Anda di halaman 1dari 12

50

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti menyajikan hasil penelitian dan pembahasan hasil dari

pengumpulan data yang dilakukan di Desa Mampuak I kecamatan Teweh Timur

Kabupaten Barito Utara Propinsi Kalimantan Tengah untuk mengetahui gambaran

persepsi anggota rumah tangga terhadap perilaku hidup bersih sehat tidak

merokok dalam rumah. Data diperoleh dengan memberikan kuesioner kepada

responden yang berjumlah 30 responden.

I. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Berikut ini adalah karakteristik tempat penelitian di Desa Mampuak I

kecamatan Teweh Timur Kabupaten Barito Utara propinsi Kalimantan Tengah:

Gambar 4.1 Tempat Penelitian di Desa Mampuak I

Desa Mampuak I merupakan sebuah Desa di Kecamatan Teweh Timur,

Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, Indonesia. Desa Mampuak I

mempunyai luas ± 3.00 Km2 dengan jumlah penduduk ± 770 Jiwa (Profil Desa

Mampuak I, 2022).

50
51

Batas wilayah Desa Mampuak I:

Sebelah Utara : Desa Sampirang I

Sebelah Selatan : Desa Sampirang II

Sebelah Barat : Desa Mampuak II

Sebelah Timur : Desa Sampirang II

II. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini merupakan data yang meliputi

identitas responden seperti jenis kelamin, usia dan pendidikan terakhir responden.

A. Jenis Kelamin

Berikut adalah hasil identifikasi responden berdasarkan jenis kelamin:

No
Jenis Kelamin Frekuensi (f) Porsentase (%)
.

1. Laki-laki 16 53%

2. Perempuan 14 47%

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan diagram diatas menunjukkan data tentang karakteristik

responden berdasarkan jenis kelamin. Hasil pengambilan data

menunjukkan dari 30 responden, terdapat 16 responden yang berjenis

kelamin laki-laki (53%) serta 14 responden yang berjenis kelamin

perempuan (47%).

Rumah tangga yang bebas rokok merupakan salah satu indikator

PHBS rumah tangga yang sehat. Asap rokok dari anggota keluarga yang

merokok dapat menyebabkan pencemaran udara dalam rumah yang dapat


52

merusak mekanisme paru-paru (Mahardika, 2017). Namun pada

realitasnya, kegiatan merokok di rumah dianggap sesuatu hal biasa,

khususnya sering dilakukan oleh suami yang merupakan seorang laki-laki

yang menjadi kepala keluarga di dalam sebuah rumah tangga.

Banyak persepsi yang menyebutkan bahwa merokok merupakan ciri

khas seorang laki-laki. Merokok merupakan salah satu ciri khas laki-laki

menunjukkan kemaskulinan dan kejantanannya (Mahardika, 2017). Hal ini

juga sesuai dengan penelitian Girsang (2016), yang menyebutkan bahwa

rokok merupakan sesuatu yang wajib di konsumsi agar pantas disebut

sebagai laki-laki sejati.

B. Usia

Berikut adalah hasil identifikasi responden berdasarkan usia:

No
Usia Frekuensi (f) Porsentase (%)
.

1. 15-24 tahun 8 27%

2, 25-34 tahun 9 30%

3. 35-44 tahun 8 27%

4. 45-54 tahun 2 6%

5. 55-64 tahun 3 10%

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan diagram diatas menunjukkan data tentang karakteristik

responden berdasarkan usia. Hasil pengambilan data menunjukkan dari 30

responden, terdapat 8 responden berusia 15-24 tahun (27%), 9 responden

berusia 25-34 tahun (30%), 8 responden berusia 35-44 tahun (27%), 2


53

responden berusia 45-54 tahun (6%) serta 3 responden berusia 55-64 tahun

(10%).

Menurut Potter & Perry (2015), rentang usia 25-34 merupakan

rentang usia dimana sesorang sudah memasuki fase dewasa awal, yakni

pada fase ini seseorang mulai memasuki fase tenang, dimana seseorang

mengalami stabilitas yang lebih besar. Begitu juga dengan pilihan untuk

menjadi seorang perokok atau tidak.

Hal ini juga sejalan dengan dengan data RISKESDAS tahun 2018

terhadap perokok, bahwa prevalensi perokok tertinggi terdapat pada

kelompok umur 25-34 tahun, dengan rentang prevalensi antara 30,4%-

32,2% (Kemenkes RI, 2019).

Namun perlu diingat, bahwa berhenti merokok alangkah lebih baik

pada usia sedini mungkin, karena semakin cepat berhenti merokok maka

fungsi paru juga akan semakin baik, kematian dan kecacatan karena

penyakit akibat merokok dapat dicegah sedini mungkin (Virly, M, 2103).

C. Pendidikan Terakhir Responden

Berikut adalah hasil identifikasi responden berdasarkan pendidikan

terakhir:

No
Pendidikan Terakhir Frekuensi (f) Porsentase (%)
.

1. SD 6 20%

2, SMP 4 13%

3. SMA/SMK 14 47%

4. Diploma 3 2 7%
54

5. Sarjana 1 4 13%

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan


Terakhir

Berdasarkan diagram diatas menunjukkan data tentang karakteristik

responden berdasarkan pendidikan. Hasil pengambilan data menunjukkan

dari 30 responden, terdapat 6 responden dengan pendidikan terakhir pada

jenjang SD (20%), 4 responden dengan pendidikan terakhir pada jenjang

SMP (13%), 14 responden dengan pendidikan terakhir pada jenjang

SMA/SMK (47%), 2 responden dengan pendidikan terakhir pada jenjang

D3 (7%) serta 4 responden dengan pendidikan terakhir pada jenjang S1

(13%).

Pendidikan seseorang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

sesorang. Semakin tinggi pendidikan, maka semakin tinggi daya serapnya

terhadap informasi, sehingga informasi-informasi yang didapatkan dapat

difahami dengan baik (Notoadmodjo, 2018). Hal ini sesuai dengan tujuan

pendidikan yaitu mengubah perilaku seseorang dari tidak melakukan

sesuatu, menjadi melakukan sesuatu.

Seseorang dengan pendidikan tinggi pada umumnya mudah

memahami dan tanggap mengenai bahaya merokok dan mempunyai

keinginan serta kepedulian untuk dapat menjaga kesehatan dirinya.

Sedangkan seseorang dengan pendidikan rendah, masih kurang memahami

atau terbatasnya informasi yang diterima mengenai bahaya merokok.

Hal ini sejalan dengan pendapat Notoadmodjo (2018). Yang

menjelaskan bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai proses dimana


55

seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk tingkah laku

lainnya didalam masyarakat serta semakin mudah untuk menerima

informasi, pengetahuan dan perkembangan teknologi. Hal ini juga

ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan Septia K & Widyatuti (2014),

tentang persepsi remaja dengan perilaku merokok pada siswa SMA di

Bandar lampung. Penelitian dilakukan kepada 93 siswa, menunjukkan

hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi remaja

terhadap perilaku merokok (p value 0,000), 59,1% siswa berpersepsi

positif dan sebanyak 52,7% berperilaku tidak merokok.

Namun, perihal yang telah disebutkan sebelumnya tidak sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurlailah, N (2010), penelitian

tentang hubungan antara persepsi tentang dampak merokok terhadap

kesehatan dengan tipe perilaku merokok mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, penelitian dilakukan pada 120 mahasiswa, mayoritas

reponden sudah menempuh pendidikan sebanyak 6 semester. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara persepsi tentang

dampak merokok pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (α =

0,05). Mahasiswa yang merokok biasanya karena ingin menghilangkan

perasaan yang tidak menyenangkan pada dirinya memiliki persepsi bahwa

merokok tidak berbahaya bagi kesehatan.


56

III. Hasil dan Pembahasan

Deskripsi hasil penelitian dapat dilihat dari data di bawah ini:

Statistics
Total Penilaian

N Valid 30

Missing 0
Mean 53,33
Median 53,00
Mode 51a
Std. Deviation 5,352
Minimum 43
Maximum 64

a. Multiple modes exist. The


smallest value is shown

Tabel 4.4 Deskripsi Statistik Implementasi Perilaku Hidup Bersih Sehat


Tidak Merokok Dalam Rumah di Desa Mampuak I

Berdasarkan perhitungan pada table diatas, maka diperoleh nilai mean

sebesar 53, nilai minimum sebesar 43 dan nilai maximum sebesar 64.

Selanjutnya, distribusi frekuensi penilaian tersebut disajikan dalam table 4.2.

pada table 4.2 akan menampilkan hasil perhitungan dan persentase sesuai

dengan kategori distribusi frekuensi persepsi.

Persepsi Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Persepsi Negatif (43-52) 14 46,7 46,7 46,7

Persesi Positif (53-64) 16 53,3 53,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

Tabel 4.5 Persepsi Responden Terhadap Perilaku Hidup Bersih Sehat Tidak
Merokok Dalam Rumah di Desa Mampuak I
57

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

Berdasarkan tabel di atas diketahui persepsi responden terhadap

perilaku bersih sehat tidak merokok dalam rumah, ditunjukkan oleh 14

responden dengan persepsi negatif (47%) dan 16 responden dengan persepsi

positif (53%). Hasil tersebut dapat diartikan bahwa sebagian besar masyarakat

di Desa Mampuak I memiliki pandangan, gambaran atau anggapan bahwa

merokok di dalam rumah itu tidak baik.

Merokok dalam rumah merupakan suatu tindakan seseorang akibat dari

adanya stimulus atau rangsangan dari suatu informasi atau pengalaman yang

didapatkan ketika melakukan aktivitas mengisap atau menghirup asap dari

rokok di dalam rumah. Hal ini dikarenakan rumah merupakan tempat pribadi,

para perokok mengungkapkan bahwa merasa lebih rileks dan nyaman untuk

merokok dirumah (Mu’tadin (Sodik, 2018)). Namun, menurut Mu’tadin

dalam Sodik (2018), seseorang yang melakukan aktifitas merokok di dalam

rumah cenderung kurang menjaga kebersihan diri dan memiliki rasa cemas

yang tinggi, sehingga akan mengganggu kesehatan diri sendiri dan anggota

keluarga lain di rumah.

Melakukan aktifitas merokok di dalam rumah justru akan memiliki

dampak negatif bagi kesehatan, baik bagi perokok sendiri atau anggota

keluarga yang lain. Setiap satu batang rokok mengandung zat karsinogenik,

dimana zat karsinogenik muncul dari rokok yang belum dibakar atau asap dari

rokok yang udah dibakar, zat karsinogenik itu disebut dengan tobacco-

spesific nitrosamines (TSNAs). TSNAs lebih cepat terbentuk dalam


58

ruangan/dalam rumah yang dipakai untuk merokok. Jejak yang ditinggalkan

pada perokok saat merokok akan membentuk zat beracun yang kemudian

melekat pada perabotan dalam rumah. Jika dalam rumah terdapat anak-anak

tentu akan sangat berbahaya karena memiliki kontak erat dengan perabotan

rumah dan tidak menyadari akan zat beracun yang menempel (Dinkes

Surakarta, 2021). Masalah kesehatan lain yang mungkin bisa terjadi akibat

rokok, yaitu: kanker, penyakit paru obstruktif kronik, masalah jantung, stroke,

kulit keriput, hipertensi, diabetes gangguan kehamilan dan janin serta

disfungsi ereksi (Sodik, M.A, 2018).

Program kampanye perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah

program nasional yang terus dikembangkan untuk mencapai kesehatan

masyarakat yang sesungguhnya (Rochiman, T, 2009). Rumah tangga bebas

rokok merupakan salah satu indikator PHBS rumah tangga sehat. Sasaran

utama dalam pelaksanaan promosi kesehatan pada tatanan keluarga adalah

orang tua, terutama ibu. Pada indikator tidak merokok didalam rumah, ibu

harus mampu memberikan pendidikan kesehatan kepada seluruh anggota

keluarga, utamanya mengenai bahaya merokok. Ibu rumah tangga harus

mampu memberikan dukungan agar setiap anggota keluarga mampu

menerapkan kebiasaan tidak merokok dalam rumah. Demi terciptnya perilaku

yang langgeng, ibu juga bertugas mengawasi perilaku anggota keluarga untuk

tidak merokok di dalam rumah (Mahardika, 2017). Pengetahuan juga harus

ditanamkan kepada anggota keluarga karena pengetahuan merupakan domain

terbentuknya perilaku kesehatan (Waruwu.,et.al, 2014).


59

Faktor lain yang menyebabkan seseorang merokok ialah adanya

pengaruh iklan. Reklame atau iklan tentang rokok diperkirakan mempunyai

pengaruh yang lebih kuat daripada pengaruh orang tua atau teman sebaya

(Virly, M, 2013). Maka untuk itu pemerintah Republik Indonesia

mengeluarkan peraturan melalui kementrian kesehatan yaitu Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2013 tentang

Pencantuman Peraturan Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada Kemasan

Produk Tembakau, setiap produsen wajib mencantumkan Peringatan

Kesehatan bergambar (PKB) disetiap kemasan rokok yang diproduksi dan

dijual. Ada lima PKB yang sudah disusun pemerintah dan salah satu gambar

tersebut wajib dicantumkan pada bagian wajah kemasan rokok, kelima

gambar yang dimaksud adalah “Merokok Sebabkan Kanker Tenggorokan”,

“Merokok Sebabkan Kanker Mulut”, “Merokok Sebabkan Kanker Paru-Paru

dan Bronkitis”, “Merokok Dekat Anak Berbahaya Bagi Mereka” dan

“Merokok Membunuhmu” (Trisnowati H.,et.al, 2018).

Dewi & Damayanti (2008) dalam penelitiannya mengatakan bahwa

promosi kesehatan yang menampilkan gambar menakutkan berhasil

memprovokasi masyarakat bahwa betapa berbahanya merokok bagi

kesehatan, rokok dapat menimbulkan beberapa penyakit bahkan sampai

terjadinya kematian. Sikap positif terhadap PKB diharapkan bisa

mempersuasi masyarakat untuk bisa berhenti merokok. Meski dalam

kenyataannya seseorang untuk berhenti merokok agak susah karena rokok

mengandung nikotin, yaitu suatu zat aditif yang mempengaruhi sistem saraf

dan peredaran darah sehingga menyebabkan para perokok menjadi ketagihan


60

(Romer D.,et.al, 2013). Sosialisasi tentang efek buruk rokok untuk sebagian

konsumen rokok cukup efektif membuat mereka berhenti untuk merokok,

Namun kembali lagi bahwa kesadaran untuk berhentinya seseorang dari

kebiasaan merokok sangat tergantung dari niat dan kesiapan batin dari yang

bersangkutan (Villanti A.C.,et.al, 2014).

Note: Pembahasan perlu dipertajam lagi. Gunakan nilai-nilai dari

kuesioner yang hasilnya masih kurang. Poin-poin ini yang perlu ditelusuri

kira-kira penyebabnya apa dan teori/penelitian siapa yg mendukung hal

tersebut.

IV. Keterbatasan

Pada penelitian ini memiliki beberapa kelemahan dan kekurangan yang

dapat dikemukakan disini antara lain:

1. Observasi yang tidak dilakukan secara menyeluruh dan mendalam

pada Implementasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

2. Sulit mengetahui kesungguhan responden dalam mengisi kuesioner.

3. Selama pengisian kuesioner ada sifat keragu-raguan dari responden

seperti kejujuran dan ketakutan dalam menjawab kuesioner.


61

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa persepsi sebagian

besar masyarkat di Desa Mampuak I tentang perilaku hidup bersih sehat tidak

merokok dalam rumah menunjukkan persepsi yang positif (53%). Hasil

tersebut, dapat menunjukkan suatu kesimpulan bahwa masyarakat di Desa

Mampuak 1 memiliki pandangan, gambaran atau anggapan bahwa merokok

di dalam rumah itu tidak baik.

B. Saran

1. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dalam kita berperilaku hidup

bersih sehat.

2. Bagi isntitusi Puskesmas Mampuak

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi

mengenai gambaran pelaksanaan perilaku hidup bersih sehat di wilayah

kerja Puskesmas Mampuak

3. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah ilmu

pengetahuan masyarkat khususnya masyarakat di Desa Mampuak I

tentang pentingnya berperilaku hidup bersih sehat.

61

Anda mungkin juga menyukai