Anda di halaman 1dari 3

RANCANGAN TEMA, TUJUAN, TAFSIR & KHOTBAH

IBADAH MINGGU ASRAMA – MINGGU, 09 OKTOBER 2022

TEMA : “Aku Berubah”


BACAAN : Lukas 19 : 1-10
TUJUAN
1. Umat menghayati makna perjumpaannya dengan Tuhan.
2. Umat terdorong untuk terus memperbaharui diri seturut kehendak Tuhan.
3. Umat berkomitmen untuk menjadi berkat bagi pribadi, sesame, keluarga dan masyarakat.

DASAR PEMIKIRAN
Kisah Zakheus adalah kisah tentang perubahan hidup. Zakheus yang tidak disukai banyak
orang, menjadikan dirinya dan keluarganya seolah terasing dari masyarakat. Hidup
bergelimang harta tetapi miskin cinta. Namun perjumpaannya dengan Tuhan Yesus telah
mengubah hidupnya.

Dalam hidup sehari-hari kita senantiasa mengalami perjumpaan demi perjumpaan. Baik
perjumpaan dengan sesama manusia, perjumpaan dengan keadaan, peristiwa maupun
persoalan hidup. Namun seringkali perjumpaan-perjumpaan itu berakhir tanpa makna. Begitu
pun perjumpaan kita dengan Tuhan, baik secara pribadi maupun bersama dalam sebuah
komunitas. Perjumpaan melalui doa, persekutuan ibadah atau kegiatan-kegiatan sosial
kemasyarakatan terkadang seperti tidak menghasilkan apa-apa.
Melalui kesaksian Injil Lukas 19:1-10 kita diajak untuk belajar menghayati perjumpaan kita
dengan Tuhan, sehingga kita menemukan makna hidup yang sesungguhnya. Dimana kita
menemukan diri kita berada dalam persekutuan dengan Tuhan dan sesama. Sehingga kita
menyadari arti dicintai untuk mencintai. Sejatinya, Tuhan lebih dulu mencintai kita agar kita
terus belajar mencintai Tuhan dan sesama.

PENJELASAN TEKS
Lukas 19:1-10
Kisah perjumpaan Zakheus dengan Yesus hanya dicatat dalam Injil Lukas. Injil Matius, Markus
dan Yohanes tidak memuat kisah ini. Itu tidak berarti bahwa kita boleh meragukan kebenaran
kisah ini. Yohanes menyebutkan bahwa ada begitu banyak tanda (karya) yang dilakukan Yesus
namun tidak semuanya tercatat dalam tulisannya (Yohanes 20:30 dan 21:25). Jadi, sangat bisa
dipahami bila kisah Zakheus tidak ada di Injil Yohanes dan Injil yang lain.
Lukas tentu memiliki kesan tersendiri atas peristiwa perjumpaan Zakheus dengan Tuhan Yesus,
sehingga ia mencatat hal ini dalam kesaksiannya. Perjumpaan Zakheus dengan Tuhan Yesus
adalah peristiwa yang istimewa.

Semula, Zakheus hanya ingin melihat seperti apa Yesus itu. Keinginannya sangat besar sehingga
ia berusaha keras untuk bisa melihat Yesus. Dalam kerumunan orang banyak, ia tidak berhasil
melihat Yesus, karena itu ia berlari “mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara
untuk melihat Yesus”. Zakheus, kepala pemungut cukai, orang yang mempunyai kedudukan
dalam masyarakat, mau memanjat pohon ara hanya untuk melihat Yesus. Ia tidak memikirkan
bagaimana tanggapan orang bila melihat perbuatannya itu. Ia tidak peduli meskipun mungkin
akan di-bully, “wong tuwa kelakuane kaya bocah”.

Tuhan Yesus rupanya tahu apa yang dilakukan Zakheus dan isi hatinya. Tuhan Yesus
menghampiri Zakheus dan menyapanya. Tuhan Yesus bahkan mengatakan bahwa Ia akan
menumpang di rumah Zakheus. Alkitab bahasa Yunani menggunakan kata μείναι yang artinya
tinggal, LAI menerjemahkannya menumpang. Yesus mengatakan bahwa Ia ingin tinggal
sementara waktu di rumah Zakheus. Pernyataan Tuhan Yesus mengejutkan banyak orang,
namun Zakheus menyambutnya dengan sukacita.

Meskipun orang banyak tidak berhenti bersungut-sungut dan menghakimi “Ia menumpang di
rumah orang berdosa” (ayat 7), namun Yesus tetap teguh dengan pendirian-Nya “untuk
mencari dan menyelamatkan yang hilang” (ayat 10). Apa yang dilakukan Tuhan Yesus telah
menyentuh Zakheus pada hatinya yang terdalam. Zakheus yang selama ini banyak dibenci dan
tidak disukai, kini merasakan indahnya dicintai. Cinta dan perhatian Tuhan Yesus menolongnya
untuk berubah. Tanpa diminta dan tanpa dipaksa, Zakheus menyatakan komitmennya untuk
membagikan hartanya kepada orang miskin. Bahkan Zakheus mau menanggung konsekwensi
atas kesalahan yang mungkin pernah diperbuatnya di masa lalu. Ini menjadi bukti kesungguhan
Zakheus untuk berubah menjadi lebih baik.

Perjumpaan Zakheus dengan Tuhan Yesus membuahkan berkat bukan hanya bagi pribadi
Zakheus, tetapi juga untuk keluarganya dan orang-orang di sekitarnya. Tuhan Yesus berkata,
“Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini…”. Kata rumah tentunya tidak menunjuk
pada sebuah bangunan, tetapi menunjuk pada keluarga yang tinggal dalam rumah itu. Zakheus
menjadi berkat bagi keluarganya. Selain itu, komitmen Zakheus untuk membagikan hartanya
kepada orang-orang miskin dan mengganti kerugian mereka yang pernah diperasnya
merupakan berkat bagi masyarakat di sekitarnya.

KHOTBAH
“AKU BERUBAH”

Rekan-rekan yang dikasihi Tuhan,


Kisah perjumpaan Zakheus dengan Tuhan Yesus tentu tidak asing bagi kita.
Bahkan ada lagunya juga, (ajak umat menyanyi bersama):

Zakheus orang pendek kecil mungil dia


Dia naik pohon ara hendak melihat Yesus
Yesus berkata kepadanya:
“Hai Zakheus, turunlah! Aku akan singgah di rumahmu!”

Lukas 19:1-10 menceritakan bahwa Zakheus ingin melihat Tuhan Yesus yang sedang lewat di
kota Yerikho. Sepertinya Zakheus penasaran dengan sosok Yesus yang beritanya viral dimana-
mana. Semula Zakheus hanya ingin melihat alias ingin tahu saja seperti apa orang bernama
Yesus itu. Namun di luar dugaan, Yesus tiba-tiba menghampiri Zakheus dan menyapanya.
Bukan itu saja, Yesus juga mengatakan bahwa Ia mau menumpang di rumah Zakheus.
Pernyataan ini sungguh mengejutkan baik bagi Zakheus maupun bagi orang banyak yang ada
disitu.

Zakheus adalah seorang kepala pemungut cukai. Karena pekerjaannya ini, Zakheus tidak
disukai banyak orang dan dianggap sebagai orang berdosa. Mengapa begitu? Bagi orang Yahudi
hal membayar pajak kepada pemerintah (Kaisar) itu bukan hanya soal politik ekonomi, tapi
menyangkut urusan keagamaan juga. Membayar pajak menunjukkan sikap tunduk kepada
Kaisar, padahal mereka diajarkan untuk hanya tunduk kepada Allah. Kalau membayar pajak
saja dirasa sebagai tindakan yang tidak benar, apalagi mereka yang bekerja sebagai penarik
pajak. Para pemungut cukai dianggap mengkhianati Allah dan orang-orang sebangsanya. Itulah
sebabnya Zakheus disebut sebagai orang berdosa (ayat 7).
Tetapi Yesus mau menjumpai Zakheus dan menumpang di rumahnya. Kata “menumpang”
(μείναι = tinggal) jelas berbeda dengan kata “singgah” (dalam lagu Sekolah Minggu). Singgah
itu sama dengan mampir, datang sebentar ke suatu tempat yang dilewati. Tetapi menumpang
itu artinya turut tinggal atau bermalam (jadi relatif lebih lama dari sekadar singgah). Tentu saja,
orang yang menumpang sedikit banyak akan merepotkan si tuan rumah. Tapi Zakheus mau
menerima Yesus dengan sukacita (ayat 6), ia tidak merasa terbebani, ia justru senang. Yesus
benar-benar menumpang di rumah Zakheus. Itu berarti bahwa Yesus juga tinggal di tengah
Zakheus. Tidak diceritakan berapa lama Yesus tinggal di rumah Zakheus. Yang jelas
perjumpaan Zakheus dengan Yesus itu menyebabkan terjadinya perubahan dalam hidup
Zakheus.

Zakheus bertekad untuk mengubah cara hidupnya. Ia yang selama ini terus-menerus menarik
dan mengumpulkan, sekarang mau melepaskan dan membagikan harta yang dimilikinya bagi
orang yang membutuhkan. Zakheus mau memperbaiki diri bila selama ini telah salah dalam
bertindak. Zakheus bahkan siap menanggung konsekwensinya (ayat 8). Perjumpaan dengan
Yesus memberi makna baru bagi hidup Zakheus. Ia merasa begitu dicintai dan sekarang ia siap
untuk mencintai.

Rekan-rekan yang dikasihi Tuhan,


Apakah saudara dan kita semua sudah berjumpa dengan Tuhan? Sebagai orang percaya, kita
tentu termasuk orang-orang yang sudah berjumpa dengan Tuhan. Melalui pesan firman Tuhan
pada minggu ini, kita diajak untuk menghayati kehadiran Tuhan di tengah kehidupan kita.
Pertanyaannya, apa makna kehadiran Tuhan Yesus bagi saudara?

(Beri kesempatan umat untuk merenungkan sejenak dan minta beberapa orang untuk
mengemukakan jawaban mereka).

Rekan-rekan yang dikasihi Tuhan,


Belajar dari kisah Zakheus, kita beroleh pengertian bahwa Tuhan Yesus menjumpai kita untuk
menjadikan hidup kita lebih baik dari sebelumnya. Tuhan Yesus datang “untuk mencari dan
menyelamatkan yang hilang” (ayat 10). Hal itu dilakukannya karena Ia sangat mengasihi kita.
Tuhan Yesus tidak terpengaruh oleh penilaian orang lain atas diri kita. Yang perlu kita lakukan
adalah senantiasa menerimaNya dengan sukacita. Menerima Tuhan dengan sukacita itu berarti
mau menerima pengajaran-Nya dengan senang hati untuk dilakukan. Itulah yang akan
mengubah hidup kita menjadi lebih baik dan berkenan kepada Tuhan.

Sebagaimana Zakheus dan kehidupannya, hidup kita pun jauh dari sempurna, ada begitu
banyak kekurangan dan kelemahan kita. Mungkin selama ini kita hanya fokus mengumpulkan
harta atau sibuk dengan urusan sendiri. Mungkin kita pun pernah membuat orang lain tidak
menyukai kita. Mungkin kita pun pernah merugikan orang lain di sekitar kita. Seperti Zakheus,
marilah kita mengambil langkah untuk berubah. Kehadiran Tuhan Yesus di tengah kehidupan
kita, itulah yang memberi daya dan semangat, memampukan kita menjalani hidup dengan cara
baru. Hidup untuk mencintai Tuhan dan sesama.

Baik atau buruk kelakuan kita tentu berdampak pada kehidupan kita. Sebagai contoh, Zakheus
yang dibenci banyak orang tentu membuat kehidupannya tidak disukai orang lain. Sebaliknya,
Zakheus yang berubah karena berjumpa dengan Tuhan, menjadi berkat bagi keluarga dan
banyak orang. Karena itu, marilah kita belajar menjadi lebih baik lagi. Marilah kita menjadi
berkat bagi kehidupan kita dan orang di sekitar kita. Terpujilah nama Tuhan. Amin

Anda mungkin juga menyukai