Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

Diabetes Melitus tipe II

NAMA : NANANG EKO PUTRA RAMADHONA

NIM : 1930033

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
MALANG
2019
BAB I

Latar belakang

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetic dan


klinis termasuk heterogen dengan menifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat. Pada diabetes kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin
dapat menurun, atau pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin.
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan
multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan
defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner dan
Suddarth,2015).

Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :

a. Diabetes Mellitus type insulin, Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM)


yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset Diabetes (JOD), penderita
tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan
mempertahankan hidup. Biasanya pada anakanak atau usia muda dapat
disebabkan karena keturunan.

b. Diabetes Mellitus type II, Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM),
yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset Diabetes (MOD) terbagi dua
yaitu :

1.) Non obesitas

2.) Obesitas Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta
pancreas, tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan
perifer.Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak
dengan obesitas.

c. Diabetes Mellitus type lain

1.) Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pancreas, kelainan


hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin,
kelainan genetik dan lain-lain.
2.) Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :
Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik

3.) Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama


kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan
kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon
chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk
mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.

Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai


kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada
membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (mansjoer dkk,
2007).

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelaianan heterogen yang ditandai


oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan
defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Smeltzer & Bare,
2009).
BAB II

A. DEFINISI
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetic dan
klinis termasuk heterogen dengan menifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat. Pada diabetes kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin
dapat menurun, atau pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi
insulin. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan
gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang
disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner
dan Suddarth,2015).
Diabetes berasal dari bahasa yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan”(siphon). Mellitus berasal dari bahasa lain yang bermakna
manis atau madu. Penyakit diabetes mellitus dapat diartikan individu yang
mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi.
Diabetes mellitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan
ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative sel terhadap insulin
(corwin,2009).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelaianan heterogen yang
ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang
disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat
(Smeltzer & Bare, 2009).
Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi
pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron
(mansjoer dkk, 2007).

B. ETIOLOGI
1 Diabetes mellitus tipe 1
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel
pancreas yang disebabkan oleh :
a. Faktor genetic penderita mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe1
b. Faktor imunilogi (autoimun)
c. Faktor lingkungan ; virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan estruksi
2 Diabetes mellitus tipe 2
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin faktor
resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II : usia,
obesitas, riwayat dan keluarga.
Etiologi dari Diabetes Mellitus sampai saat ini masih belum diketahui dengan
pasti dari studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa Diabetes
Mellitus adalah merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan yang
berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang mendasarinya. Menurut banyak
ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu (FKUI, 2011):
1. Dibetes melitus tipe I
Diabetes melitus tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas
yang merupakan kombinasi dari beberapa faktor:
a. Faktor genetik Penderita tidak mewarisi diabetas tipe I sendiri
tetapi mewarisi suatu predisposisi kearah terjadinya diabetas tipe I
yaitu dengan ditmukannya tipe antigen HLA (Human Leucolyte
antoge) teertentu pada individu tertentu.
b. Faktor imunologi Pada diabetae tipe I terdapat suatu respon
autoimun sehingga antibody terarah pada sel-sel pulau lengerhans
yang dianggapnya jaringan tersebut seolah-olah sebagai jeringan
abnormal.
c. Faktor lingkungan Penyelidikan dilakukan terhadap kemungkinan
faktor-faktor ekternal yang dapat memicu destruksi sel beta, contoh
hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin
tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.
2. Diabetas Melitus Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetas melitus tipe II masih belum diketahui. Faktor
genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin dan juga terspat beberap faktor resiko teetentu yang berhubngan
dengan proses terjadinya diabetea tipe II yaitu:
a. Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat usia diatas 65 tahun
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelopok etnik tertentu
3. Faktor non genetik
a. Infeksi Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah
mempunyai predisposisi genetic terhadap Diabetes Mellitus
b. Nutrisi
1. Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
2. Malnutrisi protein
3. Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.
c. Stres Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi
biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara.
d. Hormonal Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam
darah tinggi, akromegali karena jumlah somatotropin meninggi,
feokromositoma karena konsentrasi glukagon dalam darah tinggi,
feokromositoma karena kadar katekolamin meningkat.
C. MANIFESTASI KLINIS

Timbulnya gejala khas berupa polifagia, poliuria, polidipsi, lemas dan berat
badan turun. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur,
impotensi, peruritas vulva. pada Diabetes Mellitus Pada tahap awal sering
ditemukan :

1. Poliuri (banyak kencing) Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa
darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa
sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan
dan elektrolit sehingga penderita mengeluh banyak kencing.
2. Polidipsi (banyak minum) Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak
dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk
mengimbangi penderita lebih banyak minum.
3. Polipagi (banyak makan) Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai
ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).
4. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini
disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka
tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain
yaitu lemak dan protein.
5. Mata kabur Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa –
sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat
terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan
pembentukan katarak.

D. PATOFISIOLOGI

Diabetes mellitus tipe II ditandai dengan adanya resistensis insulin perifer,


gangguan “hepatic glucose production (PGH)”. Dan penurunan fungsi sell beta,
yang akhirnya akan menuju kerusakan total sell beta. Mula-mula timbul resistensi
insulin yang kemudian disusul oleh peningkatan sekresi isulin untuk
mengkompensasi retensi insulin itu agar kadar glukosa darah tetap normal. Lama
kelamaan sel beta tidak akan sanggup lagi mengkompensasi retensi insulin hingga
kadar glukosa darah meningkat dan fungsi sel beta makin menurun saat itulah
diagnosis diabetes ditegakkan. Penurunan fungsi sel beta itu berlangsung secara
progresif sampai akhirnya sama sekali tidak mampu lagi mengekresi insulin.

Sebagian besar patologi Diabetes Mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari
tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut (FKUI, 2011) :

1. Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat


peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200
mg/hari/100 ml.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak,
menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid
pada dinding vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis.
3. Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.

Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada Diabetes
Mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine penderita
Diabetes Mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi
glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah
bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang
terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa
meningkat melebihi 180 mg%.

Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke


metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua
energinya pada lemak, kadar asam aseto – asetat dan asam Bihidroksibutirat
dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10
Meq/Liter.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnostik untuk diabetes melitus pada orang dewasa tidak hamil, pada
sedikitnya dua kali pemeriksaan menurut WHO:
1. Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa/Nuchter >140 mg/dl ( 7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkomsumsi 75 gr Karbohidrat ( 2 jam post prandial (pp) >200
mg/dl (11,1 mmol/L)
Bukan DM Belum pasti DM
DM
Kadar GD
Sewaktu:
a. Plasma
<110 110-199 >200
vena
b. Darah <90 90-199 >200
kapiler
Kadar GD Puasa:
a. Plasma
vena <110 110-125 >226
b. Darah <90 90-109 >110
kapiler

F. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum adalah yang paling pertama kita perhatikan dalam
melakukan pemeriksaan fisik, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan
tanda-tanda vital, yaitu tekanan darah, suhu tubuh, frekuensi nadi, dan
frekuensi pernafasan.
 Inspeksi didahului pada daerah tungkai bawah yaitu melihat apakah
terdapat luka ataupun ulkus.
 Inspeksi keseluruhan bagian tubuh untuk melihat adakah tanda-tanda
dehidrasi akibat hiperglikemia, perhatikan juga apakah terdapat tanda
takipnea atau pernapasan kussmaul.
 Palpasi juga dapat dilakukan untuk meraba adanya pulsasi terutama
pada tungkai bagian bawah.

Selain itu pemeriksaan juga dilakukan pada mata yaitu pemeriksaan


ketajaman penglihatan dan respons pupil mata. Pada pemeriksaan fisik
dibagian tungkai bawah juga penting untuk mendeteksi apakah terdapat
neuropati dengan tes raba halus menggunakan monofilament dan tes refleks
fisiologis.
Dari pemeriksaan fisik, hasil yang didapat adalah :

 Keadaan umum : baik


 Tekanan darah : 120/80
 Denyut nadi : 88x/menit
 Frekuensi napas : 16x/menit
 Indeks massa tubuh : 22,5
 Lipatan leher dan ketiak : hiperpigmentasi

G. PENATALAKSANAAN

Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes Mellitus adalah untuk


mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik.
Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari
hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada
ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi
dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.

H. KOMPLIKASI
1. Akut
a. Hypoglikemia
b. Ketoasidosis
c. Diabetik
2. Kronik
a. Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah
jantung pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
b. Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati
diabetik, nefropati diabetic.
c. Neuropati diabetic.
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas
Nama :-
Umur :-
Jenis kelamin :-
Alamat :-
Pekerjaan :-
b. Keluhan utama
1. Gejala polidipsi, polifagia, dan poliuria
2. Penurunan berat badan
3. Rasa baal pada ekstremitas
4. Luka yang lama masa penyembuhan
5. Terjadi disfungsi ereksi pada pria/keputihan pada wanita
6. Lemas
7. Gangguan penglihatan
8. Hipertensi
9. Nafas cepat dan dalam, takikardia, dehidrasi
c. Riwayat penyakit dahulu
1. Riwayat terdiagnosa sebagai penderita diabetes
2. Riwayat Pernah dirawat inap dirumah sakit
d. Riwayat pemeriksaan glukosa darah, HbA1C,glukosa urin
3. Riwayat penyakit vaskuler perifer, neuropati perifer, penyakit
jantung, retinopati
e. Riwayat penyakit keluarga pengobatan :
1. Riwayat diabetes mellitus didalam keluarga
2. Pernah menjalani/sedang menjalani terapi untuk diabetes
3. Alergi terhadap obat tertentu
f. Riwayat sosial :
1. Pola makan dan olahraga sehari-hari
2. Kebiasaan merokok dan konsumsi minuman beralkohol
g. Pemeriksaan fisik
1 Inspeksi didahului pada daerah tungkai bawah yaitu melihat
apakah terdapat luka ataupun ulkus
2 Inspeksi keseluruhan bagian tubuh untuk melihat adakah tanda-
tanda dehidrasi akibat hiperglikemia, perhatikan juga apakah
terdapat tanda takipnea atau pernapasan kussmaul.
3 Palpasi juga dapat dilakukan untuk meraba adanya pulsasi
terutama pada tungkai bagian bawah
2. Diagnosa keperawatan
1 Ketidak seimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak
mampuan mengobsorbsi makanan
2 Defisit volume cairan b/d diuretic osmotik
3 Kerusakan integritas kulit b/d perubahan kondisi metabolik
4 Intoleransi aktifitas b/d kelemahan
5 Resiko infeksi b/d ketidak adekuatan sistem kekebalan tubuh
3. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Noc Nic


keperawatan
1 Ketidak Kriteria hasil:
1 Adanya peningkatan 1 Kaji adanya alergi
seimbangan
berat badan sesuai makanan
Nutrisi kurang dengan tujuan 2 Kolaborasi dengan ahli
2 Berat badan ideal gizi untuk menentukan
dari kebutuhan
sesuai dengan tinggi jumlah kalori dan
tubuh b/d ketidak badan nutrisi yang
3 Mampu dibutuhkan pasien
mampuan
mengindetifikasi 3 Anjurkan pasien untuk
mengobsorbsi kebutuhan nutrisi meningkatkan intake fe
4 Tidak ada tanda tanda 4 Anjurkan pasien untuk
makanan
malnutrisi meningkatkan protein
5 Menunjukkan dan vitamin c
peningkatan fungsi 5 Monitor jumlah nutrisi
pengecapan dari dan kandungan kalori
menelan 6 Berikan informasi
6 Tidak terjadi tentang kebutuhan
penurunan berat badat nutrisi.
yang berarti.
2 Kerusakan Kriteria hasil : 1. Jaga kebersihan kulit
1. Integritas kulit yang agar tetap bersih dan
integritas kulit b/d
baik bisa dipertahankan kering
perubahan kondisi 2. Tidak ada luka/lesi 2. Mobilisasi pasien
pada kulit setiap dua jam sekali
metabolik
3. Perfusi jaringan baik 3. Monitor kulit akan
4. Menunjukkan adanya kemerahan
pemahaman dalam 4. Oleskan lation atau
proses perbaikan kulit minyak/baby oil pada
dan mencegah daerah yang tertekan
terjadinya cedera 5. Monitor aktivitas dan
berulang mobilisasi pasien
5. Mampu melindungi 6. Monitor status nutrisi
kulit dan pasien
mempertahankan 7. Memandikan pasien
kelembaban kulit dan dengan sabun dan air
perawatan diri hangat
3 Resiko infeksi b.d Kriteria hasil : Kontrol infeksi
ketidak adekuatan 1. Klien bebas dari tanda 1. Pertahankan teknik
sistem kekebalan dan gejala infeksi aseptif
tubuh 2. Menunjukkan 2. Cucui tangan sebelum
kemampuan untuk dan sesudah tindakan
mencegah timbulnya keperawatan
infeksi 3. Gunakan baju, sarung
3. Jumlah leukosit dalam tangan sebagai alat
batas normal perlindung
4. Menunjukkan perilaku 4. Gunakan kateter
hidup sehat. intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kemih
5. Tingkatkan intake
nutrisi
6. Dorong klien untuk
memenuhi intake
cairan
7. Berikan terapi
antibiotik

Proteksi terhadap infeksi


1. Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien
lain
2. Pertahankan teknik
isolasi
3. Batasi pengunjung bila
perlu
4. Instruksikan pada
pengunjung untuk
mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah
berkunjung
meninggalkan pasien
5. Gunakan sabun
antimikrobia untuk
cuci tangan
6. Cucui tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
7. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Diabetes mellitus adalah penyakit yang penderitannya terus menerus
meningkat dari tahun ketahun. Hal ini disebabkan oleh gaya hidup pola
makan setiap orang yang kurang sehat. Banyaknya orang yang obese juga
menjadi faktor penyebab dm. Dm juga telah menjadi penyebab terbanyak
penyakit kardiovaskuler dan juga dapat menyebabkan penyakit ginjal seperti
end-stage renal desease(esrd).
B. SARAN
Sebagai seorang perawat sangat penting dalam memberikan penyuluhan
kepada pasien dan keluarga tentang penyakit diabetes mellitus bagaimana
cara pencegahan, cara hidup sehat, cara diit diabetes mellitus.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth’s. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Jakarta : EGC;
2015

Doenges E, Marilynn, dkk. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman


Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.
Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC.

NANDA.(2012-2014). PanduanDiagnosakeperawatan. Prima Medika

Anda mungkin juga menyukai