Anda di halaman 1dari 1

Seperti ke-2 murid, kitapun juga sedang menempuh sebuah perjalanan/peziarahan hidup.

Yesus
senantiasa hadir dan menyertai setiap langkah perjalanan kita. Melalui banyak orang dan banyak
peristiwa, Ia mengajarkan banyak hal kepada kita, namun tidak selalu kita mampu mengenali-Nya.
Dalam kesibukan sehari-hari, di tengah aktivitas dan pekerjaan kita, Tuhan selalu hadir dan menyertai
kita, namun kita tidak selalu menyadari dan memikirkan-Nya. Maka, amat penting bagi kita untuk mau
menghentikan langkah perjalanan kita barang sejenak, berhenti dari kesibukan, aktivitas dan
pekerjaan kita untuk diam, hening, merenung, berefleksi dan berdoa.

Injil Lukas ini mengajak kita masuk dalam kisah perjalanan ke Emaus. Sebuah kisah "frustasi" dua
murid Yesus yang ditinggal mati oleh Guru mereka, sehingga mereka putus asa (asumsi sy, mereka
mau pulang ke kampung halaman). Mereka merasa gagal dan tak ada gunanya lagi tinggal di
Yerusalem. Apakah menuju ke Emaus sama dengan menuju keputusasaan? Benarkah demikian?
Ternyata, Yesus mengubah pengalaman tersebut dengan sebuah pengalaman “kehadiran-Nya”.
Kehadiran Yesus yang menyemangati dan mengobarkan semangat untuk memberikan kabar sukacita
bagi orang lain.

Dalam hidup sehari-hari, kita pasti mengalami “emaus-emaus”, yakni saat di mana kita tidak sanggup
lagi untuk mengisi kehidupan ini dengan semangat baru, karena pengalaman kegagalan dan
kepahitan. Setiap orang pasti mengalami saat-saat frustasi yang berangsur-angsur dapat mematikan
semangat hidup, jika tidak segera diatasi. Dalam kondisi seperti itu, biasanya kita mencari teman
dalam perjalanan untuk menceritakan kesusahan kita; dan teman kita juga berbagi hal yang sama,
sehingga kita merasa memiliki teman “senasib seperjuangan”. Namun, dalam “perjalanan ke Emaus”,
ternyata Tuhan yang bangkit menyertai mereka.

Kita juga bisa menjadi teman seperjalanan bagi sesama kita yang mengalami keputusasaan. Namun,
apakah iman kita semakin dikuatkan, ketika kita mendengarkan pengalaman hidup sesama kita?
Apakah kita mampu melihat Tuhan yang hadir di antara kita dan mengobarkan hati kita melalui
sabda-Nya yang kita baca dan renungkan setiap hari? Jika beriman, maka kita akan mampu
merasakan kehadiran-Nya dalam setiap peristiwa hidup kita.

Kefrustasian kita dapat berubah menjadi “kobaran semangat” kebangkitan, jika kita berani
mengundang Yesus untuk “tinggal” di antara kita. Seperti, yang dilakukan oleh kedua murid di Emaus
itu, “Tuhan, tinggallah bersama kami, karena hari hampir larut malam.” Undangan ini ternyata
“menyembuhkan” dan menjadikan mereka berani menjadi saksi-saksi kebangkitan. Alleluya.

Doa :

Tuhan Yesus Kristus, bantulah kami untuk berani berhenti sejenak dari kesibukan, pekerjaan sehari-
hari kami, untuk diam, merenung, berefleksi, dan berdoa, lebih-lebih untuk merayakan Perjamuan
Kudus-Mu, supaya kami semakin menyadari dan mengalami kehadiran dan penyertaan-Mu di dalam
hidup kami. Amien.

Anda mungkin juga menyukai