PENDAHULUAN
Pada kenyataannya semua makhluk hidup termasuk dalam hal ini manusia
diciptakan oleh Allah SWT dengan membawa berbagai macam perbedaan antar
manusia yang satu dengan manusia yang lain, baik dari segi fisik maupun
psikisnya. Dengan kata lain sulit ditemui kesamaan antara manusia yang satu
dengan yang lainnya, walaupun juga ada beberapa kemiripan-kemiripan di antara
mereka. Perbedaan-perbedaan tersebut turut menentukan kualitas suatu individu
dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya yang pada gilirannya berakibat
pada hasil yang dicapainya.
1
Disamping itu, tinggi rendahnya kualitas suatu tes juga dapat menentukan
terhadap hasil yang ingin dicapai dari kegiatan penilaian yang dilakukan tersebut.
Semakin baik tes yang digunakan, maka hasil yang akan dicapai semakin baik dan
bisa dipertanggungjawabkan. Sebaliknya, jika tes yang digunakan kurang baik,
maka hasil yang dicapai akan jauh dari apa yang diharapkan.
Selain teknik tes, ada juga satu teknik yang digunakan sebagai alat
evaluasi, yakni teknik nontes. Teknik ini dipakai dengan melengkapi kelemahan
yang terdapat pada teknik tes. Teknik ini antara lain observasi, wawancara,
angket, dan lain-lain yang akan dibahas dalam penjabaran nanti.
Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai alat untuk mengevaluasi hasil
belajar siswa yang secara garis besar dapat dibedakan menjadi tes dan nontes;
dimana keduanya dapat dipergunakan untuk mendapatkan informasi atau data
tentang objek yang akan dinilai dan diukur. Dan yang lebih penting lagi,
pembahasan topik ini akan memberi acuan kepada tester kapan dia harus
menggunakan teknik tes dan kapan harus menggunakan teknik nontes. Pemilihan
secara tepat terhadap penggunaan kedua jenis alat evaluasi tersebut diatas,
tergantung pada tujuan penilaian dan jenis informasi yang ingin kita dapatkan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
KAJIAN PUSTAKA
1
Dr. Bob Kizlik. Measurement, Assessment, and Evaluation in Education (Madison : University
of Wisconsin, 2012) pg 1
2
Jeffry L. Moe. 130 Formative and Summative Assessment in Online Education. ( La Jolla :
Publication of National University, 2013) vol . pg 130
3
Andi Prastowo.Pengembangan Bahan Ajar Tematik(Wonosari : Diva Press, 2013) hal 401
3
keterampilan, sikap, serta nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir
dan bertindak. 4
Penilaian pembelajaran terdiri atas dua jenis, yaiti tes (test) dan bukan test
(non test).5
Penilaian Pembelajaran
Skala sikap
Kuesioner Tes Tes Tes
Portofolio Lisan Tertulis tindakan
Catatan sekolah
Jurnal
observasi
Tes tertulis uraian Tes tertulis objektif :
Teratas, tertutup Pilihan ganda
dan ter struktur Benar-salah
Bebas terbuka Menjodohkan
Isian singkat
Isian panjang
Isian klosur
4
Ibid, hal 402
5
Ibid, hal 406
4
2.3.1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan, hal yang perlu dilakukan adalah merumuskan tujuan
penilaian yayng ingin dicapai, menentukan criteria atau ukuran keberhasilan
penilaian, sertta menentukan teknik dan instrumen yang akan digunakan dalam
proses penilaian.
2.3.2. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ada tiga hal yang perlu di perhatikan, yaitu penilaian
harus berlangsung sejak awal sampai akhir proses pembelajaran, penilaian harus
dilihar sebagai proses pembelajara, penilaian harus diluar sebagai proses
berkelanjuta, dan penilaian di arahkan baik pada program pembelajaran, proses
pembelajaran maupun produk pembelajaran..
5
b. Mengkaji kembali materi pembelajaran berdasarka kurikulum dan silabus mata
pelajaran. Hal ini penting dilakukan mengingat isi tes atau pertanyaan penilain
bekenaan dengan bahan pembelajarn yang diberikan. Penguasaan materi sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang merupakan isi dan sasaran penilaian hasil
belajar.
c. Menyusun alat-alat penilaian baik test maupun non test yang cocok digunakan
dalam menilai jenis-jenis tingkah laku yang tergambar dalam tujuan
pembeajaran. Dalam menyusun alat penilaian hendaaknya memperhatikan
kaidah-kaidah penulisan soal.
d. Menggunakan hasil-hasil penilaian sesuai dengan tujuan penilaian, yaitu untuk
kepentingan pendeskripsin kemampuan siswa, kepentingan perbaikan
pembelajaran, kepeningan belajar, maupun kepentingn laporan
pertanggungjawaban pendidikan.6
Istilah tes berasal dari bahasa Perancis yaitu testum yang berarti piring yang
digunakan untuk memilih logam mulia dari benda-benda lain, seperti pasir, batu,
tanah, dan sebagainya. Dalam perkembangannya tes diadopsi dalm psikologi dan
pendidikan. Jika dilihat dari jawaban siswa tes dapat dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu tes tertulis, lisan, dan tindakan. 7
6
Ibid, hal 412-413
7
Ibid, hal 416
6
buat terutama sehingga mereka dapat diberikan. Dengan kata lain, semua tes
penilaian, tapi tidak semua penilaian adalah tes).8
Sedangkan Sumadi Suryabrata, mengartikan tes adalah: pertanyaan-
pertanyaan yang harus dijawab atau perintah-perintah yang harus dijalankan, yang
mendasarkan harus bagaimana testee menjawab pertanyaan-pertanyaan atau
menjalankan perintah-perintah itu, penyelidik mengambil kesimpulan dengan cara
membandingkan dengan standar atau testee lainnya (Sumadi Suryabrata,
1984:22).
Dari ketiga pengertian di atas, diambil pengertian, tes adalah alat pengukuran
berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditujukan kepada testee untuk
mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu. Atas dasar respon tersebut
ditentukan tinggi rendahnya skor dalam bentuk kuantitatif selanjutnya
dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan untuk ditarik kesimpulan yang
bersifat kualitatif.9
Tes tulis termasuk dalam kelompok tes verbal, yaitu tes yang soal dan
jawaban yang diberikan oleh siswa berupa bahasa tulisan. Tes ini kelebihannya
dapat mengukur kemampuan sejumlah peserta didik dalam suatu tempat yang
terpisah dalam waktu yang sama.
8
Dr. Bob Kizlik. Measurement, Assessment, and Evaluation in Education (Madison : University
of Wisconsin, 2012) pg 1
9
Drs. M. Chabib Thoha. Teknik evaluasi pendidikan. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001),
hlm
10
Andi Prastowo.Pengembangan Bahan Ajar Tematik
(Wonosari : Diva Press, 2013) hal 407
7
Dalam tes tulis, peserta didik relatif memiliki kebebasan untuk menjawab
soal, sebab tidak banyak pengaruh kehadiran pribadi pendidik dala soal tersebut,
sehingga secara psikologik peserta didik lebih bebas tidak terikat.
Pada tes tulis, karena soal sama, obyektivitas hasil penilaian lebih dapat
dipertanggungjawabkan daripada tes lisan atau tes tindakan.
Namun demikian, tes tulis tetap memiliki kekurangan antara lain belum tentu
cocok mengukur ranah psikomotor, mengukur ranah afektif pada tingkat
characterization.
Di samping itu apabila tidak mengguanakan bahasa ynag tegas, lugas dapat
mengundang pengertian ganda, berakibat data yang masuk salah, demikian pula
dalam mengambil kesimpulan.11
Tes tertulis ada dua bentuk yaitu uraian (essay) dan objektif (objectives)
a. Tes tertulis bentuk uraian
Bentuk tes ini menuntut siswa untuk menguraikan, menorganisasikan,
serta menyatakan jawaban dengan kata-kata sendiri dalam bentuk, teknik, dan
gaya yang berbeda satu dengan lainnya.
11
Drs. M. Chabib Thoha. Teknik evaluasi pendidikan. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001),
hlm54-55
8
4) Tawaban yang diberikan diungkapkan dalam kata-kata dan kalimat yang
disusun sendiri, sehingga melatih untuk dapat menyusun kalimat dengan
bahasa yang baik, benar dan cepat.
5) Soal bentuk uraian ini tepat mengukur kemampuan analitik, sintetik, dan
evaluatif.
1) Bahan yang diujikan relatif sedikit, sehingga agak sulit untuk mengukur
penguasaan siswa terhadap keseluruhan kurikulum.
2) Soal jenis ini jika digunakan terus-menerus dapat berakibat peserta didik
belejar dengan cara untung-untungan, ia hanya mempelajari soal-soal yang
sering dikeluarkan, materi yang jarang keluat tidak pernah dibaca.
3) Penilaian yang dilakukan terhadap hasil tes cenderung subyektif.
4) Membutuhkan banyak waktu untuk memeriksa hasilnya.
5) Sulit mendapatkan soal yang memiliki validitas dan reliabilitas tinggi.
6) Sulit mendapatkan soal yang memiliki standar nasional maupun regional.
12
Ibid,hlm 55-57
9
membandingkan antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya, untuk itu
pemeriksaan hasil dapat ditempuh dengan langkah obyektivitas.13
Dilihat dari luas-sempitnya materi yang di tanyakan, tes bentuk uraian
dapat dibagi menjadi dua yaitu uraian terbatas (restricted respon items) dan
bebas (respon items)
Pada bentuk uraian terbatas, siswaharus mengemukakan hal-hal tertentu
sebai batas-batasnya saat menjawab soal. Walaupun kalimat jawaban
siswa beraneka ragam, tetap harus ada pokok-pokok penting yang terdapat
dalam sistematika. Jwabanya harus sesuai dengan batas-batas yang telah di
tentukan dan dikehendaki soal.
Contoh : Jeaskan macam-macam perubahan wujud zat !
Pada bentuk uraian bebas, siswa menjawab soal dengan cara dan
sistematika tersendiri. Siswa bebas mengemukakan pendapat sesuai
dengan kemampuannya. Oleh karena itu setiap siswa mempunyai cara dan
sistematika yang berbeda-beda. Namun guru tetap harus mempunyai acuan
atau Patokan dalam mengoreksi jawaban siswa.
Contoh : jelaskan mengapa energi tidak dapat dimusnahkan !
Selain kedua jenis tersebut, menurut Depdikbud, tes uraian memiliki dua
bentuk, yaitu bentk uraian objektif (BUO) dan bentuk uraian non objektif
(BUNO). Jika dikaji lebih mendalam, sebenarnya kedua bentuk uraian ini
termasuk dalam klasifikasi bentuk uraian terbatas. Sebab pengelompokan
tersebut hanya berdasarkan pada pendekatan atau cara pemberian skor.
Perbedaan BUO dan BUNO terletak pada kepastian pemberian skor. Pada
soal BUO kunci jawaban dan skornya lebih pasti. Sementara itu kunci
jawaban pada soal BUNO pedoman penskoran dinyatakan dalam rentang (0-4
atau 0-10), sehingga dapat di pengaruhi oleh subjektif. Untuk mengurangi
unsure subjektif tersebut, guru dapat melakukan dengan membuat soal
terperinci, sahingga pemberian skor relative sama.14.
13
Ibid, hlm 58
14
Andi Prastowo.Pengembangan Bahan Ajar Tematik
(Wonosari : Diva Press, 2013) hal 416-418
10
Ada tiga macam metode pengoreksian soal bentuk uraian, yaitu :
Pertama, metode per nomor (whole method). Pada metode ini kita
mengoreksi hasil jawaban siswa untuk setiap nomor. Jadi, praktiknya
misalkan kita mengoreksi jawaban soal nomor satu, maka semua nomor satu
untuk semua lembar jawaban siswa dikoreksi terlebih dahulu. Setelah itu
beralih ke jawaban soal nomor berikutya.
Kelebihan dari metode ini adalah pemberian skor yang berbeda atas dua
jawaban yang kualitasnya sama tidak akan terjadi. Karena jawaban siswa
yang satu selalu di bandingkan dengan jawaban siswa lainnya. Sedankan,
kelemahannya adalah pelaksanaan tetlalu berat dan memakan waktu yang
lama.
15
Ibid, hlm 421-422
11
keseragaman analisis, sehingga subyektivitas pendidik rendah, sebab unsur
subyektifnya sulit berpengaruh dalam mnentukan skor jawaban.16
16
Drs. M. Chabib Thoha. Teknik evaluasi pendidikan. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001),
hlm 55
12
prosedur. Mengidentifikasi penggunaan fakta dan prinsip, meafsirkan
hubungan sebab-akibat, serta manila metode dan peosedur.
Menjodokan (Matching)
Bentuk soal ini hampir sama dengan pilihan ganda. Perbedaanya,
soal pilihan ganda terdiri atas atatment dan opinion, kemudian siswa
tinggal memilih salah satu option yang diangap paling benar.
Sedangkan, soal menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan
jawaban yang kekduanya dikumpulkan pada dua kolom berbeda.
Melengkapi (Complektion) dan Jawaban singkat (Short Answer)
Kedua bentuk tes ini masing-masing menghendaki jawaban atau
angka-angka yang hanya dapat dinilai benar atau salah. Soal bentuk tes
jawaban singkat biasanya ditemukan dalam bentuk pertanyaan. Dengan
kata lain, soal tersebut berupa suatu kalimat bertanya yang dapat
dijawab dengan singkat. Kelebihan dari tes ini adalah relative mudah di
susun, sangnat baik menilai kemanpuan siswa yang berkenan dengan
fakta-fakta, prinsip dan terminology, menuntut siswa untuk
mengemukakan pendapatnya secara singkat, dan pemeriksaan lembar
jawaban dilakuka secara objektif. Sedangkan, kelamahannya adalah
umumnya hanya berkenaan dengan kemampuan mengingat saja. Pada
soal bnetuk melengkapi jika titik kosong yang harus diisi terlalu banyak
para siswa bisa terkecoh.17
17
Ibid, hal 422-426
13
b. Sampling isi/bahan - Banyak bahan/luas - Materi terbatas
c. Persiapan soal - Sukar dan - Mudah, cepat dan tidak
membutuhkan waktu menuntut keahlian
panjang,tenaga harus khusus
ahli
d. Sifat soal - Obyektif, validitas dan - Obyektivitas, validitas,
reliabilitas tinggi dan reliabilitas rendah
e. Pengolahan hasil - Sederhana, obyektif, - Rumit, subyektif dan
cepat waktu lama
f. Manfaat bagi siswa - Mendorong belajar - Mendorong siswa
dengan tuntas belajar global dan
- Membaca, spekulatif
menganalisis dengan - Mendorong siswa
cepat mengintegrasikan
idenya
g. Manfaat bagi guru - Usaha mengumpulkan - Tidak bias
bank soal mengumpulkan18
2.5.2 Tes Lisan
Tes lisan adalah tes yang menuntut jawaban secra lisan dari siswa. Siswa
akan mengucapkan jawaban dengan kata-kata sendiri sesuai dengan pertanyaan
atau perintah yang diberikan. Ada beberapa petunjuk yang perlu di perhatkan guru
saat melakukan tes lisan,yaitu :
Jangan terpengaruh dengn hal subjektivitas. Misalnya dilihat dari kecantikan,
kekayaan, anak pejabat, hubungan kekeluargaan, dan sebagainya.
Berikanlah skor bagi jawaban yang dikemukakan oleh siswa. Biasanya guru
memberikan penilaian setelah tes itu selesai. Cara ini termasuk kurang baik
karena penilaian akan di pengaruhi oleh jawaban-jawaban terakhir siswa.
Catatlah hal-hal atau masalah yang kan ditanyakan dan ruang lingkup
jawaban yang diminta oleh setiap pertanyaan. Hal ini dimaksudkan agar
18
Drs. M. Chabib Thoha. Teknik evaluasi pendidikan. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001),
hlm 62
14
jangan sampai ada pertanyaan yang menyimpang dari permasalahan siswa
dan tidak sesuai dengan jawaban siswa.
Ciptakan suasana tes yang menyenangkan.
Jangan mengubah suasana tes lisan menjadi suasana diskusi atau mengobrol
santai.19
Tes ini termasuk kelompok tes verbal, yaitu tes soal dan jawabannya
menggunaka bahasa lisan, tes ini memiliki beberapa kelebihan antara lain:
a. Dapat digunakan untuk menilai kepribadian dan kemampuan penguasaan
pengetahuan peserta didik, karena dilakukan secara face to face.
b. Jika peserta didik belum jelas dengan pernyataan yang diajukan, pendidik
dapat mengubah pertanyaan sehingga dimengerti.
c. Dari sikap dan menjawab pertanyaan, pendidika dapat mengetahui apa yang
tersirat di samping apa yang tersurat dalam jawaban.
d. Pendidik dapat menggali lebih lanjut jawaban peserta didik sampai mendetil
sehingga mengetahui bagian mana yang paling dikuasai oleh pesrta didik.
e. Tepat untuk mengukur kecakapan tertentu, seperti kemampuan membaca,
mengahafal kalimat tertentu.
f. Pendidik dapat mengetahui secara langsung hasil tes seketika (Ngalim
Purwanto, 1985:46)
19
Ibid,hlm 426-427
15
e. Kebebasan peserta didik menjawab pertanyaan menjadi berkurang, sebab
seringkali pendidik memotong jawaban sebelum pemikirannya dituangkan
seluruhnya.
f. Seringkali pendidik terlalu cepat menyimpulkan sebelum ia selesai
menjawab.
g. Pendidik dalam memberikan penilaian sering terpengaruhi dengan
kepribadian peserta didik.
Tes perbuatan atau tes praktik adalah tes yang menuntut siswa dalam bentuk
perbuatan. Lebih jauh, Stigins mengemukakan bahwa testindakan adalah suatu
bentuk tes dimana siswa diminta untuk melakukan tindakan khusus di bawah
pengawasan penguji yang akan menguji penampilannya dan membuat keputusan
tentang kualitas hasil belajar yang di demonstrasikan. Tes tindakan dapat
20
Drs. M. Chabib Thoha. Teknik evaluasi pendidikan. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001),
hlm 59-61
16
dilakukan secara individ maupun berkelompok. Tes tindakan bisa dilakukan untuk
menilai kualitas pekerjaan yang telah dilakukan oleh siswa, termasuk
keterampilan dan ketepatan menyelesaikan pekerjaan, kecepatan dan kemampuan
melakukan pekerjaan, dan mengidentifikasi suatu peranti (seperti computer). Tes
tindakan dapat difokuskan pada proses, produk, maupun keduanya.21
Yang dimaksud dengan tes tindakan adalah tes di mana respon atau jawaban
yang dituntut dari peserta didik berupa tindakan, tingkah laku kongkrit. Alat yang
dapat digunakan untuk melakukan tes ini adalah observasi atau pengamatan
terhadap tingkah laku tersebut.
Tes digunakan untuk mengukur perubahan sikap peserta didik, kemampuan
dalam meragakan atau mengaplikasikan jenis keterampilan tertentu.
Bentuk tes ini berupa petunjuk-petunjuk atau perintah-perintah baik secara
lisan maupum tulisan, dapat berupa penyediaan situasi di mana peserta didik
diminta untuk bereaksi terhadap situasi tersebut, baik disengaja maupun tidak.
a. Apabila perintah tidak jelas, maka tindakan yang muncul tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan.
b. Seringkali pendidi terpengaruh oleh gerakan yang tidak menjadi indikator
utama dalam penilaian.
c. Membutuhkan waktu yang lama, terutama jika pengamatannya dilakukan
per individu.
d. Seringkali terjadi gangguan dalam pengamatan yang menyebabkan
penilaian tidak objektif.
21
Andi Prastowo.Pengembangan Bahan Ajar Tematik (Wonosari : Diva Press, 2013) 427-428
17
Untuk menghindati kelemahan tersebut diperlukan beberapa petunjuk praktis
dalam menyiapkan tes tindakan, antara lain dikembangkan bentuk tes,
Tes tindakan yang partisipatif, yakni pada saat melakukan penilaian pendidik
ikut terlibat secara langsung dalam kegiatan peserta didik, sehingga dapat
menghayati kualitas perilaku peserta didiknya.
22
Drs. M. Chabib Thoha. Teknik evaluasi pendidikan. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001),
hlm 63-64
18
psikomotorik yang mencakup sifat, sikap, kebiasaan bekerja dengan baik, kerja
sama, kerajinan, kejujuran, tanggung jawab, tenggang rasa, solidaritas,
nasionalisme, pengabdian, keyakinan/optimism dan lain-lain. Untuk mengukur
kedua aspek itu perlulah alat penilaian yang sesuai dan memenuhi syarat.23
Non tes adalah alat evaluasi yang biasanya di gunakan untuk menilai aspek tingkah
laku termasuk sikap , minat dan motivasi. Ada beberapa jenis non tes sebagai alat
evaluasi, di antaranya wawancara, observasi, studi kasus, skala penilaian
Ada beberapa bentuk penilaian tanpa tes yang dapat digunakan, antara lain:
Observasi adalah tekhnik penilaian dengan cara mengamati tingkah laku pada
situasi tertentu. Ada dua jenis observasi, Yaitu observasi partisipatif dan
nonpartisipatif. Observasi parsitif adalah observasi yang di lakukan dengan
menempatkan observer sebagai bagian dari kegiatan dimana observasi itu di
lakukan. Misalkan, ketika observer ingin mengumpulkan informasi bagaimana
aktivitas siswa dalam kegiatan diskusi, maka sambil melakukan pengamatan,
observer juga merupakan bagian dari peserta diskusi. Observasi semavam ini
memiliki kelebihan, diantaranya yang di obserbasiaka bersikap dan berperilaku
wajar, sebab dirinya tidak akan merasa dirinya sedang di observasi.
23
Drs. Slameto. Evaluasi Pendidikan (Bumi Aksara) hal, 93
24
DR. Wina Sanjaya, M.Pd. Kurikulum dan Pembelajaran.( Jakarta : Kencana, 2008) hal, 357-358
19
Sebagai alat evaluasi, observasi dapat digunakan untuk:
a. Menilai minat, sikap, dan nilai yang terkandung dalam diri siswa
b. Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh seorang siswa maupun
kelompok.25
Observasi dapat digunakan dalam kegiatan penilaian pelaksanaan
pembelajaran, baik pada tahap perencanaan maupun pelaksanaan dengan indicator
kemampuan dan penguasaan yang telah ditetapkan. Sedang dari segi sasaran,
penilaian difokuskan pada proses maupun produk pembelajaran.
Contoh format penilaian observasi :
Skor
NO Aspek yang dinilai Keterangan
1 2 3 4 5
1 Kelogisan alas an
2 Kerjasam kelompok, partisipasi
3 Disiplin waktu
4 Minat dan antusiasme
5 Keberanian komunikasi
6 Produktivitas
Keterangan :
1 = sangat tidak baik
2 = tidak baik
3 = cukup
4 = baik
5 = sangat baik
, 2016
Guru Yang Bersangkutan
( )26
2.6.2 Portofolio
25
Drs. M. Chabib Thoha. Teknik evaluasi pendidikan. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001),
hlm 94
26
Andi Prastowo.Pengembangan Bahan Ajar Tematik (Wonosari : Diva Press, 2013) hal 430
20
Portofolio adalah folder atau dokumen yang berisi hasil karya siswa yang
dianggap sangat berarti, karya terbaik dan favorit, sangat sulit dikerjakan tetapi
berhasil, dan sangat menyentuh perasaan atau memiliki nilai kenangan. Portofolio
berfungsi untuk mendokumentasikan hasil penilaian proses, produk, dan penilaian
program. Portofolio ini bisa dijadikan sebagai satu masukan bagi guru untuk
memutuskan nilai-nilai atau grade setiap siswa serta penyusunan perencanaan
pembelajaran selanjutnya. Berikut ini ditunjukkan contoh format portofolio yang
terdiri dari perencanaan portofolio, penentuan tugas portofolio, folder portofolio,
lembar dialog portofolio, lembar dialog portofolio, dan penilaian siswa.
Format perencanaan portofolio
Sebagai catatan penting, guru adalah yang membuat perencanaan atau
jadwal penilaian portofolio. Jadwal tersebut perlu dikomunikasikan kepada
siswa, termasuk isi dan criteria penilaiannya yang meliputi kompetisi dasar
dan portofolio. Selain itu, guru juga harus menentukan kapan tugas diberikan,
dikerjakan, dan kapan dilakukan dialog antara guru dan siswa untuk
penilaian.
Berikut ini contoh format perencanaan portofolio :
JADWAL PENILAIAN PORTOFOLIO
Mata Pelajaran :
Kelas :
Kompetensi Bulan
Dasar Januari Febuari Maret April Mei Juni
1
2
Dst
21
1.1
1 1.2
1.3
2.1
2 2.2
2.3
Dst.
SMAN SMAN
KOTA KOTA
Mata Pelajaran :
Mata Pelajaran : FISIKA
FISIKA
Nama :
Nama : No :
No : Kelas :
Kelas : Tahun Ajaran :
Tahun Ajaran :
22
Isi Portofolio :
Komentar Guru :
23
kekuatan dan kelemahahnya, serta menemukan cara untuk memperbaiki
kelemahahnya tersebut. Dan melalui format penilaian diri ini, portofolio
diri siswa diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi guru untuk
memberikan perimbangan, motivasi, dan penguatan bagi siswa terkait
upaya peningkatan kemajuan belajar berikutnya.
Berikut contoh format penilaian diri :27
Penialaian Diri
Nama :
Kelas :
27
Ibid,hal 434-439
24
3. kriteria penilaian di tentukan 3. kriteria penilaian di tentukan sesuai
satu untuk semua. dengan karakteristik siswa
4. keputusan berdasarkan 4. proses penilaian beserta pengambilan
penilaian di tentukan sebdiri oleh keputusan di lakukan dengan cara
guru. kolaboratif antara guru, sisw dan orang
tua.28
2.6.3 Rubrik
A = Bagus sekali
B = Bagus
C = cukup29
28
DR. Wina Sanjaya, M.Pd. Kurikulum dan Pembelajaran.( Jakarta : Kencana, 2008) hal, 365
29
Andi Prastowo.Pengembangan Bahan Ajar Tematik (Wonosari : Diva Press, 2013) hal 440-442
25
2.6.4 Angket (Questionnaire)
Pada umumnya didalam anagket didapati dua bagian yang besar, yaitu :
26
Untuk menjawaab diperlukan perantara. Misalnya orang tua menjwab
untuk anak-anaknya.
a. Praktis,
b. Menghemat tenaga,
c. Siswa atau orang lain yang menjadi sasaran dapat menjawab dengan
leluasa.
Kelemahan-kelemahan metode angket:
a. Oleh karena ada kemungkinan tidak dapat berhadapan secara langsung
dengan siswa atau bila ada pertanyaan yang kurang jelas tidak akan
dapat dijelaskan lebih lanjut.
b. Karena kurang jelasnya pertanyaan-pertanyaan, menyebabkan kurang
validnya data yang diperoleh.
c. Sifatnya kaku, karena pertanyaan-pertanyaan telah tertentu sehingga
tidak dapat dirubah sesuai dengan kemampuan siswa atau orang yang
menjadi sasaran yang akan menjawabnya.
d. Sukar untuk mengadakan checking terhadap jawaban yang diberikan
oleh siswa atau orang yang menjadi sasaran yang akan menjawabnya.
e. Biasanya tidak semuanya dapat kembali.30
30
Drs. Slameto. Evaluasi Pendidikan (Bumi Aksara) hal 128-130
27
a. Wawancara perseorangan
b. Wawancara kelompok
Macam-macam wawancara ditinjau dari segi peranan yang dimainkan guru :
a. The non-directive interview
Wawancara ini guru dapat menanyakan hal-hal sebanyak mungkin, karena
pertanyaannya tidak terpimpin dan tidak berdasarkan pedoman tertentu.
b. The focuse interview
Wawancara ini di tunjukan kepada siswa/sasaran tertentu yang mempunyai
hubungan dengan objek yang diselidiki.
c. The repeated interview (interview terulang)
Wawancara ini terutama digunakan orang untuk mencoba mengikuti
perkembangan suatu proses pengajaran dan social.
HASIL DISKUSI
Non tes adalah alat evaluasi yang biasanya di gunakan untuk menilai
aspek tingkah laku termasuk sikap , minat dan motivasi. Ada beberapa jenis non
tes sebagai alat evaluasi, di antaranya wawancara, observasi, studi kasus, skala
penilaian.
28
Perbedaan tes dan non tes :
Tes :
1. tes biasanya di lakukan untuk menilai kemampuan intelektual siswa melalui
penguasaan materi pembelajaran
2. guru berperan sangat domin dalam proses penilaian sedangkan siswa berperan
sebagai orang yang di nilai
3. kriteria penilaian di tentukan satu untuk semua.
4. keputusan berdasarkan penilaian di tentukan sebdiri oleh guru.
Non tes
1. penilaian portofolio menilai seluruh aspej perkembangan siswa baik
intelektual, minat sikap dan keterampilan.
2. peserta didik terlibat dalam prises penilaian denga menilai dirinya sendiri
mengenai kemampuan beserta dalam perkembangannya.
3. kriteria penilaian di tentukan sesuai dengan karakteristik siswa
4. proses penilaian beserta pengambilan keputusan di lakukan dengan cara
kolaboratif antara guru, sisw dan orang tua.
29
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
30