Disusun Oleh :
-Klara
-Mega
s-Sela
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya makalah
suku ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Dalam makalah ini
membahas tentang “Suku Nias”, suku ini merupakan salah satu suku yang ada di
Indonesia.
Makalah ini dibuat dalam rangka memberi memenuhi tugas sosiologi mengenai
masyarakat multikultural. Dalam proses pembuatan makalah ini tentunya saya diberi
bimbingan dan arahan dari Ibu Rifqiani, Spd selaku guru sosiologi, dan juga orang tua
saya , tidak lupa dengan teman-teman saya dari kelas XI IPS 3 saya ucapkan banyak
terimakasih.
Demikian yang dapat saya berikan, apabila ada kesalahan saya harap maklum.
saya juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga saya dapat
memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam penyusunan makalah selanjutnya.
BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar belakang
Budaya meruapakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu masyarakat,
khususnya masyarakat Indonesia.Seseorang yang merupakan penduduk Indonesia pasti
masuk ke dalam suku tertentu. Suku yang terdapat di Indonesia sangat beragam, berjumlah
ribuan.
Disini, saya akan membahas tentang “Suku Nias”. Suku Nias merupakan suku yang
memiliki kebudayaan yang beraneka ragam dan unik.
Pada umumnya, setiap keluarga memahat patung nenek moyang mereka masing-masing
(adu Nuwu dan adu Zatua). Setiap desa juga memahat patung kesatria mereka (adu
Zato). Orang harus menyembah kedua jenis patung ini demi hubungannya dengan keluarga
dan masyarakat desanya.
Adu Zato itu adalah patung para pendiri desa, patriot, berbakat, pemburu yang hebat
dan sebagainya. Pasangan adu Zato dan adu Nuwu atau adu Zatua tak boleh disembah secara
terpisah.
Oleh karena setiap keluarga memahat patung nenek moyangnya masing-masing dan
mereka menganggap patung-patung itu sebagai illah mereka, maka upacara dan sikap
keagamaan para keluarga di desa selalu bervariasi satu sama lain. Setiap orang berkata
"Tuhanku adalah nenek moyangku" yang berarti dia dan Tuhannya lain dari pada orang dan
illah keluarga lain.
Menurut kepercayaan penganut pelbegu ini, tiap orang mempunyai dua macam tubuh,
yaitu yang kasar dan yang halus. Yang kasar disebut boto (jasad) dan yang halus terdiri dari
dua macam yaitu noso (nafas) dan lumo-lumo (bayang-bayang). Jika mati atau meninggal,
botonya kembali menjadi debu, sedangkan nosonya kembali kepada lowalangi (Tuhan).
Sedangkan lumo-lumonya berubah menjadibekhu (makhluk halus). Selama belum dilakukan
upacara kematian, bekhu akan tetap berada di sekitar tempat pemakamannya. Karena
menurut kepercayaan, untuk pergi ke teteholi ana'a (dunia ruh atau gaib), Ia haruslebih
dahulu menyeberangi suatu jembatan yang di sana dijaga ketat oleh seorang dewa penjaga
bersama mao-nya didorong masuk ke dalam neraka yang berada di bawah jembatan.
Menurut kepercayaan pelbegu, kehidupan sesudah mati adalah kelanjutan dari
kehidupan sese orang di dunia. Orang yang kaya atau berkedudukan tinggi maka akan begitu
pula keadaannya di "teteholi ana'a. Sebaliknya demikian juga bagi mereka yang miskin.
Perbedaan dunia sana dengan dunia sini yaitu terletak pada keadaan "terbalik" yaitu jika di
sini siang maka di sana malam, demikian juga kalimat dalam bahasa di sana serba terbalik.
Dikemukakan oleh Koentjaraningrat, berlandaskan kepada suatu kebudayaan
Megalithik, yang rupa-rupanya telah mereka bawa dari benua Asia pada zaman perunggu,
mereka telah mengembangkan suatu kebudayaan sendiri, ialah kebudayaan Megalithik yang
bukan berdasarkan pengurbanan kerbau melainkan babi.
Menurut keterangan Bamböwö Laia, orang Nias mempercayai bahwa manusia itu
hanyalah sebagai ciptaan biasa dari dewa-dewa, sebagian dari ciptaan lainnya, Manusia itu
adalah "babi dewa-dewa (illah)". Bila dewa berselera memakan daging "babi" (dalam hal ini,
"babi" adalah manusia) maka secara bebas dewa mengambil dan membunuh satu atau lebih
"babi"nya. Itulah maka "babi" merupa kan unsur penting dalam kebudayaan Nias. Budaya
megelitik dengan kepercayaan inilah maka babi tidak bisa dipisahkan dalam acara adat
masyatakat Nias.
Tari Perang
* Tari Maena
* Tari Moyo
* Tari Mogaele