Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

PEMBUKTIAN TESIS

4.1 Yesus Penyelamat Universal

4.1.1 Kunjungan Yesus ke Wilayah Tirus dan Sidon

Perjalanan Yesus ke wilayah non Yahudi merupakan suatu perjalanan yang luar biasa.

Hal seperti ini tidak biasa dilakukan oleh orang-orang Yahudi pada umumnya. Orang Yahudi

amat menjaga kemurnian diri mereka dengan tidak membangun relasi dengan masyarakat non

Yahudi dengan alasan mereka adalah orang-orang najis dan kafir. Kedatangan Yesus ke dunia

kafir ini disambut dengan amat baik. Orang-orang datang kepadaNya, mendengarkan

pengajaranNya serta memohonkan penyembuhan bagi orang-orang sakit. Hal ini berbanding

terbalik dengan orang-orang Yahudi yang merupakan obyek utama keselamatan Yesus.

Misi utama Yesus adalah untuk seluruh Israel. Hal ini pertama-tama diungkap dalam

keberadaaan-Nya yang terus bergerak, diseluruh wilayah Yahudi sebagai seorang pengkhotbah

dan penyembuh keliling, tanpa ikatan-ikatan permanen pada keluarga, profesi atau tempat
1
tinggal. Pemilihan kedua belas rasul untuk mendampingi-Nya dan mengirim mereka keluar

negeri Yahudi juga mengacu kepada komposisi kuno bangsa Israel. Kedua belas rasul ini

merupakan simbol yang melambangkan kedua belas suku Israel dan misi mereka pada

pemerintahan mesianis di masa mendatang ketika “seluruh Israel” diselamatkan.2

Akan tetapi kehadiran Yesus ke tengah-tengah orang Yahudi tidak mendapat respon yang

positif,terutama di kalangan Yahudi kelas atas yakni di kalangan orang Farisi, ahli taurat dan

imam kepala. Hal ini disebabkan model pewartaan Yesus yang tidak sepaham dengan kelompok

1
David J Bosch, Transformasi Misi Kristen; Sejarah Teologi Misi yang Mengubah dan Berubah
(Jakarta:Gunung Mulia 2015), hlm.39.
2
Ibid.
ini. Yesus tampil sebagai lawan yang mengkritik cara hidup keagamaan mereka yang cendrung

legalis dengan menampilkan ketaatan dan keberimanan secara lahiriah semata. Meskipun pada

dasarnya misi Yesus dan orang Farisi sama yakni menghadapi keresahan Israel secara teologis

walaupun mungkin dalam cara yang berbeda.

Akan tetapi ada suatu imbauan fundamental dari Yesus kepada orang-orang Farisi yakni

tantangan yang konsisten terhadap sikap, praktik dan struktur yang cendrung sewenang-wenang. 3

Hal ini khususnya berlaku bagi mereka yang marginal oleh masyarakat Yahudi yang mapan.

Mereka ini adalah orang miskin, sakit, yang buta, penderita kusta, yang lapar, orang-orang

berdosa, para pemungut cukai, mereka yang dirasuk setan, yang tertindas, yang tertawan, mereka

yang letih lesu dan berbeban berat serta masyarakat umum yang tidak tahu apa-apa tentang

Torah.

Berbeda dengan para ahli taurat dan orang Farisi, Yesus justru berpaling kepada semua

orang yang tersisihkan ini, kepada orang-orang yang sakit, yang diasingkan berdasarkan alasan

kultus dan ritual. Pergaulan Yesus dengan kelompok ini membuat mereka tersinggung, terutama

dengan pemungut cukai yang oleh kelompok ini dianggap sebagai pengkhianat terhadap

perjuangan Yahudi. Mereka dianggap sebagai kolaborator dengan orang-orang Romawi dan

penghisap bangsa mereka sendiri.

Teks Markus 7:24-30 didahului oleh dua persitiwa penting yakni pertama, penolakan

terhadap Yesus oleh orang-orang sekampungNya dan yang kedua, perdebatan mengenai hal yang

najis dan tidak najis. Kedua peristiwa ini bisa menjadi dasar untuk menunjukkan tentang

keselamatan Kristus yang bersifat inklusif;terbuka bagi bangsa-bangsa non Yahudi lainnya. Misi

Yesus mencakup yang miskin dan kaya, yang tertindas dan menindas, yang berdosa dan saleh.

Misinya adalah misi yang melenyapkan keterasingan dan menghancurkan tembok-tembok


3
Ibid., hlm. 40.
kebencian, misi yang melintasi batas-batas antara individu dan kelompok. 4 Dengan demikian

perjalanan Yesus mengunjungi wilayah Tirus bukanlah suatu peristiwa kebetulan melainkan

suatu karya besar yang menunjukkan universalitas keselamatan yang bersumber pada-Nya.

Israel memang tujuan utama dan pertama keselamatan Kristus. Akan tetapi keselamatan

yang dibawa Yesus tidak lagi bersifat diskriminatif atau terbatas pada Israel sebagai bangsa

pilihan. Tawaran keselamatan itu datang sebagai undangan bagi seluruh bangsa untuk

menanggapi dengan cara mengimani Kristus dan menerima kehadiran-Nya. Akan tetapi sikap itu

justru tidak tampak dalam diri orang Israel. Mereka justru menjadi lawan Yesus, yang senantiasa

berkonfrontasi dengan Yesus mengenai ajaran-Nya dan terus mempertanyakan asal atau sumber

dari kuasa yang ada pada Yesus. Padahal Yohanes Pembaptis dengan gamblang telah

mengingatkan mereka bahwa Allah sanggup menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu

dan oleh karena itu, Ia tidak terikat pada Israel saja (Mat. 12:41).

Ketika sebagian besar orang Israel menampilkan diri sebagai lawan dari Yesus, orang-

orang non Yahudi justru menampilkan sikap yang berbeda. Pewartaan Yesus justru selalu

mendapat respon positif di antara orang non Yahudi. Contohnya adalah seorang perwira Romawi

dari Kapernaum yang menakjubkan Yesus dan membuat-Nya berseru “Sesungguhnya iman

sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel” (Mat. 8:10). Hal

yang sama dilakukan oleh perempuan Kanaan sehingga ia berkata “hai ibu, besar imanmu!”

(Mat. 15:28; Mrk. 7:24-30). Kenyataan ini menunjukkan bahwa sikap penolakan Israel terhadap

Yesus dapat menjadi batu sandungan yang dapat saja menjungkirbalikkan posisi istimewa

mereka sebagai bangsa pilihan. Hal ini dinyatakan pula secara tegas oleh Yesus: “Banyak orang

akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan

Yakub di dalam kerajaan Sorga; sedangkan anak-anak kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam
4
Ibid., hlm. 41.
kegelapan yang paling gelap, dan di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi” (Mat. 8:11,Luk.

13:29).

Mereka, dalam bahasa metafora perumpamaan tentang pesta besar itu adalah tamu-tamu

yang menolak undangan berdasarkan alasan yang sangat remehdan kini harus menjadi penonton

atas karya keselamatan Allah, sementara orang-orang bukan Yahudi mengambil tempat mereka,

bukan karena orang-orang non Yahudi punya hak akan tetapi karena mereka telah menjawab

dengan positif tawaran Allah. Orang-orang non Yahudi barangkali digambarkan dalam diri para

pemungut cukai dan pelacur yang “masuk ke dalam kerajaan Allah mendahului para pemimpin

agama”.

4.1.2 KedatanganNya Tidak Dapat Dirahasiakan

Sejak masa kanak-kanak Yesus tidak lepas dari rupa-rupa pengaruh yang memiliki cikal

bakalnya melampauilingkaran langsung tradisi iman Israel. Galilea sejak lama telah merasakan

dampak 5kota-kota helenisdi wilayah-wilayah tetangganya. Meskipun pada umumnya mereka

berkomunikasi dalam bahasa Aram akan tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa di kalangan

pengrajin dan kelompok-kelompok berkuasa yang ada di kampung-kampung lebih besar dapat

berbicara bahasa Yunani. Yesus dibesarkan dalam suatu lingkungan di mana pengaruh Romawi

dan Yunani cukup kuat di Israel. Pengenalan atas beberapa praktik militer Romawi tercermin

dalam beberapa perumpamaan atau ajaran Yesus yang dikisahkan kembali dalam Injil-Injil (Mrk.

5:9, Mat. 5:41)

Penginjil Matius dan Lukas bahkan secara khusus menenun benang-benang kebudayaan

asing ke dalam narasi kelahiran dan masa kanak-kanak Yesus untuk menjelaskan makna

5
Dale T. Irvin dan Scott W. Sunquist, Kekristenan Gerakan Universal: Sebuah Ulasan Sejarah Dari
Kekristenan Bahari Sampai Tahun 1453, dalam Yosef M. Florisan dan Alex Armanjaya(penerj.) (Maumere:
Ledalero, 2004), hlm. 34
universalitas keselamatan Kristus. Menurut Lukas, Yesus dilahirkan di bawah pemerintahan

kaisar Agustus yang mengeluarkan perintah agar “semua orang di seluruh dunia” didaftarkan

dalam sebuah cacah jiwa (Luk 2:1). Sedangkan Matius menceritakan kehadiran tiga raja dari

Timur yang merupakan imam Zoroastrian, datang mencari Yesus yang mereka yakini telah

dibentarai oleh bintang yang mereka saksikan.6 Implikasi cerita ini adalah bahwa ciptaan itu

sendiri turut memberi kesaksian tentang kelahiran Kristus dalam bentuk suatu tanda, sehingga

para bestari dari Timur ini mampu menafsirnya seturut praktik astrologis. Lebih lanjut Matius

melaporkan tentang upaya Herodes yang mengajak ketiga raja dari Timur untuk bersekongkol

membunuh bayi Yesusakan tetapi akhirnya Ia diselamatkan berkat pertolongan kedua orang

tuaNya yang mengungsi ke Mesir.7 Dalam prolog Injil Matius juga dijelaskan tentang genealogi

Yesus yang mencakup empat perempuan non Yahudi yakni : Tamar, Rahab, Rut dan Batsyeba.

Menurut tradisi Yahudi, keempat perempuan ini semuanya adalah orang-orang Kanaan dan

semuanya juga mendapat stigma sosial yang dicapkan pada mereka.8

Ketika berumur 30 tahun Yesus memulai pewartaan dengan terlebih dahulu meminta

Yohanes Pembaptis untuk membaptisNya. Ia memulai pewartaan-Nya di daerah Kapernaum

seraya mengumpulkan para murid-Nya. Dengan cepat tersiar kabar mengenai reputasiNya

sebagai penyembuh dan pengusir roh-roh jahat dan juga kemampuan-Nya sebagai seorang

pengkhotbah.9Fakta ini menyebabkan Ia mudah dikenali oleh orang-orang non Yahudi. Maka

tidak heran Ia mendapat sambutan yang positif ketika Ia mengunjungi wilayah non Yahudi.

Bahkan mereka tidak segan-segan memohon pada-Nya untuk menyembuhkan orang-orang yang

sakit, ( Luk. 7:1-10, Yoh.4:46-53; Mrk. 7:24-30; Mat.15:21-28).

6
Ibid., hlm 35
7
Ibid
.
8
Ibid
.
9
Ibid
.
Orang-orang dari berbagai kelas dan golongan menanggapi amanat-Nya, termasuk buruh-

buruh tani, para pengrajin dan orang-orang yang disingkirkan dari masyarakat. Bahkan Ia

memilih murid-murid-Nya yang berasal dari golongan kecil dan terpinggirkan seperti para

nelayan, pemungut cukai dan juga beberapa orang perempuan yang dalam masyarakat dianggapa

sebagai perempuan pendosa. Yesus melihat misi yang dibawaNya sebagai upaya untuk

merangkul orang-orang pinggiran dari masyarakat Galilea, orang-orang yang Ia sebut sebagai

“domba-domba yang hilang dari umat Israel (Mat. 10:6;Mrk. 6:6b-13;Luk. 9:1-6), namun oleh

orang-orang Israel justru dianggap sebagai pendosa.10 Dengan alasan ini maka mereka secara

sengaja disingkirkan dari kehidupan sosial dan keagamaan Israel. Mereka sama sekali tidak

mendapat tempat bahkan dianggap sebagai orang najis yang dapat menajiskan orang-orang yang

berjumpa dengan mereka atau membangun relasi sosial dengan mereka.

Yesus juga berkelana dengan melewati tapal-tapal batas negeri Israel. Di sana Ia

disambut dengan baik dan Ia juga melakukan mukjizat atas mereka bahkan Ia tinggal dengan

mereka selama beberapa hari. Injil-Injil menyebutkan perjumpaan positif Yesus dengan orang-

orang Samaria, dan satu perjalanan ke Dekapolis, sebuah wilayah federasi kota-kota helenis di

sebelah timur sungai Yordan.

Di Galilea Yesus mengutus para murid-Nya guna melaksanakan perjalanan keliling

sendiri. Ia mengutus mereka berdua-dua sembari memperluas karya penyembuhan-Nya kepada

orang-orang sakit, mengusir roh-roh jahat dan membawa kata-kata pengharapan bagi orang

miskin dan terpinggirkan. Yesus juga memulai di Galilea praktik makan semeja dengan orang-

orang dari berbagai kelas sosial dan penyandang najis ritual, termasuk mereka yang oleh ahli

taurat dianggap sebagai orang-orang berdosa. Praktik perjamuan bersama ini secara sangat

10
Ibid., hlm. 36.
gamblang menantang sekat-sekat religius yang memisahkan seseorang dari yang lainnya dalam

kelompok masyarakat.

Injil-Injil juga merekam beberapa mukjizat penggandaan roti yang dilakukan Yesus

dihadapan banyak orang. Pada saat itu Yesus mengucap syukur kepada Allah dan memecah-

mecahkan roti di hadapan mereka, Ia membagi-bagikan roti yang terbukti cukup jumlahnya bagi

mereka semua untuk makan sampai kenyang. Perjamuan semacam ini kelak dikenang oleh para

murid-Nya dalam bingkai eskatologis sebagai pra-rasa akan perjamuan mesianik yang mereka

yakini akan segera tiba. Orang-orang yang mengikuti Dia sesudah kebangkitan-Nya melanjutkan

praktik makan bersama dan mengucapkan syukur dalam pengharapan pemerintahan Allah Yang

universal.11 Ungkapan “pemerintahan Allah” (malkuth Yahweh) dipercaya bahwa akan muncul

kerajaan Allah dalam wangsa Daud (bdk. 2 Sam. 7:12-16). Pada tahap lain orang mengira bahwa

Allah akan mendamaikan dan memerintah dunia dari Bait Allah melalui para imam (bdk. Yeh.
12
40:43). Akan tetapi pemerintahan Allah itu tidak terwujud dalam kedua masa tersebut.

Ketidakterwujudan ini melahirkan keyakinan bahwa kerajaan Allah sepenuhnya merupakan

keberadaan di masa depan dan akan menampakkan dirinya dalam perubahan yang sama sekali

total yang mana Israel berada di puncak yang akan memiliki kuasa atas bangsa-bangsa lain.13

Pandangan ini muncul secara dominan pada masa Yesus ketika Ia melakukan pelayanan di dunia.

Bahkan sesudah peristiwa paskah pun pandangan ini masih terekam dalam pemikiran para

murid: “Tuhan, maukah Engkau pada masakini memulihkan kerajaan bagi Israel?” (Kis. 1:6)14

Akan tetapi Kerajaan Allah yang kepenuhannya terwujud dalam diri Yesus sama sekali

berbeda dengan pengharapan Israel. Yesus datang sebagai Mesias yang akan membebaskan

11
Ibid.
12
David J Bosch.,Op.Cit. 47.
13
Ibid. hlm. 48.
14
Ibid.
Israel dari perbudakan dosa dan pada saat yang sama merubuhkan pembatas-pembatas yang

memisahkan Israel sebagai bangsa pilihan Allah dan membuka pintu keselamatan bagi bangsa-

bangsa lain yang menerima kehadiranNya sebagi Mesias. Tanggapan positif orang-orang non

Yahudi terhadap pewartaan Yesus menjadi bukti otentik bahwa universalitas keselamatan Allah

itu telah terwujud dan ada ditengah manusia. Akan tetapi kerajaan itu tidak lagi bersifat politis

melainkan merupakan sebuah kerajaan cinta kasih.

4.1.3 Seorang Perempuan Siro Fenisia Memohon Pada Yesus Untuk Menyembuhkan

Anaknya

Dalam Matius 15:24 Yesus secara eksplisit mengungkapkan bahwa Ia diutus “hanya
15
kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel”. Tujuan kedatanganNya yang pertama-

tama adalah untuk membawa mereka kembali kepada Allah. Karena itu Ia mengutus para murid

untuk menyelamatkan domba-domba dari umat Israel dan mereka dilarang untuk menyimpang

ke bangsa lain atau kepada orang Samaria (Mat. 10:5-6).

Akan tetapi di pihak lain Yesus sangat kagum akan iman orang-orang asing yang datang

kepada-Nya. Iman mereka ini pada akhir-nya merupakan sebuah kesempatan bagi Yesus untuk

menunjukkan sebuah “universalitas kerajaan surga” (Mat. 8:10;15:18)16Ia pun tidak segan-segan

melakukan mukjizat di daerah kafir. Ia mengusir setan dan menyembuhkan banyak orang sakit.

Banyak teks PB memperlihatkan bahwa mukjizat yang dibuat Yesus kepada Israel sebagai

bangsa pilihan Allah memiliki makna yang sama yakni bahwa kuasa Allah sudah hadir dan

terwujud bagi semua orang (Mat. 11:4-6;12:25-28;Luk 4:16-22). Dan meluas kepada orang yang

percaya dan bertobat (Mrk. 1:5).17

15
Andreas Bernadinus Atawolo, OFM, Op.Cit., hlm.25
16
Ibid.
17
Ibid.
Kekaguman dan keterbukaan Yesus terhadap iman orang Samaria terlihat dalam beberapa

teks berikut ini. Teks Yohanes 4:7-15 mengisahkan tentang seorang perempuan Samaria yang

membuka diri dan meminta air kehidupan dari Yesus. Kepada perempuan itu Yesus menjanjikan

bahwa ia akan menyembah Bapa dalam Roh dan Kebenaran. 18 Perkataan Yesus ini ditanggapi

secara positif oleh perempuan ini. Ia melihat Yesus sebagai nabi yang kehadiran-Nya ditunggu

oleh orang-orang sebangsanya. Maka dengan sigap ia pun pergi kepada orang-orang-Nya dan

membawa mereka kepada Yesus dan mereka pun menerima Yesus. Sementara itu Lukas 17:15-

16 mengisahkan tentang seorang Samaria yang menderita kusta sebagai satu-satunya orang yang

datang mengucap syukur kepada Yesus setelah mengalami kesembuhan sementara itu sembilan

orang lainnya tidak kembali. Hal lain lagi dilakukan oleh perempuan Siro Fenisia. Ketika

mendengar bahwa Yesus datang ke daerah Tirus dan Sidon ia pun datang menjumpai Yesus. Ia

memohon pada Yesus untuk menyembuhkan putrinya yang kerasukan roh jahat. Dan Yesus pun

katakan bahwa putrinya telah sembuh. Ia tidak protes kepada Yesus karena tidak datang

menyentuh putri-Nya agar bisa sembuh. Ia percaya akan kata-kata Yesus dan pulang ke rumah

dan mendapati bahwa anaknya telah sembuh. Teks-teks ini dengan gamblang menjelaskan bahwa

iman yang menyelamatkan sudah terwujud dalam diri orang-orang bukan Israel. Mereka sudah

tinggal dalam Kerajaan Allah. Joachim Jeremias dalam bukunya Jesus’ Promise to the Nations

(1985) menyimpulkan bahwa di satu pihak misi Yesus memang terbatas pada Israel tetapi di lain

pihak Ia secara tegas dan konsisten membuka kerajaan Allah bagi kaum “kafir”. 19 Dan karena itu

Ia tidak pernah menolak permohonan-permohonan mereka. Sikap Yesus yang tegas terhadap

mereka adalah suatu ujian bagi iman mereka. Yesus ingin memastikan kedalaman iman yang

mereka miliki dan mereka terbukti bertahan dan menang dalam ujian itu. Hal ini menunjukkan

18
Ibid.
19
Dikutip kembali dari Andreas Bernadinus Atawolo,OFM.,Ibid.
bahwa pintu keselamatan Allah akan terbuka bagi setiap bangsa yang dengan bebas menanggapi

tawaran keselamatan yang ditawarkan. Keselamatan itu merupakan suatu simbiosis mutualisme

di mana Allah menawarkan rahmat keselamatan bagi manusia dan manusia menerima tawaran

itu dengan hati bebas.

4.2 Setan Meninggalkan Anak Perempuan Siro Fenisia

Permohonan perempuan Siro Fenisia kepada Yesus untuk menyembuhkan anaknya

ditanggapi secara positif. Penyembuhan ini terjadi tanpa perjumpaan langsung Yesus dengan si

anak yang sakit. Yesus melakukan penyembuhan jarak jauh terhadap anak ini. Setelah sempat

menyamakan status perempuan ini dengan anjing, Yesus kemudian dibuat kagum oleh kekuatan

iman perempuan ini. Keberimanannya kemudian ditampakkan lagi olehnya dengan kembali

mendapati anaknya setelah mendengar sabda Yesus bahwa anak perempuannya telah sembuh.

Dalam PL terdapat kisah-kisah yang menggambarkan kepedulian Allah terhadap orang-

orang non Yahudi. Misalnya : Naaman panglima Aram yang disembuhkan setelah menuruti

permintaan Elisa untuk mandi tujuh kali di sungai Yordan (2Raj. 5:10) dan atau Elia yang diutus

Allah kepada seorang janda di Sarfat sewaktu Allah membiarkan kekeringan panjang melanda

Israel selama tiga tahun (1Raj. 17:17-24). Hal ini menunjukkan bahwa benih-benih keselamatan

kepada orang-orang non Yahudi sesungguhnya telah ada sejak zaman Perjanjian Lama. Akan

tetapi hal ini tidak dapat dikategorikan sebagai sebuah universalitas keselamatan. Universalitas

keselamatan hanya ada dalam diri Yesus Kristus. Pertolongan Allah yang diberikan kepada

orang non Yahudi dalam PL merupakan peringatan dan penghakiman Allah kepada Israel yang

kerap kali berpaling dari jalan Allah dan menyembah dewa-dewa asing.

Sementara itu kisah penyembuhan anak perempuan Siro Fenisia ini sesungguhnya mau

menunjukkan satu hal penting yakni dominasi Yesus atas seluruh ciptaan. Kedatangan Yesus
telah menimbulkan ketakutan dalam diri roh jahat tersebut sehingga ia pergi meninggalkan si

anak. Lagi pula penyembuhan orang yang kerasukan setan hampir selalu dilakukan dengan cara

memerintahkan agar roh jahat keluar dari si penderita dan si penderita selalu tinggal dalam

keadaan pasif. Penyembuhan terhadap anak perempuan Siro Fenisia ini merupakan sesuatu yang

luar biasa di mana penyembuhan itu terjadi tanpa sentuhan langsung. Penyembuhan semacam ini

hampir selalu terjadi pada orang non Yahudi. Peristiwa ini menunjukkan bahwa iman yang teguh

yang mampu menyelamatkan. Orang-orang non Yahudi percaya kepada perkataan Yesus tanpa

menuntut tanda-tanda akan tetapi orang-orang Yahudi menuntut tanda kepada Yesus untuk

membuktikan ke-MesiasanNya.

Kitab Suci banyak menggambarkan konfrontasi antara Yesus dan roh jahat. Iblis/ roh

jahat selalu tampil sebagai lawan Yesus akan tetapi mereka juga takut kepada Yesus sebab

mereka mengenal Yesus sebagai Anak Allah. Konfrontasi paling nyata antara iblis dan Yesus

terdapat dalam Mat 16:23 dam Mrk 8:33 ketika Yesus berkata pada Petrus “enyahlah iblis!”

Pengenalan Yesus akan aktivitas iblis di dalam diri seseorang dari murid-murid yang paling

dekat dengan-Nya, memperlihatkan kesendirian Yesus dalam menghadapi konflik dengan iblis.

Tidak ada orang lain yang sanggup melawan perlawanan iblis kecuali Yesus. Namun harus

diperhatikan bahwa iblis tidak pernah memiliki kekuasaan mutlak. Tuntutan apapun yang

diajukannya, ia tidak dapat melampaui batas-batas yang ditentukan Allah baginya.

Hal yang penting terjadi pada waktu Yesus mengadakan konfrontasi dengan kuasa-kuasa

roh jahat adalah pengakuan secara langsung dari roh-roh jahat itu akan martabat dan kekuasaan

Yesus. Dalam catatannya mengenai pengusiran setan yang dilakukan Yesus, Markus mencatat

bahwa Ia tidak membolehkan setan-setan itu berbicara “sebab mereka mengenal Dia” (Mrk.

1:34). Sementara dalam Injil Lukas, roh jahat itu berkata: “Engkau datang hendak membinasakan
kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah” (Luk . 4:34) dan roh jahat itu langsung

dihardik oleh Yesus. Pernyataan tegas yang serupa dilontarkan juga oleh roh jahat yang merasuki

orang Gerasa (Mrk. 5:7), dan lebih lanjut roh jahat itu menyatakan rasa takutnya terhadap

siksaan, seolah-olah kehadiran Yesus saja sudah merupakan siksaan bagi dunia roh jahat. Maka

tidak mengherankan jika kedatangan Yesus wilayah Tirus membuat roh jahat itu pergi dari sang

anak meskipun Yesus tidak melihat keadaan si anak sama sekali. Hal ini membuktikan bahwa

kuasa Yesus mampu menembus sekat-sekat yang menghalangi kasih Allah bagi manusia

termasuk dalam hal ini roh jahat. Yesus juga adalah penguasa universal, Ia berkuasa atas alam

dan juga atas segenap ciptaan yang berada di bawah kolong langit termasuk roh jahat.

Universalitas keselamatan Kristus ini dinyatakan secara tegas dalam Perjanjian Baru.

Santo Paulus mengakui Kristus yang bangkit sebagai Tuhan. Dia menulis: “Sebab sungguhpun

ada apa yang disebut "allah", baik di sorga, maupun di bumi -- dan memang benar ada banyak

"allah" dan banyak "tuhan" yang demikian -- namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu

Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan

saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita

hidup” (1Kor. 8:5-6).20Dalam Injil Yohanes, universalitas keselamatan Kristus mencakup semua

segi dari tugas perutusan rahmat, kebenaran pewahyuan-Nya: Sabda adalah “Terang yang

sesungguhnya, yang menerangi setiap orang” (Yoh :9). Dan lagi dikatakan: “Tidak seorang pun

yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada dipangkuan Bapa, Dia-lah yang

menyatakan-Nya” (Yoh. 1:18bdk. Mat. 11:27).21 Pewahyuan Allah menjadi definitif dan penuh

melalui putra-Nya yang tunggal satu-satunya: setelah pada zaman dahulu berulang kali dan

dengan berbagai cara Allah berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi,

20
RM., No. 12
21
Ibid.
maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan anak-Nya, yang

telah Ia tetapkan sebagi yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia, Allah telah

menjadikan alam semesta (Ibr. 1:1-3 bdk. Yoh 14:6).

Tindakan penyembuhan oleh Yesus telah membuktikan sifat universalitas keselamatan

yang ada pada-Nya. Dia mengusir roh jahat dengan kuasa mutlak dan wewenang yang ada pada-

Nya dan juga disertai keberhasilan total di mana roh jahat itu tidak akan berani kembali kepada

orang yang ia rasuki. Ia juga tidak mencegah orang-orang lain untuk mengusir setan dalam

nama-Nya (Mrk. 9:38-41). Dengan ini dijelaskan bahwa nama Yesus mempunyai kuasa yang

kuat sebagaimana kehadiran-Nya. Fakta ini menunjukkan bahwa kuasa Allah hanya akan bekerja

jika manusia dengan hati terbuka menerima wahyu Allah itu sendiri dengan sikap iman.

Keberimanan menjadi landasan dasar untuk memperoleh keselamatan sebagaimana perempuan

Siro Fenisia yang anaknya disembuhkan Yesus.

Anda mungkin juga menyukai