Anda di halaman 1dari 3

Nama : Jessica Nurdin Ardana

NIM : 11210321000054
Kelas : 4B (SAA)
Tugas Individu : Agama-agama Lokal

A. Mitologi Batak dan Jenjang Kehidupan Manusia Zaman Keberhalaan

Dalam mitologi Batak kuno, asal-usul suku Batak awal telah dijelaskan bahkan
diceritakan tentang manusia pertama di dunia. Menurut kepercayaan Batak, manusia
pertama berasal dari tanah Batak sendiri, yaitu dari Pusuk Buhit di pegunungan sebelah
barat Pulau Samosir di tengah Danau Toba. Menurut mereka, manusia pertama bernama Si
Ihat Manisia dan Si Boru Ihat Manisia, keduanya anak dari Si Boru Deak parujar dan Raja
Odap-Odap.
Orang Batak memiliki kepercayaan yang kuat akan hal ini karena dua faktor, yang
pertama karena pada awal sejarahnya, para pendatanglah yang pertama kali menjelajahi
tanah Batak. Dari peristiwa tersebut terjadi pemutusan sejarah karena catatan pertama
silsilah Batak berasal dari Siraja Batak dan banyak mitos yang dibuat hanya untuk
menemukan dan menelusuri jejak Siraja Batak di Leluhur Siraja sebelum Batak ada.
manusia pertama. Faktor kedua adalah bahwa pada zaman dahulu suku Batak awal
merupakan bangsa yang terasing dari dunia luar sehingga mereka beranggapan bahwa
mereka adalah satu-satunya bangsa di dunia, dan semua manusia di tanah Batak hidup di
dunia ini Dari dunia.
B. Asal-usul dan Perkembangan Kepercayaan Parmalim

Parmalim merupakan kepercayaan masyarakat Batak Toba yang masih ada dan
menjadi bagian dari ekspresi spiritual lokal masyarakat Batak Toba (Harahap 2016:19).
Tujuan didirikannya kepercayaan Parmarin adalah untuk melindungi kepercayaan dan
budaya tradisional masyarakat Bataktoba dari pengaruh agama Kristen, Islam dan misi
keagamaan lainnya serta tekanan penjajah Belanda.
Sebelum agama-agama besar dunia ada di tanah Batak, orang Batak sudah
mengenal dan meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa yang mereka sebut Debata
Mulajadi Nabolon. Hal ini sudah diyakini oleh masyarakat sejak zaman Sirajabatak,
meskipun sudah lama mengenal sistem ketuhanan, Marin belum disebut sebagai agama
seperti sekarang ini. Meskipun mereka tidak mengenal sistem agama, namun dalam
kehidupan sehari-hari seluruh cara hidup mereka dikelilingi oleh motif-motif agama dan
konsep-konsep supranatural.
Keyakinan ini berlanjut hingga masa Raja Nasiakbagi atau Sisingamangaraja ketika
malim akhirnya menjadi agama. Orang Batak secara unik adalah penyembah berhala
karena kekafiran mereka mencampurkan pemujaan de Bata, pemujaan animistik terhadap
orang mati, dan vitalisme. Ketiganya tidak dapat dipisahkan, karena Debata dan para
leluhur memiliki kekuatan spiritual yang sama dalam hal pemujaan, dan karena mereka
tidak terpisah dari sekte, maka batas ketiga unsur tersebut menjadi tidak terlihat.

C. Kepercayaan Parmalim dan Ajaran-ajarannya

Kepercayaan parmalim menggunakan gondang hasapi untuk merayakan ritual


Sipaha Sada. Gondang Hasapi memperlihatkan masa kecil Bhatara Simarimbulubosi
sebelum beranjak dewasa. Pengalaman hidup remajanya, pengorbanannya, kesediaannya
untuk berbagi, dituangkan dalam musik Gondang Hasapi yang disebut marhinalo (gondang
hasapi).
Gondang Hasapi adalah salah satu dari dua ansambel yang dikenal di Doba Batak.
Ansambel terdiri dari instrumen-instrumen berikut: (1) Hasapi ende (kecapi yang dipetik),
yang berfungsi sebagai pembawa melodi; (2) Hasapi doal (seruling yang dipetik), yang
berperan sebagai pembawa melodi. Irama konstan; (3) Sarune etek (shawn), sebagai
pembawa melodi, buluh tunggal; (4) Garantung (gambang), sebagai pembawa melodi; (5)
Hesek, sebagai pembawa irama (dasar mengalahkan). Kelima alat musik di atas digunakan
dari sore hingga malam hari. Instrumen Sulim digunakan untuk hiburan di malam hari.
Sulim bertindak sebagai pembawa melodi. Dalam penyajiannya, semua instrumen yang
berperan sebagai pembawa melodi dalam ansambel gondang hasapi selalu dimainkan
dalam hiruk-pikuk. Heterophonic adalah struktur melodi di mana satu melodi dimainkan
secara bersamaan oleh beberapa instrumen melodi yang berbeda dengan gaya penggarapan
yang berbeda.

D. Upacara Keagamaan dalam Kepercayaan Parmalim

Upacara Sipaha Sada merupakan upacara khusus memperingati Ari Hatutubu (hari
lahir) Bhatara Simarimbulubosi dan memperingati Hasiak Bagion ni akka si oppungon
(bekas opung-opung, memperjuangkan parmalim, mengajar hamalimon) dan tona
(wibawa) dari Bhatara Simarimbulubosi diadakan setiap tahun sipaha upacara sada. Sipaha
Sada merupakan hari/tahun baru yang penting bagi suku Batak Toba, bagi penganut
kepercayaan Parmalim. Sipaha Sada dalam kepercayaan Parmalim adalah bulan pertama
dalam agenda Batak. Kepercayaan Pamarin yang diyakini oleh suku Tobabatak merupakan
peninggalan para pendahulu dan memiliki ciri khas suku Tobabatak. Aliran kepercayaan
ini sudah ada jauh sebelum penjajah Belanda membawa pengaruh luar ke tanah Batak.
Upacara Sipaha Sada memperingati hari lahir Dewa Simarimbulubosi.
Simarimbulubosi merupakan salah satu perwakilan dari Mulajadi Nabolon Debata.
Hamalimon (agama Marin). Smalling Brumbos berbeda dengan manusia biasa, anggota
tubuhnya ditutupi bulu. Bulunya tidak seperti rambut manusia pada umumnya karena
memiliki bulu yang lurus, runcing, dan tajam. Karena badannya ditumbuhi bulu, akhirnya
ia dipanggil Simarimbulubosi, yang artinya "yang berambut besi", dan dipercaya bahwa
Simarimbulubosi adalah utusan Debata Mulajadi Nabolon.

E. Interaksi Kepercayaan orang Batak dengan Agama-agama lain


Tentang kedatangan islam di Nusantara hingga kini masih banyak para pakar yang
berbeda pendapat terutama pada tiga masalah utama yaitu tempat asal kedatangan Islam,
orang yang membawa islam dalam waktu kedatangannya. Kapan, mengapa dan bagaimana
penduduk Indonesia mulai menganut agama Islam telah diperdebatkan oleh beberapa
ilmuwan (Richlefs,1981:3)11. Bahkan lebih tegas lagi dikatakan bahwa kapan agama Islam
mulai memasuki Indonesia baik sebagai agama maupun sebagai arus kebudayaan tidak
dapat dipastikan (Soekarno,1973:42)
Pada tahun 1818 pasukan Paderi (Bonjol) datang menyerbu Minangkabau ke Tanah
Batak dengan tujuan menyebarkan Islam. Pada masa tu airan Islam yang berhaluan keras
dari mazhab Hamba sedang berkuasa di Minangkabau di bawah pimpinan Tuanku Nan
Renceh (Sibara 1980: 13)18. Kedatangan tentara Paden in merupakan gelombang ket
dalam sejarah penyiaran Islam di Tanah Batak. Mereka datang dan Sumatra Barat
memasuki wilayah Tanah Batak untuk membawa misi Islan melalu kekerasan atau
peperangan. Langkah seperti ini ditempuh meng ingat orang Batak pada masa itu agak
sukar menerima Islam dengan cara damai. Hal itu terbukti di mana suku Batak selama 400
tahun menolak de ngan mentah-mentah agama Islam (Parlindungan, 1964: 192). Sementara
orang yang berdiam jauh dari pegunungan Bukit Barisan atau yang duduk di pinggir pantai
telah menerima Islam dengan damai. Sebelum sampai di daerah Batak, pasukan Paderi
terlebih dahulu men duduki daerah Padang Lawas, Tapanuli Selatan dan sekaligus
melakuka pengislaman kepada orang yang masih pagan di sana. Tetapi perlu dicata bahwa
di kawasan itu sebelumnya sudah pernah ada upaya pengislaman yang dilakukan oleh
sekelompok orang yang datang dari kesultanan Malaka pada tahun 1451 (Parlindungan,
1964: 179).
Referensi :
1. Ibrahim Gultom, Agama Malim di Tanah Batak, (Jakarta:Bumi Aksara, 2010), 43
2. Hutagalung, Pustaha Batak, (Tulus Jaya, 1991), 32
3. Batara Sangti, Sejarah Batak, (Balige:Karl Sianipar Company), 237
4. Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, (Yogyakarta:Kanisius,1995), 153
5. Tobing, The Structure of The Toba-Batak Belief in The High God, (Amsterdam: Jacob
Van Campen, 1956), 27

Anda mungkin juga menyukai