E
DENGAN HIPERTENSI
Di Kemitbumen , Geneng, Prambanan, Klaten.
Di susun oleh :
COVER
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN / KONSEP DASAR TEORI
A. Latar Belakang … …………………………………………….. 5
B. Tujuan ………...………………………………………………. ..6
C. Definisi …………………………………………………………. 7
D. Etiologi …………………………………………………………. 7
E. Patofisiologi …………………………………………………......7
F. Pathway…………………………………………………………..9
G. Manifestasi Klinik ……..………………………………………. 10
H. Pemeriksaan Penunjang ……………...………………………… 10
I. Komplikasi ………………………………………………………10
J. Penatalaksanaan …………………………………….……….......11
K. Daftar Pustaka
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ………………………………………..………..….. .14
B. Pengelompokan data ……………………………………….…. ..33
C. Analisa data …………………………………………………..…34
D. Diagnosis keperawatan …………………………………….……34
LAMPIRAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi adalah kondisi dimana seseorang mempunyai tekanan darah
sistole (Sistolic Blood Pressure) lebih atau sama dengan 140 mmHg atau tekanan
darah diastole (Diastolic Blood Pressure) lebih atau sama dengan 90 mmHg
sesuai kriteria WHO atau memiliki riwayat penyakit hipertensi sebelumnya
(Bhadoria, Kasar, dan Toppo, 2014). Wu, Chien, Lin, Chou, dan Chou (2012)
menjelaskan bahwa hipertensi menurut diagnosis WHO di Amerika Serikat ialah
tekan sistolik > 140 mmHg dan tekan diastoliknya > 90 mmHg.
Berdasarkan WHO (2012), negara yang memiliki penghasilan tinggi
memiliki prevalensi hipertensi lebih kecil dari negara berkembang atau negara
yang memiliki penghasilan yang rendah. Dari 927 juta penderita hipertensi di
dunia, sebanyak 333 juta penderita berada di negara maju dan 639 juta penderita
sisanya terdapat di negara berkembang. Hipertensi merupakan faktor penting
yang memengaruhi hampir satu miliar orang di seluruh dunia dan menyebabkan
sekitar 7,1 juta kematian per tahun pada usia dewasa (Osamor & Owumi, 2011).
Prevalensi hipertensi di dunia sebesar 26,4% yang terdiri dari populasi
usia dewasa . Susilo, Ari, & Wuldanari (2011) menjelaskan bahwa Indonesia
merupakan negara dengan peringkat kelima dalam hal kejadian hipertensi di
kawasan Asia Tenggara yaitu sebanyak yaitu 15% dari seluruh penduduk.
Kementerian Kesehatan (2013) menyatakan bahwa di Indonesia terjadi
peningkatan prevalensi hipertensi dari 7,6% tahun 2007 menjadi 9,5% pada
tahun 2013. Di Indonesia penyakit hipertensi dan komplikasinya merupakan
peringkat kelima dari sepuluh besar penyebab kematian tertinggi terhitung dari
41.590 kematian dari Januari sampai Desember 2014 (Balitbangkes, 2014).
Sesuai data dari Riskesdas (2013), bahwa Jawa Barat merupakan provinsi
dengan prevalensi hipertensi paling tinggi di Pulau Jawa (29,4%) dengan
proporsi faktor risiko hipertensi pada masyarakat Jawa Barat yang menduduki
peringkat atas dalam beberapa kategori. Peluang masyarakat di Jawa Barat
cukup besar untuk menderita hipertensi bila tidak dilakukan pencegahan sejak
dini.
Kabupaten Kuningan merupakan wilayah dengan prevalensi hipertensi
terbanyak di Indonesia yaitu sebanyak 43,6 persen (Batlibangkes, 2014). Selain
itu kasus hipertensi merupakan salah satu penyakit yang termasuk 10 penyakit
terbesar selama 3 tahun sejak 2012 sampai 2014 di seluruh Puskesmas di
Kabupaten Kuningan termasuk puskesmas Windusengkahan yang memiliki
catatan kenaikan hipertensi tiga tahun terakhir (Profil Puskesmas
Windusengkahan, 2014).
B. Tujuan
1. Mengetahui definisi dan etiologi hipertensi
4
C. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka
morbiditas maupun moralitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg
menunjukan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik
90mmHg menunjukan fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto, 2014).
D. Etiologi Hipertensi
Etiologi menurut Argiya dan Mahin (2012)
a. Konsumsi Obat
c. Stress
Stress merupakan salah satu faktor utama penyebab penyakit jantung dan
kardiovaskuler, seperti hipertensi. Situasi stress dijumpai diberbagai
tempat, krisis keuangan, masalah keluarga dan sebagainya. Semua hal itu
dapat menyebabkan perkembangan tekanan darah tinggi.
E. Patofisiologi Hipertensi
Menurut (Triyanto,2014) meningkatnya tekanan darah didalam
arteri bisa terjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat
sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar
kehilangan kelenturanya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
Hal ini terjadi jika terhadap kelainan fungsi ginjal sehingga tidak
mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh meningkat
sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika aktivitas
memompa jantung berkurang arteri mengalami pelebaran, banyak cairan
keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun. Penyesuaian
terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan didalam fungsi
ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur
berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal
mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara: jika tekanan darah
meningkat, ginjal akan mengeluarkan garam dan air yang akan
menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan
darah normal. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi
pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan
darah kembali normal.
6
Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan
enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi,
yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal
merupakan organ peting dalam mengembalikan tekanan darah, karena itu
berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya
tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah
satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan
dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya
tekanan darah (Triyanto 2014).
F. Manifestasi klinik
Menurut (Ahmad, 2011) sebagian besar penderita tekanan darah
tinggi umumnya tidak menyadari kehadirannya. Bila ada gejala,
penderita darah tinggi mungkin merasakan keluhan-keluhan berupa:
kelelahan, bingung, perut mual, masalah pengelihatan, keringat
berlebihan, kulit pucat atau merah, mimisan, cemas atau gelisah, detak
jantung keras atau tidak beraturan (palpasi), suara berdenging di telinga,
disfungsi ereksi, sakit kepala, pusing. Sedangkan menurut
(Pudiastuti,2011) gejala klinis yang dialami oleh para penderita
hipertensi biasanya berupa: pengelihatan kabur karena kerusakan retina,
nyeri pada kepala, mual dan muntah akibatnya tekanan kranial, edema
dependen dan adanya pembengkakan karena meningkatnya tekanan
kapiler.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Enzim-enzim serum AST (SGOT). ALT (SGPT), LDH: meningkat pada
kerusakan sel hati dan pada keadaan lain terutama infrak miokardium.
2. Bilirubin direk: meningkat pada gangguan ekresi bilirubin terkonyugasi.
3. Bilirubin indirek: meningkat pada gangguan hemolitik dan sindrom
gilbert.
4. Bilirubin serum total: meningkat pada penyakit hepatoseluler.
5. Protein serum total: kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
6. Masa protombin: meningkat pada penurunan sintesis protombin akibat
kerusakan sel hati.
7. Kolesterol serum: menurun pada kerusakan sel hati, menngkat pada
obstruksi duktus biliaris.
H. Komplikasi
Komplikasi hipertensi menurut, Argiya dan Mahin (2012)
a. Stroke
b. Gagal Jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung berkerja lebih
berat untuk memompa darah dan menyebabkan pembesaran otot jantung
kiri sehingga jantung mengalami gagal fungsi. Pembesaran pada otot
jantung disebabkan kerja keras jantung untuk memompa darah.
c. Gagal Hinjal
I. Penatalaksanaan
a. Farmakologi (Obat-obatan) menurut Argiya dan Mahin (2012)
Secara garis besar beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian
atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu :
8
1. Mempunyai efektifitas yang tinggi
a) Diet kontrol
b) Ditambah tinggi sayur dan buah
c) Ditambah tinggi buah dan sayur, rendah kolestrol, produk lemak
dan rendah natrium.
3. Penurunan berat badan
5. Berhenti merokok
Berhenti merokok dapat mengurangi terjadinya penyakit
kardiovaskuler.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Nablory. 2011. Cara Mencegah dan Mengobati Asam Urat dan
Hipertensi. Jakarta: Rineka Cipta.
Bhadoria, A., Kasar, P. & Toppo, N., (2014). Prevalence of hypertension and
associated cardiovascular risk factors in Central India. Journal of family &
community medicine, 21(1), pp.29–38. (diakses 22 September2015).
Kemenkes, RI., (2013). Profil Kesehatan Indonesia 2013, profil kesehatan indonesia
2013.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Righo, Argitya dan Mahin Ridlo Ronas.2014.Terapi Bekam Terbukti Mampu Mengatasi
Hipertensi.Bandung:CV.Rasi Terbit
Susilo, Yekti, & Ari, W. (2011). Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: ANDI
A. DATA DEMOGRAFI
1. Identitas diri klien
Nama : Ny. E
Usia : 39 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Dsn Kemitbumen, Geneng, Prambanan
Suku bangsa : Jawa
Status pernikahan : Kawin
Agama / keyakinan : Islam
Pendidikan Terakhir : SLTA
Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga
Diagnosa medik : Hipertensi
Tanggal pengkajian : 26 April 2021
2. Penanggung jawab
Nama : Tn. W
Usia : 45 Tahun
Jenis kelamin : Laki laki
Pekerjaan : Buruh
Hubungan dengan klien : Suami
12
B. RIWAYAT PENYAKIT
4. Diagnosa medik pada saat MRS, pemeriksaan penunjang dan tindakan yang telah
dilakukan, mulai dari pasien MRS (UGD/Poli), sampai diambil kasus kelolaan.
a. Masalah atau Dx medis pada saat MRS :
Nyeri kepala dan pusing ( Hipertensi )
b. Tindakan yang telah dilakukan dipoliklinik / UGD :
Saat di klinik pasien dilakukan pemeriksaan TTV dan diberikan obat
penurun tekanan darah dan obat anti nyeri
c. Catatan Penanganan Kasus (dimulai saat pasien dirawat di ruang rawat sampai
pengambilan kasus kelolaan) :
Pasien diberikan obat untuk menurunkan tekanan darah dan obat anti
nyeri.
C. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
(Bandingkan kondisi saat klien di rumah /sebelum masuk RS dan saat klien dirawat di
RS)
Intake makanan :
Pada saat sebelum sakit klien makan 3 x sehari dengan menghabiskan satu
porsi yaitu nasi, lauk dan sayur. Saat sakit pasien menghabiskan ½ dari porsi
biasanya.
Intake cairan :
3. Pola Eliminasi
a. Buang air besar
Pasien mengatakan BAB sehari 1 kali, dan pasien mengatakan tidak ada
keluhan mengenai BAB.
Oksigenasi
Pasien mengatakan tidur hanya 4 jam dari mulai jam 00.00 – 04.00 WIB,
pasien kesulitan tidur karena pusing dan nyeri kepala dan pasien juga merasa
tidak puas dengan pola tidurnya.
6. Pola perceptual
(penglihatan, pendengaran, pengecap, sensasi):
9. Pola peran-hubunagan
(komunikasi, hubungan dengan orang lain, kemampuan keuangan)
D. PEMERIKSAAN FISIK
(Cephalocaudal)
TB/BB: 155/60
Kepala :
Tidak ada benjolan, bersih, rambut hitam ikal.
Jantung
P : pekak
A: BJ I-II normal, aritmia, tidak ada suara bising (-) , gallop (-)
Paru-Paru :
I : gerakan dada kanan dan kiri sama , tidak ada rekasi dada
P : Sonor
Abdomen :
P : Terdengar timpani
Perkemihan :
I : Pembengkakan
A:-
E. PENANGANAN KASUS
(dimulai saat anda mengambil sebagai kasus kelolaan, sampai akhir praktik)
Pasien mengatakan saat priksa di klinik pasien sudah diberi obat dan dokter
menganjurkan untuk istirahat
F. TES DIAGNOSTIK
- tidak ada pemeriksaan laboratorium
DO:
TD: 180/90mmHg
N: 80x/menit
RR: 21x/menit
1. Klien tampak berjalan dengan hati hati
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2. Intoleran Aktiviras berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan oksigenResiko
3. Resiko jatuh ditandai dengan usia.
( Fitri)
(Fitri)
2. Resiko jatuh ditandai Setelah dilakukan Pencegahan Jatuh 1. Untuk mengetahui Senin, 26 April 2021 Senin, 26 April 2
dengan usia. tindakan keperawatan (6490) hal hal yang Jam 11:10 WIB
selama 3x24jam resiko 1. Identifikasi hal hal membahayakan Jam 11:00 WIB S: pasien meg
DS: jatuh ditandai dengan yang membahayakan lingkungan klien. sangat hati-hati
usia teratasi dengan 1. Megidentifikasi hal
1. Klien dilingkungan 2. Untuk berjalan di area
kriteria hasil : yang membahayakan
mengatakan 2. Sediakan alat bantu meminimalisir mandi.
pasien yang dapat
pandangannya Kontrol Resiko: (misal tongkat atau terjadinya jatuh. O:area kamar
terjai di sekitar
kabur akibat Jatuh(1939). walker) untuk 3. Memberikan pasien tampak
lingkugan.
penyakit 1. Megidentifikasi meyeimbangkan gaya dukugan kepada arena banyak te
hipertensi faktor resiko jatuh. berjalan. psien untuk (Fitri) air dan menimb
2. Menggunakan 3. Dukung pasien untuk menggunakan tumbbuhnya lum
DO: strategi untuk menggunakan tongkat tonngkat sebagai
TD: 180/100mmHg mengkompensasika atau walker dengan alat bantu. Jam 11:20 WIB
n keterbatasan
N: 80x/menit pandangan. tepat. 4. Berkolaborasi Jam 11:10 WIB S:pasien megata
S: 36,5°C 3. Memonitor 4. Berkolaborasi dengan dengan tenaga lebih mudah berj
RR: 22x/menit lingkugan untuk angggota tim medis lainnya 2. Menyediakan alat jika menggunaka
resiko jatuh. kesehatan lain untuk dalam bantu tongakat untuk tongkat.
4. Menggunakan alat berjalan.
1. Klien tampak meminimalkan efek meminimalisiir O: pasien tampak
bantu untuk
berjalan dengan samping dari obat efek samping obat. mudah berjalan.
menurunkan resiko (Fitri)
hati hati jatuh. yang berkonstribusi
2.Klien tidak dapat terhadap jatuh. Jam 11:40
membaca dengan S:-
Jam 11:30 WIB O:membantu pas
jarak kurang lebih
30cm 3. Mendukung pasien dalam mengguna
3.Skala morse: 40 dalam menggunakan tongkat dengan b
(resiko rendah) tongkat.
Jam 12:00 WIB
(Fitri) S:-
Jam 11:50 WIB O:pasien tampak
senang sesudah b
4. Berkolaborasi berjalan.
dengan trenaga medis
lain dalam Senin, 26 April 2
meminimalkan efek Jam 14:00 WIB
samping obat. S: pasien megata
lebih mudah berj
(Fitri)
jika menggunaka
tongkat.
O: membantu pa
dalam mengguna
tongkat dengan b
A: masalah R
jatuh ditandai d
usia teratasi seba
P: lanjutkan inte
1. Identifika
hal yang
membaha
n dilingk
2. Sediakan alat
(misal tongka
walker) untuk
meyeimbangk
gaya berjalan
3. Dukung pasie
untuk
menggunakan
tongkat atau
walker denga
tepat.
4. Berkolaboras
dengan anggg
tim kesehatan
untuk
meminimalka
efek samping
obat yang
berkonstribus
terhadap jatu
Catatan perkembangan ( hari ke – 2 )