Anda di halaman 1dari 5

orang Yahudi dan Nashrani di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga yang

hidup di zaman ini termasuk ahlul kitab, walaupun mereka sudah tidak lagi berpegang dengan
kitab mereka yang asli dan kitab mereka telah mengalami perubahan di sana-sini.

Bangsa Yahudi dinisbatkan pada salah satu dari 12 anak Nabi Yakub AS bernama Yahudza.

NABI IBROHIM AS

SITI HAJAR SITI SARAH

ISMAIL AS ISHAK AS

1. Ruben
2. Simeon 1. Dan YA`KUB 1.
AS GAD 1. YUSUF
3. Lewi 2. Naftali 2. ASYER 2. BENYAMIN
4. Yehuda
5. Isakhar
Lea
6. Zebulon Zilpha
Bilha Rahel

MIUMI – Kata ‘Yahudi’ diambil dari salah satu nama anak Nabi Ya’qub yang bernama
Yahouza atau Yahoude. Nama ini mulai paten ketika kerajaan Yahouza berdiri pada tahun 586
sebelum masehi. Namun, istilah Yahudi meluas dengan makna penganut agama yang dianut Bani
Israel semenjak dari zaman Nabi Musa yang padanya diwahyukan kitab Taurat.
Ada pun ‘bani’ bermakna ‘klan’ dan Israel adalah nama lain dari Nabi Ya’qub, karena itu,
Yahudi merupakan bagian dari Bani Israel. Ada pula yang berpendapat bahwa asal ‘Yahudi’ dari
kata ‘al-haud’ berarti ‘kembali’ berdasarkan firman Allah, Inna hudna ilaika, sesungguhnya kami
kembali (taubat) kepada Engkau, (QS. 7: 156).
Dari sudut istilah, Yahudi adalah kombinasi antara agama dan suku bangsa, kerena itu, ketika
menyebut kata ‘Yahudi’ merujuk pada kedua makna tersebut. Namun kepercayaan orang lain
pada agama Yahudi tidak dapat menjadikan dirinya sebagai bangsa Yahudi, tapi dengan keluar
dari agama Yahudi juga tidak menjadikan seorang Yahudi kehilangan identitasnya.
Yang terpenting dari semua itu. Kata ‘Yahudi’ tidak dipergunakan dalam Al-Qur’an melainkan
bercerita tentang suatu keburukan. Contohnya, Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan
senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Walan tardha ‘ankal yahudu wan-
nashara hatta tattabi’a millatahum, (QS. 2: 120). Atau hadis Nabi, Setiap bayi dilahirkan atas
dasar fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia, Yahudi, Nasrani, atau Majusyi, (H.R.
Bukhari-Muslim).
Yahudi adalah bangsa yang hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, karena
ulahnya, hingga tidak pernah awet tuk berdiam di suatu negara. Yahudi dan keonaran bak dua
sisi mata uang.
Bermula ketika Nabi Israel (Ya’qub) bersama anak-anaknya hijrah ke Mesir di bawah
pemerintahan Nabi Yusuf, setidaknya ada tujuh puluh Yahudi beriman yang turut hijrah.
Setelah Yusuf wafat, mereka pun dizalimi oleh Fir’aun dan keturunannya di Mesir, hingga Allah
mengutus Nabi Musa dan Harun untuk menyelamatkan mereka yang telah berdiam di Mesir
selama 430 tahun. Setelah diselamatkan dari kezaliman Fir’aun, Yahudi tidak bersyukur, malah
menyembah berhala dari patung anak sapi yang terbuat dari emas. Mereka pun dihukum oleh
Allah dengan tersesat dan luntang-lantung di tengah gurun, hingga diutuslah Nabi Yusya’ bin
Nun untuk menyelamatkan mereka.
Demikianlah terus berlaku bagi Bangsa Yahudi, hanya taat seketika jika rasul datang, setelah itu
kembali ingkar, membuat keonaran, hingga pada saat tertentu membunuh nabinya, sebagaimana
terjadi pada Nabi Zakaria, hal serupa ia iangin lakukan pada Nabi Isa.

Yahudi Modern
Ketika Bangsa Yahudi mengalami pengusiran seperti yang terjadi di Spanyol dan Rusia, bahkan
pembantaian massal (holocaust) oleh Hitler di Jerman, mereka justru melarikan diri dan minta
perlindungan di wilayah kekuasaan Khalifah Utsmani yang berpusat di Turky dan diterima
dengan baik oleh Khalifah, mereka pun menetap di beberapa kota seperti Izmir, Andrianapole,
Kota Bursah, dan kawasan-kawasan uatara dan barat Anatolia.
Bagi mereka, juga diberlakukan syariat Islam secara utuh sebagaimana umat Islam, khusunya
dalam ranah jinayat. Kesempurnaan syariat Islam melahirkan rasa damai, aman dan sentosa dan
pengakuan eksistensi mereka. Keagunagn dan keberkahan menaungi kehidupan Yahudi di bawah
bendera Islam.
Banyak di antara mereka yang memeluk Islam, yang dikenal dengan golongan ‘Yahudi
Dunamah’. Sayangnya, seperti yang lalu-lalu, keikhlasan mereka bersyahadat hanya di lisan, dan
sekadar sebagai topeng. Mereka malah menyusun strategi untuk menghancurkan Islam dari
dalam dengan berbagai cara. Bahu-membahu menebarkan kekufuran dan pemikiran yang
bertentangan dengan Islam, antara lain, gerakan ‘freemasonry’.

Yahudi Dunamah menyusun strategi untuk merebut Palestina dari Khilafah Utsmani, yang
ternyata mendapat dukungan luas dari kalangan Yahudi di seluruh dunia, mulai dari Eropa,
seperti Polandia, Jerman, Belanda, Inggris, dan Italia, demikian pula dari Afrika dan Amerika,
ditopang dengan modal besar dari kalangan mereka.

Pada saat bersamaan, Khilafah Utsmani sedang mengalami krisis keungan yang hebat, berimbas
pada krisis multidimensi. Pemerintah terlilit hutang yang sulit untuk terlunasi, saat itu yang
menjadi penguasa adalah Sultan Abdul Hamid II, melihat momentum emas itu, Theodore Herzl
melalui kurirnya datang membawa solusi kepada Sultan, katanya, Jika kita berhasil menguasai
Palestina, maka kami akan membayar uang kepada Turki dalam jumlah yang sangat besar dan
kami akan memberikan hadiah dalam jumlah yang melimpah bagi orang yang menjadi perantara
kami. Dan sebagian balasan dari ini, kami senantiasa bersiap sedia untuk membereskan masalah
keungan Turki. Kami akan mengambil tanah-tanah yang menjadi kekuasaan Sultan sesuai
dengan hukum yang ada, walaupun sebenarnya mungkin tidak ada perbedaan antara milik umum
dan milik pribadi.
Solusi ini ditolak mentah-mentah oleh Sultan Abdul Hamid II, lewat perantara Herzl, Neolanski,
beliau menegaskan, Nasihatilah temanmu itu (Herzl) agar dia tidak mengambil langkah-langkah
baru mengenai masalah ini, sebab saya tidak bisa mundur dari tanah suci ini (Palestina)
walaupun hanya sejengkal. Sebab tanah ini bukan milik saya, adalah milik bangsa dan rakyat
saya. Nenek moyang saya telah berjuang demi mendapatkan tanah ini. Mereka menyiraminya
dengan ceceran darah, maka biarkanlah orang-orang Yahudi itu menggenggam jutaan uang
mereka. Jika negeriku tercabik-cabik, maka sangat mungkin mendapatkan negeri Palestina tanpa
ada imbalan dan balasan apapun, namun, patut diingat, bahwa hendaknya pencabik-cabikan itu
dimulai dari tubuh dan raga kami. Namun tentunya saya juga tidak akan menerima, raga saya
dicabik-cabik selama hayat masih dikandung badan.
Kenyataan tersebut sangat menyakitkan bagi bangsa Yahudi, mereka lalu mencari cara lain demi
meraih cita-citanya, negara Yahudi. Persatuan Yahudi sedunia dirintis dengan sebuah gerakan
dinamai ‘Zionisme’ yang memiliki semboyan: satu bahasa ialah bahasa Yahudi; satu bangsa dan
tanah air, tanah air Yahudi.
Negara yang akan dibentuk adalah, meliputi seluruh daerah Palestina, Syiria, Libanon, sebagian
Mesir, Madinah, Khaibar, hingga Irak dan sekitarnya, cita-cita itu tertuang dalam bendera, dua
garis panjang pada sisi bendera bermakna sungai Eufurat di Irak dan Nil di Mesir, ada pun
bintang, itulah simbol Yahudi.
Namun saat itu, seluruh negeri dambaan Yahudi berada dalam Khilafah Utsmani, maka cara tuk
merebutnya, harus meruntuhkan Khilafah terlebih dahulu.
Herzl menyatakan, Dari pembicaraan yang saya lakukan dengan Sultan Hamid II, saya
menetapkan bahwa tidak mungkin kita menarik faedah apa-apa dari Turki (Khilafah Utsmani),
kecuali jika ada perubahan politik di dalamnya dengan cara menimbulkan perang di tengah
mereka lalu mereka kalah dalam perang tersebut, atau melibatkan mereka dalam sebuah konflik
antar bangsa atau dengan cara kedua-duanya.
Siasat berlanjut, kaum Yahudi lalu memulai langkahnya dengan memecah belah kesatuan umat
Islam, dihembuskanlah paham fanatisme nasionalisme di kalangan negara-negara Arab, yang
pada akhirnya mendorong mereka ramai-ramai pisah dari Khilafah Utsmani yang berpusat di
Turki.
Selain itu, kaum muslimin dicekoki paham sesat seperti sekularisme, pluralisme, dan liberalisme.
Para cerdik pandai didanai, maka berdirilah kelompok Turki Muda, Kesatuan Utsmani,
Organisasi Kesatuan dan Pembangunan. Mereka inilah yang bekerja secara sistematis untuk
mengahancurkan Khilafah, lalu membentuk pemerintahan baru yang berkiblat ke Barat lagi pro
Yahudi.
Perang Dunia I meletus, bangsa-bangsa Arab yang di bawah Utsmani bersekutu dengan Inggris,
Perancis, dan Rusia, sedang Khilafah Utsmani bergabung dengan Jerman dan Austria. Jerman
kalah, otomatis Utsmani ikut keok, akhirnya seluruh negara-negara Arab yang selama ini di
bawah Utsmani jadi rebutan Inggris, Prancis, dan Italia, penjajahan pun dimulai, segenap negara
Islam Timur Tengah jadi jarahan para penjajah.
Puncaknya, pada 2 Nopember 1917, Deklarasi Balfour menetapkan Palestina sebagai tanah air
dan negara Bangsa dan agama Yahudi. Khilafah Utsmani akhirnya rontok setelah digrogoti
Yahudi pada 3 Maret 1924. Dari sinilah malapetaka itu muncul yang tak pernah reda hingga
umat Islam kembali bersatu, dan jika itu terjadi, maka kiamat semakin mendekat. Wallahu a’lam!
Raffles Hills, 20/8/2014. Ilham Kadir, Peneliti MIUMI Sulsel, Pengurus KPPSI Pusat

Anda mungkin juga menyukai