Anda di halaman 1dari 5

Nama : Jessica Nurdin Ardana

NIM : 11210321000054

Kelas : 4B (Studi Agama-agama)

No Absen : 30 Tema 1

Tugas Akhir Agama Yahudi

Asal-usul Agama Yahudi

Yudaisme adalah agama yang dikenal sebagai salah satu agama monoteistik (tauhid) absolut.
Doktrin monoteisme pertama kali meletakkan dasar untuk percaya pada satu Tuhan. Jika
ditelusuri secara historis, agama ini merupakan kelanjutan dari agama monoteistik yang dibentuk
oleh Abraham/Abraham. Tiga istilah yang sering digunakan saat menamai orang Yahudi, yaitu:
Yahudi, Ibrani, dan Israel. Kata Yahudi berasal dari bahasa Arab hãda, yang diterjemahkan
menjadi: hada-yahudu-haudan, yang memiliki arti yang sama dengan taba-yatubu-tauban-
taubata, artinya orang yang bertaubat atau bertaubat. Kata Yahudi juga diasosiasikan dengan
nama 12 anak laki-laki Nabi Yakub, anak keempat Yehuda. Dari ketiga istilah di atas, Yudaisme
atau Yudaisme adalah yang paling populer dalam literatur Barat. Meski begitu, orang Yahudi
lebih suka disebut Israel.

Sebutan "orang Ibrani" maupun "Bani Israel" sudah tergantikan dengan istilah "orang
Yahudi" dalam kitab-kitab Tanak terkemudian, misalnya Kitab Ester. Di dalam kitab ini, istilah
"orang Yahudi" digunakan sebagai ganti istilah "Bani Israel". Susastra, tradisi, dan nilai-nilai
agama Yahudi berpengaruh besar terhadap agama-agama Abrahamik terkemudian, yakni agama
Kristen, agama Islam, dan agama Baha'i. Ada banyak unsur agama Yahudi yang turut
mempengaruhi etika dan hukum sipil di luar ranah agama di Dunia Barat, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Sebagaimana Yunanisme, Ibranisme juga merupakan salah satu faktor
penting pembentuk peradaban Barat pada Abad Kuno, dan sebagai lingkungan yang
melatarbelakangi kemunculan agama Kristen, agama Yahudi cukup banyak berjasa membentuk
cita-cita luhur dan etika Dunia Barat sedari zaman Gereja Perdana.
Umat Yahudi adalah kelompok etnoreligius yang beranggotakan orang-orang Yahudi
sejak lahir maupun orang-orang yang baru memeluk agama Yahudi. Pada tahun 2015, jumlah
umat Yahudi sedunia diperkirakan mencapai 14,3 juta jiwa, atau kurang lebih 0,25% dari
populasi dunia. Dari jumlah keseluruhan ini, kira-kira 43% menetap di Israel, 43% lagi menetap
di Amerika Serikat dan Kanada, sebagian besar dari sisanya menetap di Eropa, sementara
selebihnya terserak di Amerika Latin, Asia, Afrika, dan Australia.

Berbicara tentang asal-usul Yudaisme berarti juga berbicara tentang sejarah Bani Israel.
Kedua aspek ini sulit dipisahkan karena Yudaisme sebagai agama didukung dengan baik oleh
keberadaan keturunan Israel. Orang Yahudi sendiri sering mengatakan bahwa sejarah bangsanya
sama persis dengan sejarah umat manusia, dan bahwa berbagai peradaban dan budaya tersebar di
seluruh dunia. Mereka juga menggambarkan akidah mereka sebagai akidah yang paling benar
dan paling mulia. Atas dasar inilah beberapa orang Yahudi, sambil mencela dan menyerang
sejarah bangsa lain, sekaligus meremehkan kesucian agama lain.

Sejarah panjang dari bangsa Israel dimulai pada tahun 2000 SM. Saat itu, Ibrahim tinggal
dalam keluarga penyembah matahari dan berhala di kota Ur, khaldea. Setelah terlibat konflik
dengan penguasa wilayah Ur (Namrud). Ibrahim memutuskan untuk meninggalkan kampung
halamannya dan mengembara ke arah yang tidak diketahui. Perjalanan Ibrahim adalah
menyebarkan tauhid sesuai dengan kehendak Allah.

Menurut International Bible Student Association, Ibrahim mengembara bersama


pengikutnya, menyeberangi sungai Eufrat menuju ke Kan’an. Peristiwa ini terjadi ada tahun
1943 SM. Sementara menurut Perjanjian Lama dan al-Quran (Perjanjian Lama kitab kejadian 12:
1-9 dan Surat as-Saffat ayat 99) kepergian Ibrahim adalah karena perintah Tuhan.

Di Kan’an itulah keturunan Ibrahim yang dikenal yaitu Ismail dan Ishaq. Ismail
kemudian menjadi leluhur bangsa Arab saat ini, sedangkan ayah Ya’qub, Ishaq, menjadi leluhur
bangsa Yahudi. Selanjutnya keturunan Isma’il tinggal di gurun Paran (Hijaz), sedangkan
keturunan Ishak tinggal di Mesir yang didirikan oleh Yusuf. Ketika Yusuf memerintah Mesir
pada masa pemerintahan Hyksos sekitar tahun 1650 SM, dia mengajak ayah dan saudara laki-
lakinya untuk pindah ke Mesir. Mereka kemudian menetap di lembah Gashan di Mesir. Selama
400 tahun, populasi bangsa Israel terus bertambah hingga Musa lahir. Ketika Musa lahir, Mesir
diperintah oleh Ramses Agung. Seorang firaun paranoid yang memperbudak orang Yahudi dan
membunuh keturunan laki-laki mereka.

Meskipun Musa dibesarkan oleh Firaun, namun ketika melihat penderitaan yang diterima
kaumnya ia mulai tergerak untuk membela mereka. Pembelaan Musa diawali dengan membunuh
prajurit Mesir yang menyiksa seorang pemuda Mesir, dan menyembunyikan jenazahnya. Ketika
perbuatannya diketahui Fir’aun maka Musa memutuskan melarikan diri ke Midian, yang terletak
di sebelah utara Palestina. Di tempat tersebut, ia berguru kepda Nabi Su’aib dan menikah dengan
puterinya bernama Zippora. Musa semakin ingin tahu tentang ketuhanan bangsa Irael yang
pernah didengarnya. Keinginan tersebut terklaksana ketika ia melihat cahaya dari kejauhan yang
ternyata merupakan pertanda akan datangnya wahyu kepadanya.

Allah kemudian mengangkatnya sebagai Nabi dan Rasul. Singkat cerita, ia berusaha
membebaskan rakyat Yahudi dari perbudakan dan berdakwah di hadapan Firaun. Dakwah itu
mendapatkan penolakan, akibatnya Musa mengajak bangsa Yahudi melarikan diri menuju tanah
Kan’an (Palestina). Dalam upaya mengejar Bani Israel, bala tentara Fir’aun tenggelam di laut
Merah. Peristiwa terbebasnya bagsa Israel dari penindasan Fir’aun kemudian dirayakan dalam
perayaan hari Paskah. Setelah upacara paskah ini, bangsa Israel berangkat menuju semenanjung
Sinai, di mana Musa memperoleh wahyu Taurat di bukit Sinai (Tur Sina). Setelah 40 tahun
mengembara di Sinai, Bani Israel baru dapat memasuki tanah Kan’an. Akan tetapi sebelum
memasuki Kanaan, Nabi Musa dan Harun wafat.

Di Palestina ini lah agama tauhid Bani Israel pada perkembagannya berubah menjadi
agama Yahudi. Perubahan tersebut berlangsung sejalan dengan perkembangan bangsa Yahudi.
Yusak bin murid Nabi Musa, yang menggantikan Musa sebagai pemimpin Bani Israel (1280-
1200 SM) telah berhasil merebut tanah Kan’an dari orang-orang Kan’an. Ia lantas mengatur
negeri itu dengan sistem pemerintahan para Qadi.

Belum sampai kan’an, Musa wafat dan Berpesan kepada Bani Israel untuk meneruskan
cita-cita menuju Negri Kan’an. Yoshua, pengganti Musa, berhasil membawa Bani Israel ke tanah
Kan’an. Setelah Yoshua wafat, Bani Israel kembali meniggalkan ajaran Musa dan mulai
menyembah Berhala dan Astartes dan berhasil menguasai Negri Kan’an dan mengutus seorang
Raja. Sekitar rahun1012-972 SM Bani israel dipimpin oleh Daud dan menjadi maju, begitu pula
dengan masa kepemimpinan Raja Sulaiman, anak dari Daud.
Kemunduran terjadi setelah Sulaiman wafat, kerajaan Israel terbagi menjadi dua, bagian
utara dan selatan, bagian utara disebut dengan kerajaan Israel, sedangkan bagian selatan disebut
dengan kerajaan Yehuda. Kedua kerajaan itu mengalami kehancuran karena diserang oleh
bangsa Assyria dan oleh Babilonia. Bani Israel menjadi budak di Babilonia hingga akhirnya
bangsa Romawi mengambil alih mereka pada tahun 63 SM. Pada saat inilah Isa atau Yesus
Kristus diutus Allah untuk mangajak Bani Israel kembali berpegang teguh kepada ajaran Musa.
Tahun 70M, Bani Israel mencoba menyerang Romawi namun gagal. Hingga bangsa Yahudi
dilarang masuk ke kota baru sehingga populasi mereka menjadi sangat jarang sepanjang abad 18
berikutnya. Romawi menguasai palestina sampai tahun 640M hingga datangnya Islam. Kota
Yerusalem pun diserahkan kepada Khalifah Umat Bin Khattab secara resmi tanpa peperangan.
Setelah itu, Yahudi, Kristen, dan Islam hidup saling berdampingan.

Setelah berhasil menguasai Kan’an, Bani Israel menjadi lupa pada perjanjiannya dengan
Tuhan. Mereka mulai terpengaruh dengan adat istiadat penduduk asli Kan’an . akibatnya, mereka
semakin menyeleweng dari ajaran Musa, bahkan di antara mereka mulai menyembah kembali
patung sapi emas. Bangsa Israel kembali mencapai kejayaan ketika dipimpin oleh Raja Talut
(1042-1012 SM) yang merupakan raja pertama bani Israel, Nabi Daud (David) 1012-972 SMS,
dan Nabi Sulaiman (Solomon) 972-932 SM. Pada masa Nabi Sulaiman, kerajaan Israel mencapai
puncak kejayaannya. Daerah kekuasannya meliputi daerah Kan’an, Transyordania, Lebanon,
Suriah, Sinai, sebagian Irak dan pulau-pulau sebelah barat laut Tengah.

Pada masa Sulaiman juga, Baitul Maqdis didirikan di atas bukit Zion. Akan tetapi Baitul
Maqdis runtuh ketika dihancurkan oleh tentara Nebukadnezar. Pada masa Raja Persia Cyrus,
restorasi terhadap Baitul Maqdis dilakukan. Namun, Baitul Maqdis kembali hancur ketika
pasukan Romawi di bawah komando Titus menghancurkan Yerusalem pada tahun 70 M. Sejak
saat itu, Baitul Maqdis tidak dibangun kembali. Pada masa khalifah Umar, reruntuhan Baitul
Maqdis didirikan sebuah masjid yang dikenal dengan sebutan Masjid Umar.
Referensi

Arifin, H. M. 1997. Menguak Misteri Ajaran Agama-Agama Besar. Jakarta: Golden


Terayon Press.

Keene, Michael. 2006. Agama-Agama di Dunia. Yogyakarta: Kanisius.

Manaf, Mujahid Abdul. 1994. Sejarah Agama-Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Montefiore, Simon Sebag. 2016. Jerusalem The Biography. Terj. Yanto Musthofa.
Jakarta: Pustaka Alvabet.

Smith, Huston. 1995. Agama-Agama Manusia. Terj. Saafroedin Bahar. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai