Anda di halaman 1dari 9

Makalah Suku Nias

Disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran sosiologi

Disusun Oleh :
-Klara
-Mega
s-Sela
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya makalah
suku ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Dalam makalah ini
membahas tentang “Suku Nias”, suku ini merupakan salah satu suku yang ada di
Indonesia.
Makalah ini dibuat dalam rangka memberi memenuhi tugas sosiologi mengenai
masyarakat multikultural. Dalam proses pembuatan makalah ini tentunya saya diberi
bimbingan dan arahan dari Ibu Rifqiani, Spd selaku guru sosiologi, dan juga orang tua
saya , tidak lupa dengan teman-teman saya dari kelas XI IPS 3 saya ucapkan banyak
terimakasih.
Demikian yang dapat saya berikan, apabila ada kesalahan saya harap maklum.
saya juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga saya dapat
memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam penyusunan makalah selanjutnya.
BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar belakang
Budaya meruapakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu masyarakat,
khususnya masyarakat Indonesia.Seseorang yang merupakan penduduk Indonesia pasti
masuk ke dalam suku tertentu. Suku yang terdapat di Indonesia sangat beragam, berjumlah
ribuan.
Disini, saya akan membahas tentang “Suku Nias”. Suku Nias merupakan suku yang
memiliki kebudayaan yang beraneka ragam dan unik.

1.2. Rumusan masalah


1. Apa suku Nias dan dimana letaknya?
2. Bagaimana kependudukan di Nias?
3. Bagaimana sistem kemsyarakatan yang ada di Nias?
4. Bagaimana asal-usul suku Nias?
5. Marga dan kekerabatan apa saja yang ada di Nias?
6. Kepercayaan apa yang dianut oleh suku Nias?
7. Bagaimana sistem perkawinan yang ada Nias?
8. Mata pencaharian apa yang dimiliki oleh masyarakat Nias?
9. Bagaimana keadaan masyarakat Nias sekarang?
10. Bahasa apa yang dipakai oleh masyarakat Nias?
11. Kebudayaan apa saja yang terdapat di Nias?

1.3 Tujuan penelitian


Makalah ini disusun dengan untuk:
1. Mengetahui apa itu suku Nias dan dimana letaknya.
2. Mengetahui bagaimana kependudukan di Nias.
3. Mengetahui bagaimana sistem kemsyarakatan yang ada di Nias.
4. Mengetahui bagaimana asal-usul suku Nias.
5. Mengetahui marga dan kekerabatan apa saja yang ada di Nias.
6. Mengetahui kepercayaan apa yang dianut oleh suku Nias.
7. Mengetahui bagaimana sistem perkawinan yang ada Nias.
8. Mengetahui mata pencaharian apa yang dimiliki oleh masyarakat Nias.
9. Mengetahui bagaimana keadaan masyarakat Nias sekarang.
10. Mengetahui bahasa apa yang dipakai oleh masyarakat Nias.
11. Mengetahui kebudayaan apa saja yang terdapat di Nias.
BAB II
Pembahasan
2.1 Pengertian dan Letak Geografis
Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias. Dalam bahasa
aslinya, orang Nias menamakan diri mereka "Ono Niha" (Ono = anak/keturunan; Niha =
manusia) dan pulau Nias sebagai "Tanö Niha" (Tanö = tanah). Suku Nias merupakan suku
yang menempati Pulau Nias, Sumatera, Indonesia.

2.2 Kependudukan Masyarakat Nias


Jumlah penduduk Kabupaten Nias tahun 2007 adalah 442.548 jiwa dengan kepadatan
penduduk 127 jiwa/km² dan 85.361 rumahtangga. Keadaan penduduk menunjukan
bahwasanya lebih banyak jumlah perempuan daripada laki-laki.
2.3 Sistem Kemasyarakatan
Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang
masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut fondrakö yang mengatur segala segi
kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian. Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya
megalitik dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang
masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang. Kasta : Suku Nias
mengenal sistem kasta(12 tingkatan Kasta). Dimana tingkatan kasta yang tertinggi adalah
"Balugu". Untuk mencapai tingkatan ini seseorang harus mampu melakukan pesta besar
dengan mengundang ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak babi selama berhari-
hari.
2.4 Asal Usul
Menurut masyarakat Nias, salah satu mitos asal usul suku Nias berasal dari sebuah pohon
kehidupan yang disebut "Sigaru Tora`a" yang terletak di sebuah tempat yang bernama
"Tetehöli Ana'a". Menurut mitos tersebut di atas mengatakan kedatangan manusia pertama ke
Pulau Nias dimulai pada zaman Raja Sirao yang memiliki 9 orang Putra yang disuruh keluar
dari Tetehöli Ana'a karena memperebutkan Takhta Sirao. Ke 9 Putra itulah yang dianggap
menjadi orang-orang pertama yang menginjakkan kaki di Pulau Nias.
2.5 Marga dan Kekerabatan Nias
Suku Nias menerapkan sistem marga mengikuti garis ayah (patrilineal). Marga-marga
umumnya berasal dari kampung-kampung pemukiman yang ada.
Berikut beberapa Marga yang ada di dalam suku Nias :
Amazihönö, Baeha, Baene, Bate'e, Bawamenewi, Bawaniwa'ö, Bawö, Bali, Bohalima,
Bu'ulölö, Buaya, Bunawölö, Bulu'aro, Bago, Bawa'ulu, Bidaya, Bazikho, Dakhi, Daeli, Daya,
Dohare, Dohöna, Duha, Duho, Dohude, Fau, Farasi, Finowa'a, Fakho, Fa'ana,Famaugu,
Fanaetu, Falakhi, Gaho, Garamba, Gea, Ge'e, Giawa, Gowasa, Gulö, Ganumba, Gaurifa,
Gohae, Gori, Gari, Halawa, Harefa, Haria, Harita, Hia, Hondrö, Hulu, Humendru, Hura,
Hoya, Harimao, Lafau, Lahagu, Lahömi, La'ia, Luaha, Laoli, Laowö, Larosa, Lase, Lawölö,
Lo'i, Lömbu, Lamölö, Lature, Luahambowo, Lazira, Lawelu, Laweni, Lasara, Laeru, Löndu
go'o,Larosa, Maduwu, Manaö, Maru'ao, Maruhawa, Marulafau, Mendröfa, Maruabaya,
Möhö, Marundruri, Mölö, Nazara, Ndraha, Ndruru, Nehe, Nakhe, Nadoya, Ote, Sadawa,
Sa'oiagö, Sarumaha, Saro, Sihönö, Sihura, Sisökhi, Saota, Taföna'ö, Telaumbanua, Talunohi,
Tajira, Wau, Wakho, Waoma, Waruwu, Wehalö, Warasi, Warae, Wohe, Zagötö, Zai,
Zalukhu, Zamasi, Zamago, Zamili, Zandroto, Zebua, Zega, Zendratö, Zidomi, Ziliwu,
Ziraluo, Zörömi, Zalögö, Zamago zamauze
2.6 Kepercayaan Asli Suku Nias
Terjadi komplikasi dalam pengertian orang-orang di Nias Selatan mengenai keaslian
agama kuno mereka sebagaimana telah disinggung di atas mereka dengan sederhana dewasa
ini mengatakan bahwa Lowalani adalah pencipta atau pemerintah yang mempunyai
hubunganerat dengan dunia atas, sedangkan Lature Dano adalah pembela, penjaga, dan
pemerintah Dunia bawah. Di antara dewa atas dan dewa bawah, ada lagi dewi yang disebut
Nazariya Mbanua, istilah orang Nias Selatan untuk menyebut dewi Silewe Nazarata. Silewe
Nazarata(istilah Nias Utara yang dipakai sekarang adalah dewi penghubung di antara
Lowalani (dewa dunia atas) dan Lature Danö (dewa dunia bawah) dan juga sebagai dewi
penghubung di antara kaum dewa dan ummat manusia. Maka boleh dikatakan bahwa agama
kuno Nias termasuk agama Polythesis.
Selain itu bermacam ciptaan dan makhluk yang dipersonifikasikan lalu disembah
oleh orang Nias. Benda ciptaan dan makhluk ini meliputi matahari, bulan, pohon-
pohon besar, buaya, cecak dan lain-lain. Oleh sebab itu, agama orang Nias itu bukan
hanya polytesis tetapi juga animistis. Pelbegu, adalah nama agama asli yang diberikan oleh
pendatang yang berarti "penyembah ruh". Nama yang dipergunakan oleh penganutnya sendiri
adalah molohe adu (penyembah patung). Sifat agama ini adalah berkisar pada penyembahan
roh leluhur. Untuk keperluan itu mereka membuatn patung-patung dari kayu yang mereka
sebut "adu". Patung yang ditempati oleh ruh leluhur disebut adu zatua dan harus dirawat
dengan baik.

Pada umumnya, setiap keluarga memahat patung nenek moyang mereka masing-masing
(adu Nuwu dan adu Zatua). Setiap desa juga memahat patung kesatria mereka (adu
Zato). Orang harus menyembah kedua jenis patung ini demi hubungannya dengan keluarga
dan masyarakat desanya.
Adu Zato itu adalah patung para pendiri desa, patriot, berbakat, pemburu yang hebat
dan sebagainya. Pasangan adu Zato dan adu Nuwu atau adu Zatua tak boleh disembah secara
terpisah.

Oleh karena setiap keluarga memahat patung nenek moyangnya masing-masing dan
mereka menganggap patung-patung itu sebagai illah mereka, maka upacara dan sikap
keagamaan para keluarga di desa selalu bervariasi satu sama lain. Setiap orang berkata
"Tuhanku adalah nenek moyangku" yang berarti dia dan Tuhannya lain dari pada orang dan
illah keluarga lain.
Menurut kepercayaan penganut pelbegu ini, tiap orang mempunyai dua macam tubuh,
yaitu yang kasar dan yang halus. Yang kasar disebut boto (jasad) dan yang halus terdiri dari
dua macam yaitu noso (nafas) dan lumo-lumo (bayang-bayang). Jika mati atau meninggal,
botonya kembali menjadi debu, sedangkan nosonya kembali kepada lowalangi (Tuhan).
Sedangkan lumo-lumonya berubah menjadibekhu (makhluk halus). Selama belum dilakukan
upacara kematian, bekhu akan tetap berada di sekitar tempat pemakamannya. Karena
menurut kepercayaan, untuk pergi ke teteholi ana'a (dunia ruh atau gaib), Ia haruslebih
dahulu menyeberangi suatu jembatan yang di sana dijaga ketat oleh seorang dewa penjaga
bersama mao-nya didorong masuk ke dalam neraka yang berada di bawah jembatan.
Menurut kepercayaan pelbegu, kehidupan sesudah mati adalah kelanjutan dari
kehidupan sese orang di dunia. Orang yang kaya atau berkedudukan tinggi maka akan begitu
pula keadaannya di "teteholi ana'a. Sebaliknya demikian juga bagi mereka yang miskin.
Perbedaan dunia sana dengan dunia sini yaitu terletak pada keadaan "terbalik" yaitu jika di
sini siang maka di sana malam, demikian juga kalimat dalam bahasa di sana serba terbalik.
Dikemukakan oleh Koentjaraningrat, berlandaskan kepada suatu kebudayaan
Megalithik, yang rupa-rupanya telah mereka bawa dari benua Asia pada zaman perunggu,
mereka telah mengembangkan suatu kebudayaan sendiri, ialah kebudayaan Megalithik yang
bukan berdasarkan pengurbanan kerbau melainkan babi.
Menurut keterangan Bamböwö Laia, orang Nias mempercayai bahwa manusia itu
hanyalah sebagai ciptaan biasa dari dewa-dewa, sebagian dari ciptaan lainnya, Manusia itu
adalah "babi dewa-dewa (illah)". Bila dewa berselera memakan daging "babi" (dalam hal ini,
"babi" adalah manusia) maka secara bebas dewa mengambil dan membunuh satu atau lebih
"babi"nya. Itulah maka "babi" merupa kan unsur penting dalam kebudayaan Nias. Budaya
megelitik dengan kepercayaan inilah maka babi tidak bisa dipisahkan dalam acara adat
masyatakat Nias.

2.7 Sistem Perkawinan dalam Suku Nias


Böwö adalah sebutan mahar dalam sistem adat perkawinan di Nias. Etimologi böwö
adalah hadiah, pemberian yang cuma-cuma. Jadi, arti sejati böwö mengandung dimensi
aktualisasi kasih sayang orangtua kepada anaknya: bukti perhatian orangtua kepada anaknya.
Kebiasaan masyarakat Nias jika pesta perkawinan banyak sekali yang harus di-folaya
(dihormati dengan cara memberi babi). Selain itu, babi pun banyak yang harus disembelih
dengan berbagai macam fungsional adatnya, misalnya: tiga ekor bawi wangowalu (babi
pernikahan), seekor babi khusus untuk fabanuasa (babi yang disembelih untuk dibagikan ke
warga kampung dari pihak mempelai perempuan) , seekor untuk kaum ibu-ibu (ö ndra’alawe)
yang memberikan nasehat kepada kedua mempelai, seekor untuk solu’i (yang menghantar
mempelai wanita ke rumah mempelai laki-laki), dan masih banyak lagi babi-babi yang
disembelih.
Selain yang disembelih, ada juga babi yang dipergunakan untuk “famolaya sitenga
bö’ö“. Antara lain: sekurang-kurangnya seekor untuk “nga’ötö nuwu” (paman dari ibu
mempelai perempuan), sekurang-kurangnya seekor sampai tiga ekor untuk “uwu” (paman
mempelai perempuan), seekor untuk talifusö sia’a (anak sulung dari keluarga mempelai
perempuan), seekor untuk “sirege” (saudara dari orangtua mempelai perempuan), seekor
untuk “mbolo’mbolo” (masyakat kampung dari pihak mempelai perempuan, biasanya babi
ini diuangkan dan uang itu dibagikan kepada masyarakat kampung), seekor untuk ono siakhi
(saudara bungsu mempelai perempuan), seekor untuk balö ndela yang diberikan kepada siso
bahuhuo, dsb (dan jika pas hari “H” perkawinan, ibu atau ayah atau paman, atau sirege dari
pihak saudara perempuan menghadiri pesta perkawinan, maka mereka-mereka ini juga harus
difolaya, biasanya seekor hingga tiga ekor babi). Dan masih ada pernik lain, yakni fame’e
balaki atau ana’a (ritual memberi berlian atau emas), berupa famokai danga kepada nenek
dan ibu mempelai perempuan; juga fame’e laeduru ana’a khö ni’owalu (pemberian cincin
kepada mempelai perempuan, cincin itu diharuskan emas).

2.8 Mata Pencaharian


1. Pertanian
Bidang pertanian merupakan salah satu mata pencaharian bagi masyarakat Nias, terutama
yakni tanaman pangan. Pertanian merupakan penunjang bagi keberlangsungan kekerabatan
bagi masyarakat Nias untuk saling berbagi di masa-masa susah. Kebersamaan dalam
mengolah tanaman pertanian terlihat jelas dalam kegiatan gotongroyong dalam membuka
lahan maupun pada saat dilaksanakan penanaman tanaman tersebut, kebersamaan juga
terjalin saat panen tiba.
2. Perkebunan
Tanaman perkebunan yang ada di Kabupaten Nias adalah tanaman perkebunan rakyat dengan
komoditi andalan karet, kelapa, kakao dan beberapa komoditi yang lain seperti kopi, cengkeh,
pala dan nilam. Hasil tanaman perkebunan rakyat dari Kabupaten Nias pada umumnya
hampir seluruhnya dijual keluar daerah dalam bentuk bahan mentah, melalui para pedagang
baik lokal maupun luar daerah.
3. Kehutanan
Nias terdiri dari beberapa hutan antara lain : hutan lindung, hutan produksi, hutan produksi
dan hutan konversi.
4. Peternakan
Ternak yang paling dominan adalah ternak babi, kambing, sapi, kerbau, unggas berupa ayam
dan itik.
5. Perikanan
hasil produksi ikan di Nias selama antara lain terdiri dari produksi ikan laut, produksi ikan air
tawar, ikan yang berasal dari sungai, ikan rawa, ikan kolam, dan ikan tambak.
6 Perindustrian
Di Nias terdapat beberapa unit perusahaan/usaha industri kecil.
2.9 Keadaan Masyarakat Sekarang
a. Pendidikan
Pendidikan merupakan patokan utama yang mendukung sumber daya pada masyarakat Nias.
Kemajuan teknologi dan masuknya berbagai komunitas dan hal-hal modernisasi pada
masyarakat Nias telah mengubah perspektif untuk lebih meningkatkan pendidikan. Jika dulu
kebanyakan orangtua masih bersifat primitif dengan konsep perempuan sebagai pekerja
rumah dan laki-laki sebagai pengubah kondisi keluarga namun dengan di berikannya
kesempatan untuk mengecap pendidikan sehingga perubahan dalam dunia pendidikan sudah
menjadi konsumsi sehari-hari bagi orangtua dengan tidak pilih kasih dan mau
menyekolahkan anaknya baik perempuan maupun laki-laki. Terlebih dengan adanya
pembangunan-pembangunan pasca gempa tanggal 28 maret 2005 perubahan tersebut semakin
tampak, setidaknya anaknya mengecap pendidikan SD dan tidak buta huruf.
b. Perumahan
Rumah tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan yang sangat diperlukan oleh
penduduk karena fungsi utama sebagai tempat berlindung bagi anggota rumahtangga.
Menurut kepemilikannya pada tahun 2005, Nias dalam angka, BPS terdapat 76.962
rumahtangga di Kabupaten Nias yang mendiami rumah bangunan fisik artinya bukan tinggal
di tenda/camp/barak. Perinciannya yakni; 65.120 rumahtangga diantaranya mempunyai status
milik sendiri, 1.407 rumahtangga mengontrak, 850 rumahtangga menyewa, 1.579
rumahtangga bebas sewa, 854 rumahtangga mnempati rumah dinas, 6.904 rumahtangga
menempati rumah milik orangtua/keluarganya.
c. Perhubungan dan komunikasi
Tahun 2007, panjang jalan di daerah Kabupaten Nias adalah 2070, 37 km dengan kondisi
permukaannya yang sudah di aspal sepanjang 466,92 km, jalan yang masih ada kerikil seluas
313,21 km dan jalan yang berupa tanah seluas 1.20, 44 km. Sarana komunikasi yang
digunakan semakin bervariasi mulai dari penggunanan jasa telekomunikasi hingga dunia
maya atau internet. Untuk jasa telepon, jumlah sambungan telepon yang ada di Kabupaten
Nias pada tahun 2007 sebanyak 2.361 sambungan.
d. Transportasi
Tahun 2007 seluruh ibu kota Kecamatan di Kabupaten Nias kecuali kecamatan Afulu telah
dapat dilalui bus umum yang memiliki izin trayek dari kota Gunungsitoli ke masing-masing
ibukota kecamatan. Sarana transpotasi ada berbagai macam baik berupa roda dua hingga roda
empat, mulai dari sepeda motor, becak bermotor hingga angkutan umum. Transportasi laut
Kabupaten Nias memiliki 3 pelabuhan laut yaitu; pelabuhan laut Sirombu, Lahewa yang
melayani pelayaran rakyat khususnya pengangkut barang dan penumpang sedangkan
pelabuhan laut Gunungsitoli melayani pelayaran nasional masyarakat Nias yang berasal dari
Medan, Sibolga dan sebagainya. Pelayaran ini juga mengangkut barang dan penumpang.
2.10 Bahasa Nias
Bahasa Nias, atau Li Niha dalam bahasa aslinya, adalah bahasa yang dipergunakan oleh
penduduk di Pulau Nias. Bahasa ini merupakan salah satu bahasa di dunia yang masih belum
diketahui persis dari mana asalnya.
Bahasa Nias merupakan salah satu bahasa dunia yang masih bertahan hingga sekarang
dengan jumlah pemakai aktif sekitar setengah juta orang. Bahasa ini dapat dikategorikan
sebagai bahasa yang unik karena merupakan satu-satunya bahasa di dunia yang setiap akhiran
katanya berakhiran huruf vokal.Bahasa Nias mengenal enam huruf vokal, yaitu a,e,i,u,o dan
ditambah dengan ö (dibaca dengan "e" seperti dalam penyebutan "enam" ).
Penulisan
Untuk menulis sebuah kalimat dalam bahasa nias, harus memperhatikan beberapa aturan :
*Dalam penulisan kata yang terdapat huruf double harus menggunakan tanda pemisah (')
contoh kata : Ga'a
*Semua kata dalam bahasa nias asli selalu ditutup oleh huruf vokal.
2.11 Kebudayaan Suku Nias
Beraneka Ragam Kebudayaan Suku Nias ialah warisan Leluhur yang sangat berharga :
* Hombo Batu (Lompat Batu)

Tari Perang

* Tari Maena

* Tari Moyo

* Tari Mogaele

* Omo Hada(Rumah Adat)

*Baru Oholu (Pakaian Adat)


BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil bahwa keanekragaman suku yang ada di Indonesia
itu beragam. Perbedaan ras termasuk ke dalam diferensasi sosial, sehingga tidak ada ras yang
lebih tinggi kedudukannya di suatu tempat. Jadi, sudah sebaiknya tidak terjadi konflik sosial
yang timbul atas dasar primordialisme.

Anda mungkin juga menyukai