Anda di halaman 1dari 2

*2 Januari 2019. Rabu. Peringatan Wajib St. Basilius Agung dan Gregorius dr Nazianze. 1Yoh.

2:22-28;
Mzm. 98:1,2-3ab,3cd-4; Yoh. 1:19-28*

1. *Siapakah engkau?.* Para pemuka agama Yahudi mengutus beberapa imam dan orang Lewi pada
Yohanes. Mereka bertanya tentang siapakah Yohanes. Mereka ingin memastikan apakah Yohanes benar-
benar Mesias yang mereka harapkan atau bukan. Dengan cara yang sama, beberapa waktu kemudian,
mereka melakukan hal yang sama pada Yesus (bdk. Mrk 3:22).

Ada persamaan kesan tentang Yesus di antara orang banyak dan pertanyaan pemuka Yahudi pada
Yohanes. Yesus bertanya pada para muridNya, “Kata orang, siapakah Aku ini?” Mereka menjawab, “Elia,
Yohanes Pembaptis, Yeremia, atau salah satu dari para nabi” (bdk. Mrk 8:27-28). Pemuka agama Yahudi
juga bertanya pada Yohanes dengan pertanyaan serupa : “Apakah engkau Mesias, atau Elia, atau salah
seorang dari para nabi?” (Yoh 1:21). Yohanes menjawab pertanyaan mereka dengan mengutip nubuat
Nabi Yesaya, “Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti
yang telah dikatakan nabi Yesaya” (ay. 23; bdk. Yes 40:3-4). Ketiga injil lain bersaksi bahwa Yohanes
bukan Mesias, tetapi ia datang untuk mempersiapkan kedatang Sang Mesias (bdk. Mrk 1:3; Mat 3:3; Luk
3:4). Yohanes ternyata mengambil peran Elia yang diharapkan mempersiapkan kedatangan Sang Mesias
(bdk. Mal 4:5, Ul 18:15). Yohanes tidak pernah membohongi dengan menyalah gunakan identitas
dirinya. Dengan jujur dan rendah hati ia menjawab bahwa ia hanyalah suara yang mengajak orang untuk
mempersiapkan jalan bagi kedatangan Sang Mesias (Yoh 1:23), _”Akulah suara orang yang berseru-seru
di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya”_, _“Ego vox
clamantis in deserto: “Dirigite viam Domini”, sicut dixit Isaias propheta”_.

*Mengapakah engkau membaptis?* Yohanes membaptis sebagai tanda pertobatan. Ia mengajak semua
orang untuk mengubah haluah hidup. Semua seharusnya mengubah arah dari membelakangi menjadi
menuju pada Allah. Dengan cara inilah ia mempersiapkan umat bagi Sang Mesias yang akan datang.
Maka, ia juga tidak kenal takut mengingatkan ketika menyaksikan penguasa Galilea berbuat dosa,
Herodes Antipas. Ia mengecam raja itu, karena membunuh Filipus, saudara kandungnya, demi
memperistri Herodias; ia memeras dan menindas penduduk Galilea demi melanggengkan kekuasaannya
dan menyenangkan hati Tiberius, kaisar Romawi; dan memenjarakan Yohanes sendiri (bdk. Luk 3:19-20).

Yohanes dibunuh oleh Herodes kira-kira tahun 30. Namun, hingga akhir abad pertama, ketika Injil
Keempat ditulis, Yohanes tetap dipandang sebagai pemimpin oleh orang Yahudi. Setelah kematiannya,
ajaran Yohanes masih mempengaruhi hidup iman umat. Ia dipandang sebagai seorang nabi (Mrk 11:32).
Ia adalah nabi besar yang muncul setelah beberapa abad tidak ada nabi di antara umat. Banyak orang
mengira dia adalah Mesias. Dan pada tahun 50, ketika Paulus mengunjungi Efesus, di Asia Kecil, Turki
sekarang, ia menjumpai sekelompok orang yang dibaptis oleh Yohanes (bdk. Kis 19:1-4). Karena alasan
inilah, Jemaat dan penulis Injil Keempat menekankankan dan mewartakan bahwa Yohanes bukanlah
Mesias. Ia mengantar umat untuk percaya pada Yesus, Sang Mesias sejati. Maka, Yohanes mengambil
peran sebagai pribadi yang membantu memancarkan pemahaman iman yang lebih mendalam akan
Yesus Kristus.

*Membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak.* Orang Farisi bertanya, “Mengapakah engkau
membaptis, jikalau engkau bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi yang akan datang?” (Yoh 1:25).
Jawaban Yohanes menegaskan bahwa dia bukanlah Mesias. Dan ia dengan rendah hati menunjukkan
bahwa Sang Mesias telah hadir di antara mereka. “Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-tengah
kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali
kasut-Nyapun aku tidak layak." (Yoh 1:26-27). Pada kisah selanjutnya, Yohanes merujuk pada nubuat
tentang pencurahan Roh Kudus pada saat dimulainya jaman Mesias : “Jikalau engkau melihat Roh itu
turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus”
(Yoh 1:33; bdk. Yes 11:1-9; Yeh 36:25-27; Yl 2:28-29).
Tugas perutusan tiap pewarta adalah : menunjukkan jalan untuk berjumpa dengan Yesus, Sang Mesias.

2. *Katekese* : _Yohanes menunjuk pada Yesus_, Santo Gregorius Agung (540-604).

“Yohanes tidak membaptis dengan Roh Kudus, tetapi dengan air, karena ia tidak mampu menghapus
dosa mereka yang dibaptisnya. Ia mempermandikan tubuh mereka dengan air, bukan hati mereka
dengan pengampunan. Mengapa orang yang pembaptisannya tidak mengampuni dosa melakukan
pembaptisan? Ia, yang kelahirannya dinubuatkan sebagai kelahiran paling terpuji, dengan
pembaptisannya mempersiapkan kedatangan Tuhan yang akan melakukan pembaptisan sejati. Ia yang
mendahului Kristus dengan pewartaan tentang pertobatan, melalui pembaptisan juga menjadi
bentaraNya, karena menggunan lambang sakramen yang akan ditetapkan Tuhan. Melalui banyak
tanda, ia menyingkapan misteri Sang Penebus, dengan mewartakan bahwa Ia ada ditengah-tengah umat
dan belum dikenal. Tuhan nampak dalam tubuh manusia: Ia datang sebaga Allah yang menjelma
menjadi daging; kita dapat melihat tubuhnya, walaupun kemuliaan ilahinya tidak terlihat mata”
(diringkas dari FORTY GOSPEL HOMILIES 4).

3. Pada kita ada tantangan :

a. Siapakah Engkau, Tuhan?


b. Apa yang perlu aku lakukan untuk menghantarkan orang menjumpai Tuhan?
c. Tuhan, penuhilah aku dengan Roh Kudus dan jadikanlah aku pewarta sabda kebenaran dan rahmat.
Dan, kobarkanlah hatiku agar aku tidak takut menjadi saksi-Mu, seperti Yohanes Pembaptis. Amin.

_“Ego vox clamantis in deserto: “Dirigite viam Domini”, sicut dixit Isaias propheta”_ - Ioannem 1: 23

4. Salve. ac eko wahyono. canisii seminarium. 1982-1986. 081233052768. ac.eko.wahyono@gmail.com

dapat juga diakses pada web yang dikelola Paroki Mater Dei, Lampersari, Keuskupan Agung Semarang :
https://materdeilampersari.org/

Anda mungkin juga menyukai