Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN KEHAMILAN REMAJA

PUTRI

Lilianti Bagarai ¹ Femmy Keintjem ² Sjenny Olga Tuju ³


1. Desa Darunu Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utar. 2,3. Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado

(lilibagarai54@gmail.com)

ABSTRAK
Latar Belakang : Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada usia < 20 tahun. Kehamilan remaja
berdampak negatif pada kesehatan baik ibu maupun bayinya juga berdampak sosial dan ekonomi. Keluarga
merupakan unit pelayanan dasar dimasyarakat yang juga merupakan perawat utama dalam anggota keluarga. Data
Desa Darunu (2017), Total Remaja Putri 55 Orang dan 13 orang (37,1%) diantaranya telah berkeluarga dan memiliki
anak. hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada 5 orang ibu, 4 orang diantaranya tidak mengetahui tentang
bahaya kehamilan remaja,mereka mengakui merasa malu jika menjelaskan pada anak tentang pendidikan seks sejak
dini.
Tujuan : untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap orang tua dengan kehamilan remaja.
Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik. Rancangan penelitian Cross Sectional. Sampel
penelitian adalah Orang tua remaja puteri dengan jumlah 86 responden. Analisa data menggunakan Uji Chi-Square
dengan nilai kemaknaan .
Hasil penelitian : rata-rata responden memiliki Pengetahuan Kurang yaitu 59,30% nilai ( , Rata-
rata Sikap Negatif 54,65% nilai ( .
Kesimpulan : terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap orang tua dengan kehamilan remaja putri. Untuk itu
disarankan perlu koordinasi dan kerja sama berbagai pihak dalam hal ini orang tua, keluarga dan tenaga kesehatan.
Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Kehamilan Remaja.

PENDAHULUAN
Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada usia < 20 tahun. Kehamilan remaja
berdampak negatif pada kesehatan baik ibu maupun bayinya juga berdampak sosial dan ekonomi.
Pernikahan di bawah umur merupakan salah satu penyebab tidak langsung dari faktor penyebab angka
kematian ibu. Di Indonesia meningkatnya kehamilan di usia dibawah 19 tahun tahun 2002 9,3% dan 5 tahun
berikutnya meningkat menjadi 11,6% (SDKI, 2012). Persalinan pada ibu dibawah usia 20 tahun memiliki
kontribusi dalam tingginya angka kematian neonatal, bayi dan balita (Kemenkes, 2014). AKI di Indonesia
tahun 2015 mencapai 305/100.000 kelahiran hidup, dan AKB 22/1000 kelahiran hidup. Angka ini masih
tinggi dari target Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 AKI sebesar 70/100.000 kelahiran
hidup dan AKB 12/1000 kelahiran hidup (Prapti, 2015).
Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19
tahun (Kemenkes RI, 2015). Perubahan biologis, psikologis, dan sosial terjadi dengan pesat pada masa
remaja. Hal ini menuntut perubahan perilaku remaja untuk menyesuaikan diri dengan kondisi mereka.
Kesulitan penyesuaian diri remaja biasanya diawali dengan munculnya perilaku-perilaku yang beresiko
menimbulkan persoalan psikososial remaja baik pada level personal maupun sosial. Perilaku beresiko
remaja dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal remaja (Wibowo, 2015).

Remaja yang berusia < 20 tahun beresiko tinggi mengalami preeklampsia, perdarahan, kekurangan
berat badan (terlalu mudah untuk usia hamil), distosia bahu bayi karena panggul kecil, dan bayi kekurangan
gizi. Kelahiran prematur, berat badan bayi lahir rendah, perdarahan persalinan yang dapat meningkatkan
kematian ibu dan bayi merupakan resiko kehamilan usia muda kehamilan remaja juga meningkatkan
kehamilan yang tidak di kehendaki dan unsafe abortio (SDKI, 2012).
Keluarga merupakan unit pelayanan dasar dimasyarakat yang juga merupakan perawat utama dalam
anggota keluarga. Keluarga akan berperan terutama dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan oleh
anggota keluarga.anggota keluarga saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi untuk mencapai tujuan
bersama (Harmoko, 2016).

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu dan merupakan domain yang sangat penting untuk tindakan seseorang.
Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015) Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, yang tak otomatis terwujud dalam suatu tindakan.

Penelitian Suharsa (2006) menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara hubungan keluarga dan
lingkungan dengan perilaku seks remaja. sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Danita Sari (2014)
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengaruh orang tua terhadap kehamilan
remaja.

Angka Kematian Ibu (AKI) Provinsi Sulut tahun 2014 mencapai 142/100.000 kelahiran hidup,
dengan jumlah kematian 58 jiwa dan AKB 73/1000 kelahiran hidup dengan 63 kasus kematian (Dinkes
Provinsi Sulut 2015).

Data Kabupaten Minahasa Utara tahun 2016 pernikahan remaja usia 16-20 tahun ada 727 orang,
jumlah kehamilan umur 15-19 tahun ada 15 orang, dan sebanyak 613 orang di tahun 2017 dan jumlah
kehamilan remaja berjumlah 16 orang, dan tahun 2018 bulan Januari-Maret jumlah remaja yang hamil
adalah 57 orang (Capil Kabupaten Minut, 2017). Selain itu jumlah AKI di Minahasa Utara tahun 2015
berjumlah 2 kasus disebabkan oleh pre eklamsia, tahun 2016 berjumlah 5 kasus, 3 diantaranya karena
perdarahan, tahun 2017 berjumlah 3 kasus, perdarahan 2 kasus (Dinkes Minut, 2017).

Data Puskesmas Wori tahun 2017 jumlah remaja berumur 15-19 tahun sebanyak 19 orang. Di Desa
Darunu, jumlah total remaja putri yaitu 55 orang, berusia 10-14 tahun berjumlah 20 orang (33,3 %) dan
berusia 15-19 tahun berjumlah 35 orang (63,6%) dan 13 orang (37,1%) diantaranya telah berkeluarga dan
memiliki anak. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada 5 orang ibu, 4 orang diantaranya
tidak mengetahui tentang bahaya kehamilan remaja, selain itu mereka mengakui merasa malu jika
menjelaskan pada anak tentang pendidikan seks sejak dini (Desa Darunu, 2017).

Persoalan perilaku beresiko perlu dicegah dan ditanggulangi dengan program kesehatan remaja yang
menyeluruh, penanganan remaja yang melakukan perilaku beresiko juga melibatkan barbagai pihak dari
orang tua, sekolah dan masyarakat terutama dalam meningkatkan ketrampilan hidup mereka. Sistem
pendidikan disekolah perlu perkembangan aspek kognitif dan aspek kepribadian serta aspek demografis.
Pengetahuan dan ketrampilan remaja perlu pendampingan yang selayaknya diberikan oleh orang terdekat
seperti orang tua, guru dan teman (Wibowo, 2015). Program Generasi Berencana (GENRE) remaja meliputi
penanganan seks pranikah, pernikahan dini dan kehamilan remaja (BKKBN, 2016). Penelitian ini bertujuan
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap orang tua dengan kehamilan remaja di Desa Darunu
Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara.
METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik. Dengan Rancangan pendekatan Cross Sectional.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap orang tua remaja putri dan Variabel terikat
yaitu Kehamilan remaja.Penelitian dilakukan di Desa Darunu Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara
pada bulan Februari-Juli 2018. populasi orang tua remaja putri di Desa Darunu berjumlah 110 orang tahun
2017. Sampel sebanyak 86 orang. Instrumen yang dipakai berbentuk kuesioner berisi 20 pertanyaan tentang
pengetahuan dan sikap orang tua terhadap kehamilan remaja. uji yang digunakann yaitu Uji Chi Square.
HASIL
Gambaran Umum Responden
Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Umur di Desa Darunu Tahun 2018

No Umur n %

1. 35-40 Tahun 38 44

2. 41-45 Tahun 20 23

3. 46-50 Tahun 11 13

4 51-55 Tahun 10 12

5 >55 Tahun 7 8

Jumlah 86 100

Tabel 1 menunjukkan usia 35-40 tahun merupakan responden terbanyak dengan jumlah 38 orang
(44%).

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa Darunu Tahun 2018

No Umur n %

1. SD 40 47

2. SMP 30 35

3. SMA 10 12

4 S1 6 7

Jumlah 86 100

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan sebagian besar responden berpendidikan SD yaitu 40 orang (47%).

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Desa Darunu Tahun 2018

No Pengetahuan n Persentase (%)

1 Kurang 51 57

2 Baik 35 39

Total 86 100

Tabel 3. Menunjukkan bahwa dari 86 responden, sebagian besar pengetahuan adalah kurang yaitu
sebanyak 51 orang (57%).
Tabel 4. Distribusi Responden berdasarkan Sikap di Desa Darunu Tahun 2018

No Sikap n Presentase (%)

1 Negatif 47 52

2 Positif 39 43

Total 86 100

Tabel 4. Menunjukkan bahwa dari 86 responden, sebagian besar sikap negatif yaitu sebanyak 47 orang
(52%).

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Kehamilan Remaja Di Desa Darunu Tahun 2018

No Kehamilan Remaja n Presentase (%)

1 Ya 12 13,3

2 Tidak 74 82,2

Total 86 100

Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 86 responden, sebagian besar tidak terjadi kehamilan remaja yaitu
sebanyak 74 orang (82%).

Tabel 6. Hubungan Pengetahuan orang tua dengan Kehamilan Remaja Putri di Desa Darunu Tahun 2018

Pengetahuan Kehamilan remaja total % Nilai

Ya Tidak

N % n %

Baik 0 0 35 40,7 35 40,7


0,001
Kurang 12 23,5 39 76,5 51 53,3

Total 12 23,5 74 86,0 86 100

Tabel 6 menunjukkan bahwa paling banyak adalah 12 orang (23,5%) dilihat dari nilai signifikan
sebesar 0,001 dengan demikian probabilitas (signifikansi) lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05), maka Ha
diterima dan H0 di tolak. Hasil ini memiliki makna ada hubungan antara pengetahuan orang tua dengan
kehamilan remaja di Desa Darunu Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara.
Tabel 8. Hubungan antara sikap orang tua dengan Kehamilan Remaja Putri di Desa Darunu Tahun
2018

Sikap Kehamilan remaja total % Nilai

Ya Tidak

N % n %

Positif 0 0 39 45,35 39 45,35


0.000
Negatif 12 13,95 35 40,69 47 54,65

Total 12 13,95 74 86,04 86 100

Tabel 8 menunjukkan bahwa paling banyak adalah 12 (13,95%) responden yang sikap negatif
mengalami kejadian kehamilan remaja. dilihat dari nilai signifikan sebesar 0,033 dengan demikian
probabilitas (signifikansi) lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05), maka Ha diterima dan H0 ditolak, artinya ada
hubungan antara sikap orang tua dengan kehamilan remaja putri di Desa Darunu Kecamatan Wori
Kabupaten Minahasa Utara.
PEMBAHASAN
Umur merupakan salah satu faktor yang memungkinkan dalam pengambilan keputusan (Tirtawati,
2015). Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 86 responden, usia 35-40 tahun merupakan responden
terbanyak yaitu 44%. Hal ini sesuai pendapat Pasiowan dkk (2015), umur adalah jumlah hari, bulan dan
tahun yang telah dilalui sejak lahir sampai dengan waktu tertentu. Pada usia reproduktif terjadi kesiapan
respon maksimal baik dalam hal mempelajari sesuatu atau dengan menyesuaikan hal-hal tertentu dan setelah
itu sedikit demi sedikit menurun seiring bertambahnya umur. Selain itu pada usia reproduktif mereka lebih
terbuka terhadap orang lain dan biasanya mereka akan saling bertukar pengalaman tentang yang sama yang
pernah mereka alami.
Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa dari 86 responden, terbanyak memiliki pendidikan SD yaitu
46,51%. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Pengetahuan terjadi
setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap subjek tertentu (Lamama dkk, 2015). Hasil Penelitian
Nae dan Motolalu (2015) mengatakan bahwa secara konseptual, pendidikan menghasilkan perubahan
pengetahuan masyarakat, secara langsung berpengaruh pada indikator kesehatan masyarakat, hal ini
disebabkan pengetahuan didapat melalui pengalaman atau media elektronika maupun penyuluhan.
Data hasil penelitian menunjukkan bahwa responden terbanyak memiliki pengetahuan kurang yaitu
51orang (57%) dan 31 responden (39%) memiliki pengetahuan baik. Faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah umur dan pendidikan (Lamama dkk, 2015). Pengetahuan merupakan dominan yang
sangat penting untuk tindakan seseorang (Priyoto, 2014).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 47 orang (52,2%) dari 86 responden memiliki sikap negatif dan
responden yang memiliki sikap positif sebanyak 39 orang (43,3%). Suatu sikap belum otomatis terwujud
dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan (Purwoastuti & Walyani, 2015).
Hasil penelitian menunjukkan dari 86 responden 74 orang (82,2%) tidak terjadi kehamilan remaja dan
12 orang (13,3%) terjadi kehamilan remaja. Dalam penelitian ini masih terdapat kasus kehamilan remaja
dalam kelurga. Menurut Wibowo (2015) perlakuan negatif pada anak remaja bermasalah dapat terjadi
karena pemahaman yang kurang tepat atas perilaku berisiko.
Hasil analisis pengetahuan orang tua dari 86 sampel yang terbagi dalam pengetahuan yang kurang 51
orang (59,30%) lebih banyak dibandingkan dengan jumlah orang tua yang memiliki pengetahuan baik yaitu
35 orang (40,69%). Dan dari 51 orang tua yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 12 orang tua
(13.95%) mengalami masalah kehamilan remaja dalam keluarganya. Hasil uji statistik 0,001 ( <0,05).
Hal ini menunjukkan ada hubungan signifikan antara pengetahuan orang tua dengan kehamilan remaja. hal
ini bertentangan dengan hasil penelitian Ningrum dan Nurhidayati (2009), yaitu peran orang tua yang
memiliki pengetahuan baik tidak berpengaruh terhadap pengetahuan remaja tentang seks bebas, namun
sejalan dengan penelitian Tirtawati (2015) bahwa pengetahuan yang baik cenderung kurang untuk
berperilaku seks negatif.
Informasi yang di dapat oleh remaja berasal orang tua, guru, media, teman sebaya. Selain itu Perilaku
berisiko hanya dilihat sebagai akibat kenakalan remaja semata, akibatnya orang segera mengambil
keputusan untuk “memperbaiki” si remaja bermasalah, padahal perilaku berisiko remaja disebabkan oleh
gangguan penyesuaian diri karena dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal remaja salah satunya adalah
persoalan keluarga. Pendidikan nilai yang salah di keluarga, problem komunikasi antar anggota keluarga,
atau perselisihan keluarga bisa memicu perilaku negatif remaja (Wibowo, 2015).
Hubungan orang tua anak yang kurang harmonis dan otoriter membuat remaja sulit terbuka
menyampaikan persoalan yang dihadapinya pada orang tua, akibatnya anak kesulitan menyelesaikan
persoalan dan terjerumus dalam perilaku beresiko (Wibowo, 2015). Pemahaman komprehensif selayaknya
menjadi dasar strategi menghadapi perilaku berisiko remaja di masyarakat Indonesia.
Responden dengan sikap negatif lebih banyak dengan responden dengan sikap positif. Hasil analisis
penelitian sikap orang tua didapatkan 47 orang (54,65%) memiliki sikap negatif dengan kehamilan remaja
dan hasil ini lebih banyak dari orang tua yang memiliki sikap positif dengan kehamilan remaja sebanyak 39
orang (45,35%) dan kejadian kehamilan remaja terbanyak terjadi pada orang tua dengan sikap negatif.
Berdasarkan uji statistik
= 0,000 ( <0,05) yang menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara sikap orang tua dengan
kehamilan remaja putri. Hal ini bertentangan dengan penelitian Widyastuti (2009) bahwa tidak ada
hubungan antara kontrol orang tua dengan sikap remaja mengenai seks pranikah, karna kontrol orang tua
yang permisif dan kurang permisif hampis sama.
Salah satu tantangan yang dihadapi saat ini adalah remaja terjerumus kedalam perilaku beresiko sering
kali terjadi bukan karena persoalan kurangnya informasi, namun karna remaja melakukan perilaku yang
tidak konsisten dengan sikapnya. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengalaman dalam pengambilan
keputusan yang kurang tepat. Tidaklah mungkin menghadapi persoalan perilaku tanpa koordinasi dan kerja
sama antar berbagai pihak dalam hal ini orang tua dan keluarga. remaja perlu memahami bahwa setiap
keputusan yang diambilnya akan menghasilkan konsekuensi yang harus di tanggung seumur hidupnya baik
secara Psikis, fisik dan sosial (Wibowo, 2015).
Ketrampilan hidup remaja lebih efektif dikembangkan melalui proses pendampingan, karena hal ini
muncul dari proses belajar dan berlatih. Oleh karna itu, peran pendampingan ini selayaknya diberikan oleh
orang-orang terdekat remaja seperti orang tua, guru. Orang tua berupaya membenahi kondisi
keluargasehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif dan nyaman bagi remaja. Pola asuh dan
komunikasi orang tua dan anak menjadi lebih berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak remaja
(Wibowo, 2015).
KESIMPULAN
1. Dari 86 Responden di dapatkan pengetahuan Kurang sebanyak 51 responden (56,7%), Sikap Negatif
sebanyak 47 responden (52,2%), Kehamilan Remaja sebanyak 12 responden (13,3%).
2. Ada hubungan antara pengetahuan orang tua dengan kehamilan remaja putri dengan hasil penelitian
nilai ( .
3. Ada hubungan antara sikap orang tua dengan kehamilan remaja putri dengan hasil penelitian nilai
( .
SARAN
1. Bagi institusi pendidikan kiranya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi
kepentingan pendidikan, untuk pengembangan wawasan dalam bidang penelitian khususnya yang
berhubungan dengan peran keluarga dengan kehamilan remaja.
2. Bagi tempat penelitian agar dapat mengadakan dan menerima setiap kegiatan penyuluhan kesehatan
khususnya mengenai perkembangan remaja agar pengetahuan dan wawasan semakin baik sehingga
perilaku hidup yang sehat dapat lebih diterapkan, juga dapat berkoordinasi dengan pihak puskesmas
untuk program kesehatan.
3. Bagi responden agar dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang Kehamilan remaja
melalui informasi dari tenaga kesehatan maupun media guna mengurangi kejadian kehamilan di
kalangan remaja.

DAFTAR PUSTAKA
1. Alimul, Aziz. (2007). Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisa Data. Salemba, Jakarta.
2. BKKBN. (2016). Revolusi mental membangun karakter bangsa. Jurnal Keluarga. (8:1-17). Jakarta.
3. Capil Minut. (2017). Data Register Pernikahan. Dinas Catatan Sipil dan Kependudukan. Minahasa
Utara
4. Desa Darunu. (2017). Buku Profil Desa. Kantor Desa. Darunu
5. Dinkes Minut. (2018). Data Laporan Kesehatan Ibu dan Anak. Dinas Kesehatan. Minahasa Utara.
6. Furqon. (2014). Statistika Terapan untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.
7. Harmoko. (2016). Asuhan Keperawatan Keluarga. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
8. Kemenkes. (2014). Kemajuan yang tertunda: Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia. Badan
Pusat Statistik. Jakarta.
9. Lamama V, Solang S.D, Korompis M.D (2015). Pengaruh Penyuluhan Tentang Pemeriksaan
Kehamilan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil. Jurnal Ilmiah Bidan. (3:66-71). Poltekkes
Kemenkes Manado.
10. Latifah, L & Anggraeni, M.K. (2013). Hubungan Kehamilan pada Usia Remaja Dengan Kejadian
Prematuritas, Bayi Berat Lahir Rendah dan Asfiksia. Jurnal Kesmindo. (1:26-34).
11. Mayasari, Fridya. (2000). perilaku Seksual Remaja Dalam Berpacaran Ditinjau Dari Harga Diri
Berdasarkan Jenis Kelamin. Jurnal Psikologi. (2:120-127). Universitas Gadjah Mada.
12. Nae, S.N & Montolalu, A. (2015). Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Dengan Frekuensi
Kunjungan Antenatal Care.Jurnal Bidan. (3:47-53). Potekkes Kemenkes Manado
13. Ningrum, N.W, Nurhidayati, E. (2009). Hubungan Peran Orang Tua Dengan Tingkat Pengetahuan
Remaja Tentang Seks Bebas Pada Siswa Kelas II di SMK PGRI 1Sentolo Kulon Progo Yogyakarta.
Jurnal KTI. (2:58). Yogyakarta.
14. Priyoto. (2014). Teori Sikap & Perilaku dalam Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta.
15. Purwoastuti, E, Walyani, E.S. (2015a). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
16. ___________________________. (2015b). Kesehatan Reproduksi & Keluarga Berencana. Pustaka
Baru Press. Yogyakarta.
17. Poltekkes Manado. (2016). Pedoman Penulisan Skripsi. Kemenkes RI. Manado.
18. Sari, Danita. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kehamilan pada usia remaja. Jurnal
Arkesmas. (1:4-17). Tangerang.
19. Sarwono, S.W. (2012). Psikologi Remaja. PT Rajagravindo Persada. Jakarta
20. SDKI. (2012). Survey Demografi Kesehatan Indonesia. Kemenkes. Jakarta
21. Suharsa. (2006). Perilaku Seksual Remaja pada Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Faktor yang
Mempengaruhi. Universitas Indonesia. Depok.
22. Sujarweni, V. Wiratna. (2014). Metodologi Penelitian. PT. Pustaka Baru. Yogyakarta.
23. Sumarni, Sri. (2017). Model Sosio Ekologi Perilaku Kesehatan dan Pendekatan Continuum Of Care
Untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu. The Indonesian Journal of Public Health (12:129-141).
Surabaya.
24. Suyanto, and Ummi Salamah. (2009). Riset Kebidanan. Nuha Medika. Yogyakarta.
25. Sulistyaningsih. (2011). Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif-Kualitatif. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
26. Tirtawati, G.A. (2015). Media Informasi CenderungMeningkatkan Perilaku Seks Pada Remaja SMP di
Jakarta Selatan. Jurnal Ilmiah Bidan. (3:73-79). Poltekkes Kemenkes Manado.
27. Wibowo, Adik. (2015). Kesehatan Masyarakat di Indonesia Konsep, Aplikasi dan Tantangan. Rajawali
Pers. Jakarta.
28. Widyastuti, E.S.A. (2009). Personal dan Sosial Yang Mempengaruhi Sikap Remaja Terhadap
Hubungan Seks Pranikah. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. (4: 75-85). Jawa Tengah.

Anda mungkin juga menyukai