Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN GEOGRAFI

RAGAM BUDAYA SUKU KUTAI

Kelompok 4 :
(XI IPS 1)

Ainun Gensa Sunardi (02)


Amelia Fera Widiyanti (05)
Esti Afani (15)
Wahyu Utami Putri (32)

SMA N 1 BANYUMAS

BAB I
PENDAHULUAN

Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun


kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada
tahun 1945. Istilah kebudayaan merupakan tejemahan dari istilah culture dari bahasa
Inggris. Kata culture berasa dari bahasa latin colore yang berarti mengolah,
mengerjakan, menunjuk pada pengolahan tanah, perawatan dan pengembangan
tanaman dan ternak. Upaya untuk mengola dan mengembangkan tanaman dan tanah
inilah yang selanjutnya dipahami sebagai culture.

Negara Indonesia adalah memiliki keanekaragaman di dalam berbagai aspek. Seperti


yang dapat dilihat dalam kebudayaannya. Tidak ada suatu masyarakat yang tidak
memiliki budaya. Begitu juga sebaliknya, tidak akan ada kebudayaan tanpa ada
masyarakat. Begitu banyaknya suku bangsa membuat Indonesia kaya akan budaya.
Keunikan dan karakterustik menjadi daya tarik tersendiri bagi suku-suku bangsa yang ada
di indonesia.

Suku Kutai merepukan salah satu dari sekian banyak suku di Indonesia. Suku yang
berada di Kalimantan Timur ini memiliki karakteristikm serta keunikan dalam berbagai
aspek, seperti pada mata pencaharian, kesenian, corak hidup dan masih banyak lagi.
Suku Kutai dengan sekelumit kebudayaannya ini membuatnya menarik untuk dipelajari
dalam mata pelajaran Geografi yang pada akhirnya akan menjadi bekal pengetahuan
kita.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Identitas Nasional dan Identitas Daerah


Identitas nasional pada saat ini terbentuk dari lima unsur yaitu sejarah perkembangan
bangsa, suku bangsa, agama, budaya, dan bahasa. Namun demikian, unsur-unsur ini tidak
statis dan akan berkembang sesuai dengan tujuan bangsa. Identitas nasional Indonesia
merupakan ciri-ciri yang dapat membedakan negara Indonesia dengan negara lain. Identitas
nasional Indonesia dibuat dan disepakati oleh para pendiri negara Indonesia. Identitas
nasional yang menunjukkan jati diri Indonesia diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Bahasa nasional atau Bahasa Persatuan yaitu bahasa Indonesia
2. Bendera negara yaitu sang merah putih.
3. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya
4. Lambang Negara yaitu Pancasila
5. Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika
6. Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila
7. Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945
8. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
9. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional
10. Konsepsi wawasan nusantara

Begitu juga identitas daerah adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu daerah secara
filosofis membedahkan daerah tersebut dengan daerah yang lain. Berdasarkan pengertian
yang demikian ini maka setiap daerah di Indonesia ini akan memiliki identitas sendiri-sendiri
sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri, serta karakter dari daerah tersebut.

1. Sejarah Perkembangan Suku Kutai

Suku kutai adalah suku asli yang mendiami wilayah Kalimantan Timur. Suku kutai
berdasarkan jenisnya adalah termasuk suku melayu tua sebagaimana suku-suku dayak
di Kalimantan Timur. Diperkirakan suku kutai masih serumpun dengan suku dayak,
khususnya dayak rumpun ot-danum dan masih satu asal dengan orang Tunjung. Oleh
karena itu secara fisik suku kutai mirip dengan suku dayak rumpun ot-danum. Pada
masa sekarang mereka dibedakan dengan orang-orang Dayak lain karena umumnya
memeluk agama Islam. Mereka sering disebut Halok atau Halo' untuk membedakannya
dengan orang Dayak yang belum memeluk agama Islam. Pada zaman dulu mereka
sempat memiliki kesultanan yang cukup kuat di wilayah Kalimantan bagian timur itu.
Orang Kutai berasal dari keturunan ras proto Melayu yang sampai ke Kalimantan Timur
sekitar 3.000 tahun yang lalu.
Pada awalnya KUTAI bukanlah nama suku, akan tetapi nama tempat/wilayah dan
nama Kerajaan. Kemudian lambat laun KUTAI menjadi nama suku. Nama Kutai berawal
dari nama Kerajaan Kutai Martadipura di Muara Kaman, sebenarnya nama kerajaan ini
awalnya disebut Queitaire (Kutai) oleh Pendatang dan Pedagang awal abad masehi
yang datang dari India selatan yang artinya Belantara dan Ibukota Kerajaannya bernama
Maradavure (Martapura) berada di Pulau Naladwipa dan letaknya di tepi Sungai
Mahakam di seberang Persimpangan Sungai Kanan Mudik Mahakam yakni Sungai
Kedang Rantau asal nama Kota Muara Kaman sekarang.
Dalam perkembangannya mereka telah banyak mengalami pengaruh-pengaruh
dari peradaban luar seperti Hindu yang dibawa oleh pendatang dari Pulau Jawa,
kemudian oleh Islam yang dibawa oleh pendatang dari suku Bugis. Masyarakat ini
terdiri atas beberapa sub-suku bangsa yang mereka sebut puak. Di Kutai dahulu terbagi
menjadi lima puak (lima suku):

a. Puak Punang
Puak Punang (Puak Kedang) adalah suku yang mendiami wilayah pedalaman.
Diperkirakan suku ini adalah hasil percampuran antara puak pantun dan puak
sendawar (tunjung-benuaq). Oleh karena itu, logat bahasa Suku Kutai Kedang
mengalunkan Nada yang bergelombang. Misalya bahasa Indonesia “Tidak”, Bahasa
Kutai “Endik”, Bahasa Kutai Kedang “Inde”…. tegas alas gelombang. Suku ini
mendirikan kerajaan Sri Bangun di Kota Bangun (atau dikenal dengan nama Negeri
Paha pada masa pemerintahan Kutai Matadipura). Puak punang ini tersebar
diwilayah Kota Bangun, Muara Muntai, danau semayang, Sungai Belayan dan
sekitarnya.
b. Puak Pahu
Puak Pahu adalah suku yang mendiami wilayah kedang pahu. Suku ini
tersebar di muara pahu dan sekitarnya.
c. Puak Sendawar (Puak Tulur Djejangkat)
Puak Sendawar adalah suku yang mendiami wilayah sendawar (Kutai Barat),
suku ini mendirikan Kerajaan Sendawar di Kutai Barat dengan Rajanya yang
terkenal dengan nama Aji Tulut Jejangkat. Suku ini mendiami daerah pedalaman.
d. Puak Melani (melanti)
Puak Melani adalah suku yang mendiami wilayah pesisir. Mereka merupakan
suku termuda diantara puak-puak Kutai, di dalam suku ini telah terjadi
percampuran antara suku kutai asli dengan suku pendatang yakni; Banjar, Bugis,
Jawa dan Melayu. Suku ini mendirikan kerajaan Kutai Kartanegara. Raja
pertamanya bernama Aji Batara Agung Dewa Sakti. Suku ini mendiami wilayah
pesisir seperti Kutai Lama dan Tenggarong.
e. Puak Pantun
Puak Pantun adalah suku tertua di Kalimantan Timur, dan merupakan suku
atau Puak yang paling Tua diantara 5 Suku atau Puak Kutai lainya, mereka adalah
suku yang mendirikan kerajaan tertua di Nusantara yaitu kerajaan Kutai
Martadipura di Muara Kaman pada abad 4 Masehi. Raja pertamanya dikenal
dengan nama Kudungga, dan kerajaan ini jaya pada masa dinasti ketiganya yaitu
pada masa Raja Mulawarwan. Dibawah pimpinan Maharaja Mulawarman,
kehidupan sosial dan kemasyarakatan diyakini berkembang dengan baik.
Pemerintahan berpusat di Keraton yang berada di Martapura wilayah
kekuasaannya terbentang dari Dataran Tinggi Tunjung (Kerajaan Pinang
Sendawar), Kerajaan Sri Bangun di Kota Bangun, Kerajaan Pantun di Wahau,
Kerajaan Tebalai, hingga ke pesisir Kalimantan Timur, seperti Sungai China, Hulu
Dusun dan wilayah lainnya. Dengan penaklukan terhadap kerajaan-kerajan kecil
tersebut, kondisi negara dapat stabil sehingga suasana tentram dapat berjalan
selama masa pemerintahannya.

Dalam perkembangannya puak pantun, punang, pahu dan melani kemudian


berkembang menjadi suku kutai yang memiliki bahasa yang mirip namun berbeda
dialek. Sedangkan puak sendawar (puak tulur jejangkat) yang hidup di pedalaman
berkembang menjadi suku dayak. Jadi yang disebut “suku Kutai” sekarang ini
adalah suku dari puak pantun, punang, pahu dan melani. Sedangkan suku dayak
adalah dari puak sendawar. Jadi suku kutai bukanlah suku melayu muda akan
tetapi adalah suku melayu tua, sama seperti suku dayak.

2. Suku Bangsa
Saat ini Suku Kutai dibagi menjadi 4 sub-etnis :
a. Suku Kutai Tenggarong. (yang sebenarnya berasal dari puak melani)
b. Suku Kutai Kota Bangun. (yang sebenarnya berasal dai puak punang)
c. Suku Kutai Muara Pahu. (yang sebenarnya berasal dari puak pahu)
d. Suku Ancalong (yang sebenarnya berasal dari Puak Pantun)

3. Penduduk (Agama dan Mata Pencaharian)


Sistem hubungan kekerabatan masyarakat Kutai bersifat patrilineal, artinya garis
keturunan ditarik ke pihak laki-laki. Pada masa lalu mereka juga mengenal pelapisan
sosial, yang terdiri atas bangsawan, rakyat kebanyakan, dan hamba sahaya. Sisa kaum
bangsawan Kutai terlihat dari gelar yang mereka pakai, seperti Kiamas, Mas, Aji, Raden,
Pangeran Datu. Sekarang penghormatan terhadap seseorang dalam masyarakat Kutai
bukan lagi atas dasar bangsawan, akan tetapi atas tinggi pendidikan yang diperoleh,
status dalam pemerintahan dan kekayaan.
Pada masa sekarang orang Kutai umumnya memeluk agama Islam. Sisa-sisa agama
Hindu masih terlihat dalam berbagai upacara daur hidup, misalnya upacara naik ayun,
pemberian nama bayi, pengobatan tradisional, dan lain-lain.
Orang Kutai hidup dari pertanian lahan kering, yaitu perladangan di lahan yang
masih cukup luas. Di samping itu diantara mereja juga ada yang menjadi nelayan,
menangkap ikan di danau, sungai, rawa, dan tambak. Hasil pertaniannya menghasilkan
padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan sayur-mayur lainnya. Hutannya yang
luas menghasilkan macam-macam kayu kering yang berharga dijual, seperti kayu
meranti, kruing, kayu kapur, kayu bangkirai. Kini berkembang pula industri pengolahan
kayu. Orang Kutai yang berdiam di kota yang bergerak di bidang jasa, menjadi buruh,
dan pegawai.

4. Bahasa
Masyarakat Kutai yang terdiri dari banyak sub suku memiliki bahasa yang beragam.
Beberapa bahasa sub suku yang sudah tidak dipergunakan lagi dan kemungkinan sudah
punah adalah bahasa Umaa Wak, Umaa Palaa, Umaa Luhaat, Umaa Palog, Baang Kelo
dan Umaa Sam. Bahasa-bahasa tersebut dulunya lazim digunakan oleh masyarakat
Kutai di hulu maupun hilir mahakam.

5. Budaya
Terdiri dari seni arsitektur (rumah adat), seni drama, seni musik, seni tari, seni
kriya, makanan khas, pakaian adat, upacara adat, dan lagu daerah (buah bolok, burung
enggang).

B. Ragam Kebudayaan dan Kesenian Suku Kutai

Suku Kutai memiliki ragam kesenian yang begitu unik. Berbagai tradisi yag
dilakukan pun memiliki makna yang mendalam untuk masyarakatnya.

1. Seni Arsitektur

Rumah tradisional Suku Kutai sama dengan rumah tradisional Suku Dayak
yang di kenal dengan sebutan lamin. Bentuk rumah adat lamin dari tiap suku
umumnya tidak jauh berbeda. Lamin biasanya didirikan menghadap ke arah
sungai. Di halaman sekitar lamin terdapat patung-patung kayu berukuran besar
yang merupakan patung persembahan nenek moyang. Lamin berbentuk rumah
panggung (memiliki kolong) dengan menggunakan atap berbentuk pelana.
Untuk naik ke atas lamin, digunakan tangga yang terbuat dari batang pohon
yang di susun membentuk undakan dan tangga ini bisa di pindah-pindah atau
dinaik turunkan. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengantisipasi ancaman
musuh atau pun binatang buas.
2. Seni Drama

Mamanda merupakan salah satu kesenian drama tradisional yang tumbuh


dan berkembang di tengah masyarakat Kutai. Istilah mamanda berasal dari kata
pamanda / paman. Kata tersebut dalam suatu lakon merupakan panggilan raja
yang ditujukan kepada menteri. Wajir atau mangkubuminya dengan sebutan
pamanda menteri, pamanda wajir, dan pamanda mangkubumi Di masa lalu,
kesenian mamanda merupakan pertunjukan yang cukup populer di tanah Kutai.
Kesenian ini selalu dipertunjukkan pada setiap perayaan nasional, pada acara
perkawinan, khitanan, dan sebagainya. Saat ini, mamanda sudah jarang
dipentaskan secara terbuka. Namun, pertunjukan ini masih bisa ditonton pada
festival Erau di Kota Tenggarong.
(Foto: http://visitingkutaikartanegara.com)

3. Seni Kriya (Kerajinan Tangan)

Perisai atau Kelembit merupakan alat penangkis dalam peperangan


melawan musuh. Perisai terbuat dari kayu yang ringan, tetapi tidak mudah
pecah. Bagian depan perisai dihiasi dengan ukiran, tetapi sekarang ini
kebanyakan dihiasi dengan lukisan yang menggunakan warna hitam putih atau
merah putih. Kain dari serat daun doyo ini merupakan hasil kerajinan yang
hanya dibuat oleh wanita-wanita Suku Dayak Benuaq yang tinggal di Tanjung
Isuy. Tanaman doyo ini menyerupai pandan tumbuh dengan subur di tanah isuy.
Serat daunnya kuat dan dapat dijadikan benanguntuk ditenun. Tenunan doyo ini
kemudian sering diolah menjadi pakaian, kopiah atau hiasan dinding. Anjat
adalah kerjinan yang berbentuk seperti tas yang terbuat dari anyaman rotan
dan memiliki dua atau tiga sangkutan. Anjat biasanya digunakan untuk menaruh
barang-barang bawaan ketika bepergian. Bening aban adalah alat untuk
memanggul anak yang hanya terdapat pada suku dayak kenyah. Alat ini terbuat
dari kayu yang biasanya dihiasi dengan ukiran atau dilapisi dengan sulaman
manik-manik serta uang logam.
(Foto: visitingkutaikartanegara.com)

4. Seni Musik

Seni musik Kutai banyak dipengaruhi oleh kebudayaan melayu dan islam.
Salah satu seni musik Kutai yang terkenal adalah musik tingkilan. Alat musik
yang digunakan adalah gambus (sejenis gitar berdawai 6), ketipung (semacam
kendang kecil), kendang (sejenis rebana yang berkulit sebidang dan besar) dan
biola. Musik tingkilan disertai pula dengan nyanyian yang disebut betingkilan.
Betingkilan berarti bertingkah-tingkahan atau bersahut-sahutan.

Seni musik tingkilan (Foto: http://visitingkutaikartanegara.com)

5. Seni Tari

Suku Kutai dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni Seni Tari Rakyat dan Seni
Tari Klasik. Seni Tari Rakyat merupakan kreasi artistik yang timbul ditengah-
tengah masyarakat umum. Gerakan tarian rakyat ini menggabungkan unsur-
unsur tarian yang ada pada tarian suku yang mendiami daerah pantai,
contohnya Tari Jepen yang diiringi oleh tingkilan. Seni Tari Klasik merupakan
tarian yang tumbuh dan berkembang di kalangan Kraton Kutai Kartanegara
pada masa lampau. Contoh tari klasik, seperti Tari Persembahan (wanita
istana), Tari Ganjur (pria istana), Tari Kanjar, Tari Topeng Kutai, dan Tari Dewa
Memanah

Festival Tari Jepen (Foto: kutaikartanegara.com)

6. Upacara Erau

Upacara Erau merupakan salah satu tradisi yang terkenal dari Kutai. Erau
berasal dari bahasa lokal/daerah etnis Kutai, dan disebut juga EROH yang berarti
ramai, hilir mudik, bergembira, berpesta ria. Erau dilaksanakan secara adat oleh
Kesultanan atau kerabat kerajaan dengan maksud tertentu dan diikuti oleh
seluruh masyarakat umum dalam wilayah administratif kesultanan. Terdapat
tiga pelaksanaan ERAU adat di lingkup Kesultanan Kutai Kartanegara, yakni Erau
Tepong Tawar, Erau Pelas Tahun, dan Erau Beredar di Kutai.

Upacara Erau (Foto: kutaikartanegara.com)

7. Makanan Khas
Nasi Bekepor adalah makanan khas Suku Kutai yaitu nasi liwet
dengan campuran minyak sayur, rempah-rempah, dan potongan ikan
asin. Nasi ini dahulu menjadi hidangan para raja Kutai. Cra
pengolahannya cukup unik dengan dibakar menggunakan kendi
sampai nasi menjadi tanak.

8. Pakaian Adat

Pakaian khas suku Kutai, di antaranya baju miskat, baju sakai, baju kustim,
baju takwo dan baju rompi antakusuma. Di antara kelima baju adat Kalimantan
Timur khas suku Kutai tersebut, baju miskat adalah yang paling populer. Model
baju miskat tampak seperti baju Cina, yaitu atasan berupa baju kurung,
bawahan panjang, dan kain batik dipinggang. Adapun dalam upacara
pernikahan, sepasan mempelai pria dan wanita suku Kutai umumnya akan
mengenakan pakaian adat Kustim. Baju kustim terdiri atas baju kurung dan
bawahan, riasan sanggul berhias kembang goyang dan tali kuantan untuk
mempelai wanita, serta setorong atau topi berbulu untuk mempelai pria.
Tampilan baju kustim dapat dilihat pada gambar di atas. Selain mengenakan
baju kustim, pada prosesi bealis dalam upacara pernikahan, pengantin pria dan
wanita Kutai juga wajib mengenakan baju sakai. Untuk mempelai wanita, baju
ini terdiri atas kebaya lengan panjang, bawahan tapeh badong, batik celup,
kalung susun tiga, dan sanggul yang dihiasi ragam pernik seperti kembang
goyang 3 cabang, bunga melati (tapak langit), dan tajok mawar.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan secara turun-temurun generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit termasuk sitem agama, adat-istiadat, bahasa,
pakaian, bangunan, dan karya seni. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh bersifat
kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya yang menentukan perilaku konsumtif dan
tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Kebudayaan Suku Kutai merupakan hasil asimilasi dari budaya Melayu, Batak, dan Jawa.
Suku Kutai sendiri adalah perpecahan dari Suku Dayak Rumpun Ot Danum yang lama-
kelamaan memisahkan diri sehingga membentuk suku sendiri. Ragam kebudayaan Suku
Kutai terdiri dari apek seni, tari, musik, drama, arsitektur, bahasa, makanan, upacara, dll.
Kebudayaan itulah yang menjadi ciri khas dari Suku Kutai Kalimantan Timur yang unik dan
berbeda dari daerah-daerah lain di Indonesia. Kebudayaan Suku Kutai menjadi salah satu
khasanah kebudayaan Indonesia yang harus terus dijaga dan dilestarikan.

B. Daftar Pustaka
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

http://multitree.org/codes/mqg

http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/240-Asal-Usul-Raja-Raja-Suku-Tunjung

http://multitree.org/codes/vkt

https://farhadthlb.wordpress.com/2013/10/02/pengertian-kebudayaan-dan-unsur-unsur-
kebudayaan-indonesia/

Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/07/pakaian-adat-kalimantan-timur.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.

http://suku-dunia.blogspot.co.id/2014/09/sejarah-suku-kutai-di-kalimantan-timur.html

bobo.grid.id/Sejarah-Dan-Budaya/Budaya/Ragam-Kesenian-Suku-Kutai

www.kutaikartanegara.com/senibudaya/index.php?menu=Seni_Tari_Kutai

https://jejakbudayasite.wordpress.com/.../geografi-budaya-budaya-kutai-kartanegara/

Anda mungkin juga menyukai