Kaum Saduki tidak meninggalkan bukti tertulis tentang diri mereka, sehingga
keterangan mengenai kaum ini didapat dari kelompok-kelompok yang menentang
mereka, sehingga banyakan pandangan terhadap mereka adalah negatif..
4. Eseni adalah nama bagi salah satu sekte Yahudi yang hidup dan berkembang di tepi
Laut Mati sejak tahun 65-an SM hingga 70-an M. Informasi tentang kelompok ini
terdapat di dalam naskah-naskah Laut Mati, meskipun di dalam naskah-naskah
tersebut tidak pernah disebut mengenai nama Eseni. Nama Eseni digunakan oleh Filo,
Yosefus, dan Plinius untuk menyebut kelompok yang memiliki banyak persamaan
dengan kelompok yang disebut di dalam naskah-naskah Laut Mati. Kaum Eseni
disebut juga komunitas Qumran sebab Qumran adalah nama tempat yang menjadi
pusat kelompok Yahudi tersebut, sebagaimana dikisahkan oleh naskah-naskah Laut
Mati. Para ahli Perjanjian Baru cenderung menyamakan komunitas Qumran dengan
kaum Eseni, atau menganggap Qumran sebagai pusat dari kelompok-kelompok Eseni
lainnya yang terpencar-pencar di Palestina atau di luarnya. Kaum Eseni menganggap
bahwa dunia telah menjadi sangat jahat dan kotor, sehingga mereka berupaya
membentuk komunitas sendiri, di mana mereka dapat menjaga kesucian hidup mereka
serta terlindungi dari dunia yang jahat. Mereka percaya bahwa Allah akan segera
mengintervensi jalannya dunia ini dan menetapkan pemerintahan Allah yang benar di
dunia. Karena itulah, mereka membentuk komunitas yang mandiri di Qumran dan
mempraktikkan hidup yang terpisah dari dunia luar.
5. Orang Zelot adalah satu golongan orang Yahudi pada zaman Yesus Kristus (abad
pertama SM - masa zaman pertama M), yang dinamakan Yosefus sebagai sekte ke-4
(selain golongan Saduki, Farisi dan Eseni).[1] Salah satu dari 12 murid
utama Yesus Kristus, adalah Simon orang Zelot. Menurut sejarahwan Flavius
Yosefus, Yudas, yang berasal dari kota Gamala di Galilea, dan Zadok (atau Sadduc),
seorang Farisi mendirikan golongan Zelot ini. Yosefus menyalahkan orang-orang
Zelot karena menghasut orang-orang muda untuk memberontak, menyebut bahwa
pajak sama saja dengan masuk perbudakan dan mendorong bangsa Israel untuk
memperjuangkan kemerdekaan (dari Romawi), seakan-akan ini akan membawa
kebahagiaan.