Anda di halaman 1dari 2

4 Januari 2019. Jumat. Elisabeth Anna Bayley Seton, Angela dari Foligno. 1Yoh. 3:7-10; Mzm.

98:1,7-8,9;
Yoh. 1:35-42

1. *Lihatlah Anak domba Allah!.* Yohanes mengenal Yesus sebagai “Anak domba Allah” (Yoh 1:36). Ia
tidak pernah menyesatkan siapa pun, karena ia berbuat benar dan benar berasal dari Allah (bdk. 1 Yoh
3:7-10). Ketika ia menyatakan Yesus sebgai Anak domba Allah, Yohanes menyingkapkan bahwa Yesus
adalah Dia yang diutus untuk menebus manusia dari dosa dan maut. Darah Anak domba Paskah (Kel 12)
membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir dan dari bencana kematian. Melalui
pengorbananNya di kayu salib, Yesus menjadi Anak domba Paskah kita, yang membebaskan kita dari
dosa dan maut (1 Kor 5:7). DarahNya yang ditumpahkan di kayu salib membersihkan, menyembuhkan
dan membebaskan kita dari perbudakan dosa, dan dari maut, yang menjadi upah dosa (Rm 6:23) serta
“membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka” (Mat 10:28).

Yohanes pasti sangat paham dengan dengan ibadat korban domba di Bait Allah untuk menyucikan umat
dari dosa (Kel 29). Sang ayah, Zakharia pasti sering mengajaknya pergi membantunya melaksanakan
upacara korban bakaran di Bait Allah (bdk. Luk 1:8-10). Dalam Yesus, Yohanes melihat korban yang
sejati dan satu-satunya yang mampu membebaskan manusia dari dosa, kematian dan cengkeraman
kuasa neraka. Yohanes mampu mengenal Yesus sebagai Anak Allah dan Sang Juruselamat (Yoh 1:29)
karena Roh Kudus menyingkapkan misteri itu padanya. Inilah karunia iman. Allah menganugerahkan Roh
Kudus secara cuma-cuma, agar manusia mampu memahami – dengan mata batin dan mata iman yang
telah diterangiNya – misteri dan rencanaNya untuk mempersatukan segala sesuatu dalam diri
PuteraNya, Tuhan kita Yesus Kristus (Ef 1:10).

*Apakah yang kamu cari?* Yohanes menunjukkan kerendahan hatinya ketika secara terus terang
bahwa ia bukan Mesias. Ia hanya mempersiapsiapkan jalan bagiNya (Yoh 1:19-23). Ia justru menunjuk
dan mengantar para muridnya untuk berjumpa dan mengikuti Sang Musias, Kristus, Yang Diurapi (Yoh 1:
36). Dan kedua muridnya mengikuti apa yang disarankannya, mengikuti Yesus (Yoh 1: 37).

Merasa diikuti orang, Yesus menoleh dan mengambil inisiatif dialog, “Apakah yang kamu cari?” (Yoh
1:38). Mereka menjawab dengan balik bertanya, “Guru, dimanakah Engkau tinggal?” (Yoh 1:38). Kata
‘tinggal/diam’, dari kata Yunani, μένω, _meno_, dalam Injil Yohanes, memiliki beragam makna. Misalnya:
Yesus tidak hanya tinggal/diam di Galilea, Yudea, atau Yerusalem, tetapi Ia juga tinggal/diam di dalam
Bapa (Yoh 14:10-11), Ia juga tinggal/diam di rumah Bapa serta mempersiapkan tempat bagi para
muridNya untuk tinggal/diam bersamanya. Tinggal/diam juga bisa bermakna bersatu (Yoh 6:56):
_“Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia”_,
_Qui manducat meam carnem et bibit meum sanguinem, in me manet, et ego in illo_.

_“Marilah dan kamu akan melihatnya”_, _Venite et videbitis_ (Yoh 1: 39) menjadi ajakan untuk datang
dan berkumpul bersama dengan Yesus. Inilah tahap pertama perkembagan iman/pengenal akan Yesus.
Perjumpaan ini selalu bermakna untuk saling mengenal pribadi masing-masing, terlebih pribadi Dia yang
mengajak untuk tinggal bersamaNya.

*Kami telah menemukan Mesias.* Ketika Andreas berjumpa dengan Yesus dan menemukan bahwa Ia
adalah Mesias (Yoh 1: 41), segera ia memberitahu dan mengajak Simon, kakaknya, berjumpa
denganNya. Ia mengajak Simon untuk “datang dan melihat”-Nya sendiri. Maka, Andreas adalah
RasulNya yang pertama dan Gereja menghormatinya dengan gelar _Protokletos_, yang dipanggil
pertama.

Ketika Yesus melihat Simon datang, Ia menyambutnya seperti yang dilakukanNya pada Andreas. Saat itu
juga Ia menyingkapkan bahwa Ia telah mengenal siapa Simon, asal usulnya, sebelum ia bertatap muka
denganNya, “Engkau Simon, anak Yohanes” (Yoh 1: 42). Kemudian Ia memberi nama baru bagi Simon,
“Kefas”, ungkapan dalam bahasa Aram, dalam Yunani ‘Petros’ dan Latin ‘Petrus’, karang.
Pada masa Israel kuno, sebutan _“Karang”_ berarti pujian atau penghormatan tertinggi bagi seseorang.
Merujuk pada Abraham, tradisi para rabbi Israel mengatakan ketika Allah berjumpa dengan Abram, Ia
bersabda, _“Aku telah menemukan karang, yang di atasnya akan Kubangun dunia”_. Melalui Abraham Ia
membangun umat bagi diriNya. Melalui iman Petrus mengenal Sang Mesias, Kristus, Yang Diurapi,
Putera Allah yang tunggal. Perjanjian Baru menggambarkan Gereja sebagai rumah rohani yang dibangun
di atas batu yang hidup, yakni persekutuan iman para anggotanya (bdk. 1 Ptr 2:5).

2. Pada kita ada tantangan :

a. Mengapa aku tidak mencari Yesus Kristus?


b. Apa yang harus kulakukan untuk semakin mengenal dan mengasihi Yesus Kristus?
c. Tuhan, penuhilah aku dengan kuasa Roh Kudus agar pengenalanku dan kasihku pada Yesus, Putera-
Mu makin tumbuh. Amin.

_“Dicit eis_: _“Quid quaeritis?”_ - Ioannem 1: 38

4. Salve. ac eko wahyono. canisii seminarium. 1982-1986. 081233052768. ac.eko.wahyono@gmail.com

dapat juga diakses pada web yang dikelola Paroki Mater Dei, Lampersari, Keuskupan Agung Semarang :
https://materdeilampersari.org/

Anda mungkin juga menyukai