Anda di halaman 1dari 17

6

BAB II KAJIAN TEORI

A. Sengsara Sengsara adalah kesulitan hidup dan kesusahan hidup, dapat juga diartikan sebagai penderitaan hidup. ( KBBI edisi 3, 2000 : 1037 ). Manusia hidup di dunia tidak terlepas dari berbagai macam keadaan yang tidak menyenangkan. Banyak kejadian yang menyebabkan manusia merasa sedih, menderita dan sengsara. Kesengsaraan merupakan suatu keadaan dimana ketika seseorang merasa tertekan, sedih dan juga menderita. Keinginan yang tidak tercapai ataupun keinginan untuk menguasai dan juga ketidakpuasan terhadap suatu hal akan dapat menyebabkan seseorang menderita secara batin. Namun kesengsaraan yang dialami manusia bukan hanya terjadi di dalam batin, melainkan juga terjadi secara fisik seperti penganiayaan, penyiksaan bahkan pembunuhan sehingga mengakibatkan manusia menderita. Hal itu banyak disebabkan oleh keserakahan dan kekejaman yang ada di dalam diri manusia ketika mereka dikuasai oleh nafsu duniawi. Terkadang manusia memiliki keinginan untuk saling menguasai dan menghancurkan sehingga timbul niat untuk menyengsarakan orang lain. Sejak dari jaman ke jaman, kejadian atau peristiwa yang menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan umat manusia selalu terjadi dan melekat pada kehidupan manusia dan tidak dapat dihapuskan begitu saja. B. Sengsara Yesus Kisah sengsara Yesus merupakan sebuah dramatisasi kehidupan yang mengingatkan kita tentang bagaimana seseorang telah menderita, disiksa dan

dianiaya hingga akhirnya wafat di kayu salib. Penderitaan Yesus merupakan suatu peristiwa yang dapat memberikan gambaran bagaimana ketika seseorang yang tidak melakukan kesalahan apapun menerima hukuman mati dengan terlebih dahulu mengalami penyiksaan yang bertubi-tubi. Namun kesabaran, keteguhan hati serta kerelaan Yesus menjadi kekuatan didalam menerima semua penderitaan yang dialami. Sengsara Yesus merupakan suatu penebusan terhadap dosa-dosa manusia. Makna terdalam dari penebusan adalah rokonsiliasi ( merukunkan kembali ) yaitu pulihnya kembali persatuan antara Tuhan dan manusia. Dasarnya adalah bahwa dengan sengaja tidak mematuhi perintah Tuhan untuk tidak memakan buah terlarang di Taman Firdaus, Adam telah berdosa. Karena dosanya ini secara langsung berkenaan dengan Tuhan, maka kesalahan itu tiada taranya. Dosa itu harus dihukum, karena jika tidak demikian maka keadilan Tuhan telah dilanggar. Suatu dosa yang tiada taranya, menghendaki hukuman yang tiada taranya pula, dan hal ini hanya mungkin dibayar karena Tuhan sendiri telah menjadi wakil manusia dalam menebus kesalahan dan mengalami hukuman terberat yang dikehendaki-Nya, yaitu kematian ( Huston Smith, 1995 : 387 ) Kisah sengsara Yesus merupakan suatu penyusunan kisah yang kiranya dipermudah oleh urutan logis peristiwa-peristiwa. Penangkapan tertentu mendahului pengadilan dan pengadilan mendahului keputusan hukuman dan pelaksanaanya. Hasilnya dalam Injil adalah sebuah kisah sejati dengan alur cerita runtut, yang menyusuri bukan saja aksi dan reaksi dari Yesus, tetapi juga dari para pelaku lain seperti Pilatus, Petrus dan Yudas. Dampak nasib Yesus pada berbagai macam orang digambarkan dengan gamblang. Segi dramatis kisah sedih ini

ditingkatkan dengan tampilnya tokoh-tokoh yang berlawanan. Disamping Yesus yang dihukum kendati tidak bersalah, tampillah seorang pemberontak yang dibebaskan walaupun bersalah atas tuduhan politis sebagaimana dilancarkan terhadap Yesus. Ada juga para pejabat Yunani yang mengolok-olok Yesus sebagai Messias atau Anak Allah, terdapat seorang kepala pasukan Romawi yang mengakui Yesus sebagai Anak Allah. ( Raymond E. Brown, 1992 : 11 ). 1. Mengenal Yesus Kristus Mulanya adalah suatu pengakuan terhadaap Yesus. Yesus adalah nama yang lazim dipakai dalam lingkungan orang Yahudi. Bentuk Ibrani kata Yesus adalah Yeschua. Karena banyak orang yang bernama Yesus, maka untuk membedakan Yesus dari Yesus yang lain, dipakailah sebutan Yesus dari Nazaret. Yesus inilah yang kemudian oleh orang Kristen diakui sebagai Messias, yang diharapkan menjadi raja terakhir dari Allah. Kristus adalah bentuk lain dari kata Yunani Christos yang merupakan terjemahan kata Ibrani Messias, yang artinya Yang diurapi. Lazimnya raja-raja Israel diurapi pada saat mereka diakui menjadi raja. Menurut kepercayaan Yahudi, Messias menjadi raja terakhir yang secara khusus akan menegakkan kerajan Allah di bumi. Kemudian oleh persekutuan Kristen, gelar ini diberikan kepada Yesus dari Nazaret. Jadi, mulanya Yesus Kristus adalah pengakuan. Setelah agama Kristen meluas keluar Palestina, Yesus Kristus menjadi satu nama, terutama karena oerang-orang luar Palestina tidak mengerti arti Kristus. ( Ensiklopedi Nasional Indonesia jilid 17, 1997 : 380 ). Yesus dari Nazaret dilahirkan oleh seorang wanita bernama Maria, di Betlehem pada masa pemerintahan Raja Herodes Agung (37 SM- 4 SM ). Sebagai

pemuda, Yesus berziarah ke Bait Suci di Yerusalem, belajar Kitab Suci dalam Sinagoge dan bekerja sebagai tukang kayu seperti ayah-Nya, Yusuf. Waktu berumur 30 tahun, Yesus minta dibaptis oleh Yohanes yang masih saudara-Nya, di sungai Yordan ( sekitar tahun 27 ). Inilah awal tampil-Nya di muka umum. Turunnya Roh Allah dalam bentuk burung merpati, suara dari surga, dan nubuat Yohanes menandai-Nya sebagai yang diurapi atau Utusan yang harus menjalankan kehendak Illahi untuk menyelamatkan umat yang berdosa. Setan tidak berhasil menggoyahkan tugas pengutusan ini dengan godaan yang dilakukannya pada saat Yesus sedang berpuasa di Gurun Yudea selama 40 hari. ( Ensiklopedi Nasional Indonesia jilid 17, 1997 : 381 ). 2. Pemberitaan Yesus Tampilnya Yesus di muka umum ditandai dengan pemberitaan oleh Dia sendiri mengenai datangnya Kerajaan Allah. Yang disebut Kerajaan Allah dalam lingkungan Yahudi pada masa itu ialah kekuasaan Allah yang menaklukkan segala kejahatan di muka bumi dan yang memulai jaman baru, yakni jaman kemurahan Allah yang penuh kesejahteraan dan damai bagi manusia. Yesus memberitakan berlakunya masa pemerintahan Allah di tengah kehidupan masa itu pada saat kuasa-kuasa kejahatan hadir. Yesus menyerukan datangnya Kerajaan Allah sebagai kabar gembira bagi orang-orang yang sederhana dan lurus hati. Segala harapan Perjanjian Lama terpenuhi, yakni harapan akan Kerajaan Mesianis yang memulihkan kemerdekaan dan kehormatan bangsa Israel pada jaman Yesus. Karena itu Yesus berbicara dengan hati-hati supaya amanat-Nya tidak dimengerti salah, yaitu secara politis religius. Yesus mengamalkan perutusan-Nya terutama di

10

desa dan kota di sekitar Danau Genesaret dan di Yerusalem menjelang perayaan Paskah. Kerajaan Allah yang ditawarkan Yesus membawa keadilan dan perlindungan bagi mereka yang tidak berdaya, lemah dan kurang mampu. Pewartaan ini menjawab kerinduan manusia akan kedamaian sejati, termasuk keadaan bebas dari segala penindasan, terciptanya keadilan dan kehidupan sejati. Kerajaan ini bukan usaha manusia melainkan anugerah Illahi semata-mata; Allah yang mengambil inisiatif. Hal ini sudah tampak dalam karya dan diri Yesus yang mengerjakan mukjizat atau tanda-tanda yang menampakkan belas kasih dan kekuasaan-Nya yang sanggup mengalahkan yang jahat. Yesus berkhotbah di lereng bukit dan tepi danau. Pewartaan kebaikan Illahi terhadap orang yang merindukan-Nya dan pendekatan Yesus sebagai penyelamat dipandang rendah oleh tokoh-tokoh agama. Yesus mulai diasingkan justru oleh mereka yang memisahkan diri dari orang-orang berdosa supaya dapat mengindahkan segala hukum dan peraturan agama. Karena bertindak seperti yang difirmankan dan ditugaskan oleh Allah, Yesus ditolak justru oleh mereka yang menganggap dirinya abdi Allah yang paling taat. Waktu melihat Yerusalem pada masa akhir pewartaan-Nya, Yesus menangis. Penduduk kota suci ini tidak juga mengerti jalan perdamaian yang Ia tawarkan dan amalkan. Sebagian orang Yahudi memilih jalan pemberontakan, sebagian bekerjasama dengan penduduk Romawi dan sebagian lagi

mengundurkan diri dalam kesepian gurun. Tak ada tempat bagi jalan yang ditunjuk Yesus. Cara rohani, yakni mengubah yang jahat dari dalam intinya tidak dihargai. Tindakan Yesus membersihkan Bait Suci dari pedagang-pedagang yang

11

menjual keperluan ibadat, yang mengingkan kurban-kurban rohani dirasakan sebagai tindakan yang mengancam seluruh sistem agama dan sosial bangsa; orang ini membahayakan bangsa. ( Ensiklopedi Nasional Indonesia jilid 17, 1997 : 338 ). Pada waktu Yesus masuk Yerusalem dan dielu-elukan rakyat, para penguasa Yahudi kaget dan jatuhlah keputusan, Yesus harus mati secepatnya. Menggunakan bantuan Yudas, seorang murid Yesus yang kecewa akan cita-cita Yesus, para penguasa dapat menangkap Yesus yang rela menyerahkan nyawa-Nya karena demikianlah yang dikendaki Bapa-Nya. ( Ensiklopedi Nasional Indonesia jilid 17, 1997 : 383 ).

3. Kisah Sengsara Yesus Kisah sengsara Yesus ini akan diungkapkan berdasarkan apa yang tertulis dalam Injil Lukas. Pada malam itu, Yesus sedang bersama dengan para murid di Taman Getsmani untuk berdoa. Kemudian datanglah seorang dari keduabelas murid Yesus yang bernama Yudas Iskariot. Yudas mendekati Yesus dan mencium-Nya yang menandakan bahwa Yesus-lah yang diinginkan oleh Imamimam kepala, Kepala-kepala pengawal Bait Allah serta tua-tua. Mereka ingin menangkap Yesus. Orang-orang yang ingin menagkap Yesus, mengolok-olok Dia serta memukuli-Nya. Mereka menutup muka dan masih banyak lagi hujat yang diucapkan kepada-Nya. Sesudah hari siang, berkumpullah para tua-tua bangsa itu dan imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu mereka menghadapkan Yesus pada Mahkamah Agama. Mereka menuduh Yesus menyebarkan ajaran sesat dan

12

menghujat Allah dengan mengaku sebagai Anak Allah. Kemudian seluruh sidang membawa Yesus ke hadapan Pilatus. Orang-orang yang berkumpul dan menyaksikan semakin mengolok-olok dan mengajukan tuduhan palsu. Mereka meminta kepada Pilatus untuk meminta hukuman mati kepada Yesus dengan cara disalibkan. Akan tetapi Pilatus tidak menemukan kesalahan apapun dalam diri Yesus. Maka, orang-orang semakin berteriak agar Yesus segera disalibkan. Tetapi Pilatus memutuskan hanya akan memberikan hukuman cambuk dan melepaskanNya. Namun mereka terus mendesak agar membebaskan para penjahat yang ada di dalam penjara karena perampokan dan pembunuhan. Akhirnya Pilatus memutuskan untuk membebaskan para penjahat itu dan menyerahkan Yesus kepada mereka untuk diperlakukan dengan semau-maunya. Mereka membuat sebuah mahkota duri dan mengenakannya pada kepala Yesus. Ketika mereka membawa Yesus, mereka menahan seorang yang bernama Simon dari Kirene yang baru datang dari luar kota, lalu mereka meletakkan salib itu di atas bahunya supaya dipikulnya sambil mengikuti Yesus. Sejumlah besar orang-Nya; diantaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia. Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Golgota, mereka menyalibkan Yesus. Para serdadu yang menangkap Yesus membuang undi untuk membagi pakaian-Nya. Mereka juga mengejek, mengolok-olok dan menawarkan anggur asam kepada-Nya. Mereka menusuk lambung Yesus dengan tombak. Yesus sudah sangat lelah. Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas dan kegelapan meliputi seluruh bumi sampai jam tiga, sebab matahari tidak bersinar. Tirai Bait Suci terkoyak menjadi dua. Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring, Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawa-Ku. Sesudah berkata

13

demikian Ia menghembuskan nafas terakhir-Nya. Ketika kepala pasukan Romawi melihat apa yang terjadi, ia sungguh memuliakan Allah dan mengatakan Yesus tidak bersalah. ( Injil Lukas 22-23 ). Wafat Yesus bukan sesuatu yang kebetulan terjadi atau yang merupakan suatu kekeliruan. Wafat itu berlangsung dengan diri pribadi Yesus serta misteri perutusan-Nya ( Tom Jacobs, 2000 : 235 ).

C. Seni Grafis 1. Pengertian Seni Seni merupakan hal-hal yang diciptakan dan diwujudkan oleh manusia yang dapat memberi rasa kesenangan dan kepuasan dengan pencapaian rasa yang indah. ( A.A.M. Djelantik, 1999 : 14 ). Seni berasal dari kata Latin ars yang artinya keahlian mengekspresikan ide-ide dan pemikiran estetika, termasuk mewujudkan kemampuan serta imajinasi penciptaan benda, suasana atau karya yang mampu menimbulkan rasa yang indah. ( Ensiklopedi Nasional Indonesia jilid 14, 1997 : 525 ). 2. Seni Grafis Seni grafis merupakan salah satu cabang dari seni rupa yang memiliki perbedaan dalam proses pembuatan karya, namun di dalam karya juga memiliki komponen yang sama dengan cabang seni rupa lainnya, yaitu : Subject matter Subject matter dalam seni adalah sesuatu (persoalan ) yang akan diungkap pada suatu karya dan oleh karena itu sering kali juga disebut pokok soal atau tema. ( P. Mulyadi, 1996 : 15 ).

14

Bentuk Bentuk dalam suatu karya seni adalah aspek visualnya, atau yang terlihat itu, yaitu karya seni itu sendiri. Bentuk dikenal pula sebagai totalitas karya yang merupakan organisasi unsur-unsur rupa seperti garis, shape, gelap terang, warna sehingga terwujud apa yang disebut karya. Ini berarti bahwa bentuk adalah sesuatu yang dapat ditangkap oleh panca indera. ( P. Mulyadi, 1996 : 16 ). Isi Isi dalam suatu karya seni adalah kualitas atau arti dalam karya seni. Disebut juga final statement, mood / pengalaman penghayatan, arti yang essential daripada bentuk dan sejenis emosi, aktifitas intelektual atau asosiasi terhadap karya seni.

a. Pengertian Seni Grafis Secara sederhana seni grafis dapat didefinisikan sebagai ungkapan seni rupa dua dimensi yang memanfaatkan atau lahir dari proses cetak. ( Setiawan Sabana, 2000 : 115 ). Seni grafis adalah salah satu cabang seni rupa yang erat kaitannya dengan persoalan cetak mencetak ; suatu usaha untuk memperbanyak karya ( P. Mulyadi, 1996 : 8 ). Grafis berasal dari bahasa Yunani Graphein yang berarti menulis atau menggambar. Seni grafis merupakan penggubahan gambar bebas karya perupa menjadi cetakan, yang melalui proses manual dan

15

menggunakan material tertentu, dengan tujuan membuat perbanyakan karya dalam jumlah tertentu. ( Mikke Susanto, 2002 : 47 ). Seni grafis secara sederhana merupakan bentuk ungkapan seni rupa dua dimensi yang memanfaatkan metode pencetakan seni cetak. Karena terjadi pengulangan, karya grafis memungkinkan berjumlah lebih dari satu. Proses cetak dalam seni grafis cenderung terbatas pada proses manual atau semi mekanis, yaitu suatu proses langsung yang melibatkan ketrampilan tangan sang seniman. ( Ensiklopedi Nasional jilid 6, 1997 : 221-222 ). Seni grafis adalah salah satu kegiatan seni rupa yang diwujudkan dalam bentuk dwimatra dan dilaksanakan dengan menggunakan bermacam medium, proses dan teknik cetak. Karya seni grafis merupakan karya yang dihasilkan melalui proses cetak yang

berlandaskan pada empat macam prinsip cetak, yaitu : cetak tinggi, cetak datar, cetak dalam dan cetak saring. Tanpa kehilangan nilai seninya, seni grafis dikerjakan melalui proses cetak yang dapat dibuat berulang-ulang sampai batas yang ditentukan. Maka terciptalah karya yang berlipat ganda. Penciptaan karya yang seperti ini merupakan keistimewaan pada penciptaan karya seni grafis. ( http : // www.fsrd.itb.ac.id /senigrafis.html ). b. Teknik-teknik Seni Grafis Seni cetak grafis memiliki keunikan dalam proses kreasinya sebagai seni gandaan. Cabang ilmu seni murni ini tidak hanya sekedar menciptakan karya melalui metode cetak jamak ( lebih dari satu )

16

melainkan juga menyebar nilai orisinal karya ke dalam tiap lembar perbanyakannya / multi original. ( Devy Ferdianto, 2003 : 8 ). Dalam penggandaan karya, ada beberapa teknik yang digunakan, yaitu : 1. Cetak tinggi (relief print) Merupakan teknik mencetak dimana bagian paling tinggi dari acuan cetak (umumnya dari kayu) menerima tinta. Bagian yang tidak merupakan gambar dicukil dengan pisau khusus sehingga tidak turut tercetak (Devy Ferdianto, 2003 : 9). Jenis cetak tinggi adalah : a. wood cut atau cukil kayu b. lino cut ( menggunakan acuan cetak linoceum) c. hardboard cut (menggunakan acuan hardboard) 2. Cetak dalam (intaglio) Intaglio adalah jenis pembuatan cetakan dengan cara kimiawi atau goresan pada bidang logam, dimana garis atau bidang cetaknya ada pada permukaan yang lebih rendah. Jenis cetak dalam adalah : a. Etsa (melalui proses kimiawi) b. Aquatint (melalui proses kimiawi) c. Engraving ( melalui goresan atau cukilan) d. Dry point (melalui goresan atau cukilan) e. Mezzotint (melalui goresan atau cukilan) ( P.Mulyadi, 1996 : 9 ).

17

3. Cetak datar (planography) Merupakan salah satu teknik cetak dengan media acuan batu (litho) sehingga teknik ini sering disebut Lithography. Prinsip dasarnya adalah air dan minyak dalam satu bidang datar tidak dapat bercampur. Bagian pada acuan pelat yang ingin tercetak digambar dengan bahan yang mengandung dan menolak air, sedangkan bagian yang tidak tercetak akan menyerap air dan menolak minyak. (Mikke Susanto, 2002 : 89 ). Jenis cetak datar adalah : a. Lithography, menggunakan bahan batu limestone. b. Polyester, menggunakan bahan polyester. c. Allugraphy, menggunakan bahan aluminium. 4. Cetak saring (serigraphy / silkscreen) Merupakan teknik cetak dengan media acuan kain screen, berupa jaring yang sangat halus dan fleksibel. Prinsip dasarnya adalah menutup lubang-lubang pada screen (sesuai dengan gambar yang diinginkan) dengan berbagai cara, sehingga ketika screen dilalui tinta, tinta hanya merembes pada bagian yang terbuka saja pada kertas atau kain yang dipakai sebgai dasar. (Mikke Susanto, 2002 : 103 ). Serigraphy atau screen printing lebih umum dikenal sebagai sablon. Merupakan teknik yang ditemukan paling akhir dalam sejarah perkembangan grafis ini kemudian lebih banyak

dipergunakan dalam dunia industri.

18

3. Perkembangan Seni Grafis di Indonesia Seni grafis mulai dikerjakan oleh para seniman Indonesia setelah masa kemerdekaan. Merasa lelah dengan bentuk-bentuk seni yang dirasakan hanya menggambarkan obyek-obyek indah dan bukan penderitaan rakyat, kalangan seniman ingin melukiskan masyarakat sebagaimana yang mereka lihat. Bentuk seni grafis merupakan salah satu media yang digunakan. Masa Awal Baharuddin M.S (1911-1988), seorang pelukis dan seniman cetak dari Jakarta, bekerjasama dengan seniman yang tinggal di Bandung, Mochtar Apin (1923-1994), menerbitkan koleksi lukisan mesin cetak untuk merayakan Ulang Tahun Republik Indonesia yang pertama pada tahun 1946. Pemerintah hanya mencetak 36 eksemplar. Buku-buku yang berisi 19 karya seni itu dikirim ke negara-negara yang telah mengakui kemerdekaan Indonesia. Peristiwa itu menandakan kelahiran seni grafis modern Indonesia. Sejak itu seni grafis secara bertahap masuk ke dalam dunia seni visual dan mendapat pengakuan. Berlainan dengan perintisnya, yakni Baharuddin dan Mochtar Apin, seniman-seniman seperti Surono dan Abdul Salam dari Yogyakarta menghasilkan cetak kayu pada tahun 50-an. Meskipun pada awal tahun 1946 telah digunakan beberapa teknik, namun seni grafis bukanlah sebuah sarana untuk berekspresi secara bebas pada saat itu. Keadaan politik dan ekonomi yang genting mengerahkan penggunaan seni grafis terutama untuk penggandaan poster politik atau bahan propaganda. Kebangkitan Kembali

19

Kebangkitan kembali seni grafis muncul bersamaan dengan pendirian lembaga-lembaga seperti ITB di Bandung, ASRI di Yogyakarta dan IKJ di Jakarta. Seni grafis selanjutnya berkembang sebagai kurikulum lembaga-lembaga pendidikan tersebut. Sejak tahun 1960-an para seniman seperti Mochtar Apin, Suadi bersaudara : Kaboel dan Haryadi, A.D. Pirous dan T. Sutantodari Bandung serta Suromo, Abdul Salam, Widayat, Sunardi dan Eka Suprihadi dari Yogyakarta makin menunjukkan minat pada grafis, walaupun banyak diantaranya yang masih terus melukis. Mereka menghasilkan karya seni grafis yang bukan hanya rapi secara teknis namun juga kaya akan ungkapan keindahan. Walaupun

kemajuannya lambat, namun karya-karya seperti itu bermunculan dan berdampingan dengan berbagai karya lukis dan patung dalam pameranpameran seni murni Indonesia. Lima seniman yang berkedudukan di Bandung yakni Mochtar Apin, Suadi bersaudara, Pirous dan T. Sutanto, pertama kali memamerkan karya-karya mereka secara berkelompok pada Pameran Grafis Bandung tahun 1971. Sebelumnya seni grafis telah

dipamerkan sebagai pelengkap pameran lukisan. Pameran keliling yang diadakan di beberapa kota menyajikan 45 karya yang menggunakan teknik-teknik seperti etsa, cukil kayu, cukil lino, cetak saring dan lithography. Tanggapan positif dari masyarakat umum pada seni grafis mendorong para seniman muda yang awalnya meragukan nilai media ini kembali mempergunakannya. Perkembangan Popularitas Seni Grafis

20

Berbagai seniman dari bermacam bidang seperti A.D. Pirous, Sunaryo, G. Sidharta, T. Sutanto, Priyanto dan Diddo Kusdinar bergabung dengan studio Decenta Bandung dan secara bersama bertanggungjawab memperkenalkan seni grafis. Disamping mengerjakan karya-karya pesanan yang menampilkan unsur-unsur keindahan, mereka juga mempopulerkan dan mencari potensi optimum seni grafis, terutama dalam cetak saring. Penguasaan teknik yang terakhir ini terjadi karena sarana teknisnya didapat secara mudah. Mengkhususkan diri dalam teknik yang terakhir menjadi menguntungkan karena fasilitas teknisnya mulai diperoleh. Penggunaan warna-warna cerah menarik minat pecinta dan kolektor seni. Para seniman merasa bahwa melalui perkembangan dan publisitas cetak saring, seni grafis lain yang berhubungan nantinya akan memperoleh penghargaan lebih besar. Selanjutnya hal ini akan membantu menjembatani jarak yang ada antara seni modern dan masyarakat. Untuk mencapai tujuan ini, para seniman tersebut mengerjakan beragam kegiatan, seperti menyediakan sarana studio, melakukan percobaan dengan teknik saring, memamerkan karya-karya mereka di Galeri Decenta dan mengadakan pameran di kota-kota penting. Disamping itu mereka memasarkan karya-karya itu ke kantor-kantor dan hotel-hotel. Pada akhirnya usaha mereka berbuah karena apresiasi seni grafis meningkat secara berarti. Generasi Grafis Pada tahun 70-an para mahasiswa semakin tertarik mempelajari seni grafis di Perguruan Tinggi Seni dan para seniman dari bidang lain sangat

21

juga melakukan percobaan dengan menggunakan bentuk ini. Pada tahun 1978, generasi grafis dibentuk di Bandung. Anggota-anggotanya adalah lulusan ITB yang terdaftar antara tahun 1965 dan 1971 dan telah lulus dari studi seni grafis di jurusan Seni Murni. Diddo Kusdinar, Djojo Gozali dan Setiawan Sabana merupakan inti dari kelompok itu yang bersama dengan kawan-kawan mereka bertekad mempopulerkan seni grafis melalui pameran. Akhir tahun 70-an muncul beberapa seniman muda seperti Eka Suprihadi, Edi Sunaryo dan Andang Suprihadi di Yogyakarta serta Sukamto dan Wagiono di Jakarta. Perkembangan dan penghargaan seni grafis di Indonesia didukung oleh sejumlah pameran internasional dan bengkel kerja yang diadakan oleh perwakilan dunia seperti, Goethe Institute, The Japan Foundation, Erasmus Huis dan Pusat Kebudayaan Prancis. Sejumlah seniman grafis yang baru berkembang seperti Tisna Sanjaya, Nuning Damayanti, Isa Perkasa, Chairin Hayati dan Hidayat dari Bandung, Agung Kurniawan dari Yogyakarta serta Marida Nasution dan Firman dari Jakarta telah mendapat tempat. Seni Grafis dan Pasar Sejak kelahiran seni grafis di Indonesia, para seniman terutama menerapkan teknik-teknik yang menggunakan sarana yang dengan mudah dapat diperoleh. Usaha-usaha untuk membuat teknik-teknik lain seperti etsa dan litography tersedia di luar kampus tidak begitu berhasil. Empat studio seni grafis di Bandung yakni Decenta, A.D.Pirous, Art Gallery,

22

Setiawan Sabana Graphic and Paper Laboratory and Red Point Studio dilengkapi dengan peralatan etsa. Mereka mengandalkan pasar setempat untuk kertas dan tinta cetak, termasuk kertas hasil kerajinan tangan yang pembuatannya dirintis oleh Setiawan Sabana. Setelah bertahun-tahun beruji coba, seni grafis kini memiliki sosok yang kuat dan memperoleh ketenaran di kancah nasional dan internasional dan banyak seniman telah mendapat pengakuan. ( Setiawan Sabana, 2000 : 90-91 ). Perkembangan Seni Grafis Seni grafis di Indonesia memiliki berbagai macam teknik dalam proses pembuatannya seperti cetak saring, cetak datar, cetak dalam dan cetak tinggi. Namun di dalam perkembangannya seni grafis memiliki suatu proses mencetak yang disebut dengan xerography atau cetak kering. Xerography merupakan suatu proses memperbanyak bahan cetakan dari film atau kertas yang penggandaannya dengan menggunakan mesin fotocopy. (Mikke Susanto, 2000 : 117 ).

Anda mungkin juga menyukai