Anda di halaman 1dari 10

SENGSARA, WAFAT, DAN KEBANGKITAN YESUS

A. Latar Belakang Yesus Dijatuhi Hukuman Mati


Yesus datang ke dunia sebagai utusan Allah untuk mewartakan Kerajaan Allah melalui
perumpamaan dan tindakan berupa mukjizat. Pewartaan Yesus mengenai Kerajaan Allah
menghadapi banyak perlawanan, terutama dari para pemimpin Yahudi sendiri, seperti: kaum Farisi,
kaum Saduki, Imam-imam kepala, dan Sanherdin (Mahkamah Agama). Selain itu, perlawanan juga
datang dari penguasa politik, terutama penjajah Romawi. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika
banyak orang yang berusaha untuk menangkap dan menghukum mati Yesus. Sengsara, wafat, dan
kebangkitan Yesus bagi orang Katolik menjadi dasar iman. Pertama-tama, kita perlu mengentahui
alasan mengapa Yesus dihukum mati.

Kematian Yesus seringkali dikaitan dengan usaha terselubung dari bebrapa pemimpin di
Israel saat itu, yang karena kepentingan kekuasaan mereka bersengkokol membunuh Yesus. Kisah
sengsara Yesus dan kematian Yesus menjadi pusat dari awal penyusunan Injil. Ada empat kisah
sengsara Yesus di dalam empat Injil, yaitu kisah sengsara menurut Matius, Markus, Lukas dan
Yohanes. Kisah sengsara yang termuat di dalam empat Injil tidak pertama-tama dimaksudkan
sebagai laporan pandangan mata tentang apa yang sebenarnya terjadi. Kisah sengsara ditulis untuk
mewartakan makna sengsara dan wafat Yesus bagi jemaat beriman yang dilandasi oleh kenyataan
historis, yaitu bahwa Yesus sungguh-sungguh menderita sengsara dan wafat di kayu salib.

Ada beberapa hal yang melatarbelakangi kematian Yesus, yaitu menjelang penangkapan,
pengadilan dan penyaliban Yesus.

1. Perayaan Paskah
Perayaan Paskah merupakan pesta bangsa Israel untuk memperingati peristiwa
pembebasan bangsa Israel dari Mesir. Perayaan ini berlangsung selama tujuh hari karena
disatukan dengan hari raya roti tak beragi. Bangsa Israel menghayati peristiwa pembebasan dari
Mesir sebagai keterlibatan Allah dalam hidup mereka. Pada perayaan Paskah seluruh rakyat
terlibat dengancara berziarah ke Yerusalem. Maka, Yerusalem dipadati oleh rakyat yang akan
merayakan Paskah.
Dalam rangka perayaan Paskah Yahudi tersebut, Yesus dan murid-muridNya juga pergi
ke Yerusalem. Dalam situasi Paskah Yahudi itulah, terjadi peristiwa besar yang menimpa Yesus.
Ia ditangkap, diadili, dan disalibkan. Pengadilan dan penyaliban Yesus diwarnai oleh berbagai
isu yang berkembang pada waktu itu.

2. Pemberontakan terhadap Pemerintaah Romawi


Biasanya dalam setiap perayaan Paskah Yahudi, tentara Romawi selalu siap siaga untuk
menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan, misal munculnya orang-orang Zelot
yang mencoba mengacau atau memberontak. Pada zaman Yesus, situasi Palestina tidaklah
tentram. Selalu ada usaha-usaha untuk melawan pemerintahan Romawi.
PAK dan Budi Pekerti X |2

Pewartaan Yesus tentang Kerajaan Allah dan pernyataan diriNya sebagai Mesias dapat
menumbuhkan harapan bangsa Yahudi akan datangnya Mesias. Harapan dapat mendorong
orang-orang tertentu untuk memberontak. Dengan demikian, tindakan Yesus dapat
menumbuhkembangkan pemberontakan untuk membebaskan Palestina dari penjajahan Romawi,
seperti yang dilakukan oleh orang-orang Zelot.
Hal itulah yang dijadikan permasalahan oleh pemuka agama Yahudi untuk menghukum
Yesus dan menghadapkanNya pada Pontius Pilatus. Dalam peristiwa penangkapan dan
pengadilan terhadap Yesus, pasukan Romawi diperalat oleh para pemuka agama untuk
menangkap Yesus dengan tuduhan akan memberontak.

3. Munculnya mesias-mesias palsu


Pada masa kehidupan Yesus telah muncul beberapa orang yang diyakini oleh orang-
orang Yahudi sebagai mesias. Mereka dipandang sebagai mesias seperti diramalkan oleh Nabi
Yesaya. Nabi Yesaya bernubuat bahwa Allah akan mengangkat seorang keturunan Daud untuk
naik takhta kerajaan. Orang-orang yang dianggap memenuhi nubuat nabi Yesaya pada masa itu
antara lain Yudas dari Galilea dan Simon dari Bar Kokhba.
Munculnya mesias-mesias itu selalu diwaspadai oleh pemerintah Romawi. Sebab
biasanya setelah seseorang diakui akan dianggap sebagai mesias muncul, akan disusul adanya
pemberontakan. Mesias-mesias palsu itulah yang seringkali menjadi biang kerusuhan.
Injil dengan jelas membedakan antara Yesus dan orang-orang yang dianggap sebagai
mesias. Hal ini sungguh diketahui oleh Pilatus. Oleh karena itu, dalam proses pengadilan yang
dipimpinnya, Pilatus berusaha membebaskan Yesus. Pilatus mengetahui bahwa tindakan Yesus
berkaitan dengan hidup keagamaan. Tindakan Pilatus semakin jelas dengan tawaran untuk
membebaskan Yesus atau Barabas. Namun, orang-orang Yahudi, terutama para pemimpin agama
Yahudi tidak mau mengambil resiko dengan Yesus. Yesus yang pernah membuat mereka malu
dengan tindakanNya mengusir pedagang di bait Allah, harus disingkirkan. Maka mereka lebih
memilih Barabas yang dibebaskan dan meminta supaya Yesus dihukum mati.
Di balik peristiwa penangkapan dan penyaliban Yesus, ternyata terdapat kelompok yang
terlibat dan menginginkan kematian Yesus. Kelompok-kelompok tersebut tentu saja memiliki
kepentingan pribadi yang mungkin memperoleh ancaman dengan kehadiran Yesus. Kelompok
tersebut adalah para petinggi agama Yahudi dan para petinggi pemerintahan.
Petinggi Agama Yahudi Warta dan tindakan Yesus memang baru, membaharui agama Yahudi. Hal
ini jelas tidak disukai oleh para pemuka agama. Para pemuka agama
Yahudi beranggapan bahwa hanya agama yang menjamin kelangsungan
bangsa. Barangsiapa merongrong agama dianggap membahayakan
bangsa. Perubahan agama dianggap dapat menimbulkan murka Allah.
Jika Allah murka, maka habislah riwayat bangsa Yahudi. Yesus berasal
dari Nazareth (sebuah desa kecil di Galilea) dari suku yang agamanya
tidak kokoh. “Tidak ada nabi yang berasal dari Galilea”. Yesus tidak
berijazah, tidak berpendidikan, tidak termasuk kelompok Farisi atau
Saduki. Namun, Yesus dengan kuasaNya dapat menyempurnakan isi
PAK dan Budi Pekerti X |3

Kitab Suci Yahudi. Yesus memiliki latar belakang keluarga sederhana,


teman-temannya adalah rakyat jelata dan sekolompok orang yang tidak
mempunyai wewenang agama sedikit pun.
Apa yang dibuat Yesus, sehingga bermacam-macam tuduhan dilemparkan
kepadaNya oleh para ahli Taurat, kaum Farisi, dan imam-imam kepala
serta tua-tua Yahudi?
• Yesus bergaul dengan sampah masyarakat (orang-orang berdosa dan
pemungut cukai), makan bersama mereka.
• Yesus dianggap melanggar hukum Taurat. Yesus menyatakan
makanan halal (padahal menurut agama Yahudi makanan itu ada yang
halal dan haram), Ia menyentuh orang kusta, Ia tidak berpuasa.
• Yesus dianggap melanggar adat saleh. Yesus berbicara dengan
perempuan kafir, Ia membela wanita pezinah, Ia makan dengan tangan
najis.
• Yesus dianggap melanggar Sabat.
• Yesus dianggap mencampuri urusan para pemuka agama. Imam
Agung bertanggung jawab atas Bait Allah. Tetapi, Yesus mengusir
para pedagang dan penukar uang. Padahal dalam struktur agama
Yahudi, Yesus tidak memiliki hak untuk mengurusi Bait Allah.
Namun, Yesus berani mengusir pedagang untuk mengembalikan
fungsi Bait Allah sebagaimana mestinya, yaitu tempat berdoa, bukan
tempat mencari uang.
• Yesus dianggap mengubah Kitab Suci. Dalam kehidupan perkawinan
Yahudi dimungkinkan adanya perceraian, tetapi oleh Yesus
disempurnakan dengan mengatakan, “Apa yang disatukan oleh Allah
tidak boleh diceraikan oleh manusia.” Banyak hukum lama dalam
Taurat yang disempurnakan oleh Yesus (lih. Mat 5:18-48).
Petinggi pemerintahan Pada masa Yesus, situasi Palestina tidak aman, karena selalu ada usaha
untuk memberontak dan melawan pemerintahan Romawi. Pewartaan
Yesus tentang Kerajaan Allah dan pernyataan diriNya sebagai mesias
dapat menumbuhkan harapan bangsa Israel akan datangnya mesias.
Harapan ini akan mendorong mereka untuk memberontak.
Dengan demikian, tindakan Yesus dianggap dapat menumbuhkan
pemberontakan seperti yang dilakukan oleh orang-orang Zelot. Hal itulah
yang telah dijadikan alasan para pemuka agama Yahudi untuk
menghukum Yesus dan menghadapkanNya pada Pilatus.
Dalam peristiwa penangkapan dan pengadilan terhadap Yesus, pasukan
Romawi diperalat oleh para pemuka agama Yahudi. Mereka menuduh
Yesus dan pengikut-pengikutNya termasuk dalam kelompok orang yang
mau memberontak.
Keributan di Bait Allah ketika Yesus dan murid-muridNya mengusir
PAK dan Budi Pekerti X |4

pedagang dan penukar uang di Bait Allah membuat pemerintah Romawi


mencurigai Yesus. Ketika bangsaNya sendiri menyerahkan Yesus,
pemerintah Romawi berupaya tidak terlalu berkeberatan untuk
menghukum mati Yesus.

Akhirnya, seluruh Mahkamah Agung menolah Yesus. Dengan suara bulat, mereka memutuskan
untuk menjatuhkan hukumam mati terhadap Yesus. Imam Besar, imam-imam kepala, begitu juga kaum
tua-tua Yahudi menolak Yesus dan menghendaki agar Yesus dihukum mati. Kayafas sebagai Imam
Besar berkata, “Adalah lebih berguna jika satu orang mati untuk seluruh bangsa” (Yoh 18:14). Hanya
saja mereka tidak memiliki wewenang itu, sehingga mereka membawa Yesus kepada Pontius Pilatus
untuk menghukum mati Yesus. Akhirnya atas desakan orang-orang Yahudi, Yesus dijatuhi hukuman
mati. Murid-murid dan teman-teman Yesus tidak ada yang membela Yesus, mereka semua
meninggalkan Yesus dan membiarkanNya dihukum mati di salib. Menurut keyakinan orang Yahudi,
orang yang mati disalib adalah orang yang terkutuk, orang yang dibuang oleh Allah sendiri. Hukuman
mati di salib lebih dari sekedar mencabut nyawa. Mati di kayu salib berarti dibuang oleh bangsanya dan
dikutuk oleh Allah, sehingga mayat orang yang terhukum harus segera dikuburkan, karena dianggap
mengotori dan menajiskan tanah yang diberikan oleh Allah.

B. Makna Sengsara dan Wafat Yesus


Puncak pewartaan Yesus tentang Kerajaan Allah adalah pengorbananNya di kayu salib
untuk menyelamatkan manusia. Dalam peristiwa ini pula ditunjukkan bahwa Yesus adalah sungguh
manusia, sekaligus sungguh Allah. Sengsara dan wafat Yesus menjadi pusat refleksi dalam
penulisan Kitab Suci Perjanjian Baru. Bagi orang Kristen, sengsara dan wafat Yesus memiliki
makna yang sungguh mendalam.

1. Wafat Yesus adalah konsekuensi dari pewartaanNya tentang Kerajaan Allah


Kematian Yesus tidak dapat dilepaskan dari seluruh perjalanan karya dan hidupNya.
Yesus sudah mengetahui resiko penderitaan dan kesengsaraan yang harus ditanggungNya.
Bahkan, Yesus sudah memberitahukan kepada para muridNya bagaimana Ia mesti menderita dan
wafat. Tugas perutusan Yesus untuk mewartakan Kerajaan Allah dilaksanakan melalui sabda dan
karya-karyaNya akan membawa diriNya pada penderitaan. Penderitaan Yesus dalam sabda dan
tindakanNya sangatlah radikal. Para penguasa, tua-tua bangsa Yahudi, imam-imam kepala dan
ahli Taurat sangat tersinggung dengan segala sepak terjang Yesus. Yesys menyadari bahwa
kesaksian yang paling kuat dan final tentang kesungguhanNya mewartakan Kerajaan Allah ialah
kesiapanNya untuk mati demi pewartaanNya. Seandainya, Yesus lari dari resiko atas
pewartaanNya, tentu seluruh pewartaanNya tentang Kerajaan Allah tidak dipercaya lagi. Oleh
karena itu, Yesus harus menghadapi resiko pewartaanNya dengan tegar hati. yesus yakin bahwa
sikapNya yang konsekuen dan berani menghadapi maut akan memberanikan semua murid dan
pengikutNya untuk mewartakan dan memberi kesaksian tentang Kerajaan Allah di kemudian
hari.
PAK dan Budi Pekerti X |5

2. Wafat Yesus sebagai tanda ketaatan dan kesetiaanNya kepada Bapa


Yesus menerima semua yang terjadi atas diriNya dengan rela karena memang itulah yang
dikehendaki oleh Allah dengan rencana peneyelamatanNya. Yesus memandang kematianNya
bukan sebaggai nasib, melainkan sebagai korban yang mengukuhkan Perjanjian Baru antara
Allah dan umat manusia. Para muridNya diberi teladan untuk mempertaruhkan nyawa sebagai
wujud kesetiaan terhadap Kerajaan Allah. Tugas mewartakan Kerajaan Allah menuntut kesetiaan
dengan taruhan nyawa. Oleh karena itu, peristiwa salib yang membawa kematian Yesus bukanlah
kegagalan. Peristiwa salib justru merupakan tahap yang menentukan dalam karya penyelamatan
Allah. Wafat Yesus menjadi peristiwa penyelamatan yang membaharui hidup manusia, karena
setelah wafatNya Allah tidak menginggalkan Dia. Yesus dibangkitan dari kematian. Wafat Yesus
memperlihatkan cinta kasih Allah kepada manusia. Yesus menyadari bahwa kematian adalah
bagian dari rencana BapaNya. Dengan ketaatanNya sampai mati, Yesus menyelesaikan tugasNya
sebagai hamba yang menderita, seperti telah dikatakan dalam Yesaya 53:10-12.

3. Wafat Yesus adalah tanda solidaritasNya terhadap manusia


Wafat Yesus “untuk orang-orang Yahudi, suatu batu sandungan; dan untuk orang-orang
bukan Yahudi, suatu kebodohan” (1 Kor 1:23). Tetapi, menurut Paulus, bagi orang-orang yang
percaya akan Allah, peristiwa Yesus disalibkan mempunyai arti baru. “Untuk mereka yang
dipanggil, baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan dan hikmat Allah.
Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya daripada manusia” (1 Kor 1:24-25). Dalam
diri Yesus yang wafat di salib itu Allah berkarya. Dalam peristiwa salib, kita dapat mengenal
penyertaan Allah dalam hidup manusia. Allah yang berbelas kasih tidak pernah meninggalkan.
Sekalipun manusia mengalami kesengsaraan dan penderitaan, Allah tetap beserta kita
(Immanuel). Kesengsaraan dan wafat Yesus menjadi tanda agung kehadiran Allah karena
memberi kesaksian tentang Allah yang sebenarnya, yakni Allah yang maha kasih. Allah dalam
diri Yesus telah menjadi solider dengan manusia. Ia telah menjadi senasib dengan manusia
sampai pada kematian, bahkan kematian yang paling hina. Tidak ada wujud solidaritas yang
lebih hebat daripada kematian Yesus.

4. Wafat Yesus menunjukkan tanda kasih Allah


Kisah sengsara dan wafat Yesus yang dimengerti dalam terang kebangkitan dimengerti
sebagai tanda yang sangat jelas, yaitu kasih Allah. “Begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengarunikan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16). “Tidak ada kasih
yang lebih besar daripada kasih seseorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-
sahabatnya” (Yoh 15:13).

5. Wafat Yesus menyelamatkan manusia


Wafat Yesus merupakan bagian dari misteri penyelamatan Allah. Kitab Suci telah
menubuatkan rencana penyelamatan Ilahi melalui kematian HambaKu yang Benar sebagai
penebusan universal (bdk. Yes 52:13-53:12). Santo Paulus dalam pengakuian iman menyatakan,
PAK dan Budi Pekerti X |6

“Kristus telah mati karena dosa-dosa kita” (1 Kor 15:3). Yesus mati untuk kepentingan kita.
Wafat Yesus telah mempersatukan kita kembali dengan Allah. Rekonsiliasi antara kita dengan
Allah telah terjadi berkat kematian Yesus di salib.

C. Kebangkitan Yesus
Kisah sengsara dan wafat Yesus hanya memiliki arti bagi keselamatan manusia, karena
dilihat dalam terang kebangkitan. Kebangkitan Kristus merupakan inti iman Kristiani. Santo Paulus
menegaskan, “Andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-
sialah juga kepercayaan kamu” (1 Kor 15:14). Dalam Kitab Suci, khususnya Injil, kebangkitan
Yesus diwartakan melalui dua cara, yaitu kisah “kubur kosong” dan melalui “penampakan-
penampakan”.

1. Kubur Kosong
Cerita-cerita tentang kubur kosong tidak dimaksudkan untuk membuktikan kebangkitan
Yesus. Menurut Markus 16:8, makam kosong tidak menimbulkan kepercayaan para wanita yang
menyaksikannya, sebaliknya menimbulkan rasa takut. Memang, makam kosong tidak sama
dengan kebangkitan. Makan kosong pada dasarnya adalah ambivalen (kebimbangan) dan tidak
berkata apa-apa tentang bagaimana dan karena apa makam menjadi kosong. Jenazah memang
lenyap, tetapi karena apa?
Orang dapat memberikan bermacam-macam tafsiran terhadap kosongnya makam. Itulah
sebabnya diperlukan penjelasan. Makam kosong bukanlah bukti kebangkitan Yesus, melainkan
suatu pengandaian. Makam kosong baru mempunyai arti bagi orang yang sudah percaya. Bagi
orang yang sudah percaya kepada Kristus, makam kosong merupakan tanda bahwa ada yang
lebih bermakna daripda sekedar kosongnya makam. Hal yang hendak ditandakan dengan makam
kosong adalah kebangkitan Yesus sebagai misteri penyelamatan. Makam kosong juga berarti,
jangan mencari Dia (Kristus) yang hidup di antara orang mati (Luk 24:5). Makam itu terbuka,
artinya dukacita dan kegelapan maut sudah diganti oleh sukacita dan terang kebangkitan. Bagi
orang yang percaya makam kosong juga berarti bahwa jenazah Yesus tidak dicuri atau diambil
oleh manusia dan bahwa Yesus tidak kembali lagi kepada suatu kehidupan duniawi seperti
Lazarus, tetapi kehidupan yang mulia.

2. Penampakan-penampakan Yesus
Cerita penampakan Yesus menyatakan kegembiraan Paskah. Maria Magdalena
menyangka Yesus yang menyapanya adalah penunggu taman, tetapi setelah disapa, “Maria” ia
langsung mengenalNya (Yoh 20:15-16). Kepada para wanita, Yesus memberi salam secara biasa
dan tenang saja “Salam bagimu” (Mat 28:9). Ia berjalan bersama dua orang murid yang dalam
perjalanan ke Emaus (Luk 24:15). Di Yerusalem, Ia berdiri ditengah-tengah muridNya,
menghembusi mereka, makan bersama dan berkata “Damai sejahtera bagi kamu” (Luk 24:36,
41-43). Di Galilea, Ia menampakan diri di atas bukit dan mengutus para murid (Mat 28:16-29)
dan masih banyak lain.
PAK dan Budi Pekerti X |7

a. Tiga unsur pokok penampakan Yesus


Kalau kita perhatikan lebih seksama, berbagai cerita penampakan Yesus yang bangkit
selalu meliputi 3 unsur pokok yang penting bagi kita, yaitu prakarsa, pengakuan, dan kesaksian.
1) Prakarsa
Inisiatif selalu datang dari Yesus. Ia sendiri yang memprakarsai penampakannya. Yesus
“menampakkan diri” atau “memperlihatkan diri”. Istilah ini digunakan untuk menunjukkan 2
hal: pertama, bahwa sesuatu yang biasanya tidak kelihatan, kini dijadikan kelihatan (setelah
bangkit, Yesus tidak lagi menjadi bagian dari dunia yang kelihatan, maka supaya dapat
dilihat oleh murid-muridNya, Ia harus menjadikan diriNya kelihatan); kedua, penglihatan
para murid yang “melihat Tuhan” setelah kebangkitanNya itu bukanlah penglihatan biasa.
2) Pengakuan
Yesus dikenal dan diakui sebagai Sang Kristus dan Tuhan. Dia yang menampakkan diriNya
itu diakui sebagai tak lain dan tak bukan adalah Yesus dari Nazareth. Dia hidup, melampaui
wafatNya. Pengakuan iman ini dinyatakan dengan ungkatan: “Yesus bangkit dari antara
orang mati pada hari yang ketiga” (Luk 24:36). Pengakuan itu diungkapan dalam sikap
sembah sujud (Luk 24:52).
3) Kesaksian
Para rasul menerima tugas dari Tuhan untuk memaklumkan ketuhanan-Nya. Unsur inilah
yang mendasari fungsi kedua belas rasul untuk menjadi saksi-saksi atas kebangkitan Yesus.

b. Isi penampakan Yesus


Dalam penampakan Yesus ini ada beberapa hal yang melingkupinya atau dapat pula
dikatakan bagaimana isi penampakan itu sebenarnya.
Pertama, dilihat dari segi identitasnya. Dia yang menampakkan diri kepada para murid
itu tidak lain adalah Yesus dari Nazareth yang adalah Tuhan (1 Kor 9:1) dan Anak Allah (Gal
1:16). Dan dalam setiap penampakan, Yesus selalu memberikan pesan kepada para muridNya.
Kedua, bahwa tubuh Yesus yang menampakkan diri tidak bertubuh alamiah, melainkan
bertubuh mulia dan rohaniah. Maka, mengingat tubuh Kristus adalah tubuh mulia, dan
penampakkan itu datangnya dari atas, maka kemungkinan besar penampakan Yesus seperti
penampakan di Damsyik yang berupa fenomena cahaya (bdk. Kis 9:3). Melalui penampakan
dalam cahaya ini, maka penampakan melambangkan penampakan dari surga. Yesus yang bangkit
tidak terikat lagi ruang dan waktu di dunia. Ia sudah beralih ke hidup surgawi.
c. Penampakan Yesus sebagai bukti kebangkitanNya
Penampakan Yesus bersifat rohani. Tidak ada orang yang dapat menyaksikan peristiwa
Yesus bangkit dari kubur, sebab peristiwa ini terjadi di luar kaidah ruang dan waktu, sehingga
tidak termasuk ke dalam sifat dunia. Para saksi kebangkitan telah menyaksikan penampakan
Yesus, dan dari sini mereka menyimpulkan kebangkitan Yesus. Hanya saja, agar penampakan
Yesus dapat dialami sebagai bukti kebangkitan dan agar orang yang mengalami penampakan itu
dapat menjadi saksi kebangkitan, maka dibutuhkan dua syarat. Pertama, bahwa dalam peristiwa
penampakan itu dibutuhkan kepercayaan. Maka mereka yang mendapatkan penampakan adalah
golongan murid, pengikut, atau sekurang-kurangnya simpatisan Yesus. Sesudah kebangkitanNya
PAK dan Budi Pekerti X |8

Yesus tidak menjadi kelihatan bagi sembarang orang. Ia hanya kelihatan bagi orang-orang yang
sebelumnya sudah bersikap percaya kepada Yesus. Kedua, bahwa penampakan itu juga rahmat
dan karunia dari Allah. Sikap terbuka saja belum cukup untuk dapat melihat Yesus. Orang itu
juga harus menjadi orang pilihan Allah. Ia harus sudah ditentukan oleh Allah untuk melihat
Yesus dan menjadi saksi kebangkitanNya (bdk. Kis 10:4).

d. Arti Penampakan Yesus


Salah satu kesaksian yang mencolok dalam cerita penampakan ialah para murid mula-
mula tidak mengenali Yesus. Dibutuhkan proses sebelum mereka mengenali Yesus kembali.
Unsur ini mempunyai dua arti. Pertama, membuktikan bahwa penglihatan mengenai Yesus yang
bangkit tidaklah diciptakan oleh daya khayal para murid, melainkan mendatangi mereka dari
luar. Kedua, menunjukkan betapa Yesus yang bangkit telah diperbaharui. Ia tidak lagi persis
sama seperti sebelum wafat dan bangkit.
Apabila Yesus selama 40 hari masih menampakkan diri, maka hal ini tidak berarti bahwa
Ia selama beberapa hari masih meneruskan hidupNya yang lama. Sebab hidup yang lama sudah
berakhir dan diubah menjadi hidup yang serba baru. Arti penampakan 40 hari adalah sebagai
berikut:
1) Yesus memperkenalkan para murid dan seluruh GerejaNya dengan suatu cara kehadiran yang
baru. Untuk tujuan itu, penampakan selama 40 hari merupakan masa peralihan.
2) Dengan menampakkan diri kepada para murid, Yesus menunjukkan bahwa Ia selalu hadir,
juga kalau mereka tidak melihatNya. Yesus yang telah bangkit merupakan “alam ciptaan
baru” di tengah-tengah kita. PenampakanNya menunjukkan kehadiranNya yang permanen.

e. Bentuk kehadiran Yesus setelah kebangkitanNya


Beberapa contoh bentuk kehadiran Yesus yang permanen itu disajikan oleh cerita-cerita Paskah.
Sejak bangkit dari alam maut, Yesus hadir di tengah-tengah kita dalam bentuk:
1) Melalui sabdaNya
Dalam kisah penampakan Yesus kepada kedua murid dalam perjalanan ke Emaus (Luk
24:13-35), pada waktu berjalan bersama Yesus, mereka belum tersentuh oleh rupa Yesus.
Tetapi, hati mereka menjadi berkobar-kobar ketika Ia mulai berbicara dan menerangkan
Kitab Suci. Dalam Sabda, mereka berjumpa dengan Yesus.
2) Melalui tanda
Yesus membuat para murid mengenalNya melalui tanda “memecah-mecahkan roti.” Tanda
ini oleh Gereja diwujudkan dalam Sakramen Ekaristi. Untuk seterusnya, Yesus akan
memberikan diriNya dalam Perayaan Ekaristi.
3) Melalui Roh KudusNya
Yesus hadir di tengah-tengah para muridNya melalui Roh KudusNya. Sebagai tanda
kehadiran “Roh”, Yesus menghembusi mereka dan memberikan Roh kepada mereka. Untuk
seterusnya, mereka akan menjumpai Yesus melalui RohNya.
PAK dan Budi Pekerti X |9

4) Melalui Jabatan
Petrus diangkat oleh Yesus dengan menerima jabatan kegembalaan dan kuasa apostolik
untuk mengampuni dosa. Tuhan yang telah bangkit tetap hadir di tengah-tengah umatNya
melalui jabatan yang diterima Petrus dan diteruskan hingga sekarang kepada seorang paus.

Tidak setiap orang dapat mengalami kehadiran Yesus, sebab untuk mengenal dan mengakui
kehadiran Yesus diperlukan iman. Para murid Emaus mengenal Yesus ketika mereka mulai
membuka hati bagi sabdaNya. Bukan mata kepala, melainkan mata iman yang menyebabkan
pengenalan yang sebenarnya. Bahkan Thomas yang “tidak percaya” sebetulnya seorang yang
bersedia menyerahkan diri kepada Kristus. Maksud cerita tentang penampakan kepada Thomas
ialah setiap orang yang menyerahkan diri kepada Yesus boleh merasa pasti dan yakin tentang
kehadiranNya, meskipun ia tidak melihat Yesus. Thomas mengakui jauh lebih baik daripada yang
dapat dilihat oleh mata kepalanya. Sedangkan, orang yang tidak bersedia untuk percaya tidak akan
mengenal Yesus, sekalipun mendapat penampakan dariNya. Itulah sebabnya Yesus tidak
menampakkan diri kepada kaum Farisi, Pilatus, Kayafas, atau seluruh rakyat.

D. Makna Kebangkitan Yesus


Paulus dalam suratnya yang pertama kepada Jemaat di Korintus 15:1-23 menyatakan, bahwa
Yesus sungguh telah bangkit. Paulus mau mengemukakan bukti sejarah yang meyakinkan. Paulus
menyebutkan orang-orang yang memberi kesaksian tentang kebangkitan Yesus, karena mereka
telah melihat Yesus sesudah kebangkitanNya. Adapun yang disebut Paulus adalah pertama-tama
Petrus, kemudia 12 murid, lantas 500 saudara sekaligus, lalu Yakobus, kemudian semua rasul, dan
akhirnya Paulus sendiri. Paulus rupanya mau membela kemungkinan adanya tuduhan seolah-olah
apa yang dikatakannya tentang penampakan diri Yesus hanya isapan jempol belaka. Kesempatan
untuk menghubungi sekian banyak saksi yang masih hidup itu melengkapi kepercayaan akan
kebangkitan Yesus dengan sebuah landasan kesaksian yang terjamin.
Kata “kebangkitan” atau “bangkit” adalah suatu kata kiasan yang dipinjam dari keadaan
orang yang tertidur, lalu bangun, bangkit atau dibangunkan. Kata kiasan itu sebelum Yesus sudah
dipakai oleh orang Yahudi sehubungan dengan paham mengenai akhir zaman, yaitu orang mati akan
menjadi hidup, tidak mati lagi. Kemudian umat Kristen memakai kata “kebangkitan” atau “bangkit”
untuk mengungkapkan keyakinan bahwa Yesus benar-benar mati dan dikubur, tetapi para murid
mengalami bahwa Yesus yang tadinya mati kini hadir secara aktif dan berpengaruh di dunia ini.
Kesimpulannya adalah bahwa Yesus yang tadinya mati, kini hidup. Kebangkitan Yesus pada
pokoknya berarti bahwa Yesus yang di dunia ini benar-benar mati, dan dari keadaan mati itu beralih
masuk ke dalam keadaan lain. Ia kini hidup dengan cara yang lain, sekaligus tetap berpengaruh dan
aktif menyelamatkan manusia.
Dalam suratnya, Paulus bermaksud membuktikan makna kebangkitan Yesus bagi iman
Kristiani. Kebangkitan Yesus mengesahkan dan melegitimasi apa yang telah dilakukan dan
diajarkanNya. Semua kebenaran juga yang tidak dapat dimengerti oleh pikiran manusia, mendapat
pembenaran oleh kebangkitan Yesus. Dalam kebangkitan Yesus, terpenuhilah janji-janji Perjanjian
Lama (bdk. Luk 24:26-27) dan janji Yesus sendiri selama hidupNya di dunia (bdk. Mat 28:6).
PAK dan Budi Pekerti X |10

Kebangkitan menegaskan ke-Allah-an Yesus. Kebangkitan Yesus menerangkan bahwa Ia sungguh-


sungguh Putra Allah. Kebangkitan Yesus berhubungan erat dengan penjelmaan Putera Allah
menjadi manusia. Rahasia Paskah mempunyai dua sisi, yakni: dengan kematianNya, Yesus
membebaskan manusia dari dosa; dan dengan kebangkitanNya, Yesus membuka pintu masuk
menuju kehidupan kekal.
Hidup baru ini menempatkan manusia kembali dalam rahmat Allah (bdk. Rm 4:25), supaya
seperti Yesus telah dibangkitkan dari antara orang mati, demikian juga kita akan hidup dalam
kehidupan yang baru (Rm 6:4). Akhirnya, kebangkitan Yesus adalah dasar utama kebangkitan
manusia yang akan datang. Dengan kebangkitanNya, Yesus masuk ke dalam kemuliaan Ilahi.
Kebangkitan Yesus adalah kepenuhan hidupNya. Namun, kebangkitan Yesus diimani dan
diwartakan tidak hanya sebagai kepenuhan hidup Yesus, tetapi terutama sebagai sumber
keselamatan manusia. Oleh karena itu, wafat dan kebangkitan Yesus harus diwartakan.

E. Kenaikan Yesus ke Surga


Kisah kenaikan Yesus ke surga mengungkapkan iman kita akan peninggian Yesus atau
pemuliaan Yesus. “Sesudah Yesus berbicara kepada mereka, terangkatlah Ia ke surga, lalu duduk
di sebelah kanan Allah Bapa” (Mrk 16:9). Tujuan kisah kenaikan Yesus ke surga adalah
menekankan bahwa dengan kenaikanNya ke surga Yesus hidup dalam kemuliaan Illahi, sekaligus
juga berarti bahwa selanjutnya Ia tidak lagi terlihat oleh para murid. Maka kini giliran para murid
untuk meneruskan pewartaan tentang Kerajaan Allah.
Meskipun Yesus telah naik ke surga, para murid bekerja tidak lepas dari Yesus. Yesus
sebagai Tuhan akan tetap menyertai pekerjaan murid-muridNya sampai akhir zaman (bdk. Mat
28:19-20). Tuhan yang mulia tetap hadir dalam GerejaNya, sebab KerajaanNya tak akan berakhir.
Oleh peninggianNya, Yesus memang tidak kelihatan lagi oleh jemaat, tetapi justru pada perjamuan
terakhir Ia sudah bersabda, ”Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku akan
datang kembali kepadamu” (Yoh 14:18). Yesus hadir di dalam jemaat oleh RohNya.
Apa makna kenaikan Yesus ke surga bagi orang-orang yang percaya? Kenaikan Kristus ke
surga menggambarkan langkah yang jelas dari kodrat Yesus yang masuk ke dalam kemuliaan Allah
di surga, dari mana Ia akan datang kembali untuk sementara masih tersembunyi bagi pandangan
manusia. Yesus Kristus -kepala Gereja- mendahului kita masuk ke dalam Kerajaan Kemuliaan
Bapa, supaya sebagai anggota-anggota TubuhNya dapat hidup dalam harapan, sekaligus juga akan
hidup bersama Dia selama-lamanya. Karena Yesus Kristus masuk ke dalam tempat kudus di surga
untuk selamanya, maka Ia tanpa henti-hentinya bertindak sebagai pengantara yang senantiasa
mencurahkan Roh KudusNya ke atas kita. Kristus yang bangkit memberikan tugas kepada kita
untuk menjadi pemberi kehidupan dan sama sekali tidak menghancurkannya, menantang kita untuk
meyakini bahwa bukan kejahatan dan kegelapan melainkan kebaikan dan teranglah yang akan
menang.

Anda mungkin juga menyukai