Anda di halaman 1dari 5

Yesus Memberi Makan Lima Ribu Orang

By A. Gianto on July 31, 2014 Jendela Alkitab

Rekan-rekan!

PERISTIWA Yesus memberi makan lima ribu orang dalam Injil Minggu Biasa XVIII
A (Mat 14:13-21), menurut ayat 13, terjadi setelah berita kematian Yohanes
Pembaptis sampai kepada Yesus. Ia pun berperahu menyingkir ke sebuah tempat
terpencil. Orang banyak mengikutinya lewat jalan darat. Ketika berlabuh
kembali, didapatinya orang banyak sudah menunggu. Tergeraklah hatinya.
Dikerjakannya banyak penyembuhan.

Ketika malam hampir tiba, murid-muridnya usul agar orang-orang itu disuruh
pergi mencari makan di perkampungan sekitar. Tetapi Yesus malah menyuruh
murid-murid memberi mereka makan walau hanya tersedia lima roti dan dua
ikan. Apa yang terjadi? Setelah mengucapkan doa syukur, Yesus membagi-bagi
roti dan memberikannya kepada para murid agar diteruskan kepada orang
banyak. Sisa roti terkumpul sebanyak 12 bakul penuh, padahal ada lima ribu
orang lelaki tak terhitung perempuan dan anak-anak. Apa makna peristiwa ini?

Menyingkir ke dalam kesunyian

Matius sengaja menghubungkan menyingkirnya Yesus ke sebuah tempat sepi


dengan berita kematian Yohanes Pembaptis. Markus dan Lukas menceritakan dua
kejadian ini secara berurutan tanpa menyarankan hubungan di antaranya. Meski
tidak jelas-jelas dikatakan, boleh diduga Matius mengajak pembaca menyadari
bahwa mulai saat itu selesailah sudah masa Yohanes Pembaptis, tokoh besar
yang mengantar masuk Yesus ke dalam kehidupan umat. Kini perhatian utama
hendaknya dipusatkan pada Yesus. Ikutilah dia ke mana saja ia pergi. Dialah
yang sekarang mengantar perjalanan umat.

Dapat dicatat dua hal lain.

Pertama, dalam menyepi Yesus menghadapi dirinya sendiri yang


sesungguhnya. Ketika dicobai di padang gurun ia menemukan diri sebagai abdi
Yang Mahakuasa sendiri. Kini ia menyepi dan mendapati diri sebagai yang
datang untuk melayani orang banyak yang sedemikian menaruh kepercayaan
dan harapan kepadanya. Ia merasa bertanggungjawab akan kesejahteraan
mereka.

Kedua, orang banyak terlihat semakin membutuhkannya. Mereka


mengikutinya. Seperti umat Tuhan yang dulu mengikutiNya di padang gurun dan
hidup dari manna, makanan yang turun dari langit hari demi hari dari Dia sendiri.
Yesus kini tampil sebagai manna bagi umat yang baru.

Pelbagai kisah memberi makan orang banyak

Ada tiga kelompok kisah Yesus memberi makan orang banyak menurut jumlah
orang dan sisanya: lima ribu orang dengan sisa 12 bakul, Mrk 6:30-44 // Mat
14:13-21 // Luk 9:10-17; orang banyak tanpa perincian tapi sisanya juga 12
bakul, Yoh 6:1-15; dan empat ribu orang dengan sisa 7 bakul, Mrk 8:1-10 // Mat
15:32-39 (tanpa paralel dalam Injil Lukas).

Kisah-kisah itu tumbuh dalam pelbagai kalangan Gereja Awal sebelum Injil-Injil
sendiri selesai ditulis. Kisah-kisah itu berkembang di dalam pengajaran dan
katekese mengenai ekaristi, yakni perayaan syukuran memperingati kurban
penebusan oleh Yesus. Peristiwa memberi makan lima ribu orang tumbuh di
antara pengikut Yesus dari kalangan Yahudi sebagaimana dapat diduga antara
lain dari ungkapan 12 bakul, angka lambang suku-suku Israel. Yang menyangkut
empat ribu orang hidup di lingkungan orang bukan asal Yahudi, seperti kentara
dari sisanya yang 7 bakul.

Kedua-duanya diolah Markus dan hasilnya dipakai dalam Injil Matius. Lukas
hanya menggunakan bahan yang pertama.

42_Lk_09_14_RG

Memberi makan lima ribu orang: Yesus merasa iba melihat kerumuman orang
banyak kelaparan; maka ia membuat mukjizat penggandaan roti dan ikan hingga
semua orang bisa makan kenyang dan bahkan ada sisa makanan sampai 12
bakul penuh. (Courtesy Bible Fun for Kids)

Mengapa justru dia yang lebih bergerak di kalangan bukan Yahudi tidak merekam
dari lingkungan yang bukan Yahudi? Boleh jadi karena perkembangan ekaristi di
kalangan bukan Yahudi digarap Lukas secara khusus dalam Kisah Para Rasul.
Oleh karena itu ia merasa tidak perlu menyertakan kisah yang kedua tadi dalam
Injilnya.

Bagaimana dengan Yohanes? Ia memakai tradisi yang menggarisbawahi sisanya


yang 12 bakul. Juga ada kesan Yohanes hendak meyakinkan pembaca bahwa ia
mengalami sendiri peristiwa itu sebagai salah satu dari Yang Duabelas. Ia bahkan
mengingat nama murid yang berbicara dengan Yesus, yakni Filipus dan Andreas
dan beberapa seluk beluk khas yang hanya bisa diberikan oleh saksi mata.
Pengisahan Yohanes mengajak pembaca semakin mempercayai kebenaran
peristiwa itu.

Berkaitan dengan ekaristi

Kisah pemberian makan orang banyak itu tumbuh dari pendalaman iman serta
katekese bagi umat pada umumnya. Mereka diajak mendalami makna perayaan
syukuran atas penebusan yakni ekaristi sebagai sisi yang amat penting dalam
hidup mengikuti Yesus. Dia yang mereka cari sehari-hari itu memberi kekuatan
hidup yang melimpah. Mereka yang letih dan lesu akan mendapat penyegaran
darinya, seperti umat Tuhan yang dulu berkelana di gurun.

Bagi para pemimpin? Tentunya mereka juga ikut berbagi makanan. Tapi secara
khusus mereka diminta agar ikut bertanggungjawab bagi keadaan umat yang
mereka layani. Yesus menyuruh mereka memberi makan orang banyak. Para
pemimpin diharapkan kreatif dan tidak menyerah pada keadaan. Mereka
hendaknya menyertai Yesus dalam menjalankan pelayanannya dan
memungkinkannya terlaksana.

Begitulah tampak kaitan kisah pemberian makanan ini dengan perayaan ekaristi
yang sudah hidup di kalangan umat muda waktu itu. Tumpuannya satu dan
sama, yakni Yesus sendiri. Dialah penopang hidup yang datang dari atas sana.
Hari demi hari ia menunjang para pengikutnya. Dan bukan ini saja, ia semakin
mendekatkan kernyataan Kerajaan Surga kepada manusia Ia membawa orang
agar dekat pada hadirat Yang Mahakuasa yang ingin mengubah jagat ini menjadi
kawasan damai, bebas dari ketakutan. Juga dalam konteks kejadian-kejadian
mengerikan di pelbagai tempat akhir-akhir ini, warta Kerajaan Surga tetap bisa
menumbuhkan sikap percaya.

Apa arti sisa yang sedemikian banyak itu? Bagi siapa saja yang mau datang, baik
dari kalangan umat dulu atau umat yang baru, roti makanan tetap tersedia.
Namun mengapa semua ini disebutkan? Tentunya bukan sekadar menunjukkan
bahwa sisanya melimpah dan cukup bagi siapa saja. Ada saran halus bagi
mereka yang telah memperolehnya agar juga membawakan bagi mereka yang
belum ikut menikmati, baik yang berasal dari umat Tuhan dulu maupun orang-
orang yang belum mendengar tentang kebaikanNya. Diajarkan oleh Gereja Awal,
kekuatan rohani ekaristi yang mereka rayakan itu juga bisa disampaikan kepada
semakin banyak orang, lewat mereka yang telah memperolehnya.

Makanan hari demi hari?

Dipakai kata roti untuk menyebut ujud kelihatan dari ekaristi, kerap dalam
hubungan dengan anggur. Sering dijelaskan bahwa bagi orang yang hidup di
dunia Alkitab dulu atau dalam kebudayaan sana, roti dan anggur ialah makanan
dan minuman sehari-hari. Seperti nasi dan teh bagi orang sini.

Masuk akal, tapi tidak seluruhnya tepat. Malah keterangan itu tidak mengajarkan
yang penting. Pemakaian kata roti dan anggur guna menyebut ekaristi juga
terasa tak biasa bagi orang zaman Gereja Awal meskipun kata roti merujuk
pada makanan sehari-hari. Persembahan yang dibawa ke dalam perayaan
menjadi hal yang tidak biasa lagi. Bentuknya, apalagi peran-perannya, sudah
berubah.

Maka di kemudian hari untuk roti dipakai kata Latin hostia yang artinya
bahan yang dipersembahkan sebagai kurban. Bukan lagi roti yang dimakan
untuk pada waktu bersantap, juga anggur bukan lagi yang biasa. Perjamuan
malam terakhir Yesus bersama murid-muridnya kiranya juga bukan resepsi
perpisahan dengan makan malam, melainkan doa bersama yang dilakukan
dengan khidmat.

Ekaristi dengan roti dan anggur itu ibadat yang dirayakan untuk memperingati
dia yang telah wafat untuk menebus kemanusiaan dan telah bangkit telah
berhasil. Oleh karenanya ikut dalam ibadat ini membuat orang berbagi
pengampunan dosa.

Sisi yang luar biasa itu selayaknya diakui. Yang luar biasa itu kini justru
menjadi makanan dan minuman. Kita diajak masuk ke dalam hidup yang bukan
sehari-hari dan memperoleh bekal kekuatan rohaninya bagi hidup di dunia nyata
ini. Karena itu liturgi ekaristi dapat menghadirkan yang keramat di dalam yang
sehari-hari.
Kisah Yesus memberi makan lima ribu orang ini mengisahkan kejadian yang tidak
biasa. Namun ketakwajaran ini disampaikan untuk membuat orang semakin
memahami ekaristi yang biasa mereka lakukan. Jelas bukan kisah untuk
membangkitkan rasa ingin melihat mukjizat yang terjadi di sana.

Pembaca diajak menengok kehidupan mereka sebagai pengikut Yesus yang


waktu itu sudah lazim menjalankan ekaristi dengan bantuan kisah Yesus
memberi makan orang banyak ini. Dan mereka akan semakin menemukan yang
luar biasa, yakni hadirnya yang ilahi di tengah-tengah umat Kehadiran yang
dapat mengisi ruang batin ini akan menjadi sumber kekuatan yang dapat
diteruskan kepada siapa saja dan tak bakal habis.

Anda mungkin juga menyukai