Anda di halaman 1dari 1

Nama: Jessica Nurdin Ardana

NIM: 11210321000054
kelas: SAA 4B
Dosen: Siti Nadroh. M,Ag
Mata kuliah: Agama-agama Lokal

Suku Naulu

Mengenal Suku Naulu Ritual Suku Naulu


Suku ini memiliki tradisi yang
Suku Naulu, sebuah suku yang
mengerikan, yaitu berburu kepala
mendiami pedalaman pulau seram.
manusia untuk dijadikan persembahan
Maluku memiliki tradisi memenggal
kepada nenek moyang. Sebenarnya,
kepala manusia sebagai persembahan.
tidak ada penjelasan logis di balik
Suku Naulu tersebar di dua wilayah
tradisi kejam tersebut. Namun, mereka
Pulau Seram, yakni Dusun Nuanea dan
percaya hal itu mutlak dilakukan agar
Dusun Sepa. Jauh dari pusat kota terhindar dari bahaya atau musibah.
membuat suku ini bertahan hidup secara Selain itu, penggal kepala dianggap
tradisional. Beberapa diantaranya masih sebagai kebanggaan dan simbol
hidup nomaden atau berpindah-pindah. kekuasaan.

Sistem Bahasa
Bahasa yang digunakan oleh Suku Nuaulu adalah bahasa daerah
yang mereka sebut dengan sou manai bahasa Nuaulu atau amasou.
walau demikian masyarakat suku Nuaulu juga mengenal bahasa
Melayu Ambon yang biasanya mereka guanakan untuk
berkomunikasi dengan kerabat lainnya diluar kelompok mereka,
karena bahasa melayu Ambon ibarat bahasa pemersatu bagi
semua orang Maluku dimanpun berada.

Sistem Pengetahuan Upacara Keagamaan


Ilmu pengetahuan dari masyarakat 1. Upacara Suu Anaku
suku Nuaulu awalnya sangat (Memandikan Anak)
sederhana. Misalnya pengetahuan 2. Upacara Masa Dewasa bagi
mengenai cuaca, iklim, dan musim Perempuan (Pinamou)
yang baik untuk bertani dan melaut 3. Ritual masa Dewasa bagi

tidak diperoleh melalui bangku laki-laki

pendidikan formal. 4. Upacara Ritual Perkawinan


5. Upacara Ritual Kematian

Kepercayaan Suku Naulu


Adapun kepercayaan mengenai konsep Tuhan bagi
mereka adalah yang sering disebut Upu Kuanahatana atau
Upu Allah taala suatu zat yang merupakan kepercayaan
tertinggi bagi suku Naulu. Namun mereka juga tidak terlepas
dari kepercayaan kepada arwah nenek moyang hal itu
adalah bentuk penghargaan atas jasa-jasa mereka selama
hidupnya. Tetapi kepercayaan utama mereka hanya kepada
Upu Allah taala.
Referensi
• Hendropuspito. 1984. Sosiologi Agama. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
• Ahimsa-Putra, Heddy Shri. 2012. “Fenomenologi Agama: Pendekatan Fenomenologi untuk Memahami
Agama.” Jurnal Walisongo, Volume 20 Nomor 2, November 2012.
• Rumahuru, Yance Z. 2012. “Dialog Adat dan Agama, Melampaui Dominasi dan Akomodasi (Muslim Hatuhaha
di Pulau Haruku Maluku Tengah).” Jurnal Al- Ulum Volume. 12 Nomor 2, Desember 2012.

Anda mungkin juga menyukai