PEMBUKTIAN TESIS
Perjalanan Yesus ke wilayah non Yahudi merupakan suatu perjalanan yang luar biasa.
Hal seperti ini tidak biasa dilakukan oleh orang-orang Yahudi pada umumnya. Orang Yahudi
amat menjaga kemurnian diri mereka dengan tidak membangun relasi dengan masyarakat non
Yahudi dengan alasan mereka adalah orang-orang najis dan kafir. Kedatangan Yesus ke dunia
kafir ini disambut dengan amat baik. Orang-orang datang kepadaNya, mendengarkan
pengajaranNya serta memohonkan penyembuhan bagi orang-orang sakit. Hal ini berbanding
terbalik dengan orang-orang Yahudi yang merupakan obyek utama keselamatan Yesus.
Misi utama Yesus adalah untuk seluruh Israel. Hal ini pertama-tama diungkap dalam
keberadaaan-Nya yang terus bergerak, diseluruh wilayah Yahudi sebagai seorang pengkhotbah
dan penyembuh keliling, tanpa ikatan-ikatan permanen pada keluarga, profesi atau tempat
1
tinggal. Pemilihan kedua belas rasul untuk mendampingi-Nya dan mengirim mereka keluar
negeri Yahudi juga mengacu kepada komposisi kuno bangsa Israel. Kedua belas rasul ini
merupakan simbol yang melambangkan kedua belas suku Israel dan misi mereka pada
Akan tetapi kehadiran Yesus ke tengah-tengah orang Yahudi tidak mendapat respon yang
positif,terutama di kalangan Yahudi kelas atas yakni di kalangan orang Farisi, ahli taurat dan
imam kepala. Hal ini disebabkan model pewartaan Yesus yang tidak sepaham dengan kelompok
1
David J Bosch, Transformasi Misi Kristen; Sejarah Teologi Misi yang Mengubah dan Berubah
(Jakarta:Gunung Mulia 2015), hlm.39.
2
Ibid.
ini. Yesus tampil sebagai lawan yang mengkritik cara hidup keagamaan mereka yang cendrung
legalis dengan menampilkan ketaatan dan keberimanan secara lahiriah semata. Meskipun pada
dasarnya misi Yesus dan orang Farisi sama yakni menghadapi keresahan Israel secara teologis
Akan tetapi ada suatu imbauan fundamental dari Yesus kepada orang-orang Farisi yakni
tantangan yang konsisten terhadap sikap, praktik dan struktur yang cendrung sewenang-wenang. 3
Hal ini khususnya berlaku bagi mereka yang marginal oleh masyarakat Yahudi yang mapan.
Mereka ini adalah orang miskin, sakit, yang buta, penderita kusta, yang lapar, orang-orang
berdosa, para pemungut cukai, mereka yang dirasuk setan, yang tertindas, yang tertawan, mereka
yang letih lesu dan berbeban berat serta masyarakat umum yang tidak tahu apa-apa tentang
Torah.
Berbeda dengan para ahli taurat dan orang Farisi, Yesus justru berpaling kepada semua
orang yang tersisihkan ini, kepada orang-orang yang sakit, yang diasingkan berdasarkan alasan
kultus dan ritual. Pergaulan Yesus dengan kelompok ini membuat mereka tersinggung, terutama
dengan pemungut cukai yang oleh kelompok ini dianggap sebagai pengkhianat terhadap
perjuangan Yahudi. Mereka dianggap sebagai kolaborator dengan orang-orang Romawi dan
Teks Markus 7:24-30 didahului oleh dua persitiwa penting yakni pertama, penolakan
terhadap Yesus oleh orang-orang sekampungNya dan yang kedua, perdebatan mengenai hal yang
najis dan tidak najis. Kedua peristiwa ini bisa menjadi dasar untuk menunjukkan tentang
keselamatan Kristus yang bersifat inklusif;terbuka bagi bangsa-bangsa non Yahudi lainnya. Misi
Yesus mencakup yang miskin dan kaya, yang tertindas dan menindas, yang berdosa dan saleh.
perjalanan Yesus mengunjungi wilayah Tirus bukanlah suatu peristiwa kebetulan melainkan
suatu karya besar yang menunjukkan universalitas keselamatan yang bersumber pada-Nya.
Israel memang tujuan utama dan pertama keselamatan Kristus. Akan tetapi keselamatan
yang dibawa Yesus tidak lagi bersifat diskriminatif atau terbatas pada Israel sebagai bangsa
pilihan. Tawaran keselamatan itu datang sebagai undangan bagi seluruh bangsa untuk
menanggapi dengan cara mengimani Kristus dan menerima kehadiran-Nya. Akan tetapi sikap itu
justru tidak tampak dalam diri orang Israel. Mereka justru menjadi lawan Yesus, yang senantiasa
berkonfrontasi dengan Yesus mengenai ajaran-Nya dan terus mempertanyakan asal atau sumber
dari kuasa yang ada pada Yesus. Padahal Yohanes Pembaptis dengan gamblang telah
mengingatkan mereka bahwa Allah sanggup menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu
dan oleh karena itu, Ia tidak terikat pada Israel saja (Mat. 12:41).
Ketika sebagian besar orang Israel menampilkan diri sebagai lawan dari Yesus, orang-
orang non Yahudi justru menampilkan sikap yang berbeda. Pewartaan Yesus justru selalu
mendapat respon positif di antara orang non Yahudi. Contohnya adalah seorang perwira Romawi
dari Kapernaum yang menakjubkan Yesus dan membuat-Nya berseru “Sesungguhnya iman
sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel” (Mat. 8:10). Hal
yang sama dilakukan oleh perempuan Kanaan sehingga ia berkata “hai ibu, besar imanmu!”
(Mat. 15:28; Mrk. 7:24-30). Kenyataan ini menunjukkan bahwa sikap penolakan Israel terhadap
Yesus dapat menjadi batu sandungan yang dapat saja menjungkirbalikkan posisi istimewa
mereka sebagai bangsa pilihan. Hal ini dinyatakan pula secara tegas oleh Yesus: “Banyak orang
akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan
Yakub di dalam kerajaan Sorga; sedangkan anak-anak kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam
4
Ibid., hlm. 41.
kegelapan yang paling gelap, dan di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi” (Mat. 8:11,Luk.
13:29).
Mereka, dalam bahasa metafora perumpamaan tentang pesta besar itu adalah tamu-tamu
yang menolak undangan berdasarkan alasan yang sangat remehdan kini harus menjadi penonton
atas karya keselamatan Allah, sementara orang-orang bukan Yahudi mengambil tempat mereka,
bukan karena orang-orang non Yahudi punya hak akan tetapi karena mereka telah menjawab
dengan positif tawaran Allah. Orang-orang non Yahudi barangkali digambarkan dalam diri para
pemungut cukai dan pelacur yang “masuk ke dalam kerajaan Allah mendahului para pemimpin
agama”.
Sejak masa kanak-kanak Yesus tidak lepas dari rupa-rupa pengaruh yang memiliki cikal
bakalnya melampauilingkaran langsung tradisi iman Israel. Galilea sejak lama telah merasakan
berkomunikasi dalam bahasa Aram akan tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa di kalangan
pengrajin dan kelompok-kelompok berkuasa yang ada di kampung-kampung lebih besar dapat
berbicara bahasa Yunani. Yesus dibesarkan dalam suatu lingkungan di mana pengaruh Romawi
dan Yunani cukup kuat di Israel. Pengenalan atas beberapa praktik militer Romawi tercermin
dalam beberapa perumpamaan atau ajaran Yesus yang dikisahkan kembali dalam Injil-Injil (Mrk.
Penginjil Matius dan Lukas bahkan secara khusus menenun benang-benang kebudayaan
asing ke dalam narasi kelahiran dan masa kanak-kanak Yesus untuk menjelaskan makna
5
Dale T. Irvin dan Scott W. Sunquist, Kekristenan Gerakan Universal: Sebuah Ulasan Sejarah Dari
Kekristenan Bahari Sampai Tahun 1453, dalam Yosef M. Florisan dan Alex Armanjaya(penerj.) (Maumere:
Ledalero, 2004), hlm. 34
universalitas keselamatan Kristus. Menurut Lukas, Yesus dilahirkan di bawah pemerintahan
kaisar Agustus yang mengeluarkan perintah agar “semua orang di seluruh dunia” didaftarkan
dalam sebuah cacah jiwa (Luk 2:1). Sedangkan Matius menceritakan kehadiran tiga raja dari
Timur yang merupakan imam Zoroastrian, datang mencari Yesus yang mereka yakini telah
dibentarai oleh bintang yang mereka saksikan.6 Implikasi cerita ini adalah bahwa ciptaan itu
sendiri turut memberi kesaksian tentang kelahiran Kristus dalam bentuk suatu tanda, sehingga
para bestari dari Timur ini mampu menafsirnya seturut praktik astrologis. Lebih lanjut Matius
melaporkan tentang upaya Herodes yang mengajak ketiga raja dari Timur untuk bersekongkol
membunuh bayi Yesusakan tetapi akhirnya Ia diselamatkan berkat pertolongan kedua orang
tuaNya yang mengungsi ke Mesir.7 Dalam prolog Injil Matius juga dijelaskan tentang genealogi
Yesus yang mencakup empat perempuan non Yahudi yakni : Tamar, Rahab, Rut dan Batsyeba.
Menurut tradisi Yahudi, keempat perempuan ini semuanya adalah orang-orang Kanaan dan
Ketika berumur 30 tahun Yesus memulai pewartaan dengan terlebih dahulu meminta
seraya mengumpulkan para murid-Nya. Dengan cepat tersiar kabar mengenai reputasiNya
sebagai penyembuh dan pengusir roh-roh jahat dan juga kemampuan-Nya sebagai seorang
pengkhotbah.9Fakta ini menyebabkan Ia mudah dikenali oleh orang-orang non Yahudi. Maka
tidak heran Ia mendapat sambutan yang positif ketika Ia mengunjungi wilayah non Yahudi.
Bahkan mereka tidak segan-segan memohon pada-Nya untuk menyembuhkan orang-orang yang
6
Ibid., hlm 35
7
Ibid
.
8
Ibid
.
9
Ibid
.
Orang-orang dari berbagai kelas dan golongan menanggapi amanat-Nya, termasuk buruh-
buruh tani, para pengrajin dan orang-orang yang disingkirkan dari masyarakat. Bahkan Ia
memilih murid-murid-Nya yang berasal dari golongan kecil dan terpinggirkan seperti para
nelayan, pemungut cukai dan juga beberapa orang perempuan yang dalam masyarakat dianggapa
sebagai perempuan pendosa. Yesus melihat misi yang dibawaNya sebagai upaya untuk
merangkul orang-orang pinggiran dari masyarakat Galilea, orang-orang yang Ia sebut sebagai
“domba-domba yang hilang dari umat Israel (Mat. 10:6;Mrk. 6:6b-13;Luk. 9:1-6), namun oleh
orang-orang Israel justru dianggap sebagai pendosa.10 Dengan alasan ini maka mereka secara
sengaja disingkirkan dari kehidupan sosial dan keagamaan Israel. Mereka sama sekali tidak
mendapat tempat bahkan dianggap sebagai orang najis yang dapat menajiskan orang-orang yang
Yesus juga berkelana dengan melewati tapal-tapal batas negeri Israel. Di sana Ia
disambut dengan baik dan Ia juga melakukan mukjizat atas mereka bahkan Ia tinggal dengan
mereka selama beberapa hari. Injil-Injil menyebutkan perjumpaan positif Yesus dengan orang-
orang Samaria, dan satu perjalanan ke Dekapolis, sebuah wilayah federasi kota-kota helenis di
orang-orang sakit, mengusir roh-roh jahat dan membawa kata-kata pengharapan bagi orang
miskin dan terpinggirkan. Yesus juga memulai di Galilea praktik makan semeja dengan orang-
orang dari berbagai kelas sosial dan penyandang najis ritual, termasuk mereka yang oleh ahli
taurat dianggap sebagai orang-orang berdosa. Praktik perjamuan bersama ini secara sangat
10
Ibid., hlm. 36.
gamblang menantang sekat-sekat religius yang memisahkan seseorang dari yang lainnya dalam
kelompok masyarakat.
Injil-Injil juga merekam beberapa mukjizat penggandaan roti yang dilakukan Yesus
dihadapan banyak orang. Pada saat itu Yesus mengucap syukur kepada Allah dan memecah-
mecahkan roti di hadapan mereka, Ia membagi-bagikan roti yang terbukti cukup jumlahnya bagi
mereka semua untuk makan sampai kenyang. Perjamuan semacam ini kelak dikenang oleh para
murid-Nya dalam bingkai eskatologis sebagai pra-rasa akan perjamuan mesianik yang mereka
yakini akan segera tiba. Orang-orang yang mengikuti Dia sesudah kebangkitan-Nya melanjutkan
praktik makan bersama dan mengucapkan syukur dalam pengharapan pemerintahan Allah Yang
universal.11 Ungkapan “pemerintahan Allah” (malkuth Yahweh) dipercaya bahwa akan muncul
kerajaan Allah dalam wangsa Daud (bdk. 2 Sam. 7:12-16). Pada tahap lain orang mengira bahwa
Allah akan mendamaikan dan memerintah dunia dari Bait Allah melalui para imam (bdk. Yeh.
12
40:43). Akan tetapi pemerintahan Allah itu tidak terwujud dalam kedua masa tersebut.
keberadaan di masa depan dan akan menampakkan dirinya dalam perubahan yang sama sekali
total yang mana Israel berada di puncak yang akan memiliki kuasa atas bangsa-bangsa lain.13
Pandangan ini muncul secara dominan pada masa Yesus ketika Ia melakukan pelayanan di dunia.
Bahkan sesudah peristiwa paskah pun pandangan ini masih terekam dalam pemikiran para
murid: “Tuhan, maukah Engkau pada masakini memulihkan kerajaan bagi Israel?” (Kis. 1:6)14
Akan tetapi Kerajaan Allah yang kepenuhannya terwujud dalam diri Yesus sama sekali
berbeda dengan pengharapan Israel. Yesus datang sebagai Mesias yang akan membebaskan
11
Ibid.
12
David J Bosch.,Op.Cit. 47.
13
Ibid. hlm. 48.
14
Ibid.
Israel dari perbudakan dosa dan pada saat yang sama merubuhkan pembatas-pembatas yang
memisahkan Israel sebagai bangsa pilihan Allah dan membuka pintu keselamatan bagi bangsa-
bangsa lain yang menerima kehadiranNya sebagi Mesias. Tanggapan positif orang-orang non
Yahudi terhadap pewartaan Yesus menjadi bukti otentik bahwa universalitas keselamatan Allah
itu telah terwujud dan ada ditengah manusia. Akan tetapi kerajaan itu tidak lagi bersifat politis
4.1.3 Seorang Perempuan Siro Fenisia Memohon Pada Yesus Untuk Menyembuhkan
Anaknya
Dalam Matius 15:24 Yesus secara eksplisit mengungkapkan bahwa Ia diutus “hanya
15
kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel”. Tujuan kedatanganNya yang pertama-
tama adalah untuk membawa mereka kembali kepada Allah. Karena itu Ia mengutus para murid
untuk menyelamatkan domba-domba dari umat Israel dan mereka dilarang untuk menyimpang
Akan tetapi di pihak lain Yesus sangat kagum akan iman orang-orang asing yang datang
kepada-Nya. Iman mereka ini pada akhir-nya merupakan sebuah kesempatan bagi Yesus untuk
menunjukkan sebuah “universalitas kerajaan surga” (Mat. 8:10;15:18)16Ia pun tidak segan-segan
melakukan mukjizat di daerah kafir. Ia mengusir setan dan menyembuhkan banyak orang sakit.
Banyak teks PB memperlihatkan bahwa mukjizat yang dibuat Yesus kepada Israel sebagai
bangsa pilihan Allah memiliki makna yang sama yakni bahwa kuasa Allah sudah hadir dan
terwujud bagi semua orang (Mat. 11:4-6;12:25-28;Luk 4:16-22). Dan meluas kepada orang yang
15
Andreas Bernadinus Atawolo, OFM, Op.Cit., hlm.25
16
Ibid.
17
Ibid.
Kekaguman dan keterbukaan Yesus terhadap iman orang Samaria terlihat dalam beberapa
teks berikut ini. Teks Yohanes 4:7-15 mengisahkan tentang seorang perempuan Samaria yang
membuka diri dan meminta air kehidupan dari Yesus. Kepada perempuan itu Yesus menjanjikan
bahwa ia akan menyembah Bapa dalam Roh dan Kebenaran. 18 Perkataan Yesus ini ditanggapi
secara positif oleh perempuan ini. Ia melihat Yesus sebagai nabi yang kehadiran-Nya ditunggu
oleh orang-orang sebangsanya. Maka dengan sigap ia pun pergi kepada orang-orang-Nya dan
membawa mereka kepada Yesus dan mereka pun menerima Yesus. Sementara itu Lukas 17:15-
16 mengisahkan tentang seorang Samaria yang menderita kusta sebagai satu-satunya orang yang
datang mengucap syukur kepada Yesus setelah mengalami kesembuhan sementara itu sembilan
orang lainnya tidak kembali. Hal lain lagi dilakukan oleh perempuan Siro Fenisia. Ketika
mendengar bahwa Yesus datang ke daerah Tirus dan Sidon ia pun datang menjumpai Yesus. Ia
memohon pada Yesus untuk menyembuhkan putrinya yang kerasukan roh jahat. Dan Yesus pun
katakan bahwa putrinya telah sembuh. Ia tidak protes kepada Yesus karena tidak datang
menyentuh putri-Nya agar bisa sembuh. Ia percaya akan kata-kata Yesus dan pulang ke rumah
dan mendapati bahwa anaknya telah sembuh. Teks-teks ini dengan gamblang menjelaskan bahwa
iman yang menyelamatkan sudah terwujud dalam diri orang-orang bukan Israel. Mereka sudah
tinggal dalam Kerajaan Allah. Joachim Jeremias dalam bukunya Jesus’ Promise to the Nations
(1985) menyimpulkan bahwa di satu pihak misi Yesus memang terbatas pada Israel tetapi di lain
pihak Ia secara tegas dan konsisten membuka kerajaan Allah bagi kaum “kafir”. 19 Dan karena itu
Ia tidak pernah menolak permohonan-permohonan mereka. Sikap Yesus yang tegas terhadap
mereka adalah suatu ujian bagi iman mereka. Yesus ingin memastikan kedalaman iman yang
mereka miliki dan mereka terbukti bertahan dan menang dalam ujian itu. Hal ini menunjukkan
18
Ibid.
19
Dikutip kembali dari Andreas Bernadinus Atawolo,OFM.,Ibid.
bahwa pintu keselamatan Allah akan terbuka bagi setiap bangsa yang dengan bebas menanggapi
tawaran keselamatan yang ditawarkan. Keselamatan itu merupakan suatu simbiosis mutualisme
di mana Allah menawarkan rahmat keselamatan bagi manusia dan manusia menerima tawaran
ditanggapi secara positif. Penyembuhan ini terjadi tanpa perjumpaan langsung Yesus dengan si
anak yang sakit. Yesus melakukan penyembuhan jarak jauh terhadap anak ini. Setelah sempat
menyamakan status perempuan ini dengan anjing, Yesus kemudian dibuat kagum oleh kekuatan
iman perempuan ini. Keberimanannya kemudian ditampakkan lagi olehnya dengan kembali
mendapati anaknya setelah mendengar sabda Yesus bahwa anak perempuannya telah sembuh.
orang non Yahudi. Misalnya : Naaman panglima Aram yang disembuhkan setelah menuruti
permintaan Elisa untuk mandi tujuh kali di sungai Yordan (2Raj. 5:10) dan atau Elia yang diutus
Allah kepada seorang janda di Sarfat sewaktu Allah membiarkan kekeringan panjang melanda
Israel selama tiga tahun (1Raj. 17:17-24). Hal ini menunjukkan bahwa benih-benih keselamatan
kepada orang-orang non Yahudi sesungguhnya telah ada sejak zaman Perjanjian Lama. Akan
tetapi hal ini tidak dapat dikategorikan sebagai sebuah universalitas keselamatan. Universalitas
keselamatan hanya ada dalam diri Yesus Kristus. Pertolongan Allah yang diberikan kepada
orang non Yahudi dalam PL merupakan peringatan dan penghakiman Allah kepada Israel yang
kerap kali berpaling dari jalan Allah dan menyembah dewa-dewa asing.
Sementara itu kisah penyembuhan anak perempuan Siro Fenisia ini sesungguhnya mau
menunjukkan satu hal penting yakni dominasi Yesus atas seluruh ciptaan. Kedatangan Yesus
telah menimbulkan ketakutan dalam diri roh jahat tersebut sehingga ia pergi meninggalkan si
anak. Lagi pula penyembuhan orang yang kerasukan setan hampir selalu dilakukan dengan cara
memerintahkan agar roh jahat keluar dari si penderita dan si penderita selalu tinggal dalam
keadaan pasif. Penyembuhan terhadap anak perempuan Siro Fenisia ini merupakan sesuatu yang
luar biasa di mana penyembuhan itu terjadi tanpa sentuhan langsung. Penyembuhan semacam ini
hampir selalu terjadi pada orang non Yahudi. Peristiwa ini menunjukkan bahwa iman yang teguh
yang mampu menyelamatkan. Orang-orang non Yahudi percaya kepada perkataan Yesus tanpa
menuntut tanda-tanda akan tetapi orang-orang Yahudi menuntut tanda kepada Yesus untuk
membuktikan ke-MesiasanNya.
Kitab Suci banyak menggambarkan konfrontasi antara Yesus dan roh jahat. Iblis/ roh
jahat selalu tampil sebagai lawan Yesus akan tetapi mereka juga takut kepada Yesus sebab
mereka mengenal Yesus sebagai Anak Allah. Konfrontasi paling nyata antara iblis dan Yesus
terdapat dalam Mat 16:23 dam Mrk 8:33 ketika Yesus berkata pada Petrus “enyahlah iblis!”
Pengenalan Yesus akan aktivitas iblis di dalam diri seseorang dari murid-murid yang paling
dekat dengan-Nya, memperlihatkan kesendirian Yesus dalam menghadapi konflik dengan iblis.
Tidak ada orang lain yang sanggup melawan perlawanan iblis kecuali Yesus. Namun harus
diperhatikan bahwa iblis tidak pernah memiliki kekuasaan mutlak. Tuntutan apapun yang
Hal yang penting terjadi pada waktu Yesus mengadakan konfrontasi dengan kuasa-kuasa
roh jahat adalah pengakuan secara langsung dari roh-roh jahat itu akan martabat dan kekuasaan
Yesus. Dalam catatannya mengenai pengusiran setan yang dilakukan Yesus, Markus mencatat
bahwa Ia tidak membolehkan setan-setan itu berbicara “sebab mereka mengenal Dia” (Mrk.
1:34). Sementara dalam Injil Lukas, roh jahat itu berkata: “Engkau datang hendak membinasakan
kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah” (Luk . 4:34) dan roh jahat itu langsung
dihardik oleh Yesus. Pernyataan tegas yang serupa dilontarkan juga oleh roh jahat yang merasuki
orang Gerasa (Mrk. 5:7), dan lebih lanjut roh jahat itu menyatakan rasa takutnya terhadap
siksaan, seolah-olah kehadiran Yesus saja sudah merupakan siksaan bagi dunia roh jahat. Maka
tidak mengherankan jika kedatangan Yesus wilayah Tirus membuat roh jahat itu pergi dari sang
anak meskipun Yesus tidak melihat keadaan si anak sama sekali. Hal ini membuktikan bahwa
kuasa Yesus mampu menembus sekat-sekat yang menghalangi kasih Allah bagi manusia
termasuk dalam hal ini roh jahat. Yesus juga adalah penguasa universal, Ia berkuasa atas alam
dan juga atas segenap ciptaan yang berada di bawah kolong langit termasuk roh jahat.
Universalitas keselamatan Kristus ini dinyatakan secara tegas dalam Perjanjian Baru.
Santo Paulus mengakui Kristus yang bangkit sebagai Tuhan. Dia menulis: “Sebab sungguhpun
ada apa yang disebut "allah", baik di sorga, maupun di bumi -- dan memang benar ada banyak
"allah" dan banyak "tuhan" yang demikian -- namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu
Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan
saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita
hidup” (1Kor. 8:5-6).20Dalam Injil Yohanes, universalitas keselamatan Kristus mencakup semua
segi dari tugas perutusan rahmat, kebenaran pewahyuan-Nya: Sabda adalah “Terang yang
sesungguhnya, yang menerangi setiap orang” (Yoh :9). Dan lagi dikatakan: “Tidak seorang pun
yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada dipangkuan Bapa, Dia-lah yang
menyatakan-Nya” (Yoh. 1:18bdk. Mat. 11:27).21 Pewahyuan Allah menjadi definitif dan penuh
melalui putra-Nya yang tunggal satu-satunya: setelah pada zaman dahulu berulang kali dan
dengan berbagai cara Allah berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi,
20
RM., No. 12
21
Ibid.
maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan anak-Nya, yang
telah Ia tetapkan sebagi yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia, Allah telah
yang ada pada-Nya. Dia mengusir roh jahat dengan kuasa mutlak dan wewenang yang ada pada-
Nya dan juga disertai keberhasilan total di mana roh jahat itu tidak akan berani kembali kepada
orang yang ia rasuki. Ia juga tidak mencegah orang-orang lain untuk mengusir setan dalam
nama-Nya (Mrk. 9:38-41). Dengan ini dijelaskan bahwa nama Yesus mempunyai kuasa yang
kuat sebagaimana kehadiran-Nya. Fakta ini menunjukkan bahwa kuasa Allah hanya akan bekerja
jika manusia dengan hati terbuka menerima wahyu Allah itu sendiri dengan sikap iman.