Anda di halaman 1dari 11

Konsep Usi Neno dan Usi Pah dalam Budaya Masyarakat Dawan-Timor

1. Pengantar
Manusia adalah subyek yang ada dan nyata, yang hidup dan bergerak di dalam ruang
lingkup yang terbatas. Di dalam keterbatasan ini, manusia mempunyai masanya tersendiri
baik masa lampau, masa depan dan masa yang akan datang. Maka, secara antropologis dapat
dikatakan bahwa manusia adalah satu hakikat yang hidup dalam sejarah dan menyejarah.
Dalam artian bahwa manusia yang hidup di saat ini tidak hanya memiliki masa lampau di
belakangnya dan masa depan yang ada di depannya melainkan ia memiliki masa sekarang di
dalamnya yang menyertainya.
Masyarakat Suku Dawan atau yang biasa dikenal dengan sebutan Atoin meto pada
umumnya memiliki kepercayaan tradisional yang khas dan serat dengan banyak nilai-nilai
religiusnya. Mereka dikenal sebagai masyarakat religius yang memiliki beragam suku dan
bahasa yang masing-masing dibentuk berdasarkan marga yang dianutnya.
Masyarakat Suku Dawan adalah masyarakat marga yang serat dengan adat-istiadat. Adatistiadat yang dianut oleh mereka pada umumnya bernuansa kepercayaan religius kepada
Amoet ma Apakaet (Pencipta dan pemahat keindahan alam semesta), sebagai Afinit ma
Anesit (Sebagai yang melebihi segala sesuatu di dunia), di atas langit yang disembah melalui
dewa-dewa bumi, juga sebagai Apinat ma Aklahat sebagai yang menyala, bercahaya,
menyinari, menghangatkan, menyenangkan, namun juga membara dan menghanguskan yang
dapat menyebabkan kebakaran dan kematian.1
Tulisan ini membahas tentang hubungan Usi Neno dan Usi Pah dalam kehidupan
masyarakat suku Dawan dan perannya untuk masyarakat suku Dawan. Juga mengenai tugas
dari masing-masing dari keduanya baik itu Usi Neno dan Usi Pah.
2. Gambaran singkat Masyarakat Suku Dawan
Masyarakat suku Dawan kebanyakan berdomisili di pedesaan. Sebagian besar penduduk
suku Dawan mendiami wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Kabupaten Timor
Tengah Selatan (TTS) dan sebagian wilayah Kabupaten Kupang dari daratan pulau Timor
terutama di Kecamatan Amarasi, fatuleu, Amfoang Utara, Amfoang Selatan dan beberapa
1Antao Lelo, S.Ag, M.th. SIPTONI-Psikososial Religius Masyarakat Atoni Ambenu-Timor Leste.
Malang: Dioma, 2014.hlm. 45.
1

desa di Kecamatan Kupang Timur.2 Jumlah penduduk masyarakat suku Dawan yang
mendiami ketiga Kabupaten ini sulit untuk diketahui. Mata pencaharian utama masyarakat
suku Dawan ialah bertani dan beternak.3 Di samping itu ada juga mata pencaharian
sampingan seperti tenun adat yang dilakukan oleh para wanita.Tenun adat di zaman dulu
dibuat khusus hanya untuk keperluan adat. Berbeda dengan sekarang, di zaman modern ini,
tenun adat tidak dibuat untuk keperluan adat saja melainkan sebagai pekerjaan sampingan
yang menghasilkan uang.
Suku Dawan merupakan suku terbesar yang mendiami kawasan bagian barat Pulau
Timor, tepatnya di sekeliling Gunung Mutis. Menurut catatan sejarah, sebagian besar Suku
Dawan berasal dari daerah Belu Selatan, yaitu dari Wewiku dan Wehali. Dari kawasan ini,
mulailah penyebaran orang Dawan menuju seluruh kawasan Timor bagian barat. Secara
geneologis, Suku Dawan termasuk dalam rumpun proto-Melayu mengingat nenek moyang
mereka yang berasal dari kawasan Belu dimasukkan sebagai proto-Melayu.4
Pengkategorian orang Dawan ke dalam rumpun Melayu juga diperkuat oleh tradisi lisan
yang berisi keterangan bahwa sebagian besar penduduk di daerah Nusa Tenggara Timur
(NTT) mengaku nenek moyangnya berasal dari seberang lautan. Di Pulau Timor, berkembang
mitos tentang Sina Mutin Malakkan, sebuah mitos tentang asal-usul leluhur yang bermigrasi
dari tanah Malaka.
Alkisah, beberapa ribu tahun yang lalu, empat suku (hutun rai hat) meninggalkan
negerinya di Sina Mutin Malakkan menuju ke kawasan timur. Sesampainya di Pulau Timor,
daerah yang pertama kali mereka singgahi adalah Larantuka-Bauboin, sebuah tempat di
Flores Timur. Di tempat ini, mereka selanjutnya mengembangkan kawasan permukiman dan
membentuk sistem pemerintahan. Raja-raja Larantuka dan sebagian besar penduduk di
sekitar Pantai Larantuka saat ini diyakini merupakan keturunanan mereka.

2Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sistem Gotong-Royong Dalam Masyarakat Pedesaan


Daerah Nusa Tenggara Timur, Kupang: 1984, hlm. 24.
3Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pola pemukiman Pedesaan Daerah Nusa Tenggara
Timur, Kupang: 1984, hlm. 55.
4 Andreas Tifa Sawu, Di Bawah Naungan Gunung Mutis, Flores: Penerbit Nusa Indah, 2004, hlm. 13-14

Dilihat dari sebaran kawasan permukimannya, Suku Dawan sekarang ini mendiami
hampir seluruh kawasan Kabupaten Kupang daratan yang meliputi: kota Kupang, Bolok,
Sumlili, Kelapa Lima, Oesapa, Oesao, Nunkurus, Bipoli, Oetata, Pariti, Kukak, Oehendak,
Sulamu, Nauwen, Barate, Uwel, Oelbubuk, Kapsali, Soliu, Naikliu, Poanbaum, dan Oepoli.
Selain itu, mereka juga mendiami hampir di seluruh wilayah Kabupaten Timor Tengah
Selatan (TTS), Timor Tengah Utara (TTU), dan Oekusi (sekarang masuk wilayah Timor
Leste).5
Pertanian di ladang merupakan mata pencaharian utama masyarakat suku Dawan.
Perladangan selalu berpindah-pindah dengan cara menebas dan membakar hutan dan padang.
Tanah ladang yang dimiliki oleh penduduk suku Dawan hanya digunakan beberapa tahun
kemudian mencari tanah baru. Alat-alat yang digunakan untuk membuka ladang juga
sederhana seperti; parang dan kapak.
Kegiatan untuk membuka lading baru juga tidak terlepas dari upacara-upacara adat. Hal
ini dilakukan agar ladang yang diolah tidak mendatangkan bencana alam. Upacara ini dimulai
dalam rangka mencari tanah untuk kebun baru. Sebelum membuka tanah baru di hutan atau
di ladang yang akan dijadikan sebagai tanah garapan terlebih dahulu masyarakat suku Dawan
bertanya kepada Mnane atau Amnanit

(dukun) tentang tanah yang cocok untuk digarap.

Dukun atau Mnane menentukan calon tanah kebun baru dengan berdoa kepada UsiNeno
(Dewa Matahari).7
Masyarakat suku dawan percaya bahwa lahan yang baru diolah perlu didinginkan agar
bias mengurangi panas dan api. Untuk itu Usi Neno diminta untuk memberikan kesuburan.
Sedangkan Usi Pah dibuatkan tempat khusus sebagai tempat pemujaan di ladang yang
digarap.
Upacara untuk Usi Pah dilakukan dengan cara menyembelih hewan kurban sebagai
sesajian agar Usi Pah memberikan kesuburan. Sajian untuk Usi Pah berupa beras dan daging
5Andreas Tifa Sawu. Op cit. hlm.13-14.
6Mnane atau Amnanit adalah orang yang secara psikomagis memiliki kemampuan jiwa para normal
untuk melihat dan berbicara dengan leluhur atau roh-roh yang sudah meninggal dunia. Mnane juga
dipercaya sebagai titisan dari dewa-dewi yang menghubungkan manusia dengan para leluhur.
7Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Upacara Tradisional Daerah Nusa Tenggara
Timur.Jakarta: 1984. hlm. 83.
3

kerbau. Untuk keperluan pemujaan di ladang didirikan tugu pemujaan Usi Pah yang diberi
sajian tongkol jagung, rahang bawah babi, kepala dan kaki kerbau.8 Dalam upacara ini
diadakan juga dengan makan bersama.
3. Konsep Usi Neno dan Usi Pah Masyarakat Suku Dawan
3.1 UsiNeno
Sebagai ciptaan Tuhan, masyarakat Suku Dawan dengan sadar mengakui keterlibatan
Tuhan dalam peziarahan hidupnya. Masyarakat Suku Dawan memiliki kepercayaan akan
kekuasaan yang absolut. Penguasa yang absolut itu diyakini sebagai Usi Neno (Raja atau
penguasa langit sebagai tuan hari) yang memiliki kuasa melebihi Usi Pah (Raja bumi yang
dihormati sebagai tuan bumi sebagai tuan tanah) atau penjelmaan dari arwah nenek moyang
(dewa-dewa) lain yang memiliki kuasa di bumi ini.
Masyarakat Dawan percaya bahwa nama dewa-dewi, terutama dewa tertinggi tidak boleh
disebutkan atau disapa dengan nama aslinya. Oleh karena itu, dewa tertinggi dan yang
berkuasa diberikan nama yang tidak lain adalah Usi Neno atau tuan hari. Mereka
menghormati dan menyembah matahari sebagai Tuhan atau dewa tertinggi yang memiliki
kuasa yang absolut. Nama yang sebenarnya dari Usi Neno adalah Manas.9 Dalam keyakinan
mereka manusia memperoleh kehidupan bila Manas terbit. Sebaliknya, bila Manas tidak
terbit maka tidak ada kehidupan termasuk juga manusia.
Usi Neno merupakan Dewa tertinggi dalam sistem religi masyarakat suku Dawan. Dia
dipercaya sebagai Raja langit atau penguasa langit atau Tuan hari yang menguasai siang dan
malam, sebagai pengayom yang menyertai manusia di dalam peziarahan hidupnya. Mereka
percaya bahwa Usi Neno ada dalam ruang dan waktu yang tak terbatas.
Hidup manusia setiap hari selalu berada dalam genggaman Sang Pencipta. Keyakinan ini
mau menunjukan kepada kita bahwa hidup masyarakat suku Dawan pada umumnya berada

8Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sistem Gotong-Royong Dalam Masyarakat Pedesaan


Daerah Nusa Tenggara Timur. Op cit.hlm. 48.
9 Manas dalam bahasa Dawan berarti matahari. Masyarakat Dawan percaya bahwa nama lain dari
Manas ialah Usi Neno. Karena, Manas dipercaya sebaagai pemberi hidup, maka manas memiliki
kedudukan yang lebih tinggi dari dewa-dewi yang lain. Manas juga dalam cara berpikir orang Dawan,
dikategorikan sebagai jantan (maskulin), sedangkan bulan dan bintang dikategorikan sebagai betina
(feminim).
4

dalam genggaman kuasa tertinggi yakni Usi Neno. Usi Neno diyakini sebagai pribadi yang
memiliki sifat menyenangkan sekaligus menakutkan.
Secara harafiah Usi Neno berarti Tuan atas hari, sebuah sebutan yang ditujukkan pada
keberadaan matahari. Mengapa? Karena matahari merupakan benda langit yang dianggap
paling besar pengaruhnya dalam kosmos, maka orang Dawan menempatkannya sebagai
perwujudan Dewa tertinggi atau dengan kata lain disebut sebagai Raja Langit.
Dalam perbendaharaan bahasa Dawan (uab meto), istilah Usi Neno sering digandengkan
dengan istilah Manas, yang berarti matahari. Manas adalah pusat dan penentu seluruh
kehidupan. Manusia akan memperoleh kehidupan ketika Manas terbit. Sebaliknya, apabila
Manas tidak terbit maka tidak ada kehidupan.10
Karena fungsi yang diperankan Usi Neno atau Manas sangat penting dalam kehidupan
dunia, maka tidak berlebihan ketika masyarakat suku Dawan menggambarkan Usi Neno
sebagai Dewa yang memiliki semua sifat istimewa. Ada beberapa sebutan utama yang
disandangkan oleh orang Dawan kepada Usi Neno sebagai pengakuan mereka bahwa
kekuasaannya tak terbatas. Sebutan itu antara lain:
Pertama, Apinat ma Aklahat. Secara harfiah Apinat berarti menyala, bersinar atau
bercahaya. Sedangkan Aklahat merupakan peningkatan dari apinat, artinya yang membara
dan menghanguskan. Secara mendetail, masyarakat suku Dawan menggambarkan Usi Neno
sebagai yang menyala, bercahaya, menyinari, menghangatkan, menyenangkan, namun juga
membara dan menghanguskan yang dapat menyebabkan kebakaran dan kematian. 11 Dalam
konteks kehidupan di dunia, masyarakat suku Dawan meyakini bahwa kekeringan dan banjir
disebabkan oleh kekuasaan Usi Neno ini.
Kedua, Amoet ma Apakaet. Amoet berarti pencipta atau kekuatan yang menciptakan
segala sesuatu. Sedangkan Apakaet merupakan ungkapan yang menggambarkan kemampuan
memahat, melukis, dan menenun.12 Sebutan ini biasa digunakan untuk menggambarkan
kemampuan Usi Neno sebagai pencipta semesta alam atau seniman terbesar di dunia.
10Yoseph Yapi Taum, Tradisi Fua Pah: Ritus dan Mitos Agraris Masyarakat Dawan di Timor, Nusa
Tenggara Timur: Institute of Indonesia Tenggara Studies, 1998, hlm. 45-46
11Ibid
12Ibid
5

Ketiga, Alikin ma Apean.Yang berarti yang membuka jalan dan mengantar ke dalam
kehidupan.13 Dalam konteks ini, masyarakat suku Dawan meyakini fungsi Usi Neno sebagai
orang tua yang memelihara benih kehidupan hingga benih tersebut siap dilahirkan ke dunia.
Dalam kehidupan sehari-hari, sebutan ini sering digunakan pada burung-burung dan ayamayam betina yang mengerami telur-telurnya dan membantu memberikan jalan dengan
membuat sebuah lubang kecil pada telurnya agar anaknya dapat keluar dengan leluasa.
Keempat, Afinit ma Anesit. Afinit berarti lebih panjang dan lebih tinggi. Sedangkan Anesit
memiliki pengertian lebih, yaitu lebih banyak dan lebih besar. Keduanya mempunyai
pengertian mengatasi dan melampaui segala sesuatu.14 Usi Neno sebagai dewa tertinggi
dalam sistem kepercayaan masyarakat suku Dawan memiliki kekuatan yang tidak ditandingi
oleh satupun makhluk yang sanggup menyamainya. Ia berada di atas segala-galanya.
Kelima, Ahaot ma Afatis.Sebutan ini berfungsi untuk mengungkapkan fungsi ke-bapak-an
dan keibuan Usi Neno.15 Ahaot berarti dia yang memberi makan dan minum secara jasmani,
yang bertanggung jawab untuk pemenuhan kebutuhan jasmani manusia. Sedangkan Afatis
merujuk pada intensivitas kepedulian Usi Neno kepada manusia, yang bukan hanya
memperhatikan hal jasmani, tetapi juga hal rohani yang merupakan salah satu bagian penting
dari manusia.
Keenam, Aneot ma Amafot.Sebutan ini berarti sebagai pelindung, pemberi arah, pemberi
rahmat dan berkah.16 Usi Neno sebagai dewa tertinggi dapat memberikan atau menahan
sinarnya terhadap manusia, yang dapat membawa berkah dan kehidupan, kutukan, kematian,
dan kegelapan. Bagi masyarakat suku Dawan, sebutan ini juga menjelaskan UsiNeno sebagai
dewa tertinggi yang memberikan kebaikan dan kejahatan, terang dan gelap, kehidupan dan
kematiankepada manusia.
Masyarakat suku Dawan memahami Usi Neno sebagai pribadi Apinat ma Aklahat yang
menyenangkan sekaligus menakutkan, bak sinar matahari yang menumbuhkan dan
13Ibid
14 Ibid
15 Ibid
16 Ibid
6

mematikan makhluk hidup atau kehidupan, karena sifatnya yang menghangatkan sekaligus
menghanguskan bila disentuh. Mereka juga memahami Usi Neno sebagai Amoet ma Apakaet,
pencipta dunia yang megah ini yang tak tertandingi kuasa-Nya, juga sebagai Alikin ma
Apean, penetas kehidupan karena Dia-lah satu-satunya Yang Utama, yang melebihi Afinit
ma Anesit, juga sebagai Ahaot ma Afatis, pribadi yang memberi makan kepada semua
makhluk hidup di bumi, sebagai Aneot ma Amafot, pribadi yang adil dan bijaksana.
Matahari sebagai dewa tertinggi dapat memberikan atau menahan sinarnya terhadap
manusia,

yang berarti bisa membawa berkat dan kehidupan, kutukan, kematian dan

kegelapan. Jadi masyarakat suku Dawan percaya bahwa Usi Neno adalah penguasa tunggal di
dunia yang memiliki sifat kekal dan abadi. Karena itu Usi Neno di mata masyarakat suku
Dawan dilihat sebagai peletak sejarah hidup manusia di dunia ini.
3.2 Usi Pah
Selain Tuhan Langit, masyarakat suku Dawan juga mengakui adanya Tuhan Bumi atau
yang disebut sebagai Usi Pah. Bersama Usi Neno, Usi Pah diyakini membentuk kekuatan
ilahi, namun Usi Neno tetap dianggap lebih tinggi. Keduanya memang berbeda dan
mempunyai eksistensinya masing-masing, namun keduanya tidak dapat dipisahkan. Dalam
sistem keyakinan orang Dawan, Usi Pah dianggap sebagai pembawa ketak beruntungan dan
malapetaka bagi manusia. Oleh karena itu manusia harus berusaha mengambil hatinya
dengan menyelenggarakan upacara-upacara tertentu. Usi Pah juga diyakini sebagai dewa
yang merajai Pah Nitu (roh atau dunia orang mati) yang tinggal di hutan, batu-batu karang,
mata air, pohon-pohon besar, dan gunung-gunung.
Masyarakat suku Dawan juga percaya pada Pah Nitu yaitu arwah-arwah orang yang
sudah meninggal dunia. Arwah-arwah ini memegang peranan penting dalam kehidupan
manusia, karena mereka sering kali dijadikan sebagai penghubung atau perantara antara
manusia dengan Usi Neno dan Usi Pah. Setiap ritual yang dilakukan orang Dawan kepada
Usi Neno dan Usi Pah selalu melibatkan Pah Nitu karena tanpa keterlibatannya ritual yang
diselenggarakan diyakini tidak sepenuhnya diterima oleh Usi Neno dan Usi Pah.
Ritual yang dilakukan dalam upacara adat biasanya dipimpin oleh seorang kepala suku
atau tua adat yang telah ditentukan. Upacara tersebut didahului dengan doa adat di hau

teas17 atau tiang agung di dalam rumah adat, di mana telah dipersiapkan terlebih dahulu
bahan sajian seperti sirih pinang, sopi, hewan kurban serta uang perak. Setelah ritual dan doa
adat yang dilakukan oleh tua adat, maka upacara dilanjutkan dengan penyembelihan hewan
kurban. Setelah hewan kurban disembelih, maka tua adat melihat tanda-tanda yang ada di
dalam hewan seperti usus, hati dan limpa, lalu menafsirkan tanda-tanda itu. Kalau didapat
tanda yang tidak baik di antara usus, hati dan limpa hewan kurban, maka langkah yang
diambil ialah menyembelih lagi hewan kurban. Mereka percaya bahwa tanda yang tidak baik
seperti yang ada dalam hewan kurban karena Usi Pah tidak meneruskan kurban sesajian
kepada Usi Neno.
Usi Pah adalah ciptaan dari Usi Neno yang diberi wewenang sebagai penguasa kegelapan,
penguasa yang mengatasi kejahatan Pah Tuaf dari alam baka di atas bumi ini. 18 Karena itu,
apa yang ada di atas atau di bawah atau juga di perut bumi, merupakan wewenang dan
kepunyaannya. Bagi Usi Pah, manusia harus dikontrol agar tidak berlaku sewenang-wenang
di bumi, di hadapan Usi Neno.
4. Relasi antara Usi Neno dan Usi Pah
Usi Neno diyakini sebagai pencipta yang tidak kelihatan, yang menciptakan segala
sesuatu baik yang kelihatan maupun yang tak kelihatan. Dalam relasi dengan Usi Neno,
masyarakat Dawan tidak secara langsung menyembah-Nya, melainkan melalui para leluhur
mereka yang menjadi jembatan antara mereka dengan Usi Neno, Sang Kekasih lagi
penyanyang, di satu sisi dengan Usi Pah (raja roh para leluhur), sebagai tuan tanah yang
diberi kuasa oleh Usi Neno sebagai penanggung jawab dan penguasa bumi, di sisi lain.
Pertanyaannya bagaimana relasi antara Usi Neno dan Usi Pah? Dalam alam pemikiran
masyarakat Dawan, Usi Neno dimengerti sebagai pencipta alam semesta. Mereka percaya
17 Hau teas atau tiang agung memiliki tiga cabang. Ketiga cabang diyakini sebagai suatu kesatuan
yang absolut, yang mana ketiga cabang ini diyakini sebagai lambang dari Trinitas yakni; Bapa, Putra
dan Roh Kudus. Bapa (Allah) dalam pandangan masyarakat suku dawan diyakini sebagai Tuhan yang
mempunyai sifat-sifat sangat tinggi dan jauh dari jangkauan, pusatnya ialah matahari dan bulan;
pencipta dan pemelihara; bercahaya dan membakar. Sedangkan Putra diyakini sebagai keturunan
Bapa yang disebut Neno (Langit) dan Malafu (Bintang) sebab bintang adalah adalah anak dari
perkawinan Matahari dan Bulan. Untuk Roh Kudus diyakini sebagai yang memberi kekuatan. Ini
ditandai dengan keberadaan Usi Pah.
18 Alexander Un Usfinit, Maubes-Insana; Salah Satu Masyarakat di Timor dengan Struktur Adat
yang Unik, Yogyakarta: Kanisius, 2007. Hlm,21.
8

bahwa Usi Neno merupakan wujud tertinggi di dunia ini. Alam pemikiran semacam ini tidak
berbeda jauh dengan alam pemikiran Yunani mengenai logos. Logos dipercaya sebagai
pencipta dunia, makhluk utama yang paling tinggi pada tangga makhluk-makhluk
penghubung antara Tuhan dan manusia.19
Pertanyaan mengenai hubungan antara Usi Neno dan Usi Pah,sebenarnya kalau dilihat
dan disimak, pertanyaan ini menyangkut batas-batas wewenang kekuasaan, otoritas
kepemimpinan Usi Neno dan Usi Pah dalam tatanan alam semesta ini. Menurut kepercayaan
masyarakat Dawan, Usi Pah ditempatkan oleh Usi Neno di bumi sebagai penanggung jawab
terhadap bumi dan segala sesuatu yang ada di atas bumi ini. Usi Pah adalah ciptaan dari Usi
Neno, yang diberi tugas sebagai penguasa kegelapan, penguasa yang mengatasi kejahatan di
alam baka di atas bumi ini.
Usi Pah adalah ciptaan dari Usi Neno yang diberi wewenang sebagai penguasa kegelapan,
penguasa yang mengatasi kejahatan Pah Tuaf dari alam baka di atas bumi ini. Karena itu, apa
yang ada di atas atau di bawah atau juga di perut bumi, merupakan wewenang dan
kepunyaannya. Bagi Usi Pah, manusia harus dikontrol agar tidak berlaku sewenang-wenang
di bumi, di hadapan Usi Neno. Jadi, relasi antara Usi Pah dan Usi Neno adalah hubungan
vertikal, bukan hubungan horisontal

sebagaimana hubungannya dengan manusia. Lalu

bagaimana relasi antara manusia dengan Usi Neno? Relasi antara manusia dengan Usi Neno
adalah hubungan vertikal seperti hubungan Usi Pah dan Usi Neno.
5. Penutup
Pemikiran masyarakat Dawan yang memahami Usi Neno sebagai penguasa dan pemberi
hidup atas semua makhluk hidup merupakan pemikiran yang bisa dikatakan sebagai
pemikiran yang sudah ada sejak dahulu. Bagaimana mereka melihat Usi Neno sebagai Amoet
ma Apakaet (Pencipta dan pemahat keindahan alam semesta), sebagai Afinit ma Anesit
(Sebagai yang melebihi segala sesuatu di dunia), di atas langit yang disembah melalui dewadewa bumi, juga sebagai Apinat ma Aklahat sebagai yang menyala, bercahaya, menyinari,
menghangatkan, menyenangkan, namun juga membara dan menghanguskan yang dapat
menyebabkan kebakaran dan kematian. Aneot ma Amafot yang berarti sebagai pelindung,
pemberi arah, pemberi rahmat dan berkah, Ahaot ma Afatis berfungsi untuk mengungkapkan

19 Ibid
9

fungsi ke-bapak-an dan keibuan Usi Neno, Alikin ma Apean yang berarti yang membuka
jalan dan mengantar ke dalam kehidupan.
Mereka percaya selain Usi Neno, masih ada utusan dari Usi Neno yakni Usi Pah. Usi Pah
adalah ciptaan dari Usi Neno yang diberi wewenang sebagai penguasa kegelapan, penguasa
yang mengatasi kejahatan Pah Tuaf dari alam baka di atas bumi ini. Karena itu, apa yang ada
di atas atau di bawah atau juga di perut bumi, merupakan wewenang dan kepunyaannya. Bagi
Usi Pah, manusia harus dikontrol agar tidak berlaku sewenang-wenang di bumi, di hadapan
Usi Neno.
Melalui peran dari Usi Neno dan Usi Pah dapat disimpulkan bahwa sebenarnya Allah
Bapa tidak membiarkan ciptaan-Nya terengah-engah menyusuri lorong-lorong gelap
penderitaan hidupnya. Allah turut hadir dalam sejarah ciptaan-Nya termasuk pengalaman
penderitaan-Nya di dunia ini. Melalui Yesus kristus yang hadir dalam keseharian hidup
manusia, sebenarnya Allah memberikan kekuatan dan harapan agar manusia sanggup
menghadapi pengalaman penderitaan dalam hidup kesehariaannya.
Daftar Pustaka
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Upacara Tradisional Daerah Nusa Tenggara
Timur.Jakarta: 1984.
......., Pola pemukiman Pedesaan Daerah Nusa Tenggara Timur. Kupang: 1984.
......., Sistem Gotong-Royong Dalam Masyarakat Pedesaan Daerah Nusa Tenggara Timur.
Kupang: 1984.
Lelo, Antao. SIPTONI-Psikososial Religius Masyarakat Atoni Ambenu-Timor Leste. Malang:
Dioma, 2014.
Tefa, Andreas Sawu. Di Bawah Naungan Gunung Mutis. Flores: Penerbit Nusa Indah, 2004.
Taum, Yoseph Yapi. Tradisi Fua Pah: Ritus dan Mitos Agraris Masyarakat Dawan di Timor.
Nusa Tenggara Timur: Institute of Indonesia Tenggara Studies, 1998.
Usfinit, Alexander Un. Maubes-Insana; Salah Satu Masyarakat di Timor dengan Struktur
Adat yang Unik. Yogyakarta: Kanisius, 2007.

10

11

Anda mungkin juga menyukai