Anda di halaman 1dari 13

DOGMATIKA 2

KITAB YOHANES

“YESUS YANG DIMULIAKAN DALAM RUPA MANUSIA”

Dosen Pengampuh: Pdt. Dr. Ebenhaizer Nuban Timo

Oleh Kelompok 7:

Samuel Elshaday Nanggi Ang (22210018)

Maci Gustri Laibahas (22210050)

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS ARTHA WACANA KUPANG

2024
A. YOHANES DAN KITAB SINOPTIS
Ketika membaca kitab Yohanes, kita akan menemukan adanya perbedaan antara
kiab Yohanes dan ketiga kitab injil sebelumnya. Cara ketiga kitab injil sebelumnya
memandang Yesus lebih menyerupai Simponi yang saling mengisi dan melengkapi. Itu
sebabnya pada tahun 1774 diberi istilah sinoptis untuk ketiga kitab sebelumnya, Arti dari
istilah sinoptis adalah dilihat dari satu sudut pandang.
Kitab Yohanes mengambil jalan sendiri bukan hanya dalam sudut pandang yang dia
pakai untuk memandang Yesus, tetapi juga dalam menyusun kisah-kisah yang dijalani
Yesus. Ada 2 tahap kelaian kitab Yohanes disbanding kitab sinoptis, yaitu:
1. Perbedaan Komposisi
Pertama, Yohanes lebih memfokuskan perhatian hanya pada satu atau dua cerita
saja tetapi mengembangkamn arti dan aplikasinya secara panjang lebar. Misalnya
Yohanes menceritakan tentang tiga peristiwa yang juga muncul dalam kitab sinoptis,
yakni: munculnya Yohanes Pembaptis (1:19 dst), pemberian makan 5000 orang (Yoh.
6), dan berjalan di atas air (6:16-21). Kisah-kisah lain yang muncul dan dianggap
penting dalam sinoptis didiamkan begitu saja oleh Yohanes, misalnya baptisan Yesus
di Yordan, pencobaan di padang gurun dan penetapan perjamuan malam. Juga hanya
ada 7 cerita mujizat, percakapan dengan Nikodemus, dengan perempuan Samaria,
pertikaian dengan orang Yahudi, pidato perpisahan Yesus, dan kisah mengenai
kematian dan kebangkitan Yesus. Semua kisah itu disajikan dalam satu rangkaian
kronologis dan bingkai yang lebih besar, sehingga kitab Yohanes akhirnya tampil
sebagai sebuah dokumen kesaksian yang kompak dan utuh.
Kedua, Yohanes menceritakan banyak peristiwa yang yang tidak kita temukan
dalam kitab sinoptis, seperti peristiwa air menjadi anggur di Kana, percakapan dengan
Nikodemus, dengan Perempuan Samaria, perenungan tentang hal makan daging dan
minum darah Kristus, khotbah mengenai kedatangan dan pekerjaan Roh Kudus.
Beberapa bagian dari Yohanes justru memberikan gambaran kepada kita tentang latar
belakang peristiwa yang disaksikan kitab sinoptis (misalnya pemunculan Yohanes
Pembaptis, 1:15, 19,28; penangkapan Yohanes, 3:24 dan pemilihan kedua belas murid,
6:67).
Ketiga, kitab Yohanes yang membedakannya dari kitab sinoptis juga bersangkut
paut bingkai geografi dari pemberitaannya mengenai kehidupan dan pelayanan Yesus.
Kitab sinoptis menjadikan Galilea sebagai tempat di mana Yesus menghabiskan
sebagian besar masa hidup dan karya pelayananNya. Meskipun Yesus beberapa kali
datang ke Yudea dan Yerusalem, tetapi dua teritori ini hanya berperan sebagai
pelengkap. Yohanes memberi kesaksian yang berbeda. Ia lebih banyak bercerita
tentang pelayanan Yesus di Yudea. Hanya beberapa fakta saja dari wilayah Galilea
yang dikisahkan Yohanes, yakni tentang perkawinan di Kana (2:1-12), percakapan
dengan perempuan Samaria (Yoh. 4), penyembuhan anak pegawai istana (46:46 dst.).
Yohanes juga suka sekali menurunkan berita tentang satu khotbah atau pengajaran
Yesus secara panjang lebar. Ini jarang sekali dibuat oleh kitab sinoptis. Khotbah atau
pengajaran itu muncul karena adanya sebuah insiden kecil, entahkah itu sebuah
pertanyaan kepada Yesus atau pun satu peristiwa khusus.
Keempat, kunjungan Yesus ke Yerusalem. Yohanes mencatat sekurang-kurangnya
ada 4 kali Yesus pergi ke Yerusalem setelah baptisan-Nya di Yordan. Tiga di antaranya
adalah untuk merayakan paskah, sedangkan dalam kitab sinoptis menyebutkan bahwa
sejak dibaptis Yesus hanya satu kali saja dating ke Yerusalem. Itu terjadi menjelang
kematian-Nya. Kunjungan pertama Yesus ke Yerusalem untuk merayakan paskah
(2:13, 23). Kunjungan kedua, Yesus melakukan penyembuhan di Kolam Betesda pada
hari Sabat (5:1). Kunjungan ketiga, Yesus memberi makan 5000 orang dengan 5 roti
dan 2 ikan (6:4). Kunjungan keempat, yang berkisah tentang pengurapan Yesus di
Betania Yohanes mulai mengisahkan aktivitas Yesus pada minggu-minggu terakhir
menjelang kematiannya. Dalam perjalananNya ke Yerusalem untuk merayakan
Paskah, Yesus mampir ke Betania.Disitu teman-temannya mengadakan perjamuan
untuk Dia dan Maria meminyaki kaki-Nya dengan narwastu (12:1).
Secara konsisten dari awal sampai akhir Yohanes menggambarkan Yesus sebagai
anak domba Allah. Sebutan ini muncul pertama kali dalam pasal 1:29. Kemudian
diulang dalam pasal 1:36. Dalam kunjungan terakhir ke Yerusalem, Yohanes mengatur
kisahnya begitu rupa sehingga menjadi jelas bahwa anak domba Allah itu sedang
berjalan ke altar di Yerusalem untuk menjadi korban penebusan dosa.
Kelima, waktu Yesus merayakan perjamuan dengan murid-murid. Keempat kitab
injil sepakat bahwa penyaliban terjadi pada hari Jumat (Mk. 15:42; Lk. 23:54; Yoh.
19:31). Tetapi ada perbedaan mengenai waktu perayaan perjamuan paskah. Menurut
kitab sinoptis Yesus mengadakan perjamuan paskah dengan murid-murid pada hari
Kamis malam (Mt. 26:17). Itu jatuh pada tanggal 14 Nisan. Keesokan harinya, yakni
tanggal 15 Nisan Yesus disalibkan dan mati. Dalam pasal 18:28 Yohanes
memberitahukan kita bahwa perjamuan paskah baru akan dimulai hari Jumat. Para
Ahli Taurat membawa Yesus menghadap Pilatus untuk diadili, tetapi mereka tidak
masuk ke Istana supaya tidak menajiskan diri mengingat mereka hendak makan Paskah
di awal perayaan Sabat, yang jatuh pada Jumat sore. Jadi menurut kitab Sinoptis domba
paskah disembelih pada hari Kamis malam, sehari sebelum Yesus disalibkan dan mati,
sementara Yohanes mengandaikan bahwa domba paskah disembelih bertepatan
waktunya dengan penyaliban Yesus pada hari Jumat, kira-kira jam tiga petang.
2. Perbedaan Isi Kesaksiam
Tema-tema yang muncul secara sporadis dalam kitab sinoptis Yohanes jadikan
dasar untuk memperkenalkan Yesus Kristus secara lebih bermakna. Ada beberapa
contoh. Pertama, kitab Yohanes menggambarkan Yesus sebagai terang dunia
(Yoh.1;4,5,7,8,9; 3:19; 8:12; 9:5; 12:36,46). Ini merupakan pendalaman dan
penajaman dari kesaksian Matius mengenai terang dunia yang dikenakan kepada
murid-murid (Mt. 5:14). Kedua, Yesus adalah roti hidup (Yoh. 6). Ia bukan hanya
memberi makan banyak orang supaya hidup, tetapi Ia sendiri adalah makanan
kehidupan itu. Yohanes menggambarkan Yesus begitu rupa sehingga semua pembaca
mendapat kesan yang kuat bahwa Yesus yang diberitakan adalah Allah sendiri yang
hadir dalam dunia. Yesus tidak lain dari firman Allah dalam rupa manusia. Gambaran
ini kontras dengan kesaksian tentang Yesus dalam kitab sinoptis. Ketiga kitab yang
pertama tadi menggambarkan Yesus sebagai manusia yang dapat melakukan hal-hal
luar biasa karena Allah tinggal secara penuh di dalam Dia melalui Roh Kudus.
Hubungan Yesus dengan Allah, Sang Bapa adalah bersifat tidak langsung. Kitab
sinoptis menyaksikan Yesus sebagai manusia yang adalah Anak Allah. Sedangkan
Yohanes menggambarkan Yesus sebagai Anak Allah yang menjadi manusia. Keallahan
Yesus itu bersifat kondrati, Artinya sudah ada sejak kekal dan hubungan Yesus dengan
Sang Bapa bersifat langsung. Kitab sinoptis memandang Yesus sebagai manusia sejati
yang juga adalah Allah, tetapi kemanusiaan Yesus lebih ditonjolkan dan memainkan
peranan penting, sementara Yohanes melihat Yesus sebagai Allah yang dalam
kemuliaan menyatakan diri dalam rupa manusia (Bouma, 1950:35). Maksud Yohanes
menyajikan cerita-cerita mujizat juga berbeda dengan ketiga kitab sinoptis. Kitab
sinoptis bercerita bahwa perbuatan Ajaib yanf dilakukan Yesus terjadi karena rasa
belas kasihan Yesus (Mk. 1:41, 9:14), namun menurut Yohanes, Yesus melakukan
mujizat untuk menyatakan kemulian-Nya (Yoh. 2:11, 9:3, 11:4). Jadi, mujizat Yesus
menurut Yohanes adalah sarana untuk menegaskan siapa sebenarnya Yesus dalam
hubungan dengan Allah, Sang Bapa.
Keberadaan Yesus sebagai Allah dalam kemuliaan ditampilkan dengan cara yang
sangat kuat dalam rumusan: “Aku adalah...” yang cukup banyak ditemukan dalam
kitab Yohanes: Akulah roti hidup (6:35, 48), Akulah terang dunia ((8:12, 9:5), Akulah
pintu (10:7), Akulah Gembala yang baik (10:11), Akulah jalan dan kebenaran dan
hidup (14:6), Akulah pokok anggur (15:1). Rumusan-rumusan ini datang dari mulut
Yesus sendiri dan merupakan penajaman dari rumusan “Aku berkata kepadamu...”
yang muncul beberapa kali dalam kitab Matius, secara khusus dalam khotbah di bukit.
Kalau dalam Matius rumusan tadi disebutkan begitu saja sehingga kita bertanya
dengan otoritas apa Yesus dapat melakukan itu, dalam Yohanes penegasan itu disertai
dengan penjelasan secara mendalam sehingga keraguan kita akan otoritas yang Yesus
miliki terjawab. Yohanes juga menunjukkan dengan berbagai cara bahwa orang lain
ikut mengamini apa yang dikatakan Yesus mengenai diri-Nya. Ada kurang lebih 27
kali Yohanes menggunakan car aini untuk membuat keragu raguan orang akan Yesus
terjawab.

B. PENULIS KITAB YOHANES


Dari materi yang dibaca, ada beberapa pendapat yang mencoba memberitahukan
tentang penulis kitab Yohanes ini, namun kita tidak menemukan dengan pasti siapa penulis
kitab ini. Ada yang mengatakan bahwa Yohanes, anak Zebedeus dan Salome, salah seorang
dari ke-12 murid Yesus adalah penulis kitab ini. Ada juga yang mengatakan bahwa penulis
kitab Yonahes adalah seorang penatua yang hidup di Efesus pada pertengahan abad ke-2.
Namun, penulis kitab injil Yohanes tidak pernah menyebut siapa dirinya. Bisa saja dia
seorang Yunani yang tinggal di Efesus dan belajar filsafat. Ini berarti penulis tentu fasih
berbahasa Yunani, sehingga pendapat ini tidak bisa diterima. Meskipun demikian, patut
kita akui bahwa identitas sebenarnya dari penulis kitab Yohanes tetap tidak jelas. Ia terus
saja menyembunyikan diri, hadir secara anonim dengan menyebut dirinya murid yang
dikasihi Yesus.

C. WAKTU DAN TEMPAT PENULISAN


Yohanes adalah kitab dalam PB yang paling akhir ditulis. Ada kata sepakat di antara
beberapa ahli bahwa kitab Yohanes ditulis kira-kira tahun 100 Masehi. Menurut Mulder,
Kitab Yohanes ditulis setelah Yerusalem direbut oleh jendral Titus, yakni tahun 70 M,
tepatnya antara tahun 80-90 M. Bukti-bukti yang ia ajukan adalah sebagai berikut.
Pertama, Hubungan orang Yahudi dan orang kristen menjadi makin rumit, bahkan sudah
berubah menjadi permusuhan. Peristiwa penghancuran Yerusalem merupakan pemicu
permusuhan yang hebat itu. Admosfir pertikaian ini cukup terasa dalam kitab Yohanes.
Kedua, Yohanes secara rinci menyebutkan nama-nama tempat dan detail situasi di
Yerusalem, juga menjelaskan berbagai tradisi perayaan suci dalam kitab yang ia tulis. Ini
dimaksudkan untuk mengingatkan pembacanya akan keadaan di Yudea sebab setelah
Yerusalem direbut, banyak nama tempat yang diubah ganti. Danau di Galilea, misalnya
diganti Namanya dengan Tiberias. Epiphanius mengatakan bahwa kitab Yohanes ditulis
setelah Yohanes kembali dari pembuangan di Patmos (Mulder, 1969:256).
Efesus disebut-sebut sebagai tempat penulisankitab Yohanes. Yohanes masih
tinggal di Yudea beberapa tahun setelah Yerusalem direbut. Tetapi karena permusuhan
antara orang Yahudi dan orang Kristen makin memuncak, ia pergi ke Efesus sampai akhir
hidupnya. Yohanes masih tinggal di Yudea beberapa tahun setelah Yerusalem direbut.
Tetapi karena permusuhan antara orang Yahudi dan orang Kristen makin memuncak, ia
pergi ke Efesus sampai akhir hidupnya. Dalam kitabnya dia menjelaskan nama tempat dan
tradisi perayaan Yahudi untuk orang kristen asal Yahudi yang sudah lebih dahulu pindah.
Dari antara para murid Yesus Yohanes yang paling lama bertahan hidup, sampai-sampai
ada rumor bahwa dia akan tinggal hidup sampai kedatangan kembali Tuhan Yesus (Bdg.
Yoh. 21:22). Yohanes sangat dicintai dan dihormati di Efesus.
D. PEMBACA DAN TUJUAN KITAB YOHANES
Pendahuluan kitab Yohanes dimulai dengan menjelaskan tentang logos, terang dan
hidup. Tidak ada daftar silsilah Yesus, juga kisah kelahiran atau pun sesuatu yang berkaitan
dengan dunia PL. Logos, terang dan hidup merupakan konsep-konsep kunci dalam
lingkungan Yunani. Dalam kitab Yohanes penulis berusaha menemukan kaidah-kaidah
baru dalam pola berpikir orang Yunani untuk memperkenalkan Yesus kepada mereka.
Barclay memberi pendapat bahwa kitab Yohanes ditulis kepada orang-orang Kristen
berlatar belakang Yunani. Hal ini diperkuat oleh fakta bahwa banyak istilah Ibrani yang
diterangkan artinya kepada pembaca karena memang orang Yunani Kristen yang menjadi
pembaca kitab ini tidak paham Bahasa Ibrani.
Namun, Bouma dan Abineno menolak pendapat ini. Mulder, Drane dan Wind juga
keberatan dengan kesimpulan Barclay. Menurut mereka penjelasan detail nama-nama
tempat di Palestina dan penjelasan tentang hari-hari raya orang Yahudi bukan karena
pembaca kitab ini adalah orang Yunani. Orang kristen asal yang Yahudi adalah pembaca
kitab ini. Mereka ini meninggalkan Palestina ketika terjadi penganiayaan terhadap jemaat
(Kis. 8:1-3) dan penghancuran Yerusalem oleh Titus, tahun 70 M. Jadi, jemaat mula-mula
yang membaca kitab ini adalah orang Yahudi yang sudah menjadi Kristen yang hidup jauh
dari Palestina, yakni di Asia Kecil.
Tujuan penulisan kitab Yohanes adalah untuk memperkuat atau memperdalam
kepercayaan mereka akan Kristus. Yohanes menulis bukan untuk menginjili orang seperti
yang dibuat Markus dan Lukas, tetapi untuk memberi kesaksian iman. Menginjili memiliki
konotasi arti membuat orang percaya. Orang-orang yang membaca kitab Yohanes sudah
percaya. Yohanes menulis untuk memperkuat dan memperdalam iman mereka akan
Kristus. Itu sebabnya Yohanes lebih suka menggunakan istilah memberi kesaksian.
Kesaksian itu, seperti sudah kita catat datang dari Yesus, dari orang-orang lain, dan juga
dari Yohanes sebagai saksi mata.

E. YESUS KRISTUS MENURUT YOHANES


Yohanes menggambarkan Yesus kepada kita sebagai Allah, Anak tunggal Allah
yang sudah ada sejak kekal. Ia datang dari atas dengan cara yang unik. Kualitas kehidupan
dan kepribadian-Nya berada di luar jangkauan kemampuan insani. Yesus itu bukanlah
manusia dari orde ciptaan. Ia datang dari dan termasuk pada satu orde yang lain, yakni orde
sang pencipta. Pada Yesus melekat semua kualitas yang dimiliki oleh Allah, Sang Bapa.
Kemuliaan yang ada padaNya bukan baru diberikan kepadaNya pada waktu kelahiran,
baptisanNya ataupun kebangkitanNya, melainkan telah ada sejak awal, yakni sebelum
dunia ada (Yoh. 17:5). Jadi Yesus adalah pribadi kedua dalam Allah Tritunggal (Yoh. 1:1,2).
Dia dan Sang Bapa adalah satu. Barang siapa yang telah melihat Dia telah melihat Bapa
(Yoh. 14:8), sebab Dia tinggal di dalam Bapa dan Bapa tinggal di dalam Dia (Yoh. 14:20).
Yohanes tidak menyangkal keberadaan Yesus sebagai manusia. Sambil
menggambarkan Yesus sebagai pribadi yang setara dengan Sang Bapa, Yohanes tidak lupa
menunjukkan keberadaan Yesus sebagai manusia yang memiliki tubuh, darah dan daging
seperti kita. Di banyak tempat Yohanes menghadirkan Yesus sebagai salah seorang manusia
seperti kita. Yesus marah (2:16), letih (4:6), haus (4:7; 19:28), bersukacita (4:36), berbelas
kasihan (5:6), penuh perhatian (6:12), di depan kuburan Lazarus Dia terharu dan menangis
(11:33-36), dan masih banyak contoh lagi. Upaya Yohanes untuk memperkenalkan Yesus
sebagai manusia yang sama dengan kita dalam segala hal diakhiri dengan sebuah teriakan
yang penuh emosi dan sangat mengharukan dan hanya tersimpan dalam kitab Yohanes:
“Lihatlah manusia itu!” (19:5). Dalam kitab Yohanes, Yesus juga diberitakan sebagai
manusia sejati. Dalam seluruh kitab Yohanes ada 120 kali Yesus menyapa Allah sebagai
Bapa. Jumlah ini lebih banyak dari yang muncul dalam kitab sinoptis. Yohanes
menggambarkan Yesus sebagai yang lahir dari Allah dan yang terus berorientasi kepada
Allah. Itu sebabnya Yesus selalu menyebut diri-Nya sebagai yang diutus oleh Allah.
Penyebutan ini ada juga dalam kitab sinoptis, tetapi hanya dalam kitab Yohanes saja
sebutan ini menempati posisi sentral. Dengan demikian asal-usul Yesus, sebagaimana
mengemuka dalam Yohanes bukan dari bawah, tetapi dari atas (3:31, 8:23). Karena Ia
datang dari Allah maka Ia harus juga Kembali kepada Allah (16:5, 28).
Kematian merupakan jalan untuk ia kembali kepada Sang Bapa. Dalam arti ini salib
bukanlah suatu hukuman dan penghinaan, tetapi sebuah peninggian (3:14, 8:18, 12:32),
bahkan adalah jalan menuju kemuliaan (12:23, 13:31). Sebagai manusia yang datang dari
atas, Yesus mengetahui segala sesuatu (1:49, 2:25, 4:18, 6:15, 11:11) sehingga tidak
membutuhkan orang lain dan belajar dari orang lain.Tetapi Yohanes yang menggambarkan
Yesus sebagai yang serba tahu juga tidak kalah kuat menekankan kemanusiaan Yesus. Dia
menunjukkan bahwa Yesus yang serba tahu itu terus-menerus berusaha untuk membatasi
diri dan tidak mempertontonkan kemaha-tahuanNya. Dia segera meninggalkan Yudea
untuk kembali ke Galilea setelah tahu rencana orang Farisi untuk mencelakakanNya (4:1-
3). Di Bethania Yesus baru tahu bahwa Lazarus sudah empat hari dimakamkan (11:17).
Yohanes menggambarkan Yesus dalam kemuliaanNya. Injil yang dia tulis
memperlihatkan Yesus sebagai yang datang dari Allah, Firman dalam rupa manusia, penuh
dengan kemuliaan. Ia hidup dalam dunia untuk memperlihatkan kemuliaan yang ada
padaNya sejak kekal. Kitab Yohanes merupakan kitab kemuliaan. Kemuliaan yang dimiliki
Yesus bukan sesuatu yang nyata dengan sendirinya. Menurut Yohanes, kemuliaan Yesus
itu dinyatakan lewat tanda-tanda mujizat. Ada lima tanda yang dibuat Yesus untuk
menyatakan kemuliaanNya. Yohanes tidak berhenti di situ. Ada hal lebih penting lagi yang
menurut Yohanes memperlihatkan kemuliaan Kristus, itu;ah kematianNya. Kematian
Yesus disebut juga sebagai saat kemuliaan (Yoh. 12:16, 23,27,28; 13:31-32). Hal ini tidak
mengherankan karena ia muncul sebagai penulis kitab PB yang paling akhir. Bahkan
sebagaimana sudah kita sinyalir di atas kitab Yohanes ditulis setelah Yohanes kembali dari
pembuangan di Patmos. Penglihatan-penglihatan yang Yohanes peroleh di Patmos,
sebagaimana yang ditulis dalam kitab Wahyu ikut mempengaruhi bagaimana Yohanes
memahami Yesus dan pekerjaanNya. Tepatlah kalau kitab Yohanes disebut sebagai kitab
kemuliaan dan Yesus ditampilkan sebagai Allah dalam kemuliaan yang ambil bagian dalam
penderitaan dan kematian.

F. YESUS DAN DUNIA


Yesus bukan dari dunia. Dia turun dari sorga ke dalam dunia dan akan naik kembali
ke sorga setelah menyelesaikan misi yang Ia bawa (13:1). Dunia yang kepadanya Yesus
datang digambarkan dalam beberapa cara. Pertama, dunia adalah seluruh kenyataan ciptaan
(17:5, 24). Sebagai kenyataan ciptaan dunia adalah tempat berdiam manusia. Yesus datang
ke dalam dunia artinya datang ke tempat tinggal manusia (6:14, 9:39, 11:27, 12:19, 18: 20,
37). Sama sekali tidak ada konotasi negatif mengenai dunia (kosmos) dalam kitab Yohanes,
karena dunia dan segala yang ada di dalamnya berasal dari Allah (1:3). Kedua, kenyataan
ciptaan yang bernama kosmos ini menjadi objek kasih Allah (3:16). Jauh dari pandangan
Yohanes untuk membenci, memusuhi dan menolak dunia (Ladd, 1993:261). Justru
Yohanes berkata bahwa Yesus yang dalam kemuliaan sebagai Anak Allah bersedia
menanggalkan kemuliaan itu untuk datang ke dalam dunia. Hal paling menarik tentang
dunia yang disaksikan Yohanes bagi kita adalah bahwa kedatangan Kristus ke dunia adalah
untuk menyelamatkannya. Yesus adalah juruselamat dunia (4:42).
Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan dunia dan manusia dari cengkraman
dan tipu daya Iblis (Yoh. 3:16,17), bukan pertama-tama untuk berperang melawan kuasa-
kuasa jahat itu seperti yang muncul secara cukup dominan dalam kitab sinoptis. Dalam
upayaNya untuk menyelamatkan dunia dan manusia, Yesus toh berhadapan juga dengan
Iblis. Konflik antara Yesus dengan Iblis berlangsung dalam upaya Yesus untuk
menyelamatkan dunia dan manusia dari cengkramannya. Berhadapan dengan Yesus
penguasa dunia ini sama sekali tidak berdaya. Di atas salib Yesus benar-benar menelanjangi
kuasa si jahat itu. Ia dihukum (16:11) dilemparkan keluar dari dunia (12:31).

G. YESUS, ORANG YAHUDI DAN NON-YAHUDI


Yohanes membatasi diri hanya pada diskusi Yesus dengan orang Yahudi, terutama
kaum Farisi. Perhatian terhadap orang non-Yahudi dan pekabaran injil bagi bangsa-bangsa
sangat minim dalam kitab Yohanes. Namun hal ini bukan berarti Yohanes mengabaikan
keselamatan orang-orang non-Yahudi dalam karya Yesus.
Pada saat kitab Yohanes ditulis, orang-orang non-Yahudi sudah mendengar
kesaksian tentang Yesus dan percaya pada Injil. Di hampir seluruh kerajaan Roma gereja
sudah terbentuk. Banyak orang non-Yahudi yang berperan besar dalam pemberitaan dan
peñata-layanan gereja. Tidak lagi ada masalah dengan tempat orang non-Yahudi dalam
karya keselamatan Kristus. Tetapi dengan orang Yahudi tetap ada masalah. Mereka seperti
yang Paulus katakan “menolak firman Allah dan menganggap diri tidak layak untuk hidup
yang kekal, padahal kepada merekalah firman Allah harus lebih dahulu diberitakan” (Kis.
13:46). Yohanes menganggap serius kenyataan ini. Ia menulis kitab ini untuk membuat
saudara-saudara Yahudinya orang percaya dan untuk meneguhkan saudara-saudaranya
yang sudah percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah (20:31).
Cara Yohanes membahasakan seruannya berbeda dengan Paulus. Yohanes
berbicara tentang Pokok Anggur (15:1-8), Paulus menggunakan ilustrasi pohon Zaitun
(Rm. 11). Anggur dan Zaitun merupakan dua tanaman yang dikenal baik dan memiliki
tempat yang penting dalam kehidupan sehari-hari orang Yahudi. Yohanes dan Paulus sama-
sama berbicara tentang pemangkasan ranting (Yoh. 15:2, Rm. 11:17), Tetapi Yohanes tidak
berbicara mengenai pencangkokan tunas baru di tempat tunas yang lama. Yang Yohanes
tekankan ialah ranting pokok Anggur itu harus dikerat supaya memberi buah. Israel harus
ambil bagian dalam keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus karena Dialah Mesias itu
(Robinson, 1959:121). Itu terjadi melalui proses pengeratan. Ranting itu harus dipotong,
supaya ada tempat bagi tumbuhnya tunas yang baru. Lagi-lagi kita lihat bahwa tidak ada
gagasan mengenai penolakan Israel oleh Allah. Yang terjadi justru sebaliknya. Allah terus
bekerja untuk membuat Israel juga ikut mengalami berkat dan keselamatan yang

H. GEREJA YOHANES
Kitab Yohanes sama sekali tidak berbicara tentang gereja. Ada dua argumen yang
dikemukakan. Pertama, banyak terminologi utama tentang gereja seperti umat Allah, tubuh
Kristus, perjanjian, tidak muncul dalam kitab Yohanes. Kedua, ungkapan- ungkapan atau
peristiwa-peristiwa khusus yang berasosiasi dengan gereja seperti yang muncul secara
melimpah dalam kitab sinoptis juga tidak ditemukan dalam kitab Yohanes. Ungkapan atau
peristiwa itu seperti kisah tentang baptisan Yesus dan Perjamuan Kudus serta pemanggilan
murid-murid dan pegutusan mereka oleh Yesus. Dua alasan ini disebut the argument from
silence. Kita tidak dapat berkata tentang Gereja Yohanes, karena kitab ini mendiamkan
banyak hal tentang gereja. Kitab Yohanes lebih ditujukan kepada individu-individu yang
percaya kepada Yesus, bukan persekutuan orang-orang percaya.
Pendapat ini dibantah oleh Barret, Cullmann, D’Aragon. Mereka setuju dengan the
argument from silence itu, namun menurut mereka tidak adanya Bahasa dan sebutan
eksplisit untuk gereja tidak berarti Yohanes tidak peduli tentang gereja sebagai sebuah
persekutuan dan institusi. Waktu menulis kitabnya Yohanes sangat sadar akan keberadaan
Gereja. Itu dia tunjukan dengan ungkapan-ungkapan yang tidak muncul dalam kitab
sinoptis, seperti kawanan domba (Yoh. 8), gembala dan kandang (Yoh. 10) dan pokok
anggur (Yoh. 15). Yohanes juga tidak melaporkan pemilihan dan pengutusan murid-murid
oleh Yesus. Meskipun begitu Yohanes justru menunjukkan bahwa dia tahu tentang
pemanggilan murid-murid oleh Yesus (1:35-50). Mengenai pengutusan murid-murid,
Yohanes bicara dalam cara yang berbeda dengan kitab sinoptis. Itu kita temukan dalam
pasal 15:6, 17:18 dan 20:21. Istilah perjanjian memang tidak eksplisit, tetapi ungkapan
“Sekarang Aku akan pergi kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu”
dalam pasal 20:17 merupakan formulasi yang sejajar dengan penetapan perjanjian dalam
Imamat 26:12 dan Keluaran 6:7: “Aku akan menjadi Allahmu.” Tentang kisan mengenai
baptisan dan perjamuan kudus yang diabaikan oleh Yohanes, itu tidak berarti bahwa dua
sakramen diremehkan. Yohanes justru berbicara secara panjang lebar tentang baptisan dan
perjamuan di seluruh kitabnya.
Bapa Eben juga setuju dengan pendapat dari Cullman dan kawan-kawan. Kitab
Yohanes mengandung banyak pengajaran tentang gereja tetapi pengajaran itu disampaikan
dalam kemasan yang berbeda dari kitab sinoptis. Hal pertama yang patut kita catat
mengenai Gereja Yohanes adalah keterpautan Gereja dengan Yesus Kristus. Gereja bukan
sebuah realitas yang otonom. Ia bergantung sepenuhnya pada Yesus Kristus (Brown, 1966:
58). Yohanes tunjukkan ini dalam metafora pokok anggur (Yoh. 15), juga dalam doa Yesus
di pasal 17:22. Di luar Kristus gereja bukan hanya tidak bisa berbuat apa-apa, tetapi juga
gereja tidak mungkin ada. Kedua, warga Gereja Yohanes adalah orang Yahudi, itu
diperlihatkan Yohanes dalam diri ke-12 murid Yesus. Yohanes bermaksud memperdalam
iman dan percaya orang Yahudi Yesus. Tetapi Gereja Yohanes bukan gereja yang tertutup
bagi orang non-Yahudi. Orang-orang Yahudi yang sudah percaya kepada Yesus ini yang
mempersilahkan orang Yunani untuk datang kepada Yesus (12:20-23). Murid-murid ini
tidak menghalang-halangi orang non Yahudi untuk bergabung dalam komunitas mereka.
Sikap terbuka atau inklusif Gereja Yohanes ditegaskan dalam metafora domba lain dari
kandang yang lain (10:16). Yesus harus menuntun mereka juga untuk bergabung dengan
domba-domba dalam kendang pertama, yakni orang Yahudi. Jelasnya, Gereja Yohanes
bersifat kristosentris dan inklusif (terbuka).

I. GEREJA PASTORAL DAN GEREJA PENGINJIL


Gereja Yohanes adalah gereja pastoral dan bukan gereja pekabaran injil. Namun
dengan begini bukan berarti Yohanes mengabaikan pekabaran injil. Yohanes tetap
berbicara tentang hal pekabaran ini, tetapi dengan cara yang berbeda. Paham Yohanes
mengenai penginjilan dituangkan dalam kisah mengenai pencurahan Roh Kudus oleh
Yesus kepada para murid (20:21). Dalam teks ini pencurahan Roh Kudus kepada murid-
murid dihubungkan dengan pengutusan ke dalam dunia. Ini sama dengan apa yang
dilaporkan Lukas mengenai peristiwa pentakosta. Bedanya, Tanda-tanda lahiriah yang
bersifat eksplosif dan spektakuler dari pencurahan Roh Kudus seperti yang digambarkan
Lukas pada peristiwa pentakosta, dan di rumah Kornelius dalam kitab Kisah Para Rasul
tidak berlaku untuk pemberian Roh Kudus dari Yesus kepada murid-murid seperti yang
dikisahkan oleh Yohanes.
Ini menegaskan bahwa penginjilan dalam Gereja Yohanes lebih mengarah pada
upaya untuk menghadirkan damai s ejahtera, sementara penginjilan dalam kitab sinoptis
mengarah kepada pekerjaan membawa jiwa-jiwa kepada Kristus. Penginjilan dalam Gereja
Yohanes lebih mengarah pada penguatan iman akan Kristus, bukan memperkenalkan
Kristus kepada orang non kristen. Gereja Yohanes lebih tepat kita sebut sebagai gereja
pastoral, bukan gereja penginjilan.

Anda mungkin juga menyukai