P
ersatuan merupakan jantungnya Gereja dan salah satu organ
vital yang harus terpelihara dengan baik agar tetap sehat dan
sungguh-sungguh diperjuangkan. Hidup dalam persatuan dan
memandang sesama sebagai saudara adalah indah dan menyenangkan
sebagaimana pemazmur berkata: “Sungguh, alangkah baiknya dan
indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!”
(Maz 133:1). Hal ini jugalah yang menjadi kerinduan Yesus sehingga
di dalam doa-Nya, Yesus ingin orang-orang yang percaya kepada-Nya
hidup dalam persatuan. “Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka
dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-
Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti kita” (Yoh 17:11).
Persatuan ini hanya mungkin terjadi kalau kita yang
sungguh percaya kepada Yesus membiarkan Allah Tritunggal masuk
dan diam di dalam hati kita semua yang percaya. Persatuan ini
dilandaskan pada kuasa ilahi yaitu Roh Kudus. Roh Kudus inilah yang
membangun semangat hidup persatuan itu. Atau Roh Kudus inilah
yang akan menyingkirkan segala yang memecah-belah semangat
hidup persatuan umat Kristus.
Sadar akan kelemahan manusia, maka kita yang percaya
kepada Yesus harus selalu berdoa kepada Allah Bapa agar
diperkenankan kita hidup dalam persatuan. Oleh karena itu, Gereja
setiap tahun mengajak umat seluruh dunia untuk berdoa bagi
persatuan umat Kristiani yang selalu dimulai setiap tanggal 18
Januari samapai 25 Januari. Selama sepekan penuh, kita memohon
rahmat Tuhan agar diberi hati untuk mampu mendengarkan suara
Tuhan yang memanggil kita untuk hidup bersaudara.
Salam-editor
1
Selasa, 1 Januari 2019
Hari Raya St. Maria Bunda Allah (Putih)
2
Maria Bunda Allah
P
ermulaan Tahun Baru ini, Gereja Katolik merayakan Hari
Raya St. Maria Bunda Allah. Gereja mengajak kita mensyukuri
peranan Bunda Maria sebagai Bunda Allah. Maria dipilih menjadi
Bunda Penebus. Diawali dari Jawaban Maria kepada Malaikat,
“Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu”,
membuat Maria sempurna dan menyediakan diri dipakai oleh
Allah dalam karya keselamatan untuk semua bangsa.
Kita perlu mengatakan hal yang sama seperti Bunda Maria:
“aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu”.
Untuk apa? Agar kita sanggup mengarungi atau menempuh
perjalanan waktu ini dengan penuh optimis dan tanggungjawab.
Waktu akan tetap berjalan ke depan dan kita tidak tahu persis
apa yang akan terjadi di depan sana. Hanya satu yang kita ketahui
persis bahwa kita akan berjalan bersama dengan sang waktu.
Namun, kepada kita diberi suatu kuasa untuk mengisinya yakni
memaknai perjalanan waktu itu sendiri dengan segala kebaikan.
Juga, hendaknya kita berjalan dengan kepastian dan optimisme.
Tak perlu ada keraguan dan kecemasan menyusuri waktu ini.
Bunda Maria adalah teladan dan sahabat kita dalam hal semangat.
Ia begitu yakin bahwa Tuhan menyertai perjalanan hidupnya.
Mari kita berjalan bersama Bunda kita, Maria dan Putranya agar
segenap perjalanan waktu kita dipenuhi dengan makna yang baik
dan berkat-Nya. Selamat Tahun Baru.
3
Rabu, 2 Januari 2019
PW Santo Basilius Agung dan Gregorius dari Nazianze,
Uskup (Putih)
4
kemudian dari padaku. Membuka tali kasut-Nyapun aku tidak
layak.” Hal itu terjadi di Betania yang di seberang sungai Yordan,
di mana Yohanes membaptis.
Demikianlah Injil Tuhan.
Penjaga Iman
B
asilius lahir pada tahun 329 di Kaesarea. Ia berasal dari
keluarga Kristen yang saleh. Juga, Gregorius berasal dari
keluarga yang saleh di Nazianze. Keduanya belajar di Athena.
Keduanya terpilih menjadi Uskup. Basilius diangkat menjadi
Uskup di Kaesarea dan dikenal sebagai Uskup yang berwatak
tegas dan bersemangat. Kepandaian, kesucian dan kerendahan
hatinya menjadikan dia seorang tokoh panutan bagi umatnya.
Selain giat membela kebenaran ajaran iman Kristiani terhadap
serangan kaum Arian, Basilius juga memperhatikan kepentingan
umatnya, terutama mereka yang miskin dan melarat.
Demikian pula Gregorius, ia diangkat menjadi Uskup
Agung Konstantinopel. Di Konstantinopel ia menyaksikan
keadaan hidup iman umat yang menyedihkan karena terpengaruh
ajaran sesat Arianisme. Tempat ibadat pun tidak ada. Gregorius
memulai karyanya dengan membangun sebuah gereja darurat.
Gereja ini disebutnya “anastasis” yang berarti “kebangkitan”. Ia
banyak menulis dan mengajar di kota-kota yang menjadi pusat
kebudayaan dan ilmu pengetahuan, untuk membela ajaran
iman yang benar dari Arianisme (yang menyatakan bahwa
Yesus Kristus adalah Anak Allah yang diperanakkan oleh Allah
Bapa pada waktu tertentu, berbeda dari Bapa, dan karena itu
lebih rendah dari Bapa). Basilius dan Gregorius adalah pembela
iman dari bidaah. Di zaman kita, masih ada ajaran sesat seperti
Atheisme (yang mengajarkan tidak percaya pada adanya Tuhan).
Dengan memeringati kedua Santo ini, kita diingatkan agar berani
menolak setiap ajaran yang menyesatkan iman. Kita hendaknya
berani membela ajaran iman kita yang benar. Kalau bukan kita
yang menjaga, siapa lagi? 5
Kamis, 3 Januari 2019
Hari Biasa Masa Natal (Putih)
6
Hiduplah sebagai anak-anak Allah
M
elalui pembaptisan, kita menjadi anak-anak Allah; melalui
pembaptisan pula kita mendapat tanggung jawab untuk
mewartakan kabar gembira Kristus kepada semua orang. Dalam
Injil hari ini, Yohanes Pembaptis menunjukkan salah satu sikap
yang harus dimiliki oleh anak-anak Allah yaitu mewartakan Kristus
kepada semua orang dan memberikan kesaksian tentang karya-
karyaNya yang luhur agar semua orang mengenal dan beriman
kepadaNya. Sebagai anak-anak Allah kita diarahkan untuk selalu
hidup bersama dengan Allah dan melakukan segala sesuatu yang
dikehendaki Allah serta berusaha mengenal kehadiran Allah
dalam kehidupan sehari-hari agar hidup kita senantiasa berada di
dalam dan bersama Allah.
Sebagai anak-anak Allah yang senantiasa berada di
dalam dan bersama Allah, kita berusaha untuk menghindari
dosa dan kejahatan, selalu bertobat dan berusaha hidup pantas
di hadapan Allah dan sesama. Dengan kata lain, kita dipanggil
untuk hidup suci agar layak mewartakan Kristus kepada semua
orang, sebagaimana yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis.
Kristus harus menjadi yang utama dan pribadi yang senantiasa
kita “usung” kemana-mana dalam perjalanan hidup kita. Dengan
semangat Natal, kita berusaha memperbaiki diri, melakukan
kebaikan dan mewartakan Kristus dan karyaNya kepada semua
orang. Marilah kita berusaha hidup pantas di hadapan Allah dan
sesama sebagiai anak-anak Allah agar kelak kita dapat melihat
Kristus yang kita imani itu, dalam keadaanNya yang sebenarnya.
DOA: Ya Yesus, bantulah aku agar selalu hidup baik dimanapun
berada. Amin.
7
Jumat, 4 Januari 2019
Hari Biasa Masa Natal
8
Anak Tuhan dan Anak Iblis
S
abda Tuhan hari ini masih berbicara tentang anak-anak
Allah tetapi dalam perspektif yang berbeda. Hari ini kita
merenungkan keberadaan anak-anak Allah yang dibedakan
dengan anak-anak iblis. Menurut bacaan pertama, ternyata ada
tanda-tanda yang menjadi pembeda antara anak-anak Allah dan
anak-anak iblis: Setiap orang yang tidak melakukan kebenaran dan
tidak mengasihi saudaranya adalah anak-anak iblis. Sebaliknya
setiap orang yang melakukan kebenaran dan mengasihi
sesamanya adalah anak-anak Allah. Barangsiapa berbuat dosa, ia
berasal dari iblis dan barangsiapa tidak berbuat dosa, ia berasal
dari Allah. Indikasi lain tertera juga dalam Injil yaitu barangsiapa
rindu tinggal bersama Yesus dan mewartakan Yesus kepada
sesamanya, mereka adalah anak-anak Allah. Dan barangsiapa
tidak rindu tinggal bersama Yesus dan tidak mewartakan Yesus
kepada sesamanya, mereka adalah anak-anak iblis.
Setelah kita mengetahui tanda-tanda atau indikasi-
indikasi di atas, marilah kita merenungkan diri kita masing-
masing. Apakah kita kawanan anak-anak Allah atau sebaliknya
kawanan anak-anak iblis? Kalau kita lebih banyak melakukan
dosa dan kejahatan serta kurang mencintai sesama, berarti kita
masih termasuk kumpulan anak-anak iblis. Demi kita, Yesus telah
rela mati agar oleh pengorbananNya yang luar biasa, kita diangkat
dari kawanan anak-anak iblis untuk masuk ke dalam kumpulan
anak-anak Allah. Maukah kita? Kita harus mau, kalau kita ingin
diselamatkan oleh Yesus.
9
Sabtu, 5 Januari 2019
Hari Biasa Masa Natal (Putih)
10
Ketulusan Hati Menanggapi Panggilan Tuhan
S
etiap pribadi atau bersama dipanggil Tuhan untuk mengambil
bagian dalam tugas dan pelayanan. Panggilan itu adalah
inisiatip dari Tuhan dan jawaban manusia atas tawaran-Nya.
Yesus memanggil murid-murid-Nya dengan keunikan masing-
masing. Ketika Yesus bertemu dengan Filipus dan memanggilnya:
“Ikutlah Aku”. Filipus bertemu dengan Natanael dan bersaksi:
“Kami telah menemukan Dia yang disebut oleh Musa dalam Kitab
Taurat dan oleh para nabi yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.”
Natanael bingung dan bertanya dalam keraguan: “Mungkinkah
sesuatu yang baik datang dari Nazareth? Filipus mengatakan,
“Mari dan lihatlah.” Natanael pun datang kepada Yesus. Yesus
berkata kepadanya: “Lihatlah, inilah seorang Israel sejati, tidak
ada kepalsuan di dalamnya.” Pengalaman perjumpaan dengan
Yesus membuat Natanael percaya dan tinggal bersamaNya.
Penginjil Yohanes melukiskan tentang pribadi Natanael
yang dipanggil dan diundang Yesus untuk masuk dalam
persekutuan para rasul. Yesus melihat satu hal yakni ketulusan
dan kejujuran. Natanael mengungkapkan apa adanya yang dia
alami. Bagi Yesus, sikap dasar ini kalau dimurnikan akan menjadi
modal yang sangat kuat untuk menjadi penerus karya pewartaan
kasih. Maka Yesus membuka tujuan akhir yakni kasih karunia
Allah untuk mengalami kemuliaan-Nya. Sebagai pengikut Kristus,
kita diajak Tuhan untuk menjadi bagian dalam persekutuan-Nya.
Siapapun kita, datanglah kepada-Nya. Potensi sekecil apapun
dalam diri kita masing-masing, kita wujudkan demi kemuliaan
Tuhan dan kegembiraan sesama dan kebahagiaan kita masing-
masing.
11
Minggu, 6 Januari 2019
Hari Raya Penampakan Tuhan (Putih)
12
3. Kiranya Raja-raja dari Tarsis dan pulau-pulau membawa
persembahan-persembahan; kiranya raja-raja dari Syeba
dan Seba menyampaikan upeti! Kiranya semua raja sujud
menyembah kepada-Nya, dan segala bangsa menjadi hamba-
Nya!
4. Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta
tolong, ia akan membebaskan orang tertindas dan orang yang
tidak punya penolong; ia akan saying kepada orang lemah dan
orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang papa.
13
Mereka berkata kepadanya: “Di Betlehem di tanah Yudea, karena
demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau Betlehem,
tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara
mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan
bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku
Israel.” Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang
majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana
bintang itu nampak. Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem,
katanya: “Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai
Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah
kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia.” Setelah
mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah,
bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka
hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada.
Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka.
Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu
bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun
membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan
persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur. Dan
karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali
kepada Herodes, maka pulanglah mereka ke negerinya melalui
jalan lain.
Demikianlah Injil Tuhan.
S
eorang teman imam curhat tentang keheranannya ketika
ia merayakan Misa pernikahan. Misa itu dirayakan dengan
dekorasi yang sangat mewah dan meriah. Apa yang membuat
heran adalah ketika ia menerima stipendium misa yang jumlahnya
sangat sedikit. Ia bukan mengeluh tetapi membandingkan
dengan stipendium yang ia terima saat misa di keluarga petani di
kampung. Ternyata petani di kampung memberi jauh lebih banyak
14
daripada keluarga yang berpesta secara mewah dan meriah itu.
Lalu kami curhat tentang kemurahan hati umat dan sering kami
menemukan bahwa umat katolik seringkali kurang murah hati
dalam memberi baik kepada Tuhan maupun kepada Gereja.
15
Senin, 7 Januari 2019
Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan (Putih)
16
seberang Yordan.
Demikianlah Injil Tuhan.
H
erodes, sang raja, telah menangkap dan memenjarakan
Yohanes Pembaptis karena merasa sangat terganggu
dengan warta pertobatan Yohanes. Situasi itu membuat Yesus
menyingkir. Nampaknya awal kegagalan dari karya Yesus. Ia
pergi meninggalkan tempat asalnya Nasareth, kerabat dekat
yang dikenal, kebiasaan dan pekerjaan. Ini suatu pengalaman
“tercabut” dari akar kebiasaan dan budaya, keluar ke tempat
lain dan berbeda. Tetapi pengalaman Yesus jika dilihat dalam
terang iman memperlihatkan bagaimana cara Allah bertindak.
Ia menggunakan cara dan jalan yang dianggap manusia sebagai
cara yang lemah dan bodoh bahkan dianggap gagal. Ditengah
wilayah yang dianggap gelap, dan orang-orang yang dinamai kafir,
ada terang cahaya bersinar di dalam hati orang karena kehadiran
Yesus.
Kita pasti pernah mengalami betapa pahitnya
pengalaman tersingkir, terbuang, tercabut, gagal bahkan kalah
yang memalukan diri sendiri dan keluarga bahkan dalam relasi
dengan masyarakat. Reaksi marah, keluhan, umpatan dan protes
kepada Allah sering terungkap. Namun pengalaman Yesus yang
menyingkirkan diri memberikan perspektif iman yang teguh
bagi setiap pengikut Nya. Tuhan tetap setia memancarkan Terang
Kasih dan kebijaksanaanNya kepada kita lewat Yesus. Ketika kita
mengalami aneka krisis dalam hidup pribadi, keluarga, sesama
dan Tuhan, kita hendaknya jangan menyingkirkan diri dari Yesus.
Belajarlah dari orang-orang yang dianggap orang pinggiran dan
dari daerah dan wilayah kegelapan yang berbondong-bondong
datang kepada Yesus. Ia mengajari kita untuk terbuka hati lewat
pertobatan dan pengalaman kegembiraan karena semuanya
disembuhkan.
17
18
Lima Roti dan Dua Ikan
S
ebagai bentuk solidaritas atas bencana gempa bumi dan
tsunami di Palu dan Donggala pada akhir September 2018,
Kongregasi SVD dan SSpS di Indonesia dan Timor Leste, membuat
aksi tanggap darurat. Semua komunitas, paroki dan lembaga yang
dilayani oleh imam/bruder SVD dan suster SSpS dihimbau untuk
mendukung dengan doa, tenaga dan dana. Gerakan solidaritas
ini berhasil menyalurkan bantuan berupa beras, tikar dan terpal
yang diminta oleh masyarakat 5 desa di Donggala. Bantuan ini
terkumpul berkat kemurahan hati banyak orang. Bahkan bantuan
pun datang dari paroki-paroki pedalaman dimana sebetulnya
terbatas secara finansial. Gerakan solidaritas ini menjadi besar
karena banyak orang rela memberi dari kekurangan mereka.
Semangat berbagi semacam ini juga muncul dalam Injil
hari ini. Yesus meminta para rasul untuk memberi makan 5.000
orang yang mengikuti Dia. Namun permintaan Yesus itu tidak bisa
mereka penuhi. Yesus mengambil alih situasi dengan bertanya:
“Berapa banyak roti yang ada padamu?” Mereka menjawab:
“Lima roti dan dua ikan.” Yesus mengambil 5 roti dan 2 ikan itu,
mengucap berkat, dan menyuruh para murid membagikannya.
Mereka semua makan sampai kenyang dan masih mendapatkan
12 bakul penuh sisa potongan roti. Tanpa campur tangan Yesus,
5 roti dan 2 ikan tidak ada artinya di hadapan banyak orang yang
perlu diberi makan. Kisah Injil ini memberi pesan bahwa Yesus
melengkapi apa yang kita persembahkan dengan cinta. Meskipun
persembahan kita penuh kekurangan, Tuhan mampu melengkapi
dan menyempurnakannya.
19
Rabu, 9 Januari 2019
Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan (Putih)
20
Jangan Takut!
R
asa takut (fear) tidak sepenuhnya jelek karena dia berfungsi
sebagai alarm dalam situasi terancam. Kita merasa takut
ketika berhadapan dengan bahaya. Rasa takut membuat kita
menjadi lebih siaga. Kesiagaan ini penting karena dalam situasi
terancam, kita harus membuat keputusan untuk menghadapi
(fight) atau menghindarinya (flight). Namun demikian, ada
kalanya ancaman itu melampaui kekuatan kita untuk melawan
atau melarikan diri. Akibatnya, kita merasa tidak berdaya. Dalam
situasi demikian, apa yang harus kita lakukan sebagai orang
beriman?
Injil hari ini mengisahkan situasi tak berdaya yang dialami
oleh para murid Yesus ketika ditimpa angin sakal di tengah danau,
pada tengah malam, dan Yesus sedang tidak bersama mereka. Di
tengah situasi tak berdaya itu, Yesus mendatangi mereka pada jam
3 malam dengan berjalan di atas air. Melihat Yesus, para murid
ketakutan karena menyangka didatangi hantu. Yesus menguatkan
mereka supaya tenang dan tidak takut. Setelah Dia naik perahu,
angin menjadi reda. Injil ini adalah sebuah teologi tentang
penyertaan Yesus. Gereja, yang adalah komunitas para murid
Yesus, bagaikan perahu yang sedang berlayar. Dalam perjalanan,
ada berbagai bahaya menghadang. Tantangan tersebut tidak
boleh membuat Gereja merasa tak berdaya karena ketakutan.
Yesus tidak akan membiarkan para murid-Nya berjuang sendirian.
Bersama Yesus dalam satu perahu, segala rintangan akan dapat
dilalui dengan aman.
21
Kamis, 10 Januari 2019
Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan (Putih)
22
mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya.
Demikianlah Injil Tuhan.
S
anto Sirilius dari Alexandria pernah berkata, “Semua hal
yang baik di dalam diri kita mengalir lewat Roh Kudus”. Roh
Kuduslah yang menyadarkan kita untuk memahami kasih Bapa
dan Putera dan kasih kepada sesama manusia. Karena kasihNya
maka kita juga saling mengasihi sebagai sesama manusia. Kita
berada di dalam Dia dan Dia berada di dalam kita. Pada hari ini
ia menegaskan bahwa Kita harus mengasihi Allah karena Allah
terlebih dahulu mengasihi kita. Konsekuensi dari mengasihi
Allah adalah kita juga harus mengasihi sesama manusia karena
dengan mengasihi sesama kita mengasihi Allah sendiri yang tidak
kelihatan. Perintah yang ditawarkan Yohanes bagi komunitasnya
adalah: “Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi
saudaranya” (1Yoh 4:21)
Relasi kasih antara Allah dengan kita sebagai manusia
dan kita dengan Allah menjadi nyata dalam relasi kasih antara
kita dengan sesama manusia yang lain. Allah yang tidak kelihatan
mengasihi kita, kita juga mengasihiNya, maka cinta kasih harus
menjadi nyata dalam kasih kepada sesama yang kelihatan. Kalau
kita tidak mampu melakukannya maka Yohanes mengatakan
“pembohong”. Cinta kasih yang Tuhan berikan kepada kita, kita
lanjutkan kepada sesama. Sabda Tuhan hari ini membantu kita
untuk memahami betapa luhurnya kasih Allah bagi kita. Allah
yang pertama mengasihi kita maka kita pun menjawab kasih Allah
dengan mengasihiNya dan mengasihi sesama. Cinta kasih menjadi
sempurna karena Roh Kudus menaungi kita. Mengasihilah
seakan-akan hari ini adalah hari terakhir dan jika hari esok tiba,
kembalilah mengasihi!
24
Tuhan Yesus Sembuhkanlah Kami!
I
njil hari ini menceritakan kisah seorang kusta yang datang
memohon kesembuhan dari Yesus. Bagi orang-orang zaman
itu, orang kusta menjadi demikian sebagai akibat dari dosanya
dan dosa orang tuanya. Orang-orang seperti itu biasanya najis
maka pakaian mereka juga compang-camping dan kalau berjalan
di jalan umum, mereka harus berteriak bahwa mereka najis
karena penyakit kusta yang mereka miliki. Semua orang menjauh
dari orang kusta. Orang kusta dalam Injil hari ini berbeda. Ia
tanpa merasa malu datang kepada Yesus dan meminta untuk
disembuhkan. Ia tersungkur di depan Yesus, menunjukkan
kerendahan hatinya dan memohon, “Tuan, jika Tuan mau, Tuan
dapat mentahirkan aku”. Yesus menunjukkan belas kasihNya
kepada si kusta, mengulurkan tanganNya dan menyembuhkannya:
“Aku mau, jadilah engkau tahir!” Yesus melarang orang kusta itu
untuk tidak menceritakan kepada siapa pun.
Orang kusta percaya bahwa Yesus akan menyembuhkannya.
Ia dengan rendah hati memohon, berpasrah kepada Yesus untuk
disembuhkan. Sikap ini patut kita ikuti. Kita butuh Tuhan untuk
menyembuhkan dengan doa permohonan dan syukur. Banyak kali
kita tidak rendah hati di hadapan Tuhan sehingga tidak berani
memohon kepada Tuhan. Mungkin juga kita tidak berani memohon
karena kita mengandalkan diri dan sombong di hadapan Tuhan
pencipta. Sabda Tuhan hari ini menguatkan kita untuk semakin
percaya bahwa Yesus adalah segalanya bagi kita. Dialah yang
mengulurkan tanganNya ketika kita membutuhkan kasihNya yang
menyembuhkan. Dialah yang mengajar kita untuk mengasihi siapa
saja tanpa memandang siapakah orang itu.
25
Sabtu, 12 Januari 2019
Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan (Putih)
26
Menjadi Penyalur Rahmat Tuhan untuk Sesama
P
ada suatu ketika, dalam pelayanan Kalimantan, saya
dipanggil untuk memberi perminyakan kepada seorang Ibu
yang sedang sakit berat, katanya penyakit Lever akut. Ketika saya
memegang tangannya, ia memandang saya dan berkata “Pastor,
tolonglah saya. Saya percaya, Yesus akan menggunakan pastor
untuk menyembuhkan saya “. Dalam hati saya ada “Keyakinan”
bahwa ibu ini akan sembuh karena minyak suci yang saya oleskan
pada dirinya disertai “belaskasihan” akan penderitaannya. saya
pun segera mendoakannya dan memberikan perminyakan
kepadanya. Seminggu setelah saya kembali dari hulu sungai dan
singgah di rumahnya, ternyata dia sudah sembuh dan sedang
menumbuk padi bersama anaknya yang masih kecil. Saya kagum,
ternyata imannya telah menyelamatkan dia.
Rasa belas kasih ternyata mempunyai kekuatan yang dapat
mengubah seseorang. Belas kasihan adalah ungkapan cinta dengan
“Rasa Sakit” yang ditopang dengan daya Iman.
Selama “melayani” Yesus senatiasa mempunyai “rasa belas kasih,”
sehingga Ia selalu mengulurkan tangan untuk menolong orang
sakit dan menderita seperti yang dialami mertua Petrus. Karya
belas kasih Yesus yang diterima oleh mertua Petrus, menyadarkan
saya bahwaYesus adalah Allah penyelamat. Apabila rasa belas kasih
itu disalurkan oleh seorang pengikut kristus, maka saya dan anda,
kita adalah “saluran” rahmat Tuhan untuk menyembuhkan. Kita
sesungguhnya adalan penyalur rahmat Tuhan. Hanya, apakah kita
menyadarinya? Egois atau enak menjadi penghalang yang serius
bagi kita untuk menjadi penyalur rahmat Tuhan untuk sesame.
Semoga kita lebih sadar akan karunia Tuhan dalam diri kita, dan
dengan tulus dan rendah hati menjadi penyalur rahmat Tuhan.
27
Minggu, 13 Januari 2019
Pesta Pembaptisan Tuhan (Putih)
28
Bacaan Kedua: Kisah Para Rasul 10:34-38
Sekali peristiwa Allah menyuruh Petrus menemui perwira Romawi
dan seisi rumahnya. Setibannya di rumah sang perwira, Petrus
berkata: “Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak
membedakan orang. Setiap orang dari bangsa manapun yang takut
akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-
Nya. Itulah firman yang Ia suruh sampaikan kepada orang-orang
Israel, yaitu firman yang memberitakan damai sejahtera oleh
Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dari semua orang. Kamu tahu
tentang segala sesuatu yang terjadi di seluruh tanah Yudea, mulai
dari Galilea, sesudah baptisan yang diberitakan oleh Yohanes,
yaitu tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia
dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling
sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang
dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia.
Demikianlah Sabda Tuhan.
29
Pembaptisan Itu Kudus!
G
ereja Katolik merayakan Pesta Pembaptisan Tuhan Yesus
Kristus. Ia dibaptis oleh Yohanes Pembaptis di Sungai
Jordan. Sabda Tuhan hari ini membantu kita untuk memahami
kasih Allah yang tiada batas bagi manusia. Nabi Yesaya berusaha
menghibur orang-orang Israel di Babel karena kemuliaan Tuhan
akan dinyatakan dan semua orang akan melihatnya. Allah akan
menjadi laksana gembala baik yang selalu ada bersama semua
dombaNya. Santo Paulus dalam suratnya kepada Titus mengatakan
bahwa kita diselamatkan berkat permandian kelahiran kembali
dan berkat pembaruan yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Itu adalah
kasih karunia Allah yang mendidik orang untuk hidup bijaksana
dan adil. Dalam Injil, Yohanes tampil di Sungai Yordan untuk
menyiapkan jalan bagi Tuhan. Ia mengatakan, “Aku membaptis
kamu dengan air tetapi Ia yang lebih berkuasa akan datang.
Sabda Tuhan ini membantu kita untuk mengimani
Yesus sebagai Imanuel. Suara dari langit “Engkaulah Anak yang
Kukasihi, kepadaMulah Aku berkenan” mempertegas kehadiran
Yesus sebagai Imanuel dan Mesias. Roh Kudus dalam rupa burung
merpati menunjukkan bahwa Yesus diurapi dan menjadi Pewarta
kasih bagi kaum miskin dan papa. Kita pun sudah dibaptis. Kita
dibaptis dengan baptisan Yesus dalam Roh Kudus dan api supaya
menjadi saudara dan saudari dalam Kristus. Pembaptisan itu
telah menguduskan kita.
30
Senin, 14 Januari 2019
Hari Biasa Pekan I (Hijau)
31
Bacaan Injil: Markus 1:14-20
Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea
memberitakan Injil Allah, kata-Nya: “Waktunya telah genap;
Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah
kepada Injil!” Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau
Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka
sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan.
Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku dan kamu
akan Kujadikan penjala manusia.” Lalu merekapun segera
meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus
meneruskan perjalanan-Nya sedikit lagi, dilihat-Nya Yakobus,
anak Zebedeus, dan Yohanes, saudaranya, sedang membereskan
jala di dalam perahu. Yesus segera memanggil mereka dan mereka
meninggalkan ayahnya, Zebedeus, di dalam perahu bersama
orang-orang upahannya lalu mengikuti Dia.
Demikianlah Injil Tuhan.
Y
esus menjadi fokus perhatian kita. Ia datang ke dunia untuk
menyelamatkan umat manusia. Dalam Injil, Yesus berjalan
di daerah Galilea untuk memberitakan: “Waktunya telah genap.
Kerajaan Allah sudah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah
kepada Injil!” PemberitaanNya didengar banyak orang termasuk
Simon dan Andreas, Yakobus dan Yohanes. Mereka diajak Yesus
dan menjadi murid-Nya. Mereka menjadi mitra kerja Yesus untuk
memberitakan Kerajaan Allah.
Sabda Tuhan hari ini membantu kita untuk berfokus pada
Yesus dan misiNya. Semua orang yang percaya datang kepada
Yesus. Para murid pertama dengan sikap “segera” mengikuti Yesus
adalah contoh dan inspirasi yang tepat bagi kita semua. Yesus juga
memanggil kita semua bukan saat sedang berdoa di gereja atau
berziarah tetapi dalam kehidupan yang nyata. Maka lakukanlah
32
tugas-tugas kita dengan baik dan bertanggung jawab, karena saat
itulah Tuhan memanggil kita untuk menjadi mitra kerja-Nya.
33
Selasa, 15 Januari 2019
Hari Biasa Pekan I (Hijau)
34
Mazmur Tanggapan (Mzm 8:2a, 5,6-9)
Ref: Engkau membuat anak-Mu berkuasa atas segala buatan
tangan-Mu.
1. Ya Tuhan, Allah kami, betapa mulia nama-Mu si seluruh bumi!
Apakah manusia, Sehingga Engkau mengingatnya? Apakah
anak manusia, Sehingga Engkau mengindahkannya?
2. Kauciptakan dia hampir setara dengan Allah, Kaumahkotai
dengan kemuliaan dan semarak. Kauberi dia kuasa atas buatan
tangan-Mu; segala-galanya telah Kautundukkan di bawah
kakinya.
35
Oleh Kasih Yesus, Kita Bersaudara
P
enginjil Markus mengisahkan bagaimana Yesus menjadi
saudara bagi banyak orang yang sakit. Sikap Yesus yang
solider dengan kaum penderita adalah hal yang positif dan
inspiratif bagi kita. Ia meski pun Anak Allah rela merendahkan diri
menjadi sama seperti kita kecuali dalam hal dosa, bahkan lebih
dari itu menjadi seorang hamba bagi manusia yang berdosa untuk
mengajar dan membebaskan dari segala kejahatan. Yesus sendiri
berkata, “Kamu adalah sahabat-sahabatKu”. Menjadi sahabat bisa
berati menjadi saudara!
36
Rabu, 16 Januari 2019
Hari Biasa Pekan I (Hijau)
37
dan sambil memegang tangannya Ia membangunkan dia, lalu
lenyaplah demamnya. Kemudian perempuan itu melayani mereka.
Menjelang malam, sesudah matahari terbenam, dibawalah kepada
Yesus semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan
setan. Maka berkerumunlah seluruh penduduk kota itu di
depan pintu. Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita
bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia
tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka
mengenal Dia. Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun
dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di
sana. Tetapi Simon dan kawan-kawannya menyusul Dia; waktu
menemukan Dia mereka berkata: “Semua orang mencari Engkau.”
Jawab-Nya: “Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang
berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena
untuk itu Aku telah datang.” Lalu pergilah Ia ke seluruh Galilea
dan memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan
mengusir setan-setan.
Demikianlah Sabda Tuhan.
Berdoalah Selalu
P
enginjil Markus, mengisahkan bahwa Yesus sangat sibuk
dengan kerasulanNya yakni mewartakan Kerajaan Allah dan
menyembuhkan orang-orang sakit. Mereka yang disembuhkan
misalnya Ibu mertua Petrus. Dengan hanya memegang tangannya,
Yesus menyembuhkanya. Pada sore hari menjelang malam
banyak orang sakit berdatangan dan minta kepada Yesus untuk
disembuhkan. Yesus pun membebaskan semuanya dari sakit
penyakit dan kuasa roh jahat.
Penginjil juga mengisahkan bahwa setelah melakukan
karya pastoralnya, Yesus menyempatkan diri untuk berdoa.
Sesibuk apa pun Yesus, Ia tetap menyatukan kontak dengan Bapa
di Surga. Ini mau mengatakan bahwa pekerjaan baik apapun yang
38
kita lakukan bila tidak bersatu dengan Tuhan akan mendatangkan
kesia-siaan. Doa dalam waktu yang tepat sangat membantu kita
untuk bertumbuh dengan baik dalam iman. Yesus, Putera Allah
adalah pendoa sejati. Kita pun diajak menjadi pengikut Yesus yang
sejati.
DOA: Tuhan Yesus, ajarilah aku untuk selalu rendah hati untuk
memohon rahmat kesetiaan dalam tugas-tugasku dan tetap
bersatu dengan-Mu. Amin.
39
Kamis, 17 Januari 2019
PW Santo Antonius, Abas (Putih)
40
Bacaan Injil: Markus 1: 40-45
Sekali peristiwa, seorang sakit kusta datang kepada Yesus. Sambil
berlutut di hadapan-Nya, ia memohon bantuan-Nya, katanya:
“Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.” Maka
tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan
tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: “Aku
mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga lenyaplah penyakit
kusta orang itu, dan ia menjadi tahir. Segera Ia menyuruh orang
itu pergi dengan peringatan keras: “Ingatlah, janganlah engkau
memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapapun,
tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan
persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang
diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka.” Tetapi
orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya
kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan
masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi;
namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru.
Demikianlah Injil Tuhan.
Merendahkan Hati
S
urat kepada umat Ibrani mengatakan, “Pada hari ini, jika
kamu mendengar suaraNya, janganlah keraskan hatimu
seperti dalam kegemaran, pada waktu pencobaan di padang
gurun, pada saat nenek moyang mencobai Tuhan.” Kaum Israel
pernah melakukannya di padang gurun dengan mengeraskan
hati. Mereka tidak mengerti maksud dan bimbingan Tuhan. Maka
Tuhan menunjukkan kuasaNya kepada orang yang tidak taat. Hati
yang keras menimbulkan kesulitan dalam berelasi dengan sesama.
Orang yang dapat mendengar dengan baik, ia dapat mengikuti
dan mengasihi sesamanya.
Di dalam Injil kita mendengar perbuatan-perbuatan
besar dilakukan Allah di dalam diri Yesus Kristus. Seorang kusta
41
memohon kesembuhan dari Yesus. Ia mengulurkan tanganNya,
menjamah dan menyembuhkan si kusta. Orang yang rendah
hati akan terbuka pada setiap rencana dan kuasa Tuhan. Orang
kusta di dalam Injil menginspirasikan kita untuk rendah hati dan
selalu berharap pada pertolongan Tuhan. Pemazmur menulis,
“Pertolongan kita dalam nama Tuhan yang menjadikan langit dan
bumi” (Mzm 124:8). Sabda Tuhan hari ini sungguh menguatkan
kita untuk mengasihi Tuhan dan sesama.
42
Jumat, 18 Januari 2019
Hari biasa Pekan I (Hijau)
43
terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu
terbaring. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada
orang lumpuh itu: “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!” Tetapi
di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir
dalam hatinya: “Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat
Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada
Allah sendiri?” Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya,
bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka:
“Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah lebih
mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah
diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan
berjalan? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak
Manusia berkuasa mengampuni dosa” Berkatalah Ia kepada orang
lumpuh itu: “Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat
tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Dan orang itupun bangun,
segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan
orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan
Allah, katanya: “Yang begini belum pernah kita lihat.”
Demikianlah Injil Tuhan.
S
urat kepada umat Ibrani hari ini mengingatkan kita untuk
selalu waspada supaya jangan ada di antara kita ketinggalan.
Mengapa? Karena kabar sukacita mengatakan bahwa kita akan ada
bersama Tuhan selamanya. Dialah Allah kita dan kita umatNya.
Kita sekarang percaya kepada Yesus maka akan diperkenankan
untuk tinggal bersamaNya selama-lamanya. Rencana Tuhan
ini menjadi sempurna di dalam diri Yesus Kristus. Yesus begitu
peduli dengan manusia dan menyelamatkannya. Seperti yang Dia
perbuat kepada si lumpuh.
Dia tergerak hati oleh belas kasihan dan
menyembuhkannya. Sebelumnya Yesus mengampuni dosa
44
si lumpuh. Bersama Yesus, keselamatan total tercapai: dosa
diampuni, sakit penyakit lenyap.
Yesus melakukan perbuatan itu supaya di mana Dia
berada, kita juga berada bersama Dia. Tuhan Yesuslah yang punya
kuasa untuk mengampuni dosa dan menyembuhkan. Kita hanya
punya tugas: menjaga dan merawat segala ciptaan, setelah itu
membawanya kepada Yesus.
45
Sabtu, 19 Januari 2019
Hari Biasa Pekan I (Hijau)
46
Bacaan Injil: Markus 2:13-17
Sekali peristiwa Yesus pergi ke pantai danau Galilea, dan seluruh
orang banyak datang kepada-Nya, lalu Ia mengajar mereka.
Kemudian ketika Ia berjalan lewat di situ, Ia melihat Lewi anak
Alfeus duduk di rumah cukai lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah
Aku!” Maka berdirilah Lewi lalu mengikuti Dia. Kemudian ketika
Yesus makan di rumah orang itu, banyak pemungut cukai dan
orang berdosa makan bersama-sama dengan Dia dan murid-
murid-Nya, sebab banyak orang yang mengikuti Dia. Pada waktu
ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat, bahwa Ia makan
dengan pemungut cukai dan orang berdosa itu, berkatalah
mereka kepada murid-murid-Nya: “Mengapa Ia makan bersama-
sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Yesus
mendengarnya dan berkata kepada mereka: “Bukan orang sehat
yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan
untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
Demikianlah Injil Tuhan.
T
uhan Yesus berkeliling dan berbuat baik. Ia mengajar
dan menyembuhkan banyak orang. Ia mengajak Lewi,
Anak Alfeus, untuk mengikuti-Nya. Lewi berdiri dan mengikuti
Yesus. Mereka makan bersama di rumah Lewi bersama banyak
pemungut cukai dan orang berdosa. Orang-orang Farisi tidak suka
melihat itu. Yesus memberi alasan tegas: “Bukan orang sehat yang
memerlukan tabib, tetapi orang sakit! Aku datang bukan untuk
memanggil orang benar melainkan orang berdosa!”
Yesus menunjukkan sikap hormat dan cinta kepada para
pendosa yang tentunya bertentangan dengan orang-orang Farisi
dan para ahli Taurat. Bagi Yesus, orang berdosa adalah manusia
yang perlu dikasihi, dan dosa-dosa mereka patut dihancurkan
dengan perbuatan kasih. Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat
47
tidak memperhatikan manusia sebagai manusia. Mereka lupa
bahwa yang dihancurkan adalah dosa bukan manusianya. Manusia
dikasihi supaya ia dapat bertobat. Sabda Tuhan mengundang
kita untuk mencintai dan menerima semua orang dan membawa
mereka kepada jalan yang baik dan benar.
48
Minggu, 20 Januari 2019
Hari Minggu Biasa II (Hijau)
49
4. Sujudlah menyembah kepada Tuhan dengan berhiaskan
kekudusan, gemetarlah dihadapan-Nya, hai seluruh bumi!
Katakanlah di antara bangsa-bangsa, “Tuhan itu Raja! Ia akan
mengadili bangsa-bangsa dalam kebenaran.”
50
“Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!” Di situ ada enam
tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat
orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung. Yesus
berkata kepada pelayan-pelayan itu: “Isilah tempayan-tempayan
itu penuh dengan air.” Dan merekapun mengisinya sampai penuh.
Lalu kata Yesus kepada mereka: “Sekarang cedoklah dan bawalah
kepada pemimpin pesta.” Lalu mereka pun membawanya. Setelah
pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu
dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan,
yang mencedok air itu, mengetahuinya. Ia memanggil mempelai
laki-laki, dan berkata kepadanya: “Setiap orang menghidangkan
anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah
yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang
baik sampai sekarang.” Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di
Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan
itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya
percaya kepada-Nya.
Demikianlah Injil Tuhan.
51
Yesus mengabulkan permintaan Bunda-Nya, walaupun
“saat-Nya” belum tiba. Betapa besar pengaruh Bunda Maria
terhadap Yesus, walaupun nada jawaban Yesus agak kurang sesuai
dengan harapan Bunda-Nya. “Mau apakah engkau daripada-Ku,
Ibu? Saat-Ku belum tiba”. Meskipun demikian, Maria tetap minta
agar para pelayan mengerjakan apa yang dikatakan Yesus. Yesus
pun akhirnya mau menyelesaikan persoalan yang dihadapi dalam
pesta pernikahan itu. Peran Maria yang demikian ini membuka
hati kita untuk selalu menjadikan dia sebagai tamu istimewa
dalam kehidupan kita. Melalui doa dan devosi, mari kita undang
Bunda Maria untuk hadir dalam diri dan keluarga kita. Niscaya
kita pun akan mengalami mukjizat Tuhan. Kita akan mendapat
pertolongan dalam menghadapi setiap masalah, persoalan dan
kesulitan. Hidup kita yang seringkali tawar seperti air, juga akan
diubah menjadi seperti anggur yang manis dan berkualitas.
52
Senin, 21 Januari 2019
PW Santa Agnes, Perawan, Martir (Merah)
53
Menjadi Pribadi Baru dalam Kristus
M
anusia zaman ini cenderung menganggap diri atau
kelompoknya yang paling benar. Pada saat yang sama kerap
menganggap orang atau kelompok lain salah dan sesat. Manusia yang
bersikap demikian ini kemudian menjadi picik dan tidak mau terbuka
terhadap sesuatu yang baru. Tertutup terhadap pembaharuan yang
datang dari luar diri atau kelompoknya. Akibatnya, kerapkali terjadi
pemaksaan kehendak kepada pihak lain.
Kecenderungan tersebut bercokol dalam diri orang-
orang yang datang kepada Yesus sebagaimana dikisahkan dalam
Injil hari ini. Mereka memprotes kebiasaan para murid Yesus
berkaitan dengan puasa. Mereka memandang salah kebiasaan
kelompok lain yang berbeda dengan kebiasaan mereka. Dengan
sikap demikian, sebenarnya mereka menunjukkan kepicikan dan
ketertutupan mereka. Terhadap protes tersebut, jawaban Yesus
sungguh tak terduga dan melampaui hal berpuasa. Yesus bukan
menolak kebiasaan berpuasa, tetapi menunjukkan sesuatu yang
paling penting saat itu adalah kehadiran-Nya dan ajaran baru yang
ditawarkan-Nya. Untuk menerima Dia dan ajaran-Nya, manusia
harus berani mengubah sikap, menyesuaikan diri dan menjadi
pribadi baru. Manusia harus terbuka pada sabda-Nya. Kehadiran
dan sabda Yesus menuntut kesediaan kita untuk senantiasa
terbuka dan membaharui diri supaya kita bisa menjadi “kantong
yang baru”. Kita harus menyesuaikan hidup kita dengan hidup dan
ajaran Yesus, bukan malah sebaliknya. Bersediakah kita menjadi
“kantong yang baru” itu?
54
Selasa, 22 Januari 2019
Hari Biasa Pekan II (Hijau)
55
Merasa Diri Benar
S
eorang lelaki setengah baya merasa sangat malu dan terhina
ketika di gereja ia merindukan komuni dan beranjak untuk
berbaris sambil menadahkan tangan. Ia tahu bahwa tindakannya
tidak diperbolehkan menurut hukum Gereja karena baru saja
bercerai dengan istrinya. Tapi ia tidak kuasa menahan dorongan
batinnya. Ketika giliran menerima komuni seorang petugas
menariknya keluar dari barisan sambil mengingatkan ‘wei…
anda dilarang komuni. Cukup menerima berkat’. Banyak pasang
mata menoleh kepadanya dan ia merasa seolah seluruh isi gereja
mencibirnya, menghukumnya. Ia bergegas dengan malu. Suatu kali
di sebuah pub ia menghabiskan waktu luangnya. Tanpa sengaja ia
menumpahkan minuman dan ia merasa gugup. Namun seorang
petugas menghampirinya, ‘maaf, boleh saya membersihkannya?
Tidak apa-apa. Lanjutkan minumnya.’ Ia merasa lebih tenang dan
tidak ada yang menghukumnya.
Tindakan murid-murid Yesus yang memetik bulir gandum
bagi orang Farisi dianggap mencederai peraturan hari Sabat.
Yesus menanggapinya secara berbeda, bukan dari sisi muatan
hukum atau peraturan Sabat melainkan dari sisi niat, fungsi dan
tujuan suatu perbuatan. Sepintas kesannya bahwa Yesus membela
perilaku murid-muridNya namun sesungguhnya dibalik kata-kata
pembelaanNya itu tersirat makna yang mengutamakan subyek dari
hukum. Manusia bukan obyek dari hukum melainkan subyek yang
perlu dilindungi, dibela dan diperjuangkan sehingga masyarakat
sejahtera. Jawaban dan tindakan Yesus lebih merupakan kritik
atas sikap dan tindakan orang Farisi yang cenderung mencari
kesalahan dan menempatkan diri sebagai orang benar dengan
mengorbankan orang lain. Yesus adalah gambaran yang sempurna
atas hukum.
57
Ulurkan Tanganmu!
S
uatu kali banyak orang berkerumun di sekitar danau.
Ternyata ada seorang wanita yang tenggelam. Banyak orang
yang hanya menonton saja, ada yang lain berteriak ‘jangan terlalu
banyak bergerak’. ‘atur pernafasan jangan sampai kehabisan
nafas’ seru yang lainnya. Tiba-tiba seorang anak muda langsung
terjun ke danau dan menariknya ke daratan. Uluran tangan anak
muda tersebut telah menyelamatkan wanita tersebut tanpa
banyak kata dan pertimbangan. Ia telah memberikan yang terbaik
di saat orang lain membutuhkannya.
Peristiwa penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus
terhadap seseorang yang mati tangan kanannya berlangsung
pada hari Sabat. Secara hukum, tidak diperbolehkan melakukan
aktivitas rutin kecuali hanya sembahyang. Yesus secara sengaja
melakukan “praktek penyembuhan” sebagai misi penyelamatan
(bukan praktek karena uang). Yesus meminta orang yang sakit itu
untuk mengulurkan tangannya. Sosok penderita, tidak berdaya,
sosok yang diterlantarkan membutuhkan sedikit perhatian dan
cinta. Ada jeritan yang tertelan oleh penderitaan, karena itu Ia
berseru, “Mari, berdirilah di tengah”, supaya semua mata orang
yang hadir tertuju kepadanya. Belaskasih adalah identitas Yesus
yang tidak bisa digantikan oleh hukum. Sikap iri dan acuh tak
acuh dari orang Farisi hanya melahirkan kebencian dan kebutaan
rohani. Mereka bukannya peka untuk bertindak melainkan lebih
memilih bersikap seperti orang banyak yang hanya menonton,
memberi kritik dengan nyinyir dan mencari kesalahan.
Bagaimana sikap kita sebagai orang kristiani terhadap orang-
orang yang membutuhkan uluran tangan? Apakah hati kita peka
akan belaskasihan dan cinta?
59
Misi Penyembuhan
S
alah satu kebutuhan utama manusia adalah “hidup sehat.”
Kesehatan itu mahal dan membutuhkan kedisiplinan hidup.
Seorang yang sedang menderita sakit menceritakan keadaannya
demikian: ‘ketika muda aku tidak mengindahkan nasehat
teman dan menyia-nyiakan segala-galanya dengan hidup tidak
teratur, rakus makan, minum mabuk, dan tidak peduli dengan
orang lain. Sekarang aku tidak berdaya dan yang tersisa hanya
penyesalan’. Sepenggal kisah orang tersebut menjadi pelajaran
yang berarti. Hidup tidak hanya saat itu tetapi berkelangsungan
dari waktu ke waktu. Orang sering mengatakan ‘kamu adalah
apa yang kamu makan’. Sehat adalah kebahagiaan, sakit adalah
ancaman kehidupan. Tidak ada seorang pun yang bersyukur
karena sakit. Ketika sakit, seseorang membutuhkan orang lain
untuk menjadikannya sehat kembali dan bahkan berdoa supaya
mukjizat penyembuhan menghampirinya.
Apakah Yesus sedang mempertontonkan pertunjukkan
spektakuler kuasa Allah melalui penyembuhan? Diceritakan
begitu banyak orang yang menderita berbagai macam penyakit
rela berdesak-desakan untuk minta disembuhkan, termasuk
hanya dengan menjamahNya saja. Melalui peristiwa ini, betapa
kerinduan umat manusia ingin dibebaskan dari penyakit yang
membelenggunya. Penyakit bisa jadi berkaitan dengan ketamakan
manusia, dosa, disharmonisasi, usia, dan lain-lain. Penyakit juga
mengungkap keterbatasan diri manusia secara fisik, sedangkan
misi penyembuhan yang dibawa oleh Yesus merupakan tindakan
pembaharuan, pemulihan ciptaan. KehadiranNya menegaskan
tentang kehadiran Allah yang dasyat di tengah umat manusia
yang lemah. Bagaimana hidupku selama ini, apakah aku menjaga
kesehatanku dengan baik dan bertanggungjawab terhadap tubuh
ini? Bagaimana sikapku ketika sakit, apakah aku mengeluh,
bertahan dan berharap pada Tuhan?
I
njil hari ini berbicara tentang pernyataan Yesus kepada para
murid sebelum Yesus terangkat ke surga. Yesus mengatakan
bahwa ada tanda-tanda yang akan menyertai orang-orang yang
percaya, yaitu mengusir setan, berbicara dalam berbagai bahasa
baru, berani memegang ular, tidak akan mati bila minum racun
maut, dan menyembuhan orang sakit dengan menumpangkan
tangan. Berbicara tentang tanda-tanda itu, ada orang yang berpikir:
Apakah ada pengikut Yesus yang berani minum racun maut, tetapi
61
tidak celaka? Adakah umat Kristiani bisa membuktikan ucapan
Yesus tersebut? Tentu saja, perikop ini bukan dalam rangka
mencobai Allah. Yesus sendiri yang mengatakan: “tanda orang
yang percaya apabila mereka minum racun maut mereka tidak
akan mendapat celaka.”
Yesus tidak berjanji kalau tanda-tanda yang dirujuk dalam
Injil Markus ini selalu akan menyertai. Berbahasa roh, mengusir
roh jahat, memegang ular, dan sebagainya, merupakan tanda-tanda
yang sesuai pada masa itu. Ketika orang-orang Farisi dan ahli-ahli
Taurat yang bebal menuntut mukjizat dan tanda-tanda dari surga.
Yesus selalu menolak untuk memuaskan keingintahuan mereka.
Yang jelas, Yesus menghendaki mereka supaya mempelajari tanda
itu untuk memperoleh berkat rohani dari tangan-Nya. Kita perlu
memiliki pemahaman yang lebih tinggi dan lebih baik tentang
Yesus. Adalah lebih mengherankan melihat seorang penjahat yang
bertobat, daripada melihat orang lumpuh disembuhkan. Kuasa
mengusir roh-roh jahat dan berbahasa roh dan memegang ular
tidak akan terlalu bernilai bagi kita dibandingkan dengan kuasa
Yesus yang sanggup mengubah kehidupan Saulus yang jahat
menjadi Paulus yang setia mewartakan Injil.
DOA: Tuhan Yesus, ajarilah kami menjadi orang yang rendah hati
dan selalu haus pertobatan
62
Sabtu, 26 Januari 2019
PW Santo Timotius dan Titus, Uskup (Putih)
63
kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu.
Demikianlah Injil Tuhan.
Yesus Mengutusmu!
T
imotius adalah keturunan Yahudi dan Yunani; demikian
juga Titus juga seorang Yunani. Kedua santo ini mempunyai
peran yang amat penting dalam kerasulan dan misi St. Paulus.
Timotius memiliki iman yang hidup dan berasal dari keluarga
beriman; sementara Titus adalah seorang penatua jemaat yang
juga sangat beriman. Dalam mengenang kedua orang kudus
ini, gereja mengajak kita merenungkan perutusan tujuh puluh
murid. Yesus mengutus 70 murid yang lain berdua-dua untuk
menjaga kesaksian dari dua orang dapat dipercaya. Mereka diutus
untuk menyiapkan kedatangan Yesus sendiri; namun kehadiran
dan perutusan mereka tetap merangkum kabar baik mengenai
kerajaan Allah. Yesus meminta mereka untuk berdoa supaya
banyak orang lain ikut serta dalam pemberitaan Injil. Yesus
melihat tuaian banyak tapi pekerja sedikit.
Yesus juga mengingatkan mereka untuk tidak perlu
menyusahkan diri dengan makanan, minuman atau pakaian
yang akan membebani karya pewartaan. Memberi salam itu baik,
tetapi jika terjadi di tengah jalan akan menjadi tidak baik sebab
perjalanan mereka terhenti. Mereka juga menyembuhkan orang
sakit sebab luka zaman ini begitu besar dan susah disembuhkan.
Penyakit ekonomi dan human trafficking pun terjadi hampir di
semua bangsa sehingga terjadi migrasi ke kota-kota besar dan
ke luar negeri tanpa jaminan keamanan. Menyembuhkan mereka
berarti memberdayakan mereka agar bisa keluar dari luka
ekonomi ini menuju pada penyembuhan kemandirian.
DOA: Tuhan Yesus panenan sangat banyak tetapi sedikit yang mau
bekerja. Semoga kami setia menjalankan perutusanMu itu dan
membantu banyak orang sembuh dari luka-luka dan kesakitan
jaman ini yang begitu rupa. 64
Minggu, 27 Januari 2019
Hari Minggu Biasa III (Hijau)
65
1. Sabda tuhan sempurna, menyegarkan jiwa. Peraturan Tuhan
teguh, membuat arif orang bersahaja. Titah Tuhan tepat,
menyenangkan hati. Perintah Tuhan jelas, membuat mata
berseri.
2. Rakut akan Tuhan itu suci, tetap untuk selama-lamanya.
Hukum-hukum Tuhan itu benar, adil selalu.
3. Mudah-mudahan Engkau sudi mendengarkan ucapan mulutku,
berkenan akan renungan hatiku, ya Tuhan, Gunung Batu dan
Penebusku.
66
semua orang memuji Dia. Lalu Ia datang ke Nazaret tempat Ia
dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk
ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab.
Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya,
Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: “Roh Tuhan ada pada-Ku,
oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar
baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk
memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan
penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-
orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan
telah datang.” Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya
kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam
rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar
mereka, kata-Nya: “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu
mendengarnya.”
Demikianlah Injil Tuhan.
D
alam era globalisasi ini banyak orang yang kurang memilik
rasa peduli dan berbagi. Mereka hanya mementingkan diri
sendiri, masa bodoh dan tidak mau lagi peduli dengan apa yang
terjadi di sekitarnya, baik itu tetangga, sahabat karib, bahkan
keluarga sendiri dan lingkungan hidup sekitarnya. Orang semakin
egois dan apatis. Hal ini sangat tidak baik karena menimbulkan
banyak dampak negatif dalam masyarakat seperti kemiskinan,
penderitaan, kebodohan, intoleransi dan kerusakan lingkungan
hidup
Dalam Injil hari ini Yesus memperkenalkan diri sebagai
pembawa kabar baik bagi orang miskin, pembebasan bagi yang
tertawan dan tertindas, penglihatan kepada orang buta. Tindakan
Yesus merupakan bentuk kepedulian dan campur tangan Allah
dalam hidup manusia. kepedulian yang ditunjukkan Yesus kepada
67
kaum miskin dan yang terpinggirkan, hendaknya menggerakan
hati kita agar kita pun memiliki rasa kepedulian kepada siapa
pun, khususnya mereka yang paling membutuhkan. Bagaimana
caranya menumbuhkan kepekaan untuk saling peduli dan
berbagai? Pertama, tumbuhkan sikap positip dalam diri kita,
berpikir baik terhadap orang lain, mudah bergaul dengan orang
lain, ikut merasakan penderitaan orang lain maka kita akan
tergerak untuk berbagi berkat dan rahmat yang Tuhan titip pada
kita. Kedua, meringankan beban dan penderitaan orang lain
dengan tulus, tidak memandang suku, agama dan status sosial
karena pada dasarnya semua makhluk sama derajatnya di mata
Sang pencipta. Semoga kita memiliki rasa peduli dan empati
seperti ditelandankan Yesus sehingga kita tergerak membantu
meringankan penderitaan orang lain.
68
Senin, 28 Januari 2019
PW Santo Thomas Aquino, Imam, (Putih)
69
Kuasa Allah Yang Menyelamatkan Ada Pada Yesus
O
rang Farisi dan ahli Taurat memakai aneka cara untuk
menolak Yesus dan menyingkirkan-Nya. Pengajaran,
perilaku dan perbuatan baik serta teladan hidup yang Ia
perlihatkan menyentuh hati para murid dan orang banyak yang
datang kepada-Nya. Tetapi para musuh-Nya merasa sangat
terganggu. Mereka memfitnah, membalikkan kebenaran dengan
pernyataan dusta bahwa Yesus Kerasukan Beelzebul dan Ia
mengusir setan dengan kuasa Penghulu setan yakni Beelzebul.
Sebenarnya label yang dipakai agar Yesus ditolak dan disingkirkan
oleh penguasa dan orang banyak adalah suatu kebohongan dan
hujatan yang keluar dari hati orang yang terbelenggu oleh nafsu
kebencian dan kesombongan. Hujatan dan dusta yang dilontarkan
untuk membawa pertentangan dan konflik serta memecah belah
pendapat dan sikap orang.
Yesus mengungkapkan kehadiran Kerajaan Allah di
tengah manusia lewat pertobatan, sikap damai, belaskasih dan
persaudaraan. Inilah daya kuasa Roh Allah yang bekerja ditengah
banyak orang lewat perutusan Yesus. Sebaliknya kuasa setan
dan penghulu setan yakni Beelzebul adalah kuasa pemecah-
belah, serta mencerai-beraikan orang yang sebenarnya telah
membelenggu hidup ahli taurat ataupun orang Farisi yang
membenci Yesus. Bagi kita, pengikut Tuhan di jaman ini, Sabda
Tuhan hari ini meneguhkan hati kita. Iman kita sering ditantang
bahkan komunitas kristiani entah keluarga beriman, Gereja
mengalami penghinaan, hujatan entah yang berkaitan dengan inti
iman kita, sakramen-sakramen, atau praktek devosi serta perilaku
dan perbuatan kasih kita kepada sesama.
71
Menjadi saudara untuk semua orang
S
ebagian besar dari kita mengenal dan mengimani Yesus karena
pengaruh orangtua atau karena kehendak orangtua yaitu kita
dibaptis tanpa kemauan kita. Iman kita bertumbuh dan berkembang
pertama dan terutama karena bimbingan orangtua dan para
katekis. Melalui cinta dan kehangatan mereka, kita makin mengenal
Yesus secara pribadi dalam setiap doa pribadi, setiap kesempatan
merenungkan firman Tuhan dan merayakan sakramen-sakramen
terutama perayaan ekaristi. Iman kita menjadi matang karena
terjalin satu relasi yang hangat dengan pribadi Yesus. Relasi yang
hangat dan persona dengan pribadi Yesus selalu berbuah banyak
(bdk. Yoh.15:5) yaitu membuat semua orang merasa diterima dan
dihargai sebagai seorang saudara kandung atau menjadi saudara
bagi semua orang. Maka kebiasaan yang jelek dari keluarga dan
adat-istiadat setempat yang menghambat persaudaraan sejati
harus ditinggalkan atau tidak boleh dibiarkan mempengaruhi relasi
kita dengan Allah dan sesama umat manusia.
Dengan cara ini kita mengambil bagian dalam misi Yesus
Kristus yaitu membawa semua manusia menjadi anak Allah
yang esa. Untuk itu kita harus benar-benar berjuang melawan
semua perkataan, sikap dan tindakan yang memecah belah umat
manusia atas dasar suku, kepentingan sosial dan ekonomi atau
menyebarluaskan warta kebencian, usaha balas dendam, fitnah
dan kebohongan. Komitmen misi kita adalah membuat semua
orang merasa nyaman, damai dan bersaudara dengan semua
orang supaya genaplah sabda Kristus ini: “Barangsiapa melakukan
kehendak Allah, dialah saudaraKu laki-laki, dialah saudaraKu
perempuan, dialah ibuKu” (Mk.3:35).
72
Rabu, 30 Januari 2019
Hari Biasa Pekan III (Hijau)
73
mengerti perumpamaan ini? Kalau demikian bagaimana kamu
dapat memahami semua perumpamaan yang lain? Penabur itu
menaburkan firman. Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat
firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman,
lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan
di dalam mereka. Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang
berbatu-batu, ialah orang-orang yang mendengar firman itu dan
segera menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar
dan tahan sebentar saja. Apabila kemudian datang penindasan
atau penganiayaan karena firman itu, mereka segera murtad. Dan
yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang
mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya
kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah
menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Dan akhirnya
yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar
dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali
lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali
lipat.”
Demikianlah Injil Tuhan.
K
ita percaya bahwa Allah makakuasa dapat dengan mudah
dan cepat membebaskan manusia dari dosa dan membuat
semua manusia sanggup menerima SabdaNya, merenungkan,
menghayati dan mengamalkannya dalam hidup sehari-hari. Kita
juga yakin bahwa Sabda Allah yang diwartakan itu dapat membuat
seluruh umat manusia bertobat dan hidup dalam sukacita
dan damai dengan segala makluk. Tetapi dalam kenyataannya
tidak semudah dengan apa yang kita harapkan dari Tuhan. Kita
mungkin saja seorang yang rajin beribadat tetapi kurang peduli
dan berbelarasa terhadap yang menderita. Ada jarak yang lebar
antara pengakuan iman dan perwujudan iman dalam praktek
74
hidup sehari-hari.
Namun Allah tetap berkarya dalam hidup kita. Tuhan
membiarkan kita bergumul dengan aneka macam hambatan
dari dalam diri sendiri dan dari masyarakat. Hanya orang yang
imannya kuat dan tangguh serta dibimbing oleh kuasa Roh
Kudus dapat menghadapi dan mengalahkan semua tantangan
itu. Kehadiran seorang yang kuat iman akan menolong yang
lemah iman membebaskan dari kejatuhan dan kehancuran serta
kehilangan keselamatan di dalam Yesus.
75
Kamis, 31 Januari 2019
PW Santo Yohanes Bosko, Imam, (Putih)
76
Perbuatan baik dan jahat terungkap
K
ebiasaan orang pada umumnya menutupi segala perbuatan
yang tidak baik. Orang lebih suka menonjolkan perbuatan
yang baginya bisa dilihat orang, yang kadang kala justru membuat
dirinya menjadi arogan dan sombong. Karena perbuatannya itu,
kadang orang juga tidak tahu apakah perbuatan itu memberi
dampak sosial yang baik atau tidak karena mengedepankan
kepentingan pribadi atau kelompok. Bahkan perbuatan yang tidak
baik bagi sesama disamarkan seolah-olah itu adalah perbuatan
baik, padahal jelas bahwa perbuatan itu merugikan sesama. Kalau
perbuatan itu sudah tidak baik dan dirasakan oleh banyak orang
malah kadang ditutup-tutupi. Dalam Injil dikatakan “Sebab tidak
ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan
tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap”.
Refleksi bagi kita adalah bagaimanapun perbuatan yang
kita lakukan seharusnya berdampak sosial yang baik dan berguna
bagi sesama, apalagi yang membutuhkan uluran tangan khusus.
Tidak mengedepankan kepentingan pribadi atau kelompok tetapi
kepentingan sesama. Seandainya perbuatan kita salah hendaknya
juga berani bertanggung jawab atas perbuatan atau aktifitas itu.
Bukan sebaliknya ditutupi tutupi, karena ada istilah “bangkai
meskipun disembunyikan, baunya tetap terasa” dan perbuatan
yang tidak baik juga lambat laun akan terbongkar. Dunia sosial
yang baik memerlukan kejujuran dan perbuatan yang baik
bukan kemunafikan. Oleh sebab itu marilah kita berusaha untuk
mengajak teman dan saudara kita mewartakan kejujuran dan
perbuatan yang baik demi kepentingan sesama.
77
PEMBERITAHUAN
Buku renungan terbitan JPIC SVD DISTRIK JAKARTA, dapat Anda peroleh di :
1. Gereja Paroki St. Arnoldus - Bekasi
2. Gereja Paroki St. Alfonsus - Pademangan
3. Gereja Paroki St. Mikael - Bekasi
4. Gereja Paroki St. Yoseph - Matraman
5. Gereja Paroki St. Bartolomeus - Taman Galaxi
PERMOHONAN
Kami menerima Anda untuk menjadi agen penyalur buku renungan ini
dengan sistem konsinyasi.
Demikian pemberitahuan dan permohonan kami.
Atas pengertian yang baik, kami haturkan limpah terima kasih.
Salam dalam Kasih Sang Sabda.
78