Anda di halaman 1dari 13

BAPTISAN YOHANES

By Pdt. Dr. Tertius Y. Lantigimo, MTH

A. PENDAHULUAN

Apa itu baptisan Yohanes? Pendapat bahwa baptisan


selamlah yang benar didasarkan pada baptisan Yesus oleh
Yohanes Pembaptis. Menurut pandangan ini bahwa karena Yesus
diselam maka baptisan selamlah yang benar dan semua orang
Kristen harus dibaptis dengan cara selam. Menurut pandangan ini
hanya baptisan selam yang Alkitabiah dan benar sementara
baptisan dengan cara menyiram atau percik tidak benar karena
katanya tidak alkitabiah. Kleim ini tidak tepat karena mengabaikan
latar belakang historis baptisan dan tidak memahami apa makna
baptisan Yohanes dan makna baptisan orang percaya kepada
Yesus. Diskusi mengenai hal ini akan dibahas lebih lanjut dalam
diskusi mengenai topik baptisan Yesus yang akan dibahas secara
khusus.

Beberapa pertanyaan yang perlu dibahas di sini adalah:


(1) Siapkah Yohanes Pembaptis? Pertanyaan ini penting karena
kita akan mengetahui alasan mengapa orang banyak
mendengarkan dia, bahkan Yesus sendiri mau dibaptis oleh
Yohanes;
(2) Apakah benar baptisan Yohanes itu hanya dengan cara selam?
Ada indikasi dalam PB bahwa Yohanes membaptis dengan
cara lain juga; apakah benar memang Yesus di kedalaman
sungai Yordan?;
(3) Apa yang melatarbelakangi baptisan Yohanes? Mengapa tiba-
tiba muncul dengan panggilan untuk membaptiskan diri,
padahal orang Yahudi tidak mempraktekan baptisan seperti
proselit.1 Jika orang-orang Yahudi harus dibaptis, apakah itu
berarti bahwa mereka disamakan dengan proselit?
(4) Apakah Yohanes membaptis perempuan?
Pertanyaan ini penting dalam memahami seperti apa
sebenarnya baptisan Yohanes. Sumber pemahaman kita
mengenai baptisan Yohanes hanya Injil-Injil. Dalam sumber-
sumber ini ada indikasi yang kuat bahwa Yohanes hanya
membaptis laki-laki. Bagaimana dengan perempuan? Tidak
disebutkan bahwa Yohanes juga membaptis perempuan.
Budaya Yahudi sangat menjunjung tinggi etika dalam
kehidupan sosial dan masyarakat sehingga ada aturan-aturan
yang mengikat pola hidup kemasyarakatan yang berdampak
dalam kehidupan beragama. Misalnya, anak-anak harus
menghormati orang tua atau yang lebih tua, perempuan harus
tunduk pada suami, laki-laki dan perempuan tidak boleh
berbaur dalam situasi tertentu. Itulah sebabnya dalam
beribadah, berbeda dengan dalam rumah ibadah kristen, laki-
laki dan perempuan punya tempat khusus yang terpisah dan
tidak boleh berbaur, seolah-olah ada segregasi.2 Di Bait Allah
orang Yahudi tidak boleh berbaur dengan kaum proselit.
Masing-masing punya tempat khusus, dan tidak dapat
dirubah.
Demikian pula dalam hal membaptis. Walaupun dalam PB
yang dibaptis itu adalah kaum laki-laki, namun kaum
perempuan turut juga dibaptis walaupun tidak disebutkan
secara explisit. Berdasarkan budaya yang disebutkan di atas
maka kaum laki-laki akan dibaptis oleh laki-laki dan
perempuan oleh perempuan. Batasan ini tidak dapat
dilangkahi.

1
Proselit adalah istilah yang dipakai untuk orang-orang non-
Yahudi (orang Yunani, orang Romawi, dll) yang tertarik pada agama
Yahudi.
2
Banyak ahli berpendapat bahwa hal ini disebabkan oleh budaya
paternalistik. Band. Bruce J. Malina, The New Testament World. Insights
from Cultural Anthropology. Louisville: Westminster John Knox, 2001, 32-
40.
Dale dalam membahas latar belakang Yohanes mengutip
perkataan seorang Rabbi Yahudi yang menyebutkan, “Their
clothes were not wet at all; for men and women to be
baptized with their clothes on is to baptize the clothes, not the
body; “they were baptized in a nude state, male by male and
female by female.” 3
(Terjemahan: Pakaian mereka tidak basah sama sekali; karena
kalau laki-laki dan perempuan dibaptiskan dengan berpakaian sama
dengan membaptis pakaian, bukan tubuh. “mereka dibaptis dalam
keadaan telanjang, laki-laki dibaptis oleh laki-lai dan perempuan oleh
perempuan.”).
Kutipan di atas menunjukan bahwa baptisan tidak hanya berlaku
bagi kaum laki-laki tetapi juga kaum perempuan. Hal ini tidak
disebutkan dalam PB, tetapi dapat diasumsikan bahwa perempuan
juga turut terlibat dalam pelaksanaan baptisan yang disebutkan
dalam Injil-Injil.

B. Siapa Yohanes dan Latar Belakang Baptisannya

1. Siapakah Yohanes?

Memahami makna baptisan Yohanes tidak dapat dipisahkan


dari mengenal siapa sebenarnya figur Yohanes dan mengapa dia
diberi gelar “Pembaptis” sehingga dia dikenal dengan nama
“Yohanes Pembaptis.” Nama Yohanes adalah nama yang lazim
dan populer. Dalam PB ada beberapa figur bernama Yohanes.
Misalnya, murid Tuhan Yesus yang bernama Yohanes anak
Zebedeus, dan ada juga penatua Yohanes.4 Karena itu Yohanes
yang dimaksud dalam pembahasan ini bernama “Yohanes

3
James W. Dale, Johanic Baptism: BAPTIZW - An Inquiry Into
The Meaning of the Word As Determined By The Usage of the Holy
Scriptures. Wauconda/Philipsburg: Bolchazy-Carducci/P&R Publishing,
1993, 24.
4
See D.A. Carson, The Gospel According to John. Grand
Rapids/Leicester: William B. Eerdmans/IVP, 1991, 68-81.
Pembaptis” untuk menjelaskan Yohanes yang mana yang
dimaksud.
Cerita mengenai kelahiran Yohanes Pembaptis hanya
disampaikan oleh Injil Lukas (Lk. 1:5-25, 57-66), tetapi mengenai
pelayanannya semua Injil menceritakannya. Ayahnya adalah Imam
Besar Zakaria dan ibunya adalah Elisabeth yang juga adalah
keturunan imam. Kelahiran Yohanes adalah suatu mujizat karena
kelahirannya dinubuatkan oleh Malaikat ketika ayahnya sementara
melaksanakan pelayanan dalam ruang Mahakudus Bait Allah
dalam upacara atau ibadah Pendamaian5 ketika ia dilahirkan
ibunya sudah lanjut usia dan mandul. Nama Yohanes adalah nama
yang diberikan oleh Malaikat yang menampakan diri kepada Imam
Zakaria, ayahnya.
PB melihat Yohanes Pembaptis sebagai bagian yang integral
dari pelayanan Yesus. Karena Yohanes ditempatkan sebelum
Yesus memulai pelayanan-Nya. Bahkan Injil-Injil menempatkan
Yohanes Pembaptis sebagai “pembuka jalan” bagi kedatangan
Sang Mesias, Yesus Kristus (bd. Mk. 1:4). Yesus sangat
menghormati Yohanes Pembaptis dan menganggap dia sama
dengan nabi Eliah bahkan melebihi seorang nabi yang pernah ada
(Mat. 11:9-11, Lk. 7:26-28; ). Itulah sebabnya tidak mengherankan
jika Yesus datang kepada Yohanes untuk dibaptis (Mt. 3:13-17
dan paralel).

2. Latar Belakang Baptisan Yohanes

Menyimak kisah hidupn Yohanes yang dicatat oleh Injil atau


sumber-sumber lain seperti catatan Yosefus,6 digambarkan bahwa
Yohanes Pembaptis adalah seorang yang taat kepada Hukum
Taurat dengan hidup menurut Hukum Taurat. Injil Markus
melaporkan bahwa Yohanes hidup secara sederhana. Pakaiannya
adalah “bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya

5
B. Witherington III, “John the Baptist”, in Dictionary of Jesus and
the Gospel. Eds. I. Howard Marshall; Leicester: IVP, 1992, 383-391.
6
Mengenai Yosephus lih. J.J. Scott, “Josephus” in Dictionary of
Jesus and the Gospel. Eds. Joel B. Green, Scot McKnight, I. Howard
Marshall; Leicester: IVP, 1992, 391-394.
belalang dan madu hutan” (Mk. 1:6). Menurut sumber Yahudi
Yohanes memisahkan diri dari orang-orang Yahudi normatif,7 dan
bergabung dengan kelompok Essena yang mengasingkan diri di
Qumran yang disebut “komunitas Qumran”,8 di sebelah Barat
Daya Laut Mati. Kelompok ini sangat taat dan ketat dengan ritus-
ritus agama Yahudi termasuk ritus-ritus pembasuhan.
Mereka mengasingkan diri karena pandangan eskatologis
mereka yang ekstrim. Mereka menganggap bahwa kehidupan
bangsa Yahudi yang terus menerus berada di bawah kekuasaan
atau penjajahan asing dari bangsa Yunani dan Romawi adalah
karena dosa para pemimpin Yahudi yang hidupnya sudah
dinajiskan oleh hubungan-hubungan mereka dengan pemerintah
asing itu. Allah telah menghukum mereka sehingga mengalami
situasi penjajahan itu. Mereka juga memandang bahwa Yerusalem
sudah dipenuhi oleh dosa kenajisan sehingga mereka harus
menyendiri. Mereka menganggap bahwa mereka adalah “sisa
Israel” yang dapat memulihkan kembali bangsa Yahudi yang
terjajah itu.
Komunitas Qumran meyakini bahwa kesalehan dan ketaatan
kepada Hukum Taurat Allah akan segera memulihkan keadaan
bangsa Yahudi dengan menghadirkan Kerajaan Allah melalui
kepemimpinan seorang Mesias yang perkasa dan memiliki
kekuatan supernatural.9 Mesias inilah yang akan mengalahkan
penjajah dan memulihkan kejayaan Israel pada masa lampau.
Setelah itu Kerajaan Allah akan berdiri di mana bangsa Yahudi
akan mengalami kejayaan, dan musuh-musuh mereka akan takluk.
Akan tetapi, seperti sudah disinggung di atas, Kerajaan Allah
itu, belum akan hadir kalau bangsa Yahudi masih hidup dalam
dosa yang menajiskan mereka. Karena itu orang-orang Essena
bertindak sebagai wakil bangsa Yahudi hidup dalam pertobatan
dengan menjaga kesucian hidup dengan ketaatan melakukan

7
Anthony J. Saldarini, Pharisees, Scribes and Sadducees in
Palestinian Society. Grand Rapids: William B. Eerdmans, 1988, 3-7.
8
John Dane, Introducing the New Testament. New York: Harper
Collins, 1990, 40.
9
See George Eldon Ladd, A Theology of New Testament . Grand
Rapids: William B. Eerdmans, 1994, 135-137.
Hukum Taurat dan peraturan komunitas Qumran. Salah satu cara
untuk menjaga kekudusan atau kesucian hidup mereka adalah
dengan mempraktekan ritus pembasuhan secara intensif. Mereka
akan melakukan ritus itu berkali-kali berdasarkan konteks yang
mereka alami. Jika Yohanes adalah anggota dari kelompok
Qumran ini, maka tidaklah mustahil jika dia sangat dipengaruhi
oleh teologi Qumran yang sangat menekankan kekudusan hidup
dan ritus pembahasuhan, termasuk dengan apa yang disebut
dengan ritus membaptis seperti yang dilakukan oleh kaum
proselit. Itulah sebabnya baptisan Yohanes disebut juga sebagai
baptisan pertobatan sebagai syarat kehadiran Kerajaan Allah.
Dengan kata lain baptisan itu berhubungan dengan gerakan
eskatologis sedang berkembang pada masa itu.

C. Cara Yohanes Membaptis


Pandangan umum bahwa Yohanes membaptis dengan cara
selam. Walaupun padangan ini sebenarnya agak dipaksakan karena
ada kondisi di mana selam tidak dapat dilaksanakan seperti yang
akan dijelaskan lebih lanjut sebentar, kita akan melihat lebih dalam
cara baptis selam. Cara selam yang dimaksud di sini adalah
membenamkan seluruh tubuh, termasuk seluruh bagian kepala ke
dalam air. Jika pembenaman tubuh hanya setengah badan,
misalnya hanya sampai pada bagian dada atau leher apakah hal itu
dapat dikategorikan selam? Menurut hemat saya, berdasarkan
pandangan dan praktek penganut baptisan selam, maka yang
dapat dikategorikan baptisan cara selam adalah pembenaman
seluruh tubuh dari kaki sampai kepala ke dalam air. Apabila
pembenaman tubuh yang hanya sampai bagian dada atau leher
tidak dapat disebut selam. Bagi saya, hal itu hanya dapat
dikategorikan baptisan dengan air yang banyak.
Marilah kita berasumsi bahwa Yohanes melakukan baptisan
dengan cara selam. Namun perlu diingat bahwa cara selam hanya
dapat dilakukan di sungai atau kolam yang memiliki kedalaman
yang cukup. Jika pembaptisan dilakukan di sungai Yordan cara
selam sangat mungkin untuk dilakukan.
Sebagian orang berpendapat, khususnya penganut baptisan
selam, akan mengatakan bahwa ketika Yesus dibaptis di sungai
Yordan oleh Yohanes Pembaptis hal itu dilakukan dengan cara
selam. Ayat-ayat yang menjadi rujukan kalimat yang mengatakan
bahwa Yesus “keluar dari air” (Mat. 3:16; Mk. 1:10). Akan tetapi
kalimat “keluar dari air” itu tidak selamanya menunjuk pada
keadaan tubuh yang tenggelam secara untuh lalu keluar dari air.
Dalam kenyataannya, ketika seseorang berada di air atau sungai
dengan berdiri atau merendam setengah dari tubuhnya dan ketika
keluar dari keadaan itu dapat juga disebut “keluar dari air.”
Dengan kata lain kalimat itu dapat mengundang multi tafsir,
karena dapat ditafsirkan dari berbagai sisi. Dan maknanya
tergantung pada siapa yang menafsirkan.
Sehubungan dengan hal di atas, pertanyaan berikut yang perlu
ditanyakan adalah: apakah benar cara Yohanes Pembaptis hanya
satu yaitu dengan cara selam? Mengapa pertanyaan ini penting
supaya memberikan kita wawasan yang lebih luas mengenai
praktek membaptis bahwa baptisan tidak hanya dilakukan dengan
satu cara. Cara penyiraman atau pembasuhan juga dapat
dilakukan, tergantung konteks. Misalnya, selain membaptis di
sungai Yordan, Yohanes juga melakukan baptisan di Betania
(Yoh. 1:28) dan di Aenon (Yoh. 3:23). Kedua tempat ini bukan
sungai, tetapi tempat di mana terdapat mata air sehingga dapat
dibuat bak penampungan air. Di tempat ini cara selam dan cara
penyiraman dapat terjadi. Tetapi Injil Yohanes tidak menjelaskan
lebih lanjut mengenai hal ini. Namun jika kita mempertimbangkan
latar belakang Yohanes sebagai anggota persekutuan Qumran,
maka cara melakukan ritus pembasuhan dapat menjadi patokan
Yohanes dalam melakukan baptisan di Betania dan Aenon seperti
disebutkan di atas.
Dengan kata lain bahwa cara membaptis dapat disesuaikan
dengan konteks pada waktu itu. Dengan demikian kita tidak dapat
mengatakan bahwa cara membaptis yang benar hanya satu. Dan
yang paling penting adalah bukan masalah cara pembaptisan itu
tetapi alasan teologis mengapa seseorang dibaptis. Jadi,
pentingnya suatu baptisan tidak ditentukan oleh cara seseorang
dibaptis, tetapi ditentukan oleh makna dari baptisan itu.
Aspek lain yang penting untuk diketahui mengenai baptisan
dalam tradisi Yahudi seperti yang dipraktekan oleh Yohanes
adalah bahwa baptisan itu adalah self administered atau
dilaksanakan sendiri untuk diri sendiri, tanpa pendampingan
orang lain seperti imam atau pimpinan agama. Hal ini yang
membedakan baptisan Yohanes atau dalam tradisi Yahudi dari
baptisan dalam tradisi Kristen. Apapun denominasi kita baptisan
harus dilakukan oleh pendeta atau gembala yang diurapi.
Hal lain yang menarik untuk kita simak adalah bahwa
baptisan dalam tradisi Yahudi tidak ada sapaan atau formulasi
kalimat khusus seperti pada pembaptisan Kristen yang
menggunakan formulasi trinitarian: “dalam nama Bapa, Anak dan
Roh Kudus”. Ini adalah perbedaan yang sangat mendasar antara
baptisan Yohanes atau tradisi Yahudi dengan baptisan dalam
kekristenan. Karena itu akan keliru jika ada yang beranggapan
bahwa baptisan kristen mengikuti baptisan Yohanes. Baptisan
dalam kekristenan dan baptisan Yahones berbeda dalam teologi
maupun dalam konteks historis.

D. Mengapa Yohanes Membaptis?

Perlu diketahui bahwa sebelum Yohanes Pembaptis belum


ada pembaptisan bagi orang Yahudi. Yohanes adalah orang
pertama yang melakukan baptisan bagi orang Yahudi. Hal ini
disebabkan oleh pandangan eskatologis Yohanes, seperti yang
disinggung di atas. Itulah sebabnya dia diberikan julukan
“pembaptis” sehingga dia lebih dikenal dengan nama Yohanes
Pembaptis. Mengapa para imam atau para rabi tidak memulai
baptisan itu? Mengapa Yohanes memulai baptisan? Siapakah dia
sehingga sepertinya dia memiliki otoritas untuk membaptis tanpa
ada protes dari pihak institusi agama resmi? Hal ini menarik untuk
kita simak. Tidak ada laporan dalam Injil-Injil bahwa para
pemimpin agama Yahudi keberatan dengan apa yang dilakukan
oleh Yohanes membaptis banyak orang, bahkan para pemimpin
agama Yahudi turut hadir dalam upacara-upacara pembaptisan
yang dilakukan oleh Yohanes. Apakah para iman dan pemimpin
agama Yahudi mendukung apa yang dilakukan oleh Yohanes
Pembaptis atau tidak? Untuk menelusuri hal ini lebih jauh bukan
fokus kita. Fokus kita adalah alasan mengapa Yohanes melakukan
praktek baptisan tersebut.
Tidak ada petunjuk lain untuk mengetahui alasan Yohanes
melakukan pembaptisan terhadap orang Yahudi selain apa yang
disebutkan oleh Injil-Injil. Injil Markus menempatkan kisah
Yohanes Pembaptis pada pasal 1 dengan melihat Yohanes
Pembaptis sebagai “pembuka jalan” bagi pelayanan Yesus. Matius
dan Lukas menceritakan bahwa Yesus dibaptis sebelum
pencobaan di padang gurun. Di sini kita melihat bagaimana semua
Injil menceritakan kisah Yohanes Pembaptis dalam kaitannya
dengan pelayanan Yesus.
Mengapa Yesus dibaptis? Pertanyaan ini berhubungan
dengan pertanyaan sebelumnya: Mengapa Yohanes membaptis?
Alasan mengapa Yohanes membaptis kita hanya dapat lihat dalam
perikop-perikop dalam Injil-Injil yang memuat cerita baptisan
yang dilakukan oleh Yohanes kepada orang-orang Yahudi.

Markus 1:4-5:
Demikianlah Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun
dan menyerukan: Bertobatlah (metanoia) dan berilah
dirimu dibaptis (baptisma) dan Allah akan mengampuni
dosamu (ἄφεσιν ἁμαρτιῶν). Lalu datanglah kepadanya
orang-orang dari seluruh daerah Yudea dan semua
penduduk Yerusalem, dan sambil mengaku dosanya
mereka dibaptis di sungai Yordan. (Mk. 1:4-5)

Seruan Yohanes di atas harus dipahami dalam konteks asli atau


konteks kehidupan bangsa Yahudi pada abad pertama masehi.
Pada masa itu bangsa Yahudi sedang berada di bawah kekuasan
Romawi.10 Sebelumnya, mereka dikuasai oleh bangsa Yunani, di
mana mereka mengalami penindasan dan penganiayaan, lebih
khusus pada zaman pemerintah Anthiokus Epifanes yang

10
Lih. Craig Blomberg, Jesus and the Gospel: And Introduction
and Survery. Nashville: Broadman & Holman, 1997, 19-26.
memaksa orang Yahudi untuk menyembah berhala dan
mendirikan patung berhala dalam Bait Allah pada masa itu.11
Dalam ayat-ayat di atas dikatakan bahwa pertobatan itu
dilakukan supaya Allah mengampuni dosa, dan tanda bahwa
seseorang itu mau bertobat adalah kemauannya dibaptis. Akan
tetapi pertobatan yang dimaksudkan di sini bukan hanya sekedar
pertobatan, tetapi ada suatu alasan yang penting mengapa
pertobatan itu penting. Matius menjelaskan hal ini, Bertobatlah,
sebab Kerajaan Sorga sudah dekat! (Mat. 3:2). Jelas di sini bahwa
baptisan Yohanes sangat berhubungan dengan persiapan
kedatangan Kerajaan Allah yang diberitakan oleh Yohanes, bahwa
persiapan itu dilakukan melalui pertobatan yang ditandai dengan
baptisan (Mk. 1:4). Orang-orang dari daerah Yudea dan
Yerusalem datang mengaku dosa mereka dan dibaptis di sungai
Yordan. Di sini sangat jelas bahwa baptisan Yohanes didahului
oleh pertobatan. Karena itu baptisan Yohanes adalah tanda dari
pertobatan itu. Istilah tertobatan (metanoia) yang dimaksudkan di
sini adalah idiom untuk kembali kepada Tuhan (Yes. 19:22; 55:7;
Yeh. 33:11; Hos. 14:1; Yoel 2:13). Berbalik kepada Tuhan (Ingg.
conversion) menyatakan sifat tobat itu sendiri, dan makna
sesungguhnya pertobatan (Ingg. repentance) itu adalah berduka
karena dosa. Istilah Yunani metanoia menunjuk pada perubahan
pola pikir, yang dalam konsep Ibrani mencakup berbaliknya
seseorang secara total kepada Allah. Pandangan ini sama dengan
konsep dalam persekutuan Qumran yang menekankan kesucian
seremonial dan pertobatan hati (CD 6:5; 8:16). Konsep ini harus
dipahami dalam konteks penantian kedatangan Kerajaan Allah.
Orang-orang Yahudi pada zaman itu percaya bahwa Allah akan
mendirikan kerajaan-Nya di Palestina di mana orang-orang
Yahudi akan menikmati kehidupan eskatologis atau keselamatan
mesianis. Syarat kehadiran kerajaan Allah itu adalah pertobatan
yang ditandai dengan baptisan. Dalam hal ini baptisan Yohanes
sangat berkaitan erat dengan pemahaman eskatologis umat
Yahudi, yaitu, hadirnya Kerajaan Allah.

11
Lih. D.S. Russell, Between the Testaments. Philadelphia: Fortress
Press, 1983, 29.
Hal ini menunjukkan bahwa seruan untuk bertobat dan
dibaptis oleh Yohanes pembaptis itu terjadi sebelum kedatangan
Kerajaan Allah, dan pemahaman mengenai Kerajaan Allah orang
Yahudi dan Yesus berbeda. Bagi orang Yahudi Kerajaan Allah
adalah kerajaan dalam arti politis di mana Allah melalui seorang
Mesias akan memerintah sebagai Raja. Kerajaan Allah bagi umat
Yahudi adalah pemulihan bangsa Israel menjadi bangsa yang besar
dan berkuasa di dunia. Dengan kehadiran Mesias bangsa-bangsa
yang menjajah akan dihancurkan, Yerusalem akan disucikan dan
berdirilah suatu kerajaan yang penuh dengan kemuliaan (Pss. Sol.
17:21-24). Pemahaman seperti ini dapat dibandingkan pada
perikop pengakuan Petrus dalam Injil-Injil. Di mana ketika Petrus
menjawab pertanyaan Yesus mengenai siapakah Dia
sesungguhnya dan Petrus menjawab bahwa Yesus adalah Mesias
dari Allah. Tetapi setelah Yesus mengatakan bahwa Mesias harus
menderita, Petrus langsung bereaksi bahwa hal itu tidak akan
terjadi, karena bagi orang Yahudi Mesias tidak menderita, karena
dia memiliki kuasa ilahi. Tetapi Yesus menegur dan mengoreksi
pemahaman Petrus (Mat. 16:13-20). Yesus adalah Mesias yang
akan menghadirkan Kerajaan Allah melalui kematian dan
kebangkitan-Nya. Yesus adalah Mesias yang menebus manusia
dari dosa-dosa mereka.
Dengan demikian secara teologis umat yang percaya
kepada Yesus Kristus telah berada dalam Kerajaan Allah yang
telah digenapi melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
Dalam arti zaman Yohanes Pembaptis berbeda dengan zaman
berdirinya Gereja mula-mula. Dengan karya penyalamatan Yesus
di kayu salib dan kebangkitan-Nya manusia yang percaya telah
mendapat pengampunan, dan adanya pengampunan adalah salah
satu tanda kehadiran Kerajaan Allah. Kalau demikian apakah
makna baptisan Yohanes Pembaptis, yaitu untuk pertobatan,
masih sama dengan zaman ketika pertobatan itu telah diwujudkan
melalui penebusan Yesus Kristus? Seperti yang akan kita lihat
lebih lanjut di bawah ada perbedaan makna antara baptisan pada
zaman Yohanes dan zaman setelah kebangkitan Yesus.
E. Arti dan Makna Baptisan Yohanes

Marilah kita memperhatikan apa dan bagaimana baptisan


Yohanes itu. Matius 3:11 VEgw. me.n u`ma/j bapti,zw evn u[dati eivj
meta,noian, - egM men humas baptizM en udati eivj metanoian
di satu pihak aku membaptiskan di dalam air yang menghasilkan
pertobatan . Kalimat evn u[dati (en hudati - di dalam air ) adalah
dalam konstruksi datif, yang artinya berada pada posisi di dalam,
tidak bergerak. Dengan kata lain hubungan baptisan Yohanes
hanya berhubungan dengan air yang adalah simbol kehidupan dan
penyucian.
Konstruksi kalimat eivj meta,noian (eis metanoian ke dalam
pertobatan) perlu dipahami dengan saksama. Perhatikan! Berbeda
dengan konstruksi kalimat sebelumnya dalam bentuk datif,
kalimat ini menggunakan konstruksi atau kasus akusatif. Kata
depan eis yang diikuti dengan akusatif menunjuk pada suatu
gerakan atau proses masuk ke dalam. Karena itu lebih tepat
dikatakan bahwa baptisan air Yohanes adalah baptisan yang
dilakukan dengan pengharapan bahwa pribadi yang dibaptis itu
akan sungguh-sungguh bertobat. Kerelaan orang banyak untuk
dibaptis oleh Yohanes adalah tanda bahwa mereka bersedia dan
akan bertobat. Dan ini sangat sesuai dengan apa yang disampaikan
oleh Markus bahwa Yohanes memberitakan ba,ptisma metanoi,aj
eivj a;fesin a`martiw/n (baptisma metanoias eis afesin hamartion),
secara harafiah berarti “baptisan pertobatan ke dalam
pengampunana dosa” yang di terjemahkan oleh LAI "Bertobatlah
dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu"
(Mk 1:4). Di sini jelas ada nuansa masa depan. Itulah sebabnya
terjemahan LAI dari Matius 3:11 di atas bahwa baptisan Yohanes
adalah sebagai tanda pertobatan kurang tepat. Terjemahan Alkitab
bahasa Inggris hanya KJV (King James Version) yang
menerjemahkan dengan benar, “I indeed baptize you with water
unto repentance” (Aku membaptiskan engkau dengan air untuk
masuk ke dalam pertobatan). Pada umumnya terjemahan bahasa
Inggris yang lain seperti NIV (New International Version), RSV
(Revised Standard Version), NRSV (New Revised Standard
Version) memakai istilah “for repentance” (untuk pertobatan).
Selanjutnya, Yohanes mengatakan, berbeda dengan baptisan
air Yohanes, bahwa ada orang lain yang lebih kuat dan lebih layak
yang akan bapti,sei evn pneu,mati a`gi,w| kai. puri, (baptisei en
pneumatic hagioi kai puri - akan membaptis di dalam/dengan Roh
Kudus dan Api). Perhatikan konstruksi kalimat dalam bahasa
Yunani sama dengan yang diatas. Dalam baptisan air Yohanes tadi
adalah bentuk datif present evn pneu,mati a`gi,w| kai. puri, adalah
dalam bentuk datif juga. Kedua-duanya berada dalam posisi “di
dalam,” tetapi sekarang media baptisan berbeda. Yohanes dengan
media air dan Yesus dengan media Roh Kudus dan api. Artinya,
saatnya akan tiba bahwa media baptisan bukan hanya air tetapi
Roh Kudus, api, dan media non-air lainnya. Mengenai topik ini
akan dibahas secara tersendiri pada bab berikutnya.

F. Kesimpulan

Baptisan Yohanes adalah baptisan yang dilakukan dalam


konteks khusus, yaitu konteks yang berhubungan dengan gerakan
mesianis pada masa itu. Alasan Yohanes membaptis

Anda mungkin juga menyukai