Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………………………………………………………...1

BAB I

PENDAHULUAN…………………………………………………………....2

BAB II

DESKRIPSI......................................................................................................3

BAB III

EKSEGESIS dan SANGGAHAN…………………………………………....7

BAB IV

KESIMPULAN………………………………………………………………12

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...13

STT Berea | 1
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini ada banyak sekali gereja yang mengajarkan ajaran yang menyesatkan hidup

dan perspektif jemaat. Hyper grace salah satu ajaran yang sekarang berkembang di luar

negeri yang dipelopori oleh Joseph Prince. Ia berkata bahwa “kematian Yesus di kayu salib

menebus hidup setiap manusia adalah tindakan yang berlaku untuk sekali dan sampai selama-

lamanya” dengan pemikiran yang demikian, jemaat berprinsip bahwa kematian Tuhan Yesus

di kayu salib ialah untuk menebus segala dosa jemaat yang dulu (telah dikerjakan), sekarang

(sedang dikerjakan) dan masa depan (belum dikerjakan) sudah di tebus pada waktu Yesus

mati di kayu salib. Praktik praktisnya ialah ketika jemaat melakukan perbuatan dosa maka,

pemikirannya bahwa Tuhan telah menebus dan tidak ada perasaan bersalah atau rasa Takut

akan Tuhan.

Akhirnya kasih karunia dari tindakan Yesus mati di kayu salib menjadi sebuah kesia-

siaan dan murahan sehingga, diselewengkan. Kasih karunia tidak lagi menjadi sesuatu hal

yang berharga dan bernilai, bukan lagi fokus utama umat kristiani.

Oleh sebab itu, penulis akan berusaha dengan konsentrasi dan fokus disertai pimpinan

Roh Kudus dalam mengeksegesis ayat-ayat, mendeskripsikan setiap pandangan untuk

meminimalisir pandangan yang telah keliru mengenai penggunaan kasih karunia dalam

kehidupan orang-orang percaya masa kini.

STT Berea | 2
BAB II

DESKRIPSI

Hyper grace dari kata “hyper” ialah berlebihan, di luar, terlampau melampaui batas.

“Grace” ialah pemberian atau ganjaran dari pihak atas (orang besar dan sebagainya) kepada

pihak bawah (orang rendah dan sebagainya) karunia (dari Tuhan).1 Mengenai ajaran Radical

Grace dari Joseph Prince yang berpandangan bahwa hidup dalam kasih karunia Yesus Kristus

akan membebaskan orang percaya dari segala tuntutan Hukum Taurat yang identik dengan

sepuluh perintah Tuhan. Hidup dalam kasih karunia akan membuat orang percaya hidup

dalam keberhasilan, keutuhan dan hidup berkemenangan, yang harus dilakukan sekarang oleh

orang percaya hanyalah menerima apa yang sudah Yesus kerjakan bagi manusia di atas kayu

salib. Prince menyatakan bahwa: “hukuman yang diberikan melalui Musa menunjuk kepada

perjanjian Sinaitic, yang dinamakan menurut Gunung Sinai, dimana Hukum Taurat diberikan.

Jadi, ketika saya berkata mengenai “Hukum” saya menunjuk kepada sepuluh Hukum

Taurat yang diberikan di Gunung Sinai. Sebagai awal membuat ini: perjanjian Sinaitic adalah

perjanjian yang dibuat antara Tuhan dan Israel. Tanyalah kepada orang Yahudi. Ini bukan

sebuah perjanjian yang dibuat antara Tuhan dan jemaat. Perjanjian kita adalah perjanjian

yang baru yaitu perjanjian anugerah (kasih karunia), yang dimulai di kayu salib Tuhan kita

Yesus”.2 Prince ingin menjelaskan bahwa semua yang diucapkan Yesus sebelum salib itu

berdasar terhadap Perjanjian Lama, karena Prince memiliki pemahaman bahwa kebanyakan

ajaran Yesus ditujukan untuk mengkritik dan mengkritisi apa yang menjadi pemahaman

orang-orang Farisi dan ahli Taurat pada waktu itu.

Prince menyatakan bahwa: “Yesus tidak pernah menyebut orang-orang berdosa-

bahkan pelacur dan pemungut cukai- “sekumpulan ular beludak”. Tidak pernah! Kata-kata

1
“Kamus Besar Bahasa Indonesia.” Studi (Jakarta: Balai Pustaka,1997),78.
2
Joseph Prince, Grace Revolution : mengalami kuasa untuk hidup bebas dari kekalahan, trans. Oleh Tammy
Tiarawati Rusli (Jakarta: Immanuel,2017), 117-118.

STT Berea | 3
keras dari Yesus hanya ditujukan kepada orang-orang farisi”3 yang pusat perhatiannya pada

Hukum Taurat yang membutakan mereka sehingga tidak dapat melihat Tuhan yang menjadi

manusia. Jadi, pahamilah firman Tuhan dengan benar tiap kali orang percaya membaca

Alkitab. Tidak semua yang dikatakan Yesus diucapkan kepada gereja”.4

Dari pernyataan ini Prince kembali mengingatkan bahwa Perjanjian Baru tidak benar-

benar dimulai dengan keempat Injil itu karena Perjanjian Baru dimulai setelah kebangkitan

Yesus Kristus. Oleh karena itu, salib adalah titik penanda yang paling jelas tentang dimana

perjanjian yang baru di mulai.5

Kasih karunia bersifat kekal

Konsep dasar kasih karunia “Radical Grace” didasarkan pada kata “segala dan

selamanya” yang ada di Kolose 2:13 dan Ibrani 10:14. Dalam Kolose 2:13 “Kamu juga,

meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah,

telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala

pelanggaran kita”. Ayat ini sedang ingin menjelaskan kehidupan jemaat Kolose yang telah

mati di dalam dosa namun, Allah telah membuat manusia memiliki kehidupan bersama

dengan Allah sehingga, manusia menerima pengampunan dari pelanggaran. Jemaat Kolose

telah mengusahakan diri mencari perkara yang diatas Ay 16 dengan menjauhi roh-roh

duniawi.

Kata “segala” “” berarti Full (penuh), Greatest (terbesar), All (semua). Kata

“segala” ini mengandung suatu makna bahwa “suatu tindakan yang telah dilakukan”.

3
Matius 12:34;23:33.
4
Prince, Destined to Reign : Rahasia keberhasilan, keutuhan, dan kehidupan berkemenangan
(Jakarta:Immanuel,2012), 91-92.
5
Joseph Prince, Unmerited Favor: Kemurahan yang tidak layak diterima, trans. Oleh Budijanto,2 ed.
(Jakarta:Immanuel,2014),98.

STT Berea | 4
Akhirnya, Kolose 2:13 “Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan

oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia,

sesudah Ia mengampuni “segala” pelanggaran kita”. Kata “segala” ini mengacu bahwa Tuhan

sudah mengampuni segala pelanggaran yang manusia sebelumnya telah lakukan.

Dan Ibrani 10:14 “Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk

selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan. Dari kata “selama-lamanya” artinya

continuous (terus-menerus), forever (selama-lamanya), for all time (untuk selamanya),

continually (terus-menerus) makna sebenarnya mengacu kepada Allah diberikan sebuah

kehormatan yang tertinggi untuk memerintah kerajaan dan yang memegang kendali karena

tindakan yang telah dilakukan Yesus atas manusia sehingga, kehormatan itu dipergunakan

untuk selama-lamanya.

Apabila melihat daripada ayat-ayat yang di atas bahwa benarlah kata yang

menyatakan “segala dan selamanya” ini menunjuk apabila sudah percaya kepada Tuhan

Yesus maka, semua dosa (baik dosa keturunan, dosa yang diperbuat di masa lalu, masa saat

ini, bahkan dosa yang belum diperbuat di masa akan datang) semua dan seluruhnya itu telah

diampuni Tuhan atas hidup manusia untuk sekarang dan sampai selama-lamanya.

Dalam ajaran Radical Grace klausa utama dan terakhir dari Perjanjian Baru kasih

karunia adalah bahwa “Aku akan menaruh belas kasihan terhadap mereka dan tidak lagi

mengingat dosa-dosa mereka”, Prince menjelaskan masalah gereja pada masa kini adalah

kepercayaan yang salah. Manusia percaya bahwa Tuhan tidak menaruh belas kasihan

terhadap dosa-dosanya, sehingga jika sesuatu hal kutuk terjadi dalam hidupnya dirinya

berpikir, ini merupakan hukuman atas dosa yang telah dilakukannya.

Hal ini berarti ada saat tertentu dimana Tuhan akan beserta orang percaya jika

sepenuhnya taat, namun jika gagal, Tuhan akan meninggalkan manusia. Sehingga banyak

STT Berea | 5
orang percaya tidak menyadari bahwa dirinya secara tidak langsung masih ada di bawah

hukum Perjanjian Lama. Untuk itu, Prince memberikan penegasan bahwa pada masa kini,

setiap orang percaya pernah ada di bawah perjanjian yang sepenuhnya berbeda dan Tuhan

tidak akan pernah meninggalkan orang percaya. Dalam ajarannya Prince menyebutnya

dengan pertukaran ilahi.6 Artinya di salib, Yesus mengambil dosa manusia dan melepaskan

hadirat Tuhan, sementara manusia mengambil kebenaran Yesus dan menerima hadirat Tuhan

yang Yesus miliki.7

Demikian juga, Tuhan membuat klausa utama dari Perjanjian Baru sebagai klausa

terakhir untuk menunjukkan kepada manusia bahwa inilah klausa terakhir yang membuat

segala sesuatu berhasil. Sehingga, Yesus menyatakan bahwa siapa yang menolak klausa ini

maka ia menolak juga Perjanjian Baru yang menyangkal karya Yesus yang sempurna. Prince

mengutip Surat Galatia 2:21 “aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada

kebenaran oleh Hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”. Prince menafsirkannya

bahwa “sebenarnya Rasul Paulus mengatakan bahwa seandainya orang percaya bergantung

pada pekerjaan baiknya, perbuatannya dan kemampuannya untuk menjalankan secara

sempurna sepuluh perintah Tuhan untuk menjadi benar, maka Yesus mati tanpa ada gunanya

sama sekali! Itulah artinya sia-sia”- tanpa ada gunanya sama sekali. Sehingga tidak

seorangpun dibenarkan oleh karena melakukan hukum taurat. Prince menyatakan bahwa:

“perhatikan dalam Yohanes 1:17, bahwa sepuluh hukum taurat diberikan melalui seorang

hamba, Musa tetapi anugerah dan kebenaran datang melalui Anak Bapa sendiri, Yesus

Kristus. Jadi, jangan biarkan siapapun berkata kepada orang percaya “kebenaran” disini

adalah sepuluh hukum taurat. Ayat ini jelas membandingkan hukum taurat dengan kasih

karunia”.8

6
Joseph Prince, 100 Days of Favor Bacaan Harian dari Unmerited Favor (Jakarta: Immanuel, 2014), 75.
7
Ibid.
8
Prince, Grace Revolution: mengalami kuasa hidup untuk hidup bebas dari kesalahan, 118.

STT Berea | 6
Jadi, dari pernyataan ini sudah dijelaskan bahwa anugerah itu berasal daripada Yesus

dan hukum taurat itu diberikan melalui Musa. Adanya suatu pengelompokkan yang diberikan

supaya memperlihatkan suatu kebenaran antara hukum taurat dengan kasih karunia.

BAB III

EKSEGESIS DAN SANGGAHAN

Penulis akan mengeksegesis beberapa ayat yang menjadi dasar berpijaknya paham

Radical Grace. Kolose 2:13 “kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh

STT Berea | 7
karena tidak bersunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia,

sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita”. Ibrani 10:14 “Sebab oleh satu korban saja

Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan”. Penulis akan

memfokuskan kepada dua ayat ini dikarenakan ini menjadi dasar yang kuat dalam

pemahaman Radical Grace.

Kolose 2:13

Konteks ayat dalam bagian ini Rasul Paulus menguraikan ajaran tentang karya Kristus

dalam penebusan. Ajaran tersebut bertentangan dengan ajaran sesat di Kolose. Ia

mengingatkan para pembacanya tentang pengalaman mereka semula ketika mereka menerima

Kristus Yesus sebagai Tuhan dan kebaikan-kebaikan yang mereka alami sebagai akibat

kepercayaan mereka (2:6-7). 9 Bahwa begitu banyak ajaran-ajaran yang akan menyesatkan

sehingga harus berjaga-jaga dengan teguh agar tidak mudah digoyahkan oleh rupa-rupa roh

(2:8).

Bagian ini memuat sejumlah ungkapan yang saling berkaitan, yang ditulis dengan

gaya Paulus yang khas. Dalam bagian kedua kalimat itu (Ay 13-14) menggambarkan keadaan

orang-orang Kolose sebelum mereka hidup sebagai orang Kristen (13a), disusul dengan suatu

pernyataan tentang apa yang Allah telah lakukan bagi mereka (13b-14).10

Guna menarik perhatian pada perubahan-perubahan yang telah terjadi dalam diri

anggota jemaat Kolose, maka, Paulus mempertentangkan kehidupan masa lampau mereka

dengan kehidupan kini.11

Dengan kata “mati oleh pelanggaranmu”. Menurut Paulus ada dua hal yang

menyebabkan kematian Rohani, yaitu pelanggaranmu dan karena tidak bersunat secara

9
Robert G. Bratcher n Eugene A. Nida, Surat-surat Paulus kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon
(Jakarta: Yayasan karunia bakti budaya Indonesia, 1994), 46.
10
Ibid.
11
_____, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 matius-wahyu (Jakarta: Yayasan komunikasi bina kasih, 1981), 641.

STT Berea | 8
lahiriah. Kata ‘pelanggaran’ KJV: Sins (Dosa-dosa), NAS: transgressions (pelanggaran

hukum), YLT: trespasses (melakukan kesalahan, dosa). BGT: παραπτώμασιν (Trespass) disini

menjelaskan bahwa jemaat-jemaat yang di Kolose berada dalam perilaku yang selalu

melakukan pelanggaran atau dosa yang BIS sebutkan tentang pelanggaran. Melihat daripada

keadaan jemaat Kolose pelanggaran tersebut berarti bahwa tidak untuk sekali namun berkali-

kali dilakukan.

Dalam Tafsiran Matthew Henry, rupanya ia memberikan suatu pandangan menarik

yang membahas tentang trikotomi untuk menasihatkan kehidupan kerohanian jemaat, dimana

antara tubuh dan jiwa itu terpisah dan fungsi daripada roh manusia dengan Roh Allah sendiri.

“sama seperti kematian tubuh berarti terpisahnya tubuh dari jiwa, demikian pula kematian

jiwa berarti terpisahnya jiwa dari Allah dan perkenanan ilahi. Sebagaimana kematian tubuh

berarti tubuh akan rusak dan membusuk, demikian pula dosa adalah kerusakan atau kebejatan

jiwa”.12

Dengan melihat daripada pandangan diatas bahwa pelanggaran atau dosa jemaat

Kolose berarti bahwa jemaat seringkali berbuat dosa dan hidup mereka ada didalam dosa.

Walaupun demikian keadaannya tetapi mereka tidak bisa menolong dirinya sendiri

dikarenakan telah kehilangan kekuatan rohani sehingga mereka tidak bisa berbuat apa-apa

sampai ia memiliki kehidupan ilahi yang sudah diperbaharui.

Mengenai tidak bersunat secara lahiriah ini hanya berbicara tentang hati yang tidak

dikuduskan disebut hati yang tidak bersunat. Dengan perkataan itu rasul Paulus tidak

bermaksud mengemukakan bahwa sunat adalah sesuatu yang menyelamatkan. Seseorang

diselamatkan karena ia beriman kepada Kristus. Namun pada zaman Perjanjian Lama, sunat

Johnny Tjia, Barry van der schoot n Stevy W. Tilaar, Tafsiran Matthew Henry surat Galatia, Efesus, Filipi,
12

Kolose,1&2 Tesalonika,1&2 Timotius, Titus, Filemon (Surabaya: Penerbit Momentum, 2015), 381.

STT Berea | 9
merupakan tanda bahwa mereka termasuk ke dalam Perjanjian Allah; mereka adalah umat

Allah.13

Ibrani 10:14

Konteks daripada pasal 10 menjelaskan berbagai aspek dari perjanjian yang lama,

seperti ibadahnya, peraturan-peraturannya dan upacara pengorbanan di dalam kemah suci,

bagian ini membahas berbagai ruangan dan perabotan dalam pusat ibadah PL ini. Penulis

mempunyai dua maksud ketika menulis yaitu 1. Membandingkan pelayanan imam besar

dalam bait suci di bumi bawah perjanjian yang lama dengan pelayanan Kristus sebagai imam

besar di bait suci di sorga di bawah perjanjian yang baru; 2. Menunjukkan bagaimana

berbagai aspek dari perjanjian yang lama ini menggambarkan atau melambangkan pelayanan

Kristus, yaitu Dia yang mengadakan perjanjian yang baru.14

Dalam perikop ini Rasul-rasul Paulus mengangkat dan meninggikan Tuhan Yesus

Kristus, setinggi-tingginya seperti ia juga sudah mengecilkan imamat lewi. Ia membuktikan

Kristus kepada orang-orang Ibrani sebagai imam besar yang sesungguhnya, korban

penebusan yang sesungguhnya, yang diperlambangkan selama ini.15 Dan hal ini digambarkan

Paulus, bahwa berdasarkan tempat dimana Tuhan Yesus kita sekarang ditinggikan,

kehormataan yang didapat-Nya disana, dan kehormatan selanjutnya yang akan diperoleh-

Nya, tetapi Ia setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk

selama-lamanya di sebelah kanan Allah dan sekarang Ia hanya menantikan saatnya dimana

musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kaki-Nya.16

Penjelasan mengenai ayat 14 ini rupanya menjelaskan bahwa selama-lamanya disini

bukan berarti bahwa pengorbanan Yesus di kayu salib sekali dan untuk selamanya akan
13
Doreen Widjana, Surat Kolose (Bandung: Yayasan Baptis Indonesia, 1994),67.
14
Donald C. Stamps, Alkitab Penuntun hidup berkelimpahan (Malang: Gandum Mas, 1993), 2068.
15
Johnny Tjia, Barry van der schoot, Tafsiran Matthew Henry surat Ibrani, Yakobus, 1&2 Petrus, 1-3 yohanes,
Yudas, Wahyu (Surabaya: Penerbit Momentum, 2016), 162.
16
Ibid., 165.

STT Berea | 10
tetapi, bahwa Allah diberikan sebuah kehormatan yang tertinggi untuk memerintah kerajaan

dan yang memegang kendali sebab tindakan yang telah dilakukan Yesus atas manusia

sehingga, jabatan atau kehormatan itu dipergunakan untuk selama-lamanya. Jadi, “bagaimana

Kristus menikmati kehormatan ini, yaitu dengan perasaan yang teramat puas dan tenang. Ia

duduk disana selama-lamanya. Bapa berkenan dan puas dengan-Nya. Ia pun puas dengan

kehendak dan hadirat Bapa-Nya. Inilah tempat perhentian-Nya untuk selama-lamanya.”17

Sedangkan Yesus sesudah mempersembahkan satu korban untuk dosa-dosa, sekarang

duduk di sisi kanan Allah. Ia tidak perlu mempersembahkan korban lagi. Korban satu berlaku

untuk selama-lamanya, Ia sekarang menunggu sampai kemenangan-Nya atas musuh-musuh-

Nya menjadi sempurna.18 Buku surat Ibrani dan umum ini pun memperlihatkan maksud

daripada selama-lamanya disini bahwa Allah duduk memerintah selama-lamanya oleh

karena tindakan penebusan yang dicurahkan atas manusia dan melihat setiap musuh akan

bertekuk lutut menyembah Allah yang memerintah di sebelah kanan Allah Bapa.

“sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya

mereka yang Ia kuduskan” ayat ini adalah puncak pekerjaan Kristus sebagai iman besar.

Perkataan itu menyatakan bahwa mereka disempurnakan oleh Kristus dalam kekudusan yang

telah disediakan-Nya untuk mereka yang dijanjikan dalam perjanjian yang baru itu.19 Jadi,

kata selama-lamanya ini tidak boleh dilihat secara harafiah saja, melainkan secara literal

supaya tidak kehilangan pesan mula-mula daripada kepenulisannya. Selamanya bukan berarti

pengorbanan sekali dan selamanya tetapi, pengorbanan yang Yesus lakukan itu sekali dan Ia

yang memerintah selamanya di sebelah kanan Allah sebab tindakan Yesus atas penebusannya

bagi manusia.

17
Ibid., 166.
18
Hadiwiyata, Surat-surat Ibrani dan umum (Yogyakarta: Penerbit kanisisus,1985), 63.
19
J. Wesley Brill, Tafsiran surat Ibrani (Bandung: Penerbit Kalam Hidup, 1981), 162.

STT Berea | 11
Dengan demikian, menurut saya paham mengenai Radical Grace ini tidak benar untuk

diajarkan bagi jemaat-jemaat dikarenakan paham ini tidak memperhatikan konteks daripada

ayat-ayat tersebut, juga melepaskan cara-cara menafsirkan ayat, dan terlebih-lebih paham ini

hanya mencopot-copot ayat saja untuk dijadikan paham. Apabila demikian halnya, maka,

akan banyak orang yang telah disesatkan. Dalam surat Ibrani sendiri Joseph Prince

menafsirkan secara harafiah kata “selama-lamanya” yang sebenarnya bahwa Allah

memerintah di sebelah kanan Allah Bapa selamanya setelah Ia memberikan diri-Nya menjadi

tebusan bagi banyak orang, sedangkan Prince menafsirkan “selama-lamanya” dengan arti

penebusan dosa yang berarti setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, maka semua

dosanya sudah diampuni termasuk dosa yang belum dilakukan. Tanpa melihat makna dibalik

ayat dan tujuan penulisan. Begitu pula dengan surat Kolose ini berarti bahwa arti ayat ini

sebenarnya ingin berbicara bahwa jemaat Kolose itu telah terjerumus kedalam jurang dosa

yang sangat dalam sehingga, hidup mereka ada didalam kuasa dosa sehingga, kuasa dosa

tersebut menjadikan mereka tidak mampu untuk melepaskan jerat dosa yang sudah mengikat

diri mereka. Sehingga, mati oleh pelanggaran menunjuk kepada kematian rohani, tidak

mempunyai hubungan pribadi yang benar dengan Allah, ia tidak mengenal Allah, ia adalah

tuan atas kehidupannya sendiri.20

20
Doreen Widjana., 66.

STT Berea | 12
BAB IV

RUMUSAN TEOLOGI

Berdasarkan apa yang telah dideskripsikan di atas, maka penulis akan memberikan

rumusan teologi mengenai kasih karunia yang telah diselidiki dari sebuah ajaran yang sedang

berkembang mengenai Radical Grace, yaitu sebagai berikut:

 Radical Grace adalah hidup dalam kasih karunia Yesus Kristus yang akan

membebaskan orang percaya dari segala tuntutan Hukum Taurat.

 Radical Grace didasarkan pada kematian Yesus di kayu salib yang bersifat tindakan

sekali untuk selama-lamanya.

 Korban satu berlaku untuk selama-lamanya.

 Perjanjian anugerah (kasih karunia) dimulai saat kematian Tuhan Yesus di atas kayu

salib.

STT Berea | 13
BAB V

KESIMPULAN

STT Berea | 14
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa paham yang disebarluaskan oleh

Joseph Prince tentang Radical Grace ini memiliki pemahaman yang sangat keliru

dikarenakan melepaskan konteks dan pesan mula-mula dari tujuan kepenulisan surat. Dengan

melihat penjabaran diatas tersebut maka, dapat diambil kesimpulan bahwa setelah Yesus

memberikan diri-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang itu berlaku sekali dan selama-

lamanya, benar! Namun, paham Radical Grace ini menyelewengkan kasih karunia tersebut

sehingga, dengan semena-mena mereka mempergunakan anugerah semau mereka karena

mereka percaya Tuhan sudah mengampuni dosa yang dulu, dosa keturunan, bahkan dosa

masa depan. Apabila mereka melakukan dosa dan selalu teringat maka, mereka percaya itu

hanya intimidasi si Iblis yang harus dihancurkan kemudian mereka harus kembali

mengarahkan diri kepada paham yang diajarkan dari Radical Grace.

Jadi, Allah memerintah sebagai Tuhan yang telah menang duduk di sebelah kanan

Bapa, memerintah untuk selama-lamanya yang memegang kendali atas hidup manusia.

Dimana Tuhan sudah menghidupkan kembali kerohanian jemaat Kolose, membebaskan

mereka daripada kuasa dosa yang membelenggu tubuh jemaat dengan pengorbanan-Nya di

kayu salib.

DAFTAR PUSTAKA

_____“Kamus Besar Bahasa Indonesia.” Studi Jakarta: Balai Pustaka,1997

STT Berea | 15
_____, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 matius-wahyu Jakarta: Yayasan komunikasi bina kasih,
1981
Barry van der schoot, Johnny Tjia, Tafsiran Matthew Henry surat Ibrani, Yakobus, 1&2
Petrus, 1-3 yohanes, Yudas, Wahyu Surabaya: Penerbit Momentum, 2016
Brill Wesley. J, Tafsiran surat Ibrani Bandung: Penerbit Kalam Hidup, 1981
Eugene A. Nida, Robert G. Bratcher Surat-surat Paulus kepada jemaat di Kolose dan kepada
Filemon Jakarta: Yayasan karunia bakti budaya Indonesia, 1994
Hadiwiyata, Surat-surat Ibrani dan umum Yogyakarta: Penerbit kanisisus,1985
Prince, Joseph Grace Revolution : mengalami kuasa untuk hidup bebas dari kekalahan, trans.
Oleh Tammy Tiarawati Rusli Jakarta: Immanuel,2017
Prince, Joseph Destined to Reign : Rahasia keberhasilan, keutuhan, dan kehidupan
berkemenangan Jakarta:Immanuel,2012
Prince, Joseph Unmerited Favor: Kemurahan yang tidak layak diterima, trans. Oleh
Budijanto,2 ed. Jakarta:Immanuel,2014
Prince,Joseph 100 Days of Favor Bacaan Harian dari Unmerited Favor Jakarta: Immanuel,
2014
Stamps C. Donald, Alkitab Penuntun hidup berkelimpahan Malang: Gandum Mas, 1993
Stevy W. Tilaar, Barry van der schoot n Johnny Tjia, Tafsiran Matthew Henry surat Galatia,
Efesus, Filipi, Kolose,1&2 Tesalonika,1&2 Timotius, Titus, Filemon Surabaya:
Penerbit Momentum, 2015
Widjana, Doreen, Surat Kolose Bandung: Yayasan Baptis Indonesia, 1994.

STT Berea | 16

Anda mungkin juga menyukai