KITAB YOHANES
Oleh Kelompok 7:
FAKULTAS TEOLOGI
2024
A. YOHANES DAN KITAB SINOPTIS
Ketika membaca kitab Yohanes, kita akan menemukan adanya perbedaan antara
kiab Yohanes dan ketiga kitab injil sebelumnya. Cara ketiga kitab injil sebelumnya
memandang Yesus lebih menyerupai Simponi yang saling mengisi dan melengkapi. Itu
sebabnya pada tahun 1774 diberi istilah sinoptis untuk ketiga kitab sebelumnya, Arti dari
istilah sinoptis adalah dilihat dari satu sudut pandang.
Kitab Yohanes mengambil jalan sendiri bukan hanya dalam sudut pandang yang dia
pakai untuk memandang Yesus, tetapi juga dalam menyusun kisah-kisah yang dijalani
Yesus. Ada 2 tahap kelaian kitab Yohanes disbanding kitab sinoptis, yaitu:
1. Perbedaan Komposisi
Pertama, Yohanes lebih memfokuskan perhatian hanya pada satu atau dua cerita
saja tetapi mengembangkamn arti dan aplikasinya secara panjang lebar. Misalnya
Yohanes menceritakan tentang tiga peristiwa yang juga muncul dalam kitab sinoptis,
yakni: munculnya Yohanes Pembaptis (1:19 dst), pemberian makan 5000 orang (Yoh.
6), dan berjalan di atas air (6:16-21). Kisah-kisah lain yang muncul dan dianggap
penting dalam sinoptis didiamkan begitu saja oleh Yohanes, misalnya baptisan Yesus
di Yordan, pencobaan di padang gurun dan penetapan perjamuan malam. Juga hanya
ada 7 cerita mujizat, percakapan dengan Nikodemus, dengan perempuan Samaria,
pertikaian dengan orang Yahudi, pidato perpisahan Yesus, dan kisah mengenai
kematian dan kebangkitan Yesus. Semua kisah itu disajikan dalam satu rangkaian
kronologis dan bingkai yang lebih besar, sehingga kitab Yohanes akhirnya tampil
sebagai sebuah dokumen kesaksian yang kompak dan utuh.
Kedua, Yohanes menceritakan banyak peristiwa yang yang tidak kita temukan
dalam kitab sinoptis, seperti peristiwa air menjadi anggur di Kana, percakapan dengan
Nikodemus, dengan Perempuan Samaria, perenungan tentang hal makan daging dan
minum darah Kristus, khotbah mengenai kedatangan dan pekerjaan Roh Kudus.
Beberapa bagian dari Yohanes justru memberikan gambaran kepada kita tentang latar
belakang peristiwa yang disaksikan kitab sinoptis (misalnya pemunculan Yohanes
Pembaptis, 1:15, 19,28; penangkapan Yohanes, 3:24 dan pemilihan kedua belas murid,
6:67).
Ketiga, kitab Yohanes yang membedakannya dari kitab sinoptis juga bersangkut
paut bingkai geografi dari pemberitaannya mengenai kehidupan dan pelayanan Yesus.
Kitab sinoptis menjadikan Galilea sebagai tempat di mana Yesus menghabiskan
sebagian besar masa hidup dan karya pelayananNya. Meskipun Yesus beberapa kali
datang ke Yudea dan Yerusalem, tetapi dua teritori ini hanya berperan sebagai
pelengkap. Yohanes memberi kesaksian yang berbeda. Ia lebih banyak bercerita
tentang pelayanan Yesus di Yudea. Hanya beberapa fakta saja dari wilayah Galilea
yang dikisahkan Yohanes, yakni tentang perkawinan di Kana (2:1-12), percakapan
dengan perempuan Samaria (Yoh. 4), penyembuhan anak pegawai istana (46:46 dst.).
Yohanes juga suka sekali menurunkan berita tentang satu khotbah atau pengajaran
Yesus secara panjang lebar. Ini jarang sekali dibuat oleh kitab sinoptis. Khotbah atau
pengajaran itu muncul karena adanya sebuah insiden kecil, entahkah itu sebuah
pertanyaan kepada Yesus atau pun satu peristiwa khusus.
Keempat, kunjungan Yesus ke Yerusalem. Yohanes mencatat sekurang-kurangnya
ada 4 kali Yesus pergi ke Yerusalem setelah baptisan-Nya di Yordan. Tiga di antaranya
adalah untuk merayakan paskah, sedangkan dalam kitab sinoptis menyebutkan bahwa
sejak dibaptis Yesus hanya satu kali saja dating ke Yerusalem. Itu terjadi menjelang
kematian-Nya. Kunjungan pertama Yesus ke Yerusalem untuk merayakan paskah
(2:13, 23). Kunjungan kedua, Yesus melakukan penyembuhan di Kolam Betesda pada
hari Sabat (5:1). Kunjungan ketiga, Yesus memberi makan 5000 orang dengan 5 roti
dan 2 ikan (6:4). Kunjungan keempat, yang berkisah tentang pengurapan Yesus di
Betania Yohanes mulai mengisahkan aktivitas Yesus pada minggu-minggu terakhir
menjelang kematiannya. Dalam perjalananNya ke Yerusalem untuk merayakan
Paskah, Yesus mampir ke Betania.Disitu teman-temannya mengadakan perjamuan
untuk Dia dan Maria meminyaki kaki-Nya dengan narwastu (12:1).
Secara konsisten dari awal sampai akhir Yohanes menggambarkan Yesus sebagai
anak domba Allah. Sebutan ini muncul pertama kali dalam pasal 1:29. Kemudian
diulang dalam pasal 1:36. Dalam kunjungan terakhir ke Yerusalem, Yohanes mengatur
kisahnya begitu rupa sehingga menjadi jelas bahwa anak domba Allah itu sedang
berjalan ke altar di Yerusalem untuk menjadi korban penebusan dosa.
Kelima, waktu Yesus merayakan perjamuan dengan murid-murid. Keempat kitab
injil sepakat bahwa penyaliban terjadi pada hari Jumat (Mk. 15:42; Lk. 23:54; Yoh.
19:31). Tetapi ada perbedaan mengenai waktu perayaan perjamuan paskah. Menurut
kitab sinoptis Yesus mengadakan perjamuan paskah dengan murid-murid pada hari
Kamis malam (Mt. 26:17). Itu jatuh pada tanggal 14 Nisan. Keesokan harinya, yakni
tanggal 15 Nisan Yesus disalibkan dan mati. Dalam pasal 18:28 Yohanes
memberitahukan kita bahwa perjamuan paskah baru akan dimulai hari Jumat. Para
Ahli Taurat membawa Yesus menghadap Pilatus untuk diadili, tetapi mereka tidak
masuk ke Istana supaya tidak menajiskan diri mengingat mereka hendak makan Paskah
di awal perayaan Sabat, yang jatuh pada Jumat sore. Jadi menurut kitab Sinoptis domba
paskah disembelih pada hari Kamis malam, sehari sebelum Yesus disalibkan dan mati,
sementara Yohanes mengandaikan bahwa domba paskah disembelih bertepatan
waktunya dengan penyaliban Yesus pada hari Jumat, kira-kira jam tiga petang.
2. Perbedaan Isi Kesaksiam
Tema-tema yang muncul secara sporadis dalam kitab sinoptis Yohanes jadikan
dasar untuk memperkenalkan Yesus Kristus secara lebih bermakna. Ada beberapa
contoh. Pertama, kitab Yohanes menggambarkan Yesus sebagai terang dunia
(Yoh.1;4,5,7,8,9; 3:19; 8:12; 9:5; 12:36,46). Ini merupakan pendalaman dan
penajaman dari kesaksian Matius mengenai terang dunia yang dikenakan kepada
murid-murid (Mt. 5:14). Kedua, Yesus adalah roti hidup (Yoh. 6). Ia bukan hanya
memberi makan banyak orang supaya hidup, tetapi Ia sendiri adalah makanan
kehidupan itu. Yohanes menggambarkan Yesus begitu rupa sehingga semua pembaca
mendapat kesan yang kuat bahwa Yesus yang diberitakan adalah Allah sendiri yang
hadir dalam dunia. Yesus tidak lain dari firman Allah dalam rupa manusia. Gambaran
ini kontras dengan kesaksian tentang Yesus dalam kitab sinoptis. Ketiga kitab yang
pertama tadi menggambarkan Yesus sebagai manusia yang dapat melakukan hal-hal
luar biasa karena Allah tinggal secara penuh di dalam Dia melalui Roh Kudus.
Hubungan Yesus dengan Allah, Sang Bapa adalah bersifat tidak langsung. Kitab
sinoptis menyaksikan Yesus sebagai manusia yang adalah Anak Allah. Sedangkan
Yohanes menggambarkan Yesus sebagai Anak Allah yang menjadi manusia. Keallahan
Yesus itu bersifat kondrati, Artinya sudah ada sejak kekal dan hubungan Yesus dengan
Sang Bapa bersifat langsung. Kitab sinoptis memandang Yesus sebagai manusia sejati
yang juga adalah Allah, tetapi kemanusiaan Yesus lebih ditonjolkan dan memainkan
peranan penting, sementara Yohanes melihat Yesus sebagai Allah yang dalam
kemuliaan menyatakan diri dalam rupa manusia (Bouma, 1950:35). Maksud Yohanes
menyajikan cerita-cerita mujizat juga berbeda dengan ketiga kitab sinoptis. Kitab
sinoptis bercerita bahwa perbuatan Ajaib yanf dilakukan Yesus terjadi karena rasa
belas kasihan Yesus (Mk. 1:41, 9:14), namun menurut Yohanes, Yesus melakukan
mujizat untuk menyatakan kemulian-Nya (Yoh. 2:11, 9:3, 11:4). Jadi, mujizat Yesus
menurut Yohanes adalah sarana untuk menegaskan siapa sebenarnya Yesus dalam
hubungan dengan Allah, Sang Bapa.
Keberadaan Yesus sebagai Allah dalam kemuliaan ditampilkan dengan cara yang
sangat kuat dalam rumusan: “Aku adalah...” yang cukup banyak ditemukan dalam
kitab Yohanes: Akulah roti hidup (6:35, 48), Akulah terang dunia ((8:12, 9:5), Akulah
pintu (10:7), Akulah Gembala yang baik (10:11), Akulah jalan dan kebenaran dan
hidup (14:6), Akulah pokok anggur (15:1). Rumusan-rumusan ini datang dari mulut
Yesus sendiri dan merupakan penajaman dari rumusan “Aku berkata kepadamu...”
yang muncul beberapa kali dalam kitab Matius, secara khusus dalam khotbah di bukit.
Kalau dalam Matius rumusan tadi disebutkan begitu saja sehingga kita bertanya
dengan otoritas apa Yesus dapat melakukan itu, dalam Yohanes penegasan itu disertai
dengan penjelasan secara mendalam sehingga keraguan kita akan otoritas yang Yesus
miliki terjawab. Yohanes juga menunjukkan dengan berbagai cara bahwa orang lain
ikut mengamini apa yang dikatakan Yesus mengenai diri-Nya. Ada kurang lebih 27
kali Yohanes menggunakan car aini untuk membuat keragu raguan orang akan Yesus
terjawab.
H. GEREJA YOHANES
Kitab Yohanes sama sekali tidak berbicara tentang gereja. Ada dua argumen yang
dikemukakan. Pertama, banyak terminologi utama tentang gereja seperti umat Allah, tubuh
Kristus, perjanjian, tidak muncul dalam kitab Yohanes. Kedua, ungkapan- ungkapan atau
peristiwa-peristiwa khusus yang berasosiasi dengan gereja seperti yang muncul secara
melimpah dalam kitab sinoptis juga tidak ditemukan dalam kitab Yohanes. Ungkapan atau
peristiwa itu seperti kisah tentang baptisan Yesus dan Perjamuan Kudus serta pemanggilan
murid-murid dan pegutusan mereka oleh Yesus. Dua alasan ini disebut the argument from
silence. Kita tidak dapat berkata tentang Gereja Yohanes, karena kitab ini mendiamkan
banyak hal tentang gereja. Kitab Yohanes lebih ditujukan kepada individu-individu yang
percaya kepada Yesus, bukan persekutuan orang-orang percaya.
Pendapat ini dibantah oleh Barret, Cullmann, D’Aragon. Mereka setuju dengan the
argument from silence itu, namun menurut mereka tidak adanya Bahasa dan sebutan
eksplisit untuk gereja tidak berarti Yohanes tidak peduli tentang gereja sebagai sebuah
persekutuan dan institusi. Waktu menulis kitabnya Yohanes sangat sadar akan keberadaan
Gereja. Itu dia tunjukan dengan ungkapan-ungkapan yang tidak muncul dalam kitab
sinoptis, seperti kawanan domba (Yoh. 8), gembala dan kandang (Yoh. 10) dan pokok
anggur (Yoh. 15). Yohanes juga tidak melaporkan pemilihan dan pengutusan murid-murid
oleh Yesus. Meskipun begitu Yohanes justru menunjukkan bahwa dia tahu tentang
pemanggilan murid-murid oleh Yesus (1:35-50). Mengenai pengutusan murid-murid,
Yohanes bicara dalam cara yang berbeda dengan kitab sinoptis. Itu kita temukan dalam
pasal 15:6, 17:18 dan 20:21. Istilah perjanjian memang tidak eksplisit, tetapi ungkapan
“Sekarang Aku akan pergi kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu”
dalam pasal 20:17 merupakan formulasi yang sejajar dengan penetapan perjanjian dalam
Imamat 26:12 dan Keluaran 6:7: “Aku akan menjadi Allahmu.” Tentang kisan mengenai
baptisan dan perjamuan kudus yang diabaikan oleh Yohanes, itu tidak berarti bahwa dua
sakramen diremehkan. Yohanes justru berbicara secara panjang lebar tentang baptisan dan
perjamuan di seluruh kitabnya.
Bapa Eben juga setuju dengan pendapat dari Cullman dan kawan-kawan. Kitab
Yohanes mengandung banyak pengajaran tentang gereja tetapi pengajaran itu disampaikan
dalam kemasan yang berbeda dari kitab sinoptis. Hal pertama yang patut kita catat
mengenai Gereja Yohanes adalah keterpautan Gereja dengan Yesus Kristus. Gereja bukan
sebuah realitas yang otonom. Ia bergantung sepenuhnya pada Yesus Kristus (Brown, 1966:
58). Yohanes tunjukkan ini dalam metafora pokok anggur (Yoh. 15), juga dalam doa Yesus
di pasal 17:22. Di luar Kristus gereja bukan hanya tidak bisa berbuat apa-apa, tetapi juga
gereja tidak mungkin ada. Kedua, warga Gereja Yohanes adalah orang Yahudi, itu
diperlihatkan Yohanes dalam diri ke-12 murid Yesus. Yohanes bermaksud memperdalam
iman dan percaya orang Yahudi Yesus. Tetapi Gereja Yohanes bukan gereja yang tertutup
bagi orang non-Yahudi. Orang-orang Yahudi yang sudah percaya kepada Yesus ini yang
mempersilahkan orang Yunani untuk datang kepada Yesus (12:20-23). Murid-murid ini
tidak menghalang-halangi orang non Yahudi untuk bergabung dalam komunitas mereka.
Sikap terbuka atau inklusif Gereja Yohanes ditegaskan dalam metafora domba lain dari
kandang yang lain (10:16). Yesus harus menuntun mereka juga untuk bergabung dengan
domba-domba dalam kendang pertama, yakni orang Yahudi. Jelasnya, Gereja Yohanes
bersifat kristosentris dan inklusif (terbuka).