di 9:30 - 10:21, apakah sikap keras kepala Israel berarti bahwa Israel
telah mencapai titik dimana mereka tidak dapat kembali. Paulus menjawab dengan tegas,
"Tidak mungkin!" dan untuk menggarisbawahi ketidakmungkinannya ini (lih. 3:4, 5-6; 9:14;
11:11). Alasan langsung mengapa Allah tidak dapat menolak umat-Nya adalah karena ada
beberapa di antara umat-Nya, seperti Paulus, yang telah mengenal dan menghidupi Yesus.
Seperti yang dia lakukan sebelumnya (lih. 9:3), Paulus menekankan hubungan silsilahnya
dengan Israel (ay. 1). Paulus benar-benar berkonflik antara identitasnya sebagai seorang
Yahudi dan keyakinannya tentang keselamatan yang hanya ada di dalam Injil. Intinya adalah
bahwa Paulus mengetahui warisan Yahudinya tidak menjamin status "kebenaran" apa pun
(lih. 2 Kor 11:22; Flp 3:5-9); namun meskipun demikian, Paulus masih memegang hak-hak
istimewa yang diwariskan sebagai orang Israel karena itu adalah saluran untuk menyatakan
kebenaran Allah. Pada akhirnya, keberadaan orang Kristen Yahudi seperti Paulus
menunjukkan bukti bahwa Tuhan tidak menolak umatnya. Ada kemurahan yang daripada
Allah.
Penyaluran berkat Allah dan gambaran akan anugerahNya tampak dari orang bukan
Yahudi yang dulu pernah tidak taat kepada Tuhan (lihat 1:18-31; 6:20-21) tetapi telah
menerima belas kasihan karena ketidaktaatan Israel terhadap tawaran belas kasihan ini
(10:16, 19, 21; 11:20-23). Pengesampingan Israel karena ketidakpercayaan telah
menghasilkan tempat persembunyian orang percaya yang bukan Yahudi. Sisi lainnya lagi
adalah bahwa ketidaktaatan Israel akan bersifat sementara karena penerimaan belas kasihan
orang bukan Yahudi yang akan menjadi katalisator bagi Israel untuk memahami belas kasihan
ini bagi diri mereka sendiri. Penerimaan belas kasihan orang bukan Yahudi akan
menghasilkan Israel yang menemukan belas kasihan. Rancangan Allah tidak dapat kita tebak
sebagaimana rangkulanNya kepada kita.
Ia tidak pernah meninggalkan umatNya, sekali-kali pun kita lah yang meninggalkan
Dia. Dari sini kita memahami bahwa Allah, baik melalui bangsa Israel maupun yang bukan
Yahudi ada kasih karunia yang tercurah. Kemurahan Allah di dalam kehidupann setiap
bangsa tersedia dan kekal. Berkatnya akan selalu hadir bagi kita, layaknya Israel begitu
banyak cela dan keberdosaan yang diperbuat oleh mereka, namun kasih Allah selalu hadir
bagi mereka. Ini wujud daripada kemurahan Allah, anugerahNya tidak murah namun mahal.
Sebab anugerahNya tersebut merupakan hartaNya yang berharga yakni Yesus Kristus yang
hadir di tengah dunia menebus dosa kita. Jadi, bersyukurlah kita bahwa Allah di dalam
kemurahanNya tetap dan akan selalu memberikan yang terbaik bagi kita yakni hartaNya yang
paling berharga. Sudahkah kita memberikan yang terbaik bagi Allah? Jika bermurah hati
kepada kita, hendaklah kita juga demikian menjadi katalisator akan berkat Allah di dunia ini.
Amin
BAHAN SERMON GKPI RESSORT TANJUNG JABUNG INDAH EVANGELIUM
MINGGU XII SET. TRINITATIS, 27 AGUSTUS 2023 2 SAMUEL 7: 25-29
“PENGAKUAN ATAS JANJI KESELAMATAN MELALUI MESIAS”

Bagaimana sesungguhnya reaksi kita ketika di dalam doa pengharapan yang telah kita
panjatkan kepada Tuhan ternyata ditolak atau tidak pernah kunjung terjadi. Tentu suatu hal
yang sukar untuk diterima, sebagaimana kita meletakkan Allah sebagai dasar pengharapan
kita di dunia ini sebagai orang percaya. Tidak sedikit kita membandingkan diri kita dengan
teman-teman kita. Kita melihat mereka semakin sukses sukses dan Makmur, namun kita
tidak. Seakan-akan tidak ada gunanya ketika kita berdoa sungguh-sungguh kepada Tuhan.
Dan demikianlah nas kita pada saat ini sebagaimana Allah telah menolak rencana Daud untuk
membangun bait suci, namun kita melihat bahwa Allah tidak menolak Daud. Allah memiliki
rencana yang lebih besar untuknya. Sisa dari pasal ini menyajikan tanggapan Daud dalam
ucapan syukur dan pujian (7:18–24) dan kemudian dalam permohonan (7:25-29). Dia dengan
rendah hati mengungkapkan rasa ketidaklayakan yang luar biasa, tetapi dia juga berdoa agar
Allah akan memenuhi janjinya. Doanya yang penuh rasa hormat dan permintaan yang berani
“berhasil mengalah dan bersikeras pada saat yang sama. Perpaduan yang luar biasa dari
ketundukan dan kegigihan inilah yang menandai iman Daud dan doa Israel yang terbaik.”
Sebab doa Daud penuh dengan nafas kasih sayang yang tulus kepada Tuhan. Dia
memiliki pemikiran rendah tentang kemampuannya sendiri. Semua yang kita miliki, harus
dipandang sebagai anugerah Ilahi. Dia berbicara dengan sangat tinggi dan terhormat tentang
nikmat Tuhan kepadanya. Mempertimbangkan seperti apa karakter dan kondisi manusia, kita
mungkin heran bahwa Tuhan memperlakukannya seperti itu. Janji Kristus mencakup
semuanya; jika Tuhan Allah menjadi milik kita, apa lagi yang bisa kita minta, atau pikirkan?
(Ef 3:20). Dia mengenal kita lebih baik daripada kita mengenal diri kita sendiri; oleh karena
itu marilah kita puas dengan apa yang telah dia lakukan untuk kita. Apa yang bisa kita
katakan lebih banyak untuk diri kita sendiri dalam doa-doa kita, daripada yang Tuhan katakan
untuk kita dalam janji-janjinya?
Daud menganggap semuanya berasal dari kasih karunia Allah yang cuma-cuma. Baik
hal-hal besar yang telah Dia lakukan untuknya, maupun hal-hal besar yang telah Dia
nyatakan kepadanya. Semua demi firman-Nya, yaitu demi Kristus. Banyak orang, ketika
mereka pergi berdoa, memiliki hati untuk mencari, tetapi hati Daud ditemukan, yaitu tetap;
berkumpul dari pengembaraannya, sepenuhnya terlibat dalam tugas, dan bekerja di dalamnya.
Doa yang berasal dari lidah saja, tidak akan menyenangkan Tuhan; itu harus ditemukan di
dalam hati; yang harus diangkat dan dicurahkan di hadapan Allah. Ia membangun imannya,
dan berharap untuk mempercepat, di atas kepastian janji Allah. Daud berdoa untuk
pelaksanaan janji itu. Bagi Tuhan, mengatakan dan melakukan bukanlah dua hal, seperti yang
sering terjadi pada kita; Tuhan akan melakukan apa yang telah Dia katakan. Janji-janji Allah
tidak diberikan kepada kita dengan nama, seperti Daud, namun itu ialah milik setiap orang
yang percaya kepada Yesus Kristus, dan memohonnya dalam nama-Nya. Sebab janji/
perjanjian keselamatan telah turun-temurun dari generasi Bapa orang percaya (Abraham –
Musa – Daud) hingga pada akhirnya kepada Yesus Kristus dan kita kini orang-orang yang
percaya. Percayalah akan janjiNya yang telah lama lebih dahulu disediakan Allah sebelum
kita ada. Amin

Anda mungkin juga menyukai