Anda di halaman 1dari 11

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 3

A. SIGNIFIKANSI TEKS ...................................................................... 4

B. KONTEKS HISTORIS DAN SOSIAL ............................................. 5

C. KONTEKS LITERAL ....................................................................... 6

D. SKEMA TEKS .................................................................................. 7

E. CATATAN KRITIKAN TEKS ......................................................... 8

BAB II EKSEGESIS SURAT I YOHANES 2 : 1 – 6

A. YESUS KRISTUS SEBAGAI PENGANTARA ............................... 9

B. KETAATAN ORANG PERCAYA ................................................... 10

C. KESERUPAAN DENGAN YESUS................................................... 11

BAB III KESIMPULAN ......................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 15


BAB I
PENDAHULUAN

A. Signifikansi Teks
Surat I Yohanes merupakan salah satu dari lima surat yang ditulis oleh rasul Yohanes
dalam PB, yang terdiri dari sebuah Injil, tiga buah surat,dan satu kitab Wahyu. Sekalipun
rasul Yohanes tidak pernah memperkenalkan dirinya dalam tulisannya namun para saksi
abad kedua (misalnya. Papias, Ireneus, Tertullianus, Klemens dari Aleksandria)
menjelaskan bahwa surat ini ditulis oleh rasul Yohanes, salah seorang dari murid Yesus.
Persamaan kuat dalam gaya penulisan, tata bahasa, kosakata, dan tema dalam surat ini
dengan Injil Yohanes semakin memperkuat bahwa surat ini adalah tulisannya.1
Tema surat ini adalah Kebenaran.
Namun tidaklah mudah untuk menentukan tema penting I Yohanes karena tema-tema
berulangnya. Namun demikian, kebanyakan penafsir setuju bahwa pasal 2 melanjutkan
tema pasal 1, yang adalah karakteristik persekutuan dengan Allah, baik positif maupun
negatif. Tema penting yang dibahas dalam perikop ini adalah mengenai isu penting dalam
perikop ini adalah nasehat atau sanggahan Yohanes atas ajaran dari aliran Gnostik. Aliran
Gnostik adalah sebuah aliran (agama) yang meyakini gnosis (pengetahuan) sebagai jalan
keselamatan, yang awalnya menyusup ke gereja di Asia Kecil pada zaman Yohanes.
Mereka menyusup dalam jemaat sebagai guru-guru palsu. Banyak orang Kristen diwabahi
oleh guru-guru palsu yang menggiring mereka ke jalan yang sesat. Akibatnya, iman
Kristen jemaat saat itu diguncangkan oleh pengajaran mereka. Guru-guru palsu ini
menolak ajaran para rasul yang menandaskan bahwa Yesus adalah benar-benar Allah dan
benar-benar manusia. Sebab itu dapat disimpulkan bahwa Yohanes menulis surat ini
dengan tujuan meluruskan berbagai pemahaman orang Kristen pada saat itu yang telah
terpengaruh oleh ajaran gnostik yang sesat, serta menekankan Inkarnasi dan kekuatan
moral yang memancar dari teladanan kehidupan Yesus.

B. Konteks Historis dan Sosial

Surat I Yohanes adalah surat yang tergolong unik. Karena penulis surat ini tidak
secara spesifik menjelaskan identitasnya sebagai penulis maupun tujuan atau sasaran surat
ini. Timbul berbagai perdebatan dikalangan teolog yang memiliki dua pandangan yang
1
LAI, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Malang: Gandum Mas, 1999), hlm. 2116
berbeda mengenai penulis kitab ini. Ada yang berpendapat Rasul Yohaneslah yang menulis
surat ini dan ada pula yang berpendapat bahwa Yohanes seorang penatua dari Asia Kecil
yang menulisnya. Mereka memiliki alasan tersendiri dalam pendapat mereka. Alasan
kelompok pendukung Yohanes penatua berpendapat bahwa tidak mungkin rasul Yohanes
yang menulis kitab ini dengan alasan :

1. Yohanes adalah “orang tidak terpelajar" (Kis 4:13) tidak mungkin menulis sesuatu yang
demikian mendalam seperti Injil Yohanes dan ketiga surat ini.
2. Yohanes adalah putera seorang nelayan tidak akan mungkin mengenal imam besar.
3. Seorang rasul tidak akan menyebut dirinya penatua sebagaimana dilakukan oleh penulis
surat-surat ini.
Pendapat ini kemudian dibantah oleh pendukung teori yang percaya bahwa rasul Yohaneslah
yang menulisnya :
1. Tidak terpelajar artinya ketiadaan pendidikan formal atau sekolah pada waktu itu untuk
para rabi namun bukan berarti tidak tahu apa-apa.
2. Jangan beranggapan bahwa para nelayan itu berasal dari kalangan bawah atau tidak
terpelajar.
3. Rasul Petrus juga menyebut dirinya sebagai penatua (I Ptr 5:1), jadi mengapa Yohanes
tidak boleh melakukan hal yang sama?2
Tetapi dalam tradisi jemaat mula-mula mereka mempercayai bahwa surat ini ditulis
oleh rasul Paulus. Mereka juga memiliki pandangan yang sama dengan alasan serta argumen
sebagai berikut :

1. Gaya dan buah pikiran dalam surat ini sama dengan ketiga surat selanjutnya. Lebih dari
pada itu, kita menemukan kata-kata dan pikiran yang sama seperti dalam Injil Yohanes.
Seperti kita lihat, walaupun nama Yohanes tidak disebut, banyak pendapat mengatakan
mungkin ia ada di belakang surat-surat tersebut. Dalam I Yohanes penulis menegaskan
bahwa ia telah menjadi saksi mata kehidupan Yesus (I Yoh. 1:1-3).
2. Keterbatasan pendidikan bukan menjadi suatu penghalang untuk menjadi alat bagi Tuhan.
Terbukti pada saat Yohanes dan Petrus dihadapan sidang Mahkamah Agama dapat
menjawab pertanyaan para tua-tua dan dituliskan secara jelas bahwa para penatua itu
heran atas keberanian mereka sekalipun mereka adalah orang biasa yang tidak terpelajar
(Kis. 4:13).

2
Sabda 4, Pengantar Surat 1 Yohanes.
3. Terdapat juga otoritas yang kuat dan jelas dalam surat-surat itu yang menjadi ciri-ciri para
wakil Yesus, yaitu para rasul. Ada cerita dari tradisi lama yang mengatakan bahwa
Yohanes menghabiskan hari-hari tuanya di Efesus. Jika hal ini benar, maka surat-surat ini
ditulis pada masa itu. Bahkan pada saat itu, ia lebih dikenal sebagai seorang 'penatua'
dalam arti 'seorang tua yang dihormati'.
Dalam surat ini tidak tertera alamat yang dituju, dan tidak ditujukan kepada pihak
tertentu. Tampaknya surat ini merupakan surat edaran yang ditulis untuk sejumlah gereja
yang sedang menghadapi masalah yang sama. Menurut saksi mata rasul Yohanes tinggal
menetap di Efesus. Sehingga sebagian orang berpendapat logis bahwa surat ini ditujukan
Yohanes kepada gereja-gereja Tuhan di daerah Asia yang berada dalam tanggungjawab
rasulinya. Surat ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 85-95 M. Pendapat ini dikuatkan oleh
pendapat Bob Utley dalam buku elektroniknya: Penafsiran Kitab-Kitab Yohanes. Utley
berpendapat bahwa : Rasul Yohanes menulis surat-surat ini, dan khususnya I Yohanes, kita
berbicara suatu kurun waktu sekitar penutupan abad pertama. Ini akan memberikan waktu
bagi perkembangan dari sistem teologia/filsafat palsu gnostik dan akan cocok dengan
terminologi dari I Yohanes (“anak-anak”), yang sepertinya mengisyaratkan seorang yang
sudah lanjut usia berbicara dengan kelompok orang percaya yang lebih muda. Jerome
mengatakan Yohanes hidup 68 tahun setelah penyaliban Yesus. Ini sepertinya cocok dengan
tradisi ini. Utley mengutip pikiran A.T. Robertson yang berpikir I Yohanes ditulis antara 85-
95 M, sementara Injilnya ditulis sekitar tahun 95 M. Dan Serial Komentari Internasional
Baru pada I Yohanes oleh I. Howard Marshall menyatakan bahwa tanggal antara 60-100 M
adalah perkiraan terdekat oleh para ahli modern mengenai penulisan buku-buku Yohanes.

C. Konteks Literal

Genre surat ini adalah surat jenis apokaliptik. Hal ini berasal karena penulisan surat 1
Yohanes berada pada masa-masa pertentangan dengan ajaran gnostik. Maka surat ini
memiliki suatu pendalaman teologis yang kuat yang menekankan sentralitas Yesus yang
merupakan tuntutan kebiasaan dan gaya hidup Kristen.

D. Skema Teks
1. Yesus Kristus Sebagai Pengantara
2. Ketaatan orang percaya
3. Keserupaan dengan Kristus

E. Catatan Kritikan Teks

Surat I Yohanes ditulis kepada orang-orang yang sudah Kristen, tetapi perlu di
yakinkan kembali bahwa hanya Yesus Kristus saja yang dapat memperdamaikan kita dengan
Bapa, dan kedamaian tersebut hanya melalui Yesus Kristus. Surat I Yohanes ada unsur-unsur
baru yang di sebut di sini mempunyai pengertian yang khusus tentang pribadi Yesus sendiri
hal ini nyata bahwa lawan-lawan Yohanes menyangkal Yesus sebagai Mesias dan anak Allah
(I Yohanes 2:22-23;4:2-15;4:2-15; 5:1-5,10-12).

Mengapa mereka perlu di yakinkan kembali tentang seorang pengantara yang adil
yang memperdamaikan kita dengan Bapa? I Yoh 2:1. Yohanes percaya bahwa orang Kristen
yang telah lahir baru masih dapat berbuat dosa. Akan tetapi, dia tidak mengajarkan bahwa
orang Kristen harus berbuat dosa, dia memotivasi dan menasihati orang percaya untuk hidup
tanpa dosa (band. Rm 6:15; 1Tes 2:10; Rm 6:15; 1Tes 2:10). Bagi mereka yang memang
jatuh ke dalam dosa, jawabannya ialah mengaku dan meninggalkan dosa itu (I Yoh. 1:9).
Jaminan pengampunan dosa hanya terdapat dalam darah Yesus Kristus (I Yoh. 2:2; 1:7), dan
pelayanan-Nya di sorga sebagai “pengantara kepada Bapa” dalam bahasa Yunani
“parakletos”. Yesus mengadakan syafaat bagi kita kepada Bapa berdasarkan kematian-Nya
yang mendamaikan, pertobatan dan iman kita kepada-Nya (I Yoh. 3:5).

BAB II
YESUS KRISTUS SEBAGAI PENGANTARA

A. Yesus Kristus adalah Pengantara (ayat 1-2)


ITB
1 John 2:1 Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan
berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara
pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil.

BIS
1 John 2:1 Anak-anakku! Saya menulis ini kepada kalian supaya kalian jangan
berbuat dosa. Tetapi kalau ada yang berbuat dosa, maka kita mempunyai seorang
pembela, yaitu Yesus Kristus yang adil itu; Ia akan memohon untuk kita di hadapan
Bapa.
BGT
1 John 2:1 Τεκνία μου, ταῦτα γράφω ὑμῖν ἵνα μὴ ἁμάρτητε. καὶ ἐάν τις ἁμάρτῃ,
παράκλητον ἔχομεν πρὸς τὸν πατέρα Ἰησοῦν Χριστὸν δίκαιον·
ITB
1 John 2:2 Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa
kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.

BIS
1 John 2:2 Dengan perantaraan Yesus Kristus itulah dosa-dosa kita diampuni. Dan
bukannya dosa-dosa kita saja, melainkan dosa seluruh umat manusia juga.
BGT
1 John 2:2 καὶ αὐτὸς ἱλασμός ἐστιν περὶ τῶν ἁμαρτιῶν ἡμῶν, οὐ περὶ τῶν ἡμετέρων
δὲ μόνον ἀλλὰ καὶ περὶ ὅλου τοῦ κόσμου.

Pada bagian pertama ini, Yohanes mengatakan bahwa jika seorang berbuat dosa, maka
Yesus Kristus adalah pengantara semua orang yang percaya kepada Bapa. Yohanes
menegaskan bahwa ketika seorang berjalan dalam kegelapan, ia menipu dirinya sendiri
dengan mengatakan bahwa ia tidak berosa (1:8). Sehingga di ayat 9, Yohanes
menegaskan supaya mengaku dosanya. Pada bagian ini melalui ilham Roh Kudus pasal
2:1, kalimat seorang pengantara menggunakan kata παράκλητον noun accusative
masculine singular yang berarti Penolong, Pengantara, Penghibur. Sebutan
“parakletos” dalam I Yohanes dipergunakan untuk menyebut Yesus (2:1). Dalam Injil
Yohanes, sebutan tersebut dipergunakan juga untuk Roh Kudus (Yoh.14:16).
Dalam beberapa terjemahan lainnya seperti KJV, NAS, NKJV, dan RSV menggunakan
kalimat we have an Advocate. Kata yang sama ini memiliki beragam pengertian,”seorang
yang dipanggil untuk “mendampingi” misalnya, penolong, pengantara, penghibur. Jadi,
fungsi dari “parakletos” disini adalah menengahi dua pihak guna menciptakan hubungan
baik antara mereka, yang tak dapat dilakukan oleh pihak-pihak lain. Dia melakukan
syafaat, dan berkuasa mengampuni dosa. Suatu keadaan yang menuntut keterlibatan
pengantara, biasanya adalah keretakan yang terjadi antara dua pihak, dan pengantara
mengusahakan untuk mendamaikan demi keutuhan kembali.3
Sebagaimana kata parakletos ini menunjuk pada kelompok yang memisahkan diri
dipengaruhi oleh ajaran seorang yang bernama Cerinthus. Mereka menyangkal Yesus
Kristus sebagai Anak Allah (2:2-23; 5:1; 4:15; 5:5, 10-12). Mereka juga menolak ajaran
bahwa Yesus adalah Kristus sebagai pengantara. Kelompok yang memisahkan diri itu
menyatakan bahwa mereka telah memiliki persekutuan dengan Allah sebagai terang dan
tanpa dosa (1:6, 8-10). Sebaliknya, Surat I Yohanes menegaskan bahwa mereka yang
berjalan dalam kegelapan adalah menipu diri sendiri dengan mengatakan bahwa mereka
orang yang tidak berdosa.4 Sebagaimana Gill berpendapat:

The Jews have adopted the word in the text into their language, but have applied it to
a different purpose, to alms deeds, repentance, and good works. Much more
agreeably Philo the Jew speaks of the son of perfect virtue, παρακλητω, "as an
advocate" for the forgiveness of sins, and for a supply of everlasting good things.5

Untuk pengampunan bagi mereka yang memang jatuh dalam dosa dan Yesus sebagai
jaminannya. Menurut Yohanes pengampunan terbuka lebar sebab ada Yesus yang adil
sebagai pengantara manusia dengan Bapa. Namun jangan disalahartikan manusia bebas
berbuat dosa karena ada Yesus sebagai pendamai.
Yohanes meyakini bahwa orang percaya yang sudah lahir baru masih dapat berbuat dosa.
Akan tetapi, dia tidak mengajarkan bahwa orang percaya boleh berbuat dosa, namun
justru menasehati orang percaya untuk hidup tanpa dosa. Bagi mereka yang memang
sudah jatuh dalam dosa, jawabannya ialah mengaku dan meninggalkan dosa itu. Jaminan
untuk pengampunan dosa hanyalah terdapat dalam kuasa darah Yesus Kristus.

B. KETAATAN ORANG PERCAYA (ay.3-4)

3
Sabda 4, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini
4
Dr. Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru (Bandung: Bina Media Infomasi, 2010), hal 353.
5
e-Sword, The Bible Comentary
BGT
1 John 2:3 Καὶ ἐν τούτῳ γινώσκομεν ὅτι ἐγνώκαμεν αὐτόν, ἐὰν τὰς ἐντολὰς αὐτοῦ
τηρῶμεν.
BIS
1 John 2:3 Kalau kita taat kepada perintah-perintah Allah, itu tandanya bahwa kita
mengenal Allah.
ITB
1 John 2:3 Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita
menuruti perintah-perintah-Nya.

GT
1 John 2:4 ὁ λέγων ὅτι ἔγνωκα αὐτόν καὶ τὰς ἐντολὰς αὐτοῦ μὴ τηρῶν, ψεύστης ἐστίν
καὶ ἐν τούτῳ ἡ ἀλήθεια οὐκ ἔστιν·

BYZ
1 John 2:4 Ὁ λέγων, Ἔγνωκα αὐτόν, καὶ τὰς ἐντολὰς αὐτοῦ μὴ τηρῶν, ψεύστης
ἐστίν, καὶ ἐν τούτῳ ἡ ἀλήθεια οὐκ ἔστιν·
BIS
1 John 2:4 Orang yang berkata, "Saya mengenal Allah," tetapi tidak taat kepada
perintah-perintah-Nya, orang itu pendusta, dan Allah tidak berada di dalam hatinya.
ITB
1 John 2:4 Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-
Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran.

Yohanes menjelaskan bahwa seorang yang mengenal Allah dapat dilihat sejauh mana ia
melakukan perintah -perintahNya, bila tidak demikian ia adalah pendusta, artinya
pengakuan orang tersebut tidak benar. Jadi benar yang dikemukakan C.H. Dodd yang
dikutip William Barclay6 bahwa “mengenal Allah adalah mengalami kasih-Nya di dalam
Kristus, dan mengembalikan kasih itu didalam ketaatan. Dalam ayat ini Yesus Kristus
sebagai pribadi Allah menggunakan kata αὐτόν yang adalah pronomina yang umumnya
dipakai untuk “menggantikan’’sebuah nomina demi menghindarkan pengulangan, jadi
fokusnya tetap kepada Yesus.

C. KESERUPAAN DENGAN KRISTUS (ay.5-6)

6
William Barclay, Pemahaman Alkitab Sehari-hari Surat Yohanes dan Yudas , Jakarta : BPK Gunung Mulia,
1990 , hal. 69
BGT
1 John 2:5 ὃς δ᾽ ἂν τηρῇ αὐτοῦ τὸν λόγον, ἀληθῶς ἐν τούτῳ ἡ ἀγάπη τοῦ θεοῦ
τετελείωται, ἐν τούτῳ γινώσκομεν ὅτι ἐν αὐτῷ ἐσμεν.
BYZ
1 John 2:5 ὃς δ᾽ ἂν τηρῇ αὐτοῦ τὸν λόγον, ἀληθῶς ἐν τούτῳ ἡ ἀγάπη τοῦ θεοῦ
τετελείωται. Ἐν τούτῳ γινώσκομεν ὅτι ἐν αὐτῷ ἐσμέν·
BIS
1 John 2:5 Tetapi orang yang taat kepada perkataan Allah, orang itu mengasihi Allah
dengan sempurna. Itulah tandanya bahwa kita hidup bersatu dengan Allah.
ITB
1 John 2:5 Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh
sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam Dia.

BGT
1 John 2:6 ὁ λέγων ἐν αὐτῷ μένειν ὀφείλει καθὼς ἐκεῖνος περιεπάτησεν καὶ αὐτὸς
[οὕτως] περιπατεῖν.
BYZ
1 John 2:6 ὁ λέγων ἐν αὐτῷ μένειν ὀφείλει, καθὼς ἐκεῖνος περιεπάτησεν, καὶ αὐτὸς
οὕτως περιπατεῖν.
BIS
1 John 2:6 Barangsiap
a berkata bahwa ia hidup bersatu dengan Allah, ia harus hidup mengikuti jejak Kristus.
ITB
1 John 2:6 Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama
seperti Kristus telah hidup.

Pada ayat 5 kata menuruti atau ketaatan atau τηρῇ dengan kasus Kala sekarang aktif
subjungtif yang berbicara mengenai perbuatan,gaya hidup atau kebiasaan. Memelihara
firman merupakan bentuk ketaatan orang percaya kepada Allah dan hal ini harus
dijadikan kebiasaan atau budaya atau gaya hidup orang percaya.
Jika hal ini dilakukan maka sesungguhnya kasih Allah sudah sempurna dalam hidup
orang percaya.
Dalam kalimat ἀληθῶς ἐν τούτῳ ἡ ἀγάπη τοῦ θεοῦ τετελείωται, menjelaskan kondisi
seseorang saat taat pada firman Tuhan dan menjadikannya sebagai gaya dan prioritas
dalam hidupnya.
Kata ἀληθῶς yang bersifat adverbia dan τετελείωται yang berkala perfek
mengungkapkan keadaan kasih Allah yang dimiliki oleh orang tersebut sungguh-
sungguh telah sempurna.
Maka kondisi ini menjelaskan bahwa posisi kita berada dalam Tuhan, dan yang terutama
adalah pengenalan yang benar akan Tuhan (1Yoh 5:20).
Saat orang percaya menjadi pelaku firman secara otomatis telah berada dalam Kristus.
Kata μένειν dalam ay.6 memiliki kasus Kala sekarang Aktif Infinitif dan ὀφείλει
memiliki kasus 3T.KS.A.Indikatif, mengindikasikan bahwa siapa yang mengaku telah
tinggal dalam Kristus wajib untuk seterusnya tinggal didalamNya, meneladani atau hidup
sesuai dengan perbuatan Yesus Kristus.
Ini adalah penekanan dari “iman sejati” sebagai gaya hidup. Iman bukanlah suatu
keputusan, namun lebih kepada hubungan pribadi yang terus menerus dengan Yesus
yang secara alamiah memancarkan kehidupan yang serupa dengan Kristus. Hidup kekal
memiliki sifat yang dapat dilihat secara paralel atau sejajar dengan 1 Yoh1:7.
Kekristenan bukanlah surga ketika kita mati namun merupakan keserupaan dengan
Kristus.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Surat 1Yohanes 2:1-6 pada hakekatnya membahas tentang Yesus Kristus sebagai pengantara
yang membela dan menolong hidup manusia yang percaya kepada Yesus Kristus, serta
menjadi pendamai bagi dosa-dosa umatNya. Dijelaskan juga bagaimana seharusnya hidup
sebagai orang percaya yang bukan saja mengenal Allah dan beriman tetapi juga yang
melakukan seluruh perintahNya bahkan meneladani Yesus sebagai gaya hidup, atau prioritas
dalam seluruh aspek kehidupan. Sama seperti Yesus taat kepada Bapa dan rela mati di kayu
salib untuk menebus semua dosa manusia.
Begitu juga seharusnya orang percaya hidup menanggalkan semua dosa dan taat kepada
segenap perintahNya, dengan tekun beribadah, membaca firman Tuhan serta melakukan
dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi jelas tujuan surat ini adalah untuk membeberkan dan menyangkal ajaran palsu, bahkan
pemahaman yang salah tentang keselamatan, juga untuk menasehati anak-anak rohaninya
agar hidup dalam persekutuan yang kudus dengan Allah melalui ketaatan kepada firmanNya.
Sebagai umat yang mengenal Allah dan ditebus oleh darah Yesus kita harus melakukan apa
yang telah diajarkanNya.

DAFTAR PUSTAKA
LAI, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Malang: Gandum Mas, 1999.

Sabda 4, Pengantar Surat 1 Yohanes.

Sabda 4, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini.

Dr. Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru Bandung: Bina Media Infomasi, 2010.

e-Sword, The Bible Comentary.


William Barclay, Pemahaman Alkitab Sehari-hari Surat Yohanes dan Yudas , Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1990.

Alkitab Sabda Elektronik.

Alkitab Bahasa Sehari-hari Elektronik.

Bible Works 8.

Anda mungkin juga menyukai