Anda di halaman 1dari 19

PAPER

EKSEGESIS 1 YOHANES 1:5-10

Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Bahasa Yunani 3
Dosen : Murni Hermawaty Sitanggang, M.Th.

Disusun oleh:

Yuliana 11.19.001
Kevin Eulogia Tanzil 11.19.013
Feronika 12.19.006
Yemima Bunga 12.19.007
Ordi Tefa 12.19.014

SEKOLAH TINGGI ALKITAB JEMBER


T.A. 2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................i

BAB 1.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

A. Signifikansi Surat 1 Yohanes.......................................................................................1

B. Konteks Historis Surat 1 Yohanes...............................................................................2

C. Gaya Penulisan Surat 1 Yohanes.................................................................................4

D. Garis Besar 1 Yohanes 1:5-10......................................................................................4

E. Tujuan Penyusunan Paper Eksegesis 1 Yohanes 1:5-10..............................................5

BAB 2.........................................................................................................................................6

PERSEKUTUAN DENGAN SANG TERANG.........................................................................6

(1 Yoh. 1:5-10)............................................................................................................................6

A. Pernyataan bahwa Allah adalah terang (ay. 5).............................................................6

B. Pengaruh persekutuan dengan “Sang Terang” terhadap manusia (ay. 6-7).................7

a. Melakukan kebenaran (ay. 6).......................................................................................7

b. Memiliki persekutuan dengan saudara seiman (ay. 7).............................................9

C. Persekutuan dengan “Sang Terang” tidak menutupi adanya dosa (ay. 8-10)............11

a. Semua orang adalah orang berdosa (ay. 8)................................................................11

b. Pengakuan dosa (ay. 9)...........................................................................................12

c. Dampak tidak mengakui keberdosaan (ay. 10)..........................................................13

BAB 3.......................................................................................................................................15

PENUTUP.................................................................................................................................15

A. Kesimpulan.................................................................................................................15

B. Aplikasi......................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................17
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Signifikansi Surat 1 Yohanes


Surat Yohanes yang pertama merupakan salah satu kitab dalam Kitab Perjanjian Baru.
Surat 1 Yohanes ini terdiri dari 5 pasal, 105 ayat, 2.523 kata. Tidak diketahui dengan
pasti siapa penulis surat 1 Yohanes karena dalam surat ini tidak ada keterangan yang
menyatakan secara langsung nama penulisnya. Namun ada saksi-saksi yang hidup pada
abad kedua yang menegaskan bahwa penulis Surat 1 Yohanes sama dengan penulis Injil
Yohanes, yaitu Yohanes rasul, saudara Yakobus, anak dari Zebedeus (Mat. 4:21). Salah
satu saksinya ialah Ireneus yang mengatakan bahwa tulisan ini adalah tulisan Yohanes
rasul karena dinilai bahwa cara berpikir yang tertuang dalam tulisan ini merupakan cara
berpikir penulis Injil Yohanes, lalu karena banyak kosakata atau istilah yang terdapat
dalam Injil Yohanes juga ada dalam surat ini, dan karena teologi surat ini sangat
berdekatan dengan teologi Injil Yohanes.1 Saksi-saksi lainnya adalah Papias,
Tertullianus, Klemens dari Aleksandria.2
Surat Yohanes yang pertama ini berbeda dari surat-surat yang lainnya yang diawali
dengan salam. Sepertinya surat ini ditulis oleh penulisnya dengan kebiasaan Yahudi di
Asia Kecill.3 Tidak diketahui dengan pasti kepada siapa surat ini ditujukan. Dapat
dipastikan bahwa hubungan antara penulis surat 1 Yohanes dengan penerimanya
memiliki hubungan yang erat, karena penulis surat 1 Yohanes menggunakan kata sapaan
“anak-anakku” dan “saudara-saudaraku” (1 Yoh. 2:1, 7, 12, 18, 28; 3:21; 4:1; 5:21). 4
Dengan adanya fakta penggunaan kata sapaan yang akrab, kemungkinan penerimanya
adalah jemaat yang dilayani oleh Yohanes.
Mengenai waktu penulisan surat 1 Yohanes, ada yang memperkirakan bahwa surat
ini ditulis pada sekitar tahun 85 -95 M. Ada yang memperkirakan surat 1 Yohanes ditulis
+ tahun 90 M, pada masa tua Yohanes ketika Yohanes tinggal di Efesus. 5 Ada pula yang

1
Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru – Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya
(Bandung: Bina Media Informasi, 2010), 351
2
Stanley M. Horton, William W. Menzies, dkk, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Malang:
Gandum Mas, 2005), 2115
3
Duyverman, Pembimbing ke Dalam Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986), 193
4
Ibid, 192
5
Ibid, 196
memperkirakan surat 1 Yohanes ditulis antara tahun 100-110 M. 6 Jadi dapat disimpulkan
bahwa surat 1 Yohanes ditulis antara tahun 85 M sampai tahun 110 M di Efesus.
Surat 1 Yohanes ini ditulis oleh penulisnya dengan beberapa alasan yang dapat
ditemukan dari kalimat-kalimat yang terdapat dalam surat ini. Pertama, penulis surat 1
Yohanes memiliki harapan bahwa jemaat yang membaca suratnya dapat memiliki
persekutuan dengan Allah sebagaimana dirinya memiliki persekutuan dengan Allah dan
orang-orang percaya lainnya, sehingga sukacitanya pun menjadi sempurna (1 Yoh. 1:1-
4). Kedua, penulis surat 1 Yohanes menuliskan surat ini untuk menyampaikan kepada
jemaat-jemaatnya bahwa ada oknum-oknum yang termasuk dalam jemaat namun
menyangkal Yesus (1 Yoh. 2:9). Ketiga, penulis melalui suratnya ini memberikan
nasihat-nasihat kepada jemaat agar mereka tidak berbuat dosa (1Yoh. 2:1), jangan sampai
mereka disesatkan oleh adanya antikristus dan ajarannya yang menentang Kristus (1 Yoh.
3:7). Keempat, penulis surat 1 Yohanes untuk menyampaikan perintah yang harus
dilakukan oleh setiap orang percaya tentang hal mengasihi (1 Yoh. 2:7-17, 4:7-21).
Kelima, yang terpenting yang hendak disampaikan penulis surat 1 Yohanes ini adalah
supaya setiap orang percaya tahu bahwa setiap orang yang percaya kepada nama Anak
Allah, yaitu Tuhan Yesus Kristus memiliki hidup yang kekal.7

B. Konteks Historis Surat 1 Yohanes


Ada pertentangan yang muncul dalam menentukan siapa penulis dari Surat 1 Yohanes.
Bapa-bapa gereja seperti Ireneus, Papias, Tertullianus, Klemens dari Aleksandria
menegaskan bahwa yang menulis Surat 1 Yohanes adalah Yohanes anak Zebedeus yang
merupakan salah satu dari kedua belas murid Tuhan Yesus. Dengan alasan karena adanya
banyak persamaan kosakata, gaya bahasa, dan teologi yang digunakan dalam Injil
Yohanes dan 1 Yohanes. Namun tetap muncul keraguan dari para penafsir. Mereka
berpendapat bahwa penulis Injil Yohanes dan Surat 1 Yohanes itu tidak sama, tetapi para
penulis kitab tersebut hidup atau berada pada tradisi yang sama sehingga memungkinkan
adanya kesamaan dalam Injil Yohanes dan Surat 1 Yohanes. 8 Dari pertentangan yang
muncul, yang lebih masuk akal dan dapat diterima karena adanya bukti-bukti konkrit

6
Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru – Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya
(Bandung: Bina Media Informasi, 2010), 353
7
John Drane, Memahami Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 513
8
Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru – Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya
(Bandung: Bina Media Informasi, 2010), 351
adalah pendapat dari bapa-bapa gereja yang menegaskan bahwa Yohanes rasul yang
menulis surat 1 Yohanes.
Melalui Surat 1 Yohanes ini terlihat gambaran keadaan yang terjadi pada waktu itu
dalam jemaat yang dilayani oleh Yohanes, yaitu adanya ajaran palsu mengenai
9
keselamatan dalam Kristus Yesus dan cara bekerjanya di dalam diri orang percaya.
Ternyata ada jemaatnya yang tidak sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan Yesus, ada
orang-orang yang termasuk jemaat namun menyangkal Yesus (1 Yoh. 2:9). Dalam
jemaat yang dilayani oleh Yohanes muncul guru-guru palsu yang mengajarkan ajaran
sesat, ajaran yang bertentangan dengan apa yang diajarakan oleh Yohanes. Guru-guru
palsu tersebut disebut oleh Yohanes sebagai “antikristus” (1 Yoh. 2:18). Mereka
merupakan kelompok orang yang hendak menyesatkan orang-orang percaya (1 Yoh.
2:26).
Surat 1 Yohanes ini memerangi adanya ajaran sesat yang menjadi bahaya terbesar
bagi gereja hingga akhir abad kedua yakni Gnostikisme. Gnostikisme adalah suatu
filsafat agama, bukan suatu sistem tersendiri. Fisafat ini dibangun berdasarkan anggapan
bahwa roh adalah baik, dan tubuh adalah jahat, dan di antara keduanya tidak mungkin ada
suatu hubungan yang kekal. Keselamatan berarti kebebasan dari dunia jasmani masuk ke
dalam dunia rohani. Hal yang bertentangan antara Gonstikisme dengan Agama Kristen
adalah yang menyangkut pribadi Kristus. Penganut Gnostikisme mengatakan tidak
mungkin Allah yang adalah Roh yang suci dapat digabungkan dengan tubuh jasmani,
mereka meyakini bahwa tidak mungkin ada suatu persatuan yang sempurna antara Allah
dengan tubuh jasmani.10 Mereka pun menyatakan dua kemungkinan yang dapat terjadi,
yaitu bahwa Kristus tidak pernah benar-benar menjadi manusia (dianut dan diajarkan oleh
kaum doketisme) atau bahwa Roh Kristus tidak pernah benar-benar menghuni manusia
Yesus artinya Yesus bukanlah Allah melainkan hanya manusia biasa (dianut dan
diajarkan oleh aliran cerinthianisme).
Keberadaan guru-guru palsu dengan ajaran-ajarannya yang sesat semacam
gonstikisme inilah yang kemudian melatarbelakangi munculnya surat 1 Yohanes.
Yohanes dalam tulisannya menegaskan bahwa Kristus yang diberitakannya kepada
jemaat-jemaat, kepada orang-orang percaya di Asia adalah Kristus yang dapat didengar,
dapat dilihat dan dapat disentuh (1 Yoh. 1:1). Ia mengatakan bahwa siapapun yang

9
Stanley M. Horton, William W. Menzies, dkk, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Malang:
Gandum Mas, 2005), 2116
10
Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru (Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1995), 464
menyangkal Bapa dan Anak adalah Antikristus (1 Yoh. 2:22), dan ia menyatakan bahwa
“setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah” (4:2-3).11

C. Gaya Penulisan Surat 1 Yohanes


Surat 1 Yohanes ini tampak seperti bukan surat, karena tidak ada salam pembuka dan
salam penutup seperti surat-surat Rasul Paulus.12 Menurut Merill C. Tenney dalam buku
Survei Perjanjian Baru, Gaya penulisan Yohanes yang khas jelas terlihat dalam surat 1
Yohanes ini karena surat ini cukup pendek untuk dapat memperlihatkan jenis
susunannya.13 Surat ini disesuaikan dengan pengalaman pribadi Yohanes. Ia berusaha
untuk menanamkan keyakinan akan kepemilikan hidup kekal (1 Yoh. 5:13).14 Hal
tersebut terlihat dari penggunaan kata-kata “kita ketahui” yang menerjemahkan dua kata
kerja yang berbeda (oidamen dan ginoskomen) yang digunakan sebanyak tiga belas kali
untuk menandakan keyakinan yang diperoleh melalui pengalaman, atau merupakan
bagian dari suatu kesadaran rohani yang lazim (1 Yoh. 2:3, 5, 29; 3:14,16,19, 24; 4:13,
16; 5:15, 18, 19, 20). Kata ‘terang’ dan ‘kasih’ sangat menonjol, tampak jelas dalam surat
1 Yohanes ini (1 Yoh. 1:5; 4:8) untuk menunjukkan pribadi Allah.

D. Garis Besar 1 Yohanes 1:5-10


1 Yohanes 1: 5-10 berbicara tentang “Persekutuan dengan Sang Terang”
a. Pernyataan bahwa Allah adalah terang (ay. 5)
b. Pengaruh persekutuan dengan “Sang Terang” terhadap manusia (ay. 6-7)
a) Melakukan kebenaran (ay. 6)
b) Memiliki persekutuan dengan saudara seiman (ay. 7)
c. Persekutuan dengan “Sang Terang” tidak menutupi adanya dosa (ay. 8-10)
a) Semua orang adalah orang berdosa (ay. 8)
b) Pengakuan dosa (ay. 9)
c) Dampak tidak mengakui keberdosaan (ay. 10)

E. Tujuan Penyusunan Paper Eksegesis 1 Yohanes 1:5-10


Paper “Eksegesa 1 Yohanes 1:5-10” ini disusun untuk mengeksegesis surat 1 Yohanes
1:5-10 dan menarik aplikasi dari hasil eksegesis.
11
Ibid, 465
12
SABDA dan Tim Alkitab, Kamus Alkitab versi 1.2.1 / android.sabda.org
13
Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru (Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1995), 466
14
Ibid. 466
BAB 2

PERSEKUTUAN DENGAN SANG TERANG

(1 Yoh. 1:5-10)

A. Pernyataan bahwa Allah adalah terang (ay. 5)


BGT 1 John 1:5 Καὶ ἔστιν αὕτη ἡ ἀγγελία ἣν ἀκηκόαμεν ἀπ᾽ αὐτοῦ καὶ ἀναγγέλλομεν
ὑμῖν, ὅτι ὁ θεὸς φῶς ἐστιν καὶ σκοτία ἐν αὐτῷ οὐκ ἔστιν οὐδεμία.
ITB 1 John 1:5 Dan inilah berita, yang telah kami dengar dari Dia, dan yang kami
sampaikan kepada kamu: Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada
kegelapan.
BIS 1 John 1:5 Inilah berita yang telah kami dengar dari Anak-Nya dan yang kami
sampaikan kepada kalian: Allah itu terang, dan pada-Nya tidak ada kegelapan sama
sekali.
NIV 1 John 1:5 This is the message we have heard from him and declare to you: God is
light; in him there is no darkness at all.

1 Yohanes 1 :5 ini merupakan pernyataan yang disampaikan oleh Yohanes tentang


suatu berita (ἡ ἀγγελία) yang ia dengar. Dalam ayat ini kata ‘Telah kami dengar’ dalam
bahasa aslinya menggunakan kata ἀκηκόαμεν yang merupakan kata kerja orang pertama
jamak perfek aktif indikatif dari kata ἀκούω yang berarti ‘kami telah mendengar’ .
Dalam Alkitab terjemahan bahasa Inggris NIV menggunakan kata we have heard yang
berarti kami telah mendengar. Yohanes menggunakan kata ‘kami’ yang menunjukkan
kata ganti orang pertama jamak, artinya pihak yang dimaksudkan oleh Yohanes telah
mendengar berita dari pribadi yang disebut ‘Dia’ tidak hanya dirinya sendiri. Ada
argumen dalam Buku Perjanjian Baru sejarah, pengantar dan Pokok-pokok
Theologisnya yang menyatakan bahwa penggunaan kata ‘kami’ itu digunakan oleh
penulis surat 1 Yohanes untuk menunjukkan adanya orang-orang lain yang bersama-sama
dengan dirinya yang juga memiliki wibawa dalam memelihara keaslian ajaran tradisi
mengenai Yesus.15 Ada pula yang mengatakan bahwa penggunaan kata ‘kami’ itu
menunjukkan diri Yohanes sendiri yang juga merupakan bagian dari saksi mata
15
Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru – Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya
(Bandung: Bina Media Informasi, 2010), 355
kehidupan Tuhan Yesus dari kelompok para rasul.16 Penulis lebih setuju kata ‘kami’ yang
digunakan oleh penulis surat 1 Yohanes adalah Yohanes rasul yang adalah saksi mata
kehidupan Tuhan Yesus dari kelompok para rasul.
‘Dia’ yang dimaksudkan pada kalimat ‘Dan inilah berita, yang telah kami dengar
dari Dia’ adalah pribadi Tuhan Yesus. Dalam Alkitab terjemahan Bahasa Indonesia
Sehari-hari (BIS) diterjemahkan ‘Inilah berita yang telah kami dengar dari Anak-Nya’.
Kata ‘Anak-Nya’ merujuk pada pribadi Tuhan Yesus (lih. 1 Yoh. 1:3). Jika kita melihat
kembali dalam Kitab Injil Yohanes, Tuhan Yesus memang pernah mengatakan bahwa
diri-Nya adalah terang dunia (lih. Yoh. 8:12). Yesus adalah pribadi kedua dari Allah
Trinitas, berarti dengan Yesus menyatakan dirinya sebagai terang dunia, secara tidak
langsung Yesus menyatakan bahwa Allah adalah terang dunia. Maka tidak salah jika
dikatakan oleh Yohanes, bahwa apa yang dirinya dan orang-orang lain (para rasul yang
menjadi saksi mata kehidupan Tuhan Yesus) dengar dari Tuhan Yesus sendiri adalah
tentang ‘Allah adalah terang dunia’. Allah adalah terang dan di dalam Allah tidak ada
kegelapan. Menurut Charles P. Baylis, Yohanes menghubungkan terang itu adalah
kehidupan, kebenaran, sedangkan kegelapan adalah kebutaan, kebohongan, kejahatan.17
Dengan kata lain terang itu melambangkan kebenaran dan kegelapan itu melambangkan
dosa, ketidakbenaran.

B. Pengaruh persekutuan dengan “Sang Terang” terhadap manusia (ay. 6-7)


a. Melakukan kebenaran (ay. 6)
BGT 1 John 1:6 Ἐὰν εἴπωμεν ὅτι κοινωνίαν ἔχομεν μετ᾽ αὐτοῦ καὶ ἐν τῷ σκότει
περιπατῶμεν, ψευδόμεθα καὶ οὐ ποιοῦμεν τὴν ἀλήθειαν·
ITB 1 John 1:6 Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun
kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran.
BIS 1 John 1:6 Kalau kita berkata bahwa kita hidup bersatu dengan Dia, padahal kita
hidup dalam kegelapan, maka kita berdusta baik dengan kata-kata maupun dengan
perbuatan.
NIV 1 John 1:6 If we claim to have fellowship with him yet walk in the darkness, we
lie and do not live by the truth

16
Richard Bauckham, Jesus and the Eyewitnesses: The Gospels as eyewitness Testimony (Grand
Rapids: Eerdamns, 2006), 370
17
Charles P. Baylis, “The Meaning of Walking’ in the Darkness’ (1 John 1:6)” BSac 149:594
(Apr.1992): 216
1 Yohanes 1:6 ini merupakan kalimat pernyataan bersyarat karena diawali dengan
frasa Ἐὰν εἴπωμεν. Ἐὰν merupakan partikel yang memiliki arti ‘jika’, εἴπωμεν
merupakan kata kerja orang pertama jamak kala aoris aktif subjungtif dari kata λέγω
yang memiliki arti ‘kita berkata’. Maka, Ἐὰν εἴπωμεν memiliki arti ‘jika kita
berkata’. Kita yang dimaksud adalah penulis surat 1 Yohanes dan para penerima, para
pembaca suratnya.
‘… bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia’. Kata ‘kita beroleh’ dalam
bahasa aslinya adalah ἔχομεν yang merupakan kata kerja orang pertama jamak kala
sekarang aktif indikatif dari kata ἔχο yang memiliki arti kita memiliki. Kata
‘persekutuan’ dalam bahasa aslinya menggunakan kata κοινωνίαν yang merupakan
objek dengan kasus akusatif tunggal feminin dari kata κοινωνία yang berarti
persekutuan. Dalam terjemahan NIV menggunakan kata fellowship yang berarti
‘persahabatan’. Persekutuan ini dapat dimaknai sebagai suatu hubungan yang erat,
dekat, intim. Frasa ‘dengan Dia’ dalam bahasa aslinya adalah μετ᾽ αὐτοῦ. μετ᾽
merupakan kata depan yang jika digabungkan dengan kasus genitif memiliki arti
dengan. αὐτοῦ memiliki kasus genitif tunggal maskulin dari kata αὐτός yang berarti
Dia. Maka μετ᾽ αὐτοῦ memiliki arti ‘dengan Dia’. Dia yang dimaksudkan adalah
Allah.
‘… namun kita hidup di dalam kegelapan’ dalam bahasa aslinya adalah καὶ ἐν τῷ
σκότει περιπατῶμεν. καὶ merupakan kata penghubung yang berarti ‘tetapi’. ἐν τῷ
σκότει, berasal dari kata ἐν yang merupakan kata depan yang jika digabungkan
dengan kasus datif memiliki arti ‘di dalam’, dan τῷ σκότει yang memiliki kasus datif
tunggal netral dari kata σκότος yang berarti kegelapan. ἐν τῷ σκότει memiliki arti ‘di
dalam kegelapan’. περιπατῶμεν merupakan kata kerja orang pertama jamak kala
sekarang aktif subjungtif dari kata περιπατέω yang dapat diterjemahkan ‘kita hidup,
berjalan, berperilaku’. Maka καὶ ἐν τῷ σκότει περιπατῶμεν memiliki arti ‘tetapi kita
hidup, berjalan, berperilaku di dalam kegelapan’. Hidup atau berjalan dalam kegelapan
memiliki makna hidup di dalam dosa dan kesenangan-kesenangan dunia yang tidak
sesuai dengan firman Tuhan.
‘… kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran’ dalam bahasa aslinya
adalah ψευδόμεθα καὶ οὐ ποιοῦμεν τὴν ἀλήθειαν. ψευδόμεθα merupakan kata kerja
orang pertama jamak kala sekarang medium indikatif dari kata ψεύδομαι yang berarti
‘kita berbohong’. οὐ ποιοῦμεν dari kata οὐ yang merupakan kata negatif yang berarti
‘tidak’, dan ποιοῦμεν yang merupakan kata kerja orang pertama jamak kala sekarang
aktif indikatif dari kata ποιέω yang berarti ‘kita melakukan’. οὐ ποιοῦμεν memiliki
arti ‘kita tidak melakukan’. τὴν ἀλήθειαν merupakan kata benda yang memiliki kasus
akusatif tunggal feminin dari kata ἀλήθεια yang berarti ‘kebenaran’. Maka
ψευδόμεθα καὶ οὐ ποιοῦμεν τὴν ἀλήθειαν berarti ‘kita berbohong dan kita tidak
melakukan kebenaran.
Orang yang mengatakan dirinya memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan
tetapi masih hidup di dalam kegelapan, artinya masih hidup di dalam dosa, tidak
melakukan kebenaran sama dengan seorang pendusta. Sebab orang yang memiliki
persekutuan dengan Allah yang adalah terang, tentu persekutuannya dengan Allah itu
berdampak pada kehidupannya, perilakunya. Orang yang memiliki hubungan yang
intim dengan Allah pasti hidup dalam terang dan terang itu adalah kebenaran firman
Tuhan. Kebenaran itu tidak hanya soal perkataan tetapi harus dibuktikan melalui
tindakan.18

b. Memiliki persekutuan dengan saudara seiman (ay. 7)


BGT 1 John 1:7 ἐὰν δὲ ἐν τῷ φωτὶ περιπατῶμεν ὡς αὐτός ἐστιν ἐν τῷ φωτί,
κοινωνίαν ἔχομεν μετ᾽ ἀλλήλων καὶ τὸ αἷμα Ἰησοῦ τοῦ υἱοῦ αὐτοῦ καθαρίζει ἡμᾶς
ἀπὸ πάσης ἁμαρτίας.
ITB 1 John 1:7 Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam
terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus,
Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.
BIS 1 John 1:7 Tetapi kalau kita hidup di dalam terang sebagaimana Allah ada di
dalam terang, maka kita hidup erat, rukun satu sama lain, dan darah Yesus, Anak-Nya,
membersihkan kita dari segala dosa.
NIV 1 John 1:7 But if we walk in the light, as he is in the light, we have fellowship
with one another, and the blood of Jesus, his Son, purifies us from all sin.

Dalam 1 Yohanes 1:7 ini Yohanes menyatakan suatu kebenaran bahwa jika kita
hidup di dalam terang sama seperti Dia, yaitu Allah, yang adalah terang, maka
dampaknya dalam hidup kita adalah kita beroleh persekutuan seorang dengan yang
lain. ‘beroleh persekutuan seorang dengan yang lain’ dalam bahasa aslinya adalah

18
Charles F. Pfeiffer, Everett F. Harrison. The WYCLIFFE Bible Commentary Vol. 3 Perjanjian Baru
(Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2001), 1.040
κοινωνίαν ἔχομεν μετ᾽ ἀλλήλων, dimana κοινωνίαν (yang kasusnya akusatif tunggal
feminin dari kata κοινωνία) memiliki arti ‘persekutuan’, dan kata ἔχομεν (merupakan
kata kerja orang pertama jamak kala sekarang aktif indikatif dari kata ἔχο) berarti ‘kita
memiliki’, lalu μετ᾽ ἀλλήλων memiliki arti satu sama lain maka jika κοινωνίαν
ἔχομεν μετ᾽ ἀλλήλων diterjemahkan menjadi ‘kita memiliki persekutuan satu sama
lain’. Dalam Alkitab terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari dikatakan ‘kita hidup
erat, rukun satu sama lain’. Dalam NIV dikatakan we have fellowship with one
another yang berari ‘kita memiliki persekutuan satu sama lain’. Disini berarti jelas
bahwa orang yang senantiasa hidup di dalam terang, artinya memiliki persekutuan
yang intim dengan Allah secara terus-menerus, kehidupannya juga sesuai dengan
firman Tuhan berdampak pada relasinya dengan sesamanya, saudara seiman.19
Pada ayat 7 ini pula disampaikan tentang darah Yesus yang menyucikan kita dari
pada segala dosa. Kata ‘menyucikan’ dalam bahasa aslinya (Yunani) menggunakan
kata καθαρίζει yang merupakan kata kerja orang ketiga tunggal kala sekarang aktif
indikatif dari kata καθαρίζω yang berarti ‘dia memulihkan’. Dalam NIV kata
‘menyucikan’ menggunakan kata purifies yang berarti ‘memurnikan’. Dalam Alkitab
terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari ‘menyucikan’ menggunakan kata
‘membersihkan’. Dengan demikian kita dapat memahami bahwa darah Yesuslah yang
menyucikan, memurnikan, memulihkan kita dari dosa. Dosa adalah pelanggaran
terhadap hukum Allah (1 Yoh. 3:4).
Apa kaitannya darah Yesus yang menyucikan dosa dengan persekutuan kita
dengan Allah? Dosa membuat manusia tidak dapat berkomunikasi dengan Allah (Yes.
59:2), dosa menjadi penghalang antara Allah dengan manusia. Dengan adanya dosa
berarti manusia hidup dalam kegelapan, tidak dapat bersekutu dengan Allah. Dengan
adanya pengorbanan Tuhan Yesus di atas kayu salib, darah-Nya tercurah, ada
penyucian yang terjadi, ada pemulihan hubungan antara manusia dengan Allah. Oleh
darah Yesus kita memiliki keberanian untuk datang kepada Allah, membangun
persekutuan dengan Allah (Ibr. 10:19). Dan akhirnya persekutuan kita dengan Allah
memampukan kita juga untuk memiliki persekutuan dengan orang percaya yang lain.

19
Ibid, 1.040
C. Persekutuan dengan “Sang Terang” tidak menutupi adanya dosa (ay. 8-10)

a. Semua orang adalah orang berdosa (ay. 8)


BGT 1 John 1:8 ἐὰν εἴπωμεν ὅτι ἁμαρτίαν οὐκ ἔχομεν, ἑαυτοὺς πλανῶμεν καὶ ἡ
ἀλήθεια οὐκ ἔστιν ἐν ἡμῖν.
ITB 1 John 1:8 Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri
kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.
BIS 1 John 1:8 Kalau kita berkata bahwa kita tidak berdosa, kita menipu diri sendiri;
dan Allah tidak berada di dalam hati kita.
NIV 1 John 1:8 If we claim to be without sin, we deceive ourselves and the truth is
not in us.

Ayat ini merupakan pernyataan bersyarat. Melalui ayat ini Yohanes


menyampaikan bahwa jika kita mengatakan kita tidak berbuat dosa, sama halnya kita
menipu diri sendiri. Kata ‘menipu’ dalam bahasa aslinya menggunakan kata
πλανῶμεν yang merupakan kata kerja orang pertama jamak kala sekarang aktif
indikatif dari kata πλανάω yang berarti ‘kita menyesatkan’. Dalam terjemahan NIV
menggunakan kata deceive yang berarti menipu. Selain dikatakan kita menipu diri
sendiri, jika kita mengatakan kita tidak berbuat dosa, itu menunjukkan bahwa
kebenaran tidak ada di dalam kita, berarti kita tidak hidup dalam persekutuan dengan
Allah yang adalah terang.
Mengapa dikatakan bahwa kita menipu diri sendiri jika kita mengaku kita tidak
berbuat dosa? Sebab pada dasarnya semua manusia telah berbuat dosa dan telah
kehilangan kemuliaan Allah (Rm. 3:23), tidak ada seorang pun yang benar (Rm. 3:10).
Sekalipun dosa kita telah ditebus, kita sebagai manusia masih dapat berbuat dosa,
hanya saja jangan sampai kita menghambakan diri kepada dosa. Karena kita masih
dapat berbuat dosa, jangan sampai kita mengatakan bahwa kita tidak berbuat dosa
Dengan mengatakan diri kita tidak berbuat dosa, sama halnya dengan kita
menyesatkan diri kita sendiri.20
Kata dosa dalam ayat ini berasal dari kata Yunani ἁμαρτίαν (akusatif tunggal
feminin dari kata ἁμαρτία) yang merupakan kata benda, bukan kata kerja. Ada
tafsiran yang mengatakan bahwa Yohanes menggunakan kata benda (“dosa”) dan

20
Ibid, 1.041
bukan kata kerja untuk menekankan dosa sebagai sifat dasar manusia. Dikatakan pula
dalam tafsiran tersebut, ada kemungkinan pada waktu itu Yohanes sedang
berargumentasi dengan orang-orang pada waktu itu yang menganggap dosa bukanlah
sifat dasar manusia, atau perbuatan jahat bukanlah dosa.21

b. Pengakuan dosa (ay. 9)


BGT 1 John 1:9 ἐὰν ὁμολογῶμεν τὰς ἁμαρτίας ἡμῶν, πιστός ἐστιν καὶ δίκαιος, ἵνα
ἀφῇ ἡμῖν τὰς ἁμαρτίας καὶ καθαρίσῃ ἡμᾶς ἀπὸ πάσης ἀδικίας.
ITB 1 John 1:9 Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga
Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.
BIS 1 John 1:9 Tetapi kalau kita mengakui dosa-dosa kita kepada Allah, Ia akan
menepati janji-Nya dan melakukan apa yang adil. Ia akan mengampuni dosa-dosa kita
dan membersihkan kita dari segala perbuatan kita yang salah.
NIV 1 John 1:9 If we confess our sins, he is faithful and just and will forgive us our
sins and purify us from all unrighteousness.

1 Yohanes 1:9 ini juga merupakan pernyataan bersyarat. Dalam ayat ini
dinyatakan bahwa dosa itu harus diakui. ‘Mengaku’ dalam bahasa aslinya
menggunakan kata ὁμολογῶμεν yang merupakan kata kerja orang pertama jamak kala
sekarang aktif subjungtif dari kata ὁμολογέω yang berarti kita mengakui, berterus
terang. Dalam terjemahan NIV kata ‘mengaku’ menggunakan kata confess yang
berarti mengaku. Dengan demikian mengakui berarti memberi pernyataan secara lisan
tentang keadaan yang sebenarnya tanpa ada yang ditutup-tutupi. Yang kita akui adalah
dosa-dosa kita (τὰς ἁμαρτίας, akusatif jamak feminin, dari kata ἁμαρτία).
Dosa-dosa yang kita perbuat, tindakan kejahatan kita harus diakui. Pengakuan kita
ini kita sampaikan kepada Allah. Mengapa? Karena memang seharusnya demikian.
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah itu setia (πιστός, kata sifat, nominatif tunggal
maskulin) dan adil (δίκαιος, kata sifat, nominatif tunggal maskulin). Allah memiliki
sifat setia, dapat dipercaya, Ia juga pribadi yang adil, benar. Allah setia dalam segala
yang diucapkannya dan Ia benar dalam segala perbuatan-Nya.
Allah juga adalah Allah pengampun, yang dalam ayat ini ditunjukkan dengan
frasa ‘Ia akan mengampuni’, dalam bahasa aslinya adalah ἀφῇ yang merupakan kata

21
https://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=1yohanes%201:5-10 (diakses pada tanggal 03 April
2021)
kerja orang ketiga tunggal kala aoris subjungtif dari kata ἀφίημι yang dapat
diterjemahkan dia mengampuni. Tidak hanya mengampuni, Allah juga menyucikan
kita dari segala kejahatan. Kata ‘menyucikan’ dalam bahasa aslinya menggunakan
kata καθαρίσῃ yang merupakan kata kerja orang ketiga tunggal kala aoris aktif
subjungtif dari kata καθαρίζω yang berarti dia membersihkan, menyucikan.
Pengampunan dan penyucian yang Allah lakukan berkaitan erat dengan kematian
Tuhan Yesus di atas kayu salib, seperti yang dijelaskan pada ayat 7 bahwa darah
Yesus menyucikan kita dari segala dosa. Allah memang berdaulat untuk mengampuni
kita atas kesalahan kita, dosa-dosa kita.
Menurut tafsiran WYCLIFFE pengakuan dosa kepada Allah tidak hanya
pengakuan secara lisan saja, namun harus ada tindakan untuk meninggalkan dosa, itu
yang Allah kehendaki. Dan tentang pengampunan, Allah memberikan pengampunan
supaya kita terbebas dari hukuman atas dosa dan penyucian itu berarti pembersihan
dari pencemaran dosa.22

c. Dampak tidak mengakui keberdosaan (ay. 10)


BGT 1 John 1:10 ἐὰν εἴπωμεν ὅτι οὐχ ἡμαρτήκαμεν, ψεύστην ποιοῦμεν αὐτὸν καὶ ὁ
λόγος αὐτοῦ οὐκ ἔστιν ἐν ἡμῖν.
ITB 1 John 1:10 Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita
membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita.
BIS 1 John 1:10 Tetapi kalau kita berkata bahwa kita tidak berdosa, kita beranggapan
seakan-akan Allah pendusta dan kita tidak menyimpan perkataan Allah di hati kita.
NIV 1 John 1:10 If we claim we have not sinned, we make him out to be a liar and
his word has no place in our lives.

1 Yohanes 1:10 juga merupakan pernyataan bersyarat. Pada ayat ini Yohanes
menyatakan bahwa jika kita berkata bahwa kita tidak ada berbuat dosa ada dampak
yang ditimbulkan, yaitu kita membuat Dia (yang dimaksudkan adalah Allah) menjadi
pendusta (ψεύστην, akusatif tunggal maskulin dari kata ψεύστης yang berarti
pendusta, pembohong.) dan firman-Nya tidak ada di dalam kita. Sebab Allah dalam
firman-Nya mengatakan bahwa semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan
kemuliaan Allah.

22
Charles F. Pfeiffer, Everett F. Harrison. The WYCLIFFE Bible Commentary Vol. 3 Perjanjian Baru
(Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2001), 1.041
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Surat 1 Yohanes merupakan tulisan Yohanes yang diyakini adalah salah satu dari
keduabelas murid Tuhan Yesus, yang menjadi saksi mata kehidupan pelayanan Tuhan
Yesus selama di dunia. Pada waktu itu surat ini atau tulisan ini ditulis dan ditujukan
kepada jemaat-jemaat yang diperkirakan ada di Asia kecil tepatnya di Efesus, tempat
tinggal Yohanes ketika menulis surat ini. Surat ini ditulis karena adanya ajaran sesat yang
muncul di kalangan jemaat, mereka adalah orang-orang yang tidak sungguh-sungguh
percaya bahwa Tuhan Yesus adalah 100% Allah dan 100% manusia.
Khususnya pada pasal 1 ayat 5-10 Yohanes menyampaikan apa yang ia dengar
sendiri dari Tuhan Yesus tentang Allah adalah terang dan di dalam Dia tidak ada
kegelapan. Terang itu berbicara tentang kebenaran, sedangkan kegelapan berbicara
tentang dosa atau kejahatan. Persekutuan dengan terang, yaitu Allah, memampukan
manusia untuk melakukan kebenaran yang tidak hanya diperkatakan tetapi dilakukan,
dibuktikan dalam tindakan menjauhi dosa. Persekutuan dengan Allah memampukan kita
juga untuk menjalin relasi dengan sesama, dengan saudara seiman. Persekutuan dengan
Allah tidak membuat dosa menjadi hal yang ditutup-tutupi melainkan harus diakui, sebab
memang semua manusia berdosa, tidak ada yang tidak berbuat dosa. Pengakuan dosa kita
di hadapan Tuhan tidak boleh hanya sekadar kata-kata tetapi harus ada tindakan untuk
meninggalkan dosa, tidak lagi mengulangi kejahatan yang sama. Dari 1 Yoh. 1:9 kita
tahu bahwa Allah itu setia dalam perkataan-Nya dan benar dalam segala perbuatan-Nya,
Ia mengampuni dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Keberdosaan kita harus
diakui, sebab jika kita berkata, mengaku tidak berbuat dosa sama halnya kita menjadikan
Allah adalah pendusta dan ternyata kita tidak memiliki firman Tuhan dalam hidup kita,
kita tidak memiliki persekutuan dengan Allah.

B. Aplikasi
Hal penting yang perlu diperhatikan dan dilakukan dari 1 Yohanes 1:5-10 adalah:
1. Kita harus sungguh-sungguh percaya bahwa Allah adalah terang, Ia adalah
kebenaran yang sejati.
2. Sebagai orang yang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus, kita tidak boleh hanya
mengaku memiliki persekutuan, hubungan yang intim dengan Allah, tetapi harus ada
bukti nyata melalui tindakan kita, pikiran, perkataan, perilaku kita. Mengaku saja
tanpa bukti nyata sama dengan kita menjadi pendusta, pembohong.
3. Dosa tidak perlu kita tutup-tutupi tetapi harus kita akui di hadapan Allah yang setia
dan adil yang sanggup mengampuni dan menyucikan kita dari segala kejahatan, dan
tidak hanya sekedar diakui tetapi harus ada pertobatan, tidak mengulangi perbuatan
yang jahat.
4. Jangan sampai kita mengatakan bahwa kita tidak berbuat dosa, sebab dengan berkata
demikian kita menyesatkan diri kita sendiri, kita membuat Allah menjadi pendusta,
dan ternyata bahwa kebenaran firman Tuhan tidak ada di dalam kita.
DAFTAR PUSTAKA

Bauckham, Richard. Jesus and the Eyewitnesses: The Gospels as Eyewitness Testimony.
Grand Rapids: Eerdmans, 2006.
Baylis, Charles P. “The Meaning of Walking’ in the Darkness’ (1 John 1:6)”. 1992.
BIbleWorks. Bible Works 8.0.013z.1. 2009.
Drane, John. Memahami Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.
Duyverman. Pembimbing ke Dalam Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986.
Hakh, Samuel Benyamin. Perjanjian Baru - Sejarah, Pengantar, dan Pokok-pokok
Teologisnya. Bandung: Bina Media Informasi, 2010.
Pfeiffer, Charles F., and Everett F. Harisson. The WYCLIFFE Bible Commentary Vol. 3
Perjanjian Baru. Malang: Yayasan Gandum Mas, 2001.
SABDA dan Tim Alkitab. Kamus Alkitab versi 1.2.1 / android.sabda.org. n.d.
SABDA, Yayasan Lembaga. SABDA. n.d. https://alkitab.sabda.org/passage.php?
passage=1yohanes%201:5-10 (accessed April 03, 2021).
Stanley M. Horton, William W. Menzies, dkk. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan.
Malang: Gandum Mas, 2005.
Tenney, Merrill C. Survei Perjanjian Baru. Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1995.

Anda mungkin juga menyukai