Di Ajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ners Pada Program
Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karsa Husada Garut
Pembimbing
(Rudy Alfiansyah,S.Kep.,Ners.,M.Pd)
LEMBAR PENGESAHAN
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karsa Husada Garut Garut, Juli 2023
ABSTRAK
Latar Belakang : Perubahan pola dan gaya hidup masyarakat saat ini yang lebih
menyukai makanan siap saji, makanan berlemak dan lain sebagainya, membawa
dampak banyaknya permasalahan terhadap kejadian Penyakit Diabetes Melitus.
Oleh sebab itu, perlu adanya penanganan yang komprehensif dengan cara
pengobatan secara teratur. Kadar gula darah yang tinggi secara berkepanjangan
pada penderita DM dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi. Ulkus
Diabetikum sebagai salah satu komplikasi tersering dari diabetes melitus tipe-II
menyebabkan terjadinya kerusakan integritas kulit yang disebabkan oleh
gangguan sirkulasi perifer sehingga jaringan sekitar luka akan mati atau nekrotik
dan mengalami pembusukan. Tujuan : Studi kasus ini bertujuan untuk menguji
efektifitas perawatan luka menggunakan madu terhadap proses penyembuhan
ulkus diabetikum. Metode : Metode yang digunakan adalah studi kasus dengan
melakukan anamnesa, obsevasi, pemeriksaan fisik dan catatan medis. Partisipan
dalam penelitian ini adalah Tn. E dengan penyakit ulkus diabetikum. Hasil : Hasil
studi kasus ini menunjukan bahwa perawatan luka dengan menggunakan madu
dapat mempercepat terhadap proses penyembuhan luka gangrene untuk
mengurangi jaringan nekrosis. Maka dari itu, penggunaan madu untuk perawatan
luka sudah terbukti secara empiris sebagai percepatan penyembuhan ulkus
diabetikum. Rekomendasi : Perawatan luka dengan menggunakan madu dapat
dilakukan pada pasien dengan ulkus diabetikum dengan karakteristik tertentu.
ABSTRACT
Background: Changes in the pattern and lifestyle of today's people who prefer
ready-to-eat foods, fatty foods and so on, have an impact on many problems with
the incidence of Diabetes Mellitus. Therefore, there is a need for comprehensive
handling by means of regular treatment. Prolonged high blood sugar levels in
people with diabetes can cause various complications. Diabetic ulcer as one of the
most common complications of type-II diabetes mellitus causes damage to the
integrity of the skin caused by impaired peripheral circulation so that the tissue
around the wound will die or necrotic and decay. Objective: This case study aims
to test the effectiveness of wound treatment using honey on the healing process of
diabetic ulcers. Method: The method used is a case study by conducting
anamnesis, observation, physical examination and medical records. The
participant in this study was Mr. E with diabetic ulcer disease. Results: The
results of this case study show that wound care using honey can accelerate the
healing process of gangrene wounds to reduce tissue necrosis. Therefore, the use
of honey for wound care has been empirically proven as an acceleration of
diabetic ulcer healing. Recommendation: Wound care using honey can be done
in patients with diabetic ulcers with certain characteristics.
Bismillahirrahmanirrahim,
Dengan memanjatkan puji serta syukur ke hadirat Allah SWT yang telah
sahabatnya serta sampai kepada kita selaku umatnya, sehingga penulis dapat
Kesehatan Karsa Husada Garut. Dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir- Ners ini
penulis telah mendapat bantuan dan dukungan dari beberapa pihak yang terlibat,
maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar –
besarnya kepada :
Insani Garut.
vi
4. Bapak Rudy Alfiansyah,S.Kep.,Ners.,M.Pd, selaku pembimbing utama yang
5. Staf dan Dosen Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
KIA ini.
6. Kedua Orang Tua yang saya cintai dan saya sayangi, Alm.Bapak Asep
Saprudin dan Ibu Ina Resnia, kakak saya serta keluarga besar yang selalu
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Ilmiah Akhir ini masih
terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
sangat mangharapkan segala masukan baik berupa saran maupun kritik demi
perbaikan penelitian selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap Karya Ilmiah Akhir
ini dapat berguna dan bermanfaat baik bagi penulis maupun pembaca.
Penulis,
vii
viii
DAFTAR ISI
ix
2.1.7 Manifestasi Klinis...................................................................11
2.1.8 Patofisiologi............................................................................14
2.1.9 Komplikasi..............................................................................18
2.1.10 Pemeriksaan Penujang.............................................................19
2.1.11 Penatalaksanaan......................................................................20
2.2 Konsep Dasar Perawatan Luka...........................................................23
2.2.1 Definisi Perawatan Luka.........................................................23
2.2.2 Tujuan Perawatan Luka...........................................................24
2.2.3 Perawatan Luka Dengan Madu...............................................24
2.2.4 Sifat zat yang terkandung dalam madu...................................25
2.2.5 Manfaat Madu Untuk Luka.....................................................28
2.2.6 Cara Menggunakan Madu Saat Perawatan Luka....................28
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan.............................................................29
2.3.1 Pengkajian Keperawatan.........................................................29
2.3.2 Diagnosa Keperawatan............................................................42
2.3.3 Intervensi Keperawatan...........................................................42
2.3.4 Implementasi Keperawatan.....................................................57
2.3.5 Evaluasi Keperawatan.............................................................58
2.4 Eviden Base Practice...........................................................................59
2.4.1 Definisi....................................................................................59
2.4.2 Tujuan......................................................................................59
2.4.3 Langkah – Langkah Pembuatan EBP......................................59
2.4.4 Seleksi Data.............................................................................60
2.4.5 Analisa Data............................................................................61
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEBAHASAN..........................................62
3.1 Laporan Asuhan Keperawatan............................................................62
3.1.1 Pengkajian...............................................................................62
3.2 Pembahasan.........................................................................................85
3.2.1 Pengkajian Data dan Analisa Data..........................................86
3.2.2 Diagnosa Keperawatan............................................................86
3.2.3 Intervensi Keperawatan...........................................................88
x
3.2.4 Implementasi Keperawatan.....................................................91
3.2.5 Evaluasi Keperawatan.............................................................93
3.3 Pembahasan Evidence Based Practice................................................94
BAB IV PENUTUP............................................................................................101
4.1 Kesimpulan.......................................................................................101
4.2 Saran 101
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................103
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1...........................................................................................................105
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
merupakan penyakit kronis yang akan menetap seumur hidup. Semakin tinggi
ke otak, jantung, perifer, sel saraf, mata, ginjal, dan bahkan berujung kematian.
merupakan PTM yang tertinggi di dunia dengan jumlah kasus 537 juta, di
Indonesia itu sendiri dengan jumlah kasus penderita DM yaitu 19,47 juta,
sedangkan di Provinsi Jawa Barat yaitu sekitar 32.162 kasus. Menurut hasil
mencapai 6.377 kasus, dimana penderita lebih banyak terjadi pada perempuan
1
2
Ulkus diabetik adalah luka yang terjadi pada kaki penderita DM, dimana
terdapat kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes melitus yang tidak
darah, gangguan persyarafan dan adanya infeksi. Luka diabetik disebabkan oleh
Tanda dan gejala pada ulkus diabetik yaitu ada sering kesemutan, nyeri
penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, kuku menebal, dan kulit kering.
akan cara menjaga kestabilan gulah darah, dan terjadinya salah satu kompliksi
yaitu luka ulkus diabetik, terjadinya komplikasi luka ulkus diabetik memerlukan
pengobatan dan perawatan luka yang baik. sehingga peran perawat sangat penting
dengan menggunakan kasa steril, dan beberapa jenis antibiotik seperti gentamisin
sulfat, mafenide acetate yang semuanya dapat menyebabkan efek nyeri dan
biasanya yaitu madu murni nusantara, dalam penelitian RSCM (2010) yang
manuka, di dapatkan hasil bahwa madu lokal indonesia efektif mengatasi infeksi
efek inhibisi madu murni nusantara lebih tinggi dibandingkan dengan madu
dalam proses penyembuhan luka menjadi lebih cepat. Kandungan pH madu yang
menjaga luka agar tidak terdapat perluasan jaringan nekrosis. Berdasarkan hasil
Madu Terhadap Luka Diabetik Pada Pasien Dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di
pemberian madu terhadap derajat luka dari kategori berat menjadi kategori
sedang.
sebanyak 29 kasus, dan untuk ruang rawat inap marjan atas yaitu sebanyak 7
4
kasus teramasuk Tn.E yang mengalami luka ulkus diabetik pada jari kaki kirinya
pemberian madu terhadap luka diabetik yang di tuangkan dalam Karya Ilmiah
penelitian adalah Aplikasi Perawatan Luka Menggunakan Madu Pada Pasien Tn.E
Ulkus diabetik.
5
menggunakan madu
Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam proses pembelajaran
analisis asuhan keperawatan pada pasien dengan luka ulkus diabetik untuk
Pengumpulan data dalam studi kasus ini menggunakan data primer dan sekunder
Diana data diperoleh berdasarkan anamnesa serta dari status/rekam medis klien
selama sakit. Adapun susunan penulisan dalam karya iliah ini adalah sebagai
berikut:
6
BAB I Pendahuluan
dengan luka ulkus diabetik pada kasus yang diambil dan disajikan sesuai
TINJAUAN PUSTAKA
sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (smelzel dan Bare,2015). Diabetes
karakteristik hipeglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi urin, kerja insulin,
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas
tidak cukup dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak efisien
menggunakan insulin itu sendiri. Insulin adalah hormon yang mengatur kadar gula
darah. Hiperglikemia atau kenaikan kadar gula darah, adalah efek yang tidak
terkontrol dari diabetes dan dalam waktu panjang dapat terjadi kerusakan yang
serius pada beberapa sistem tubuh, khususnya pada pembuluh darah jantung
(penyakit jantung koroner), mata (dapat terjadi kebutaan), ginjal (dapat terjadi
peningkatan glukosa darah diatas normal. Dimana kadar diatur tingkatannya oleh
7
8
Luka diabetes (diabetic ulcers) sering kali disebut diabetics foot ulcers, luka
neuropati adalah luka yang terjadi pada pasien yang diabetik melibatkan gangguan
pada saraf perifer dan otonomik (Suriadi, 2010 dalam Maryunani, 2016).
Luka diabetes adalah luka yang terjadi pada kaki penderita diabetes,
dimana terdapat kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes melitus yang tidak
2017).
penanganan dan biasanya dapat sembuh dengan baik bila tidak terjadi
luka gagal sembuh pada waktu yang diperkirakan, tidak berespon baik
9
Derajat 0 : Tidak ada lesi yang terbuka, Bisa terdapat deformitas atau
selulitis (dengan kata lain: kulit utuh, tetapi ada kelainan bentuk kaki akibat
neuropati).
Derajat 4 : Gangren setempat, di telapak kaki atau tumit (dengan kata lain:
(Muryunani, 2016).
masalah sirkulasi yang serius yang dapat menimbulkan efek pembentukan luka
diabetes melitus (Maryunani, 2016). Ada 2 tipe penyebab ulkus kaki diabetes
1. Neuropati
melitus karena kadar gula dalam darah yang tinggi yang bisa merusak urat
syaraf penderita dan menyebabkan hilang atau menurunnya rasa nyeri pada
10
terasa. Gejala- gejala neuropati meliputi kesemutan, rasa panas, rasa tebal di
telapak kaki, kram, badan sakit semua terutama malam hari (Maryunani,
2016).
2. Angiopathy
besar pada tungkai, maka tungkai akan mudah mengalami gangren diabetik,
yaitu luka pada kaki yang merah kehitaman atau berbau busuk. Angiopathy
a. Genetik
(Smeltzer, 2015)
11
b. Immunologi
c. Lingkungan
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih
resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
seringkali tidak dirasakan dan tidak disadari penderita. Tanda awal yang dapat
langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula
dalam darah mencapai nilai 160-180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing
manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau
dikerubuti semut.
menjadi 2 yaitu:
ditunjukan meliputi:
kedalam sel sel tubuh kurang sehingga energi yang dibentuk pun
makan
orang ingin selalu minum dan ingin minum manis, minuman manis
Jika kadar gula melebihi nilai normal , maka gula darah akan
mungkin ke dalam urin sehingga volume urin yang keluar banyak dan
kencing pun sering.Jika tidak diobati maka akan timbul gejala banyak
minum, banyak kencing, nafsu makan mulai berkurang atau berat badan
turun dengan cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah
lelah dan bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual (PERKENI,
2015).
adalah:
1. Kesemutan
4. Kram
5. Mudah mengantuk
6. Mata kabur
pada wanita
10. Dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin
14
dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg.
2.1.8 Patofisiologi
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel sel beta prankreas telah
glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dihati meskipun tetap berada dalam darah
cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali glukosa yang tersaring
(Smeltzer,2015).
(pembentukan glukosa baru dari asam asam amino dan subtansi lain). Namun
pada penderita difisiensi insulin, proses ini akan terjadi tampa hambatan dan lebih
merupakan produk smping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang
nyeri abdomen mual, muntah, hiperventilasi , nafas berbau aseton dan bila tidak
hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula
belum jelas, faktor genetik dikatakan memiliki peranan yang sangat penting
dalam munculnya DM tipe II. Faktor genetik ini akan berinterksi dengan faktor
faktor lingkungan seperti gaya hidup, obesitas,rendah aktivitas fisik, diet, dan
insulin dan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terkait dengan reseptor khusus
Resistensi insulin DM tipe II disertai dengan penurunan reaksi intra sel. Dengan
(Smeltzer, 2015).
sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada
tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel sel B tidak
meningkat dan terjadinya DM tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin
yang berupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah
yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang
menyertainya, karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada DM tipe II,
bertahun tahun) dan progesif, maka DM tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi.
Jika gejalannya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan, seperti:
infeksi vagina atau pandangan kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi.).
(Smeltzer,2015).
17
PATHWAY DM
18
2.1.9 Komplikasi
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada penderita DM tipe II akan
(Smeltzel, 2015)
1. Komplikasi Akut
dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat.
b. Hipoglikemi
(PERKENI, 2015).
terdiri dari:
penyakit
1) Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah
No Pemeriksaan Normal
3) Urine
4) Kultur pus
2.1.11 Penatalaksanaan
yang dapat menjadi masalah bagi penderita diabetes pasien lanjut usia.
Alat yang digunakan untuk menentukan dosis insulin yang tepat yaitu
jenis insulin regular (R) dan insulin kerja sedang ,Idealnya insulin
diberikan sekali untuk kebutuhan basal dan tiga kali dengan insulin
a. Sulfonilurea
Fungsi hati akan terganggu pada dosis tinggi, tetapi hal tersebut
d. Thiazolidinediones
tindakan yang dilakukan untuk merawat luka dan melakukan pembalutan yang
menutup luka dengan balutan basah dan kering. Bagian yang basah dari balutan
secara efektif membersihkan luka terinfeksi dari jaringan nekrotik. Kasa lembab
dapat mengabsorbsi semua eksudat dan debris luka. Lapisan luar kering
25
membantu menarik kelembapan dari luka ke dalam balutan dengan aksi kapiler.
(Ghofar, 2017)
dilakukan untuk membersihkan luka, mengobati luka serta menutup luka dengan
2. Mencegah penyebaran oleh cairan dan kuman yang berasal dari luka
ke daerah sekitar
Penggunaan madu sebagai obat telah dikenal sejak puluhan ribu tahun yang
lalu, dan digunakan sebagai pengobatan untuk penyakit lambung, batuk, dan mata
(Subrahmanyam et al., 2015). Selain itu madu juga dapat digunakan sebagai terapi
topikal untuk luka bakar, infeksi, dan luka ulkus. Sampai saat ini telah banyak
hasil penelitian yang melaporkan bahwa madu efektif untuk perawatan luka baik
melaporkan bahwa madu sangat efektif digunakan sebagai terapi topikal pada
pada luka. Madu efektif sebagai terapi topikal, ini dikarenakan kandungan nutrisi
yang terdapat di dalam madu dan hal ini sudah di ketahui secara luas. Bergman et
al. (2015) menyatakan secara umum madu mengandung 40% glukosa, 40%
fruktosa, 20% air dan asam amino, vitamin Biotin, asam Nikotinin, asam Folit,
asam Pentenoik, Proksidin, Tiamin, Kalsium, zat besi, Magnesium, Fosfor dan
Kalium. Madu juga mengandung zat antioksidan dan H2O2 (Hidrogen Peroksida)
sebagai penetral radikal bebas. Tujuan tulisan ini adalah memberikan gambaran
dari kandungan dan sifat madu sehingga madu dapat digunakan sebagai alternatif
Kandungan dan sifat madu dapat berbeda tergantung dari sumber madu
(Gheldof et al., 2018). Pada saat ini salah satu madu yang cukup dikenal luas
dalam perawatan luka adalah Manuka Honey. Manfaat madu tidak hanya dapat
diperoleh dari madu Manuka yang telah terdaftar dan tersertifikasi sebagai salah
satu komponen perawatan luka tetapi juga dimiliki oleh madu local Indonesia.
madu local Indonesia (Madu Murni Nusantara) dan madu Manuka, disimpulkan
inhibisi madu local lebih tinggi dibandingkan dengan madu Manuka. (Gunawan,
2017).
27
nutrisi dan sifat dari madu. Kandungan yang ada di dalam madu antara lain:
kandungan gula yang tinggi yang mempunyai interaksi kuat dengan molekul
mengurangi aroma pada luka. Salah satunya pada luka infeksi dengan
sebagai dressing untuk terapi topikal. Selain itu pH yang rendah (3,6-3,7)
dari madu dapat mencegah terjadi penetrasi dan kolonisasi dari kuman
(Efem, 2018). Kandungan gula yang tinggi pada madu jika kontak dengan
cairan luka khususnya luka kronis, cairan luka akan akan terlarut, sehingga
b) Hedrogen peroksida
peroksida akan dihasilkan. Hal ini terjadi akibat adanya reaksi enzim
28
antibakteri tetapi tidak menyebabkan kerusakan pada jaringan luka dan akan
mengurangi bau yang tidak enak pada luka khususnya luka kronis. Hidrogen
peroksida yang dihasilkan dalam kadar rendah dan tidak panas sehingga
peroksida yang dihasilkan tergantung dari jenis dan sumber madu yang
digunakan
menunjukkan pada hari ketiga telah terbentuk sel darah baru (angiogenesis)
dan ini efektif untuk perawatan luka. Selain itu Madu ini sama efektifnya
dalamakut maupun kronis. perawatan luka baik dengan madu Manuka yang
pada luka sehingga akan dapat mencegah bakteri melakukan penetrasi dan
kolonisasi. Selain itu dari kandungan air yang terdapat dalam madu akan
ukuran luka kronis (ulkus vena/arteri dan luka dekubitus) dalam waktu 2
granulasi dan epitelisasi pada luka. Selain itu hasil penelitian yang
Apis Dorsata ini memiliki ketebalan kolagen yang sama dengan Madu
Manuka.
Madu dapat digunakan untuk terapi topikal sebagai dressing pada luka ulkus
kaki, luka dekubitus, ulkus kaki diabet, infeksi akibat trauma dan pasca operasi
serta luka bakar. Madu dapat meningkatkan waktu penyembuhan luka bakar
(Evan and Flavin, 2015). Hasil studi kasus yang dilakukan bahwa madu dapat
menstimulasi proses pengangkatan jaringn mati, mengurangi bau pada luka, serta
penyembuhan luka.
Ada beberapa tips yang dapat digunakan saat merawat luka menggunakan
a. Gunakan jumlah madu sesuai dengan jumlah cairan atau eksudat yang
terlarut dengan eksudat luka. Jika tidak ada cairan luka, balutan dapat
langsung pada luka, madu akan meleleh sehingga keluar area luka.
luka.
permukaan luka untuk mencegah madu meleleh keluar dari area luka.
kasa atau dressing pad sehingga kerja kandungan madu lebih efektif
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
(Ernawati, 2016).
a. Pengumpulan Data
(Sugiono, 2015).
1) Identitas
Diabetes Melitus.
5) Pemeriksaan Fisik
dan auskultasi.
a) Tanda-tanda Vital
b) Sistem Penginderaan
c) Sistem Pernafasan
d) Sistem Kardiovaskuler
e) Sistem Pencernaan
f) Sistem Perkemihan
g) Sistem Integumen
h) Sistem Muskuloskeletal
atau kebas.
34
i) Sistem Neurologi
- Nervus I (Olfactorius)
- Nervus II (Opticus)
kedalam.
lapang pandang.
ekstraokuler.
- Nervus IV (Throclearis)
kedalam.
- Nervus V (Abdusen)
35
- Nervus VI (Trigeminus)
keseimbangan
- Nervus X (Hipoglosus)
- Nervus XI (Acesorius)
tersebut.
6) Analisa Data
- Mengeluh lapar
Objektif : Metabolisme protein
menurun
- Hipoglikemia
- Gangguan koordinasi
Lipopisis meningkat
- Kadar glukosa dalam
darah/urin rendah
- Hiperglikemia Penurunan pemakaian
glukosa
- Kadar glukosa dalam
darah/urin tinggi
Hiperglikemi
Gejala dan Tanda
Minor
Ketidakstabilan kadar
Subjektif : glukosa darah
- Hipoglikemia
- Palpitasi
- Mengekuh lapar
- Hiperglikemia
- Mulut kering
- Haus meningkat
Objektif :
- Hipoglikemia
- Gemetar
- Kesadaran menurun
- Perilaku aneh
- Sulir bicara
- Berkeringat
- Hiperglikemia
- Tekanan darah
meningkat
- Pola napas berubah
- Nafsu makan
berubah
- Proses berpikir
terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri
sendiri
- Membran mukosa
pucat
- Sariawan
- Serum albumin turun
- Rambut rontok
berlebihan
- Diare
- Nyeri ekstremitas
(klaudikasi
Gangrene
intermiten).
Objektif :
Iskemik jaringan
- Edema
- Penyembuhan luka
lambat Perfusi perifer tidak efektif
- Indeks ankle-brachial
41
< 0,90
- Bruit femoral.
- Tekanan Nadi
menyempit
Osmotic diuresis
- Turgor kulit
Polyuria
menyempit
- Membran mukosa
kering
- Voluem urin menurun Dehidrasi
- Hemtokrit meningkat
Gejala dan Tanda Hypovolemia
Minor
Subjektif :
- Merasa lemah
- Mengeluh haus
Objektif :
- Pengisian vena
menurun
- Status mental berubah
- Suhu tubuh
meningkat
- Konsentrasi urin
42
meningkat
- Berat badan turun
tiba-tiba
- Dispnea saat/setelah
aktivitas
- Merasa tidak nyaman
setelah beraktivitas
- Merasa lemah
Objektif :
- Tekanan darah
berubah >20% dari
kondisi istirahat
- Gambaran EKG
menunjukan aritmia
saat/setelah aktivitas
- Gambaran EKG
menunjukan iskemia
- Sianosis
Resiko infeksi
insulin
h) Resiko infeksi
Diagnosa
No Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI) Rasional
(SDKI)
- Untuk bisa
Edukasi Program
menentukan
Pengobatan
hipovolemia dapat
45
Observasi : dimanifestasikan
oleh hipotensi dan
- Identifikasi takikardi
pengobatan yang
direkomendasi - Pemberian insulin
berfungsi untuk
Terapeutik : mempertahankan
- Berikan dukungan jumlah glukosa
untuk menjalani dalam darah tetap
program normal.
pengobatan - Mempertahankan
dengan baik dan hidrasi/volume
benar sirkulasi
Edukasi : - Memberikan
- Jelaskan manfaat perkiraan kebutuhan
dan efek samping
pengobatan
- Anjurkan
mengkonsumsi obat
sesuai indikasi.
penggunaan
analgetik
Terapeutik :
- Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri (mis.TENS,
hypnosis,
akupresur, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi
terbimbing,
47
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
- Kontrol lingkungan
yang
memperberat rasa
nyeri (mis.suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat
dan tidur
- Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi :
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
48
untuk
mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian analgetik
Edukasi :
- Anjurkan
mengkonsumsi
makanan tinggi
kalori dan protein
- Anjurkan prosedur
50
perawatan luka
secara mandiri
Kolaborasi :
- Kolaborasi prosedur
debridement (mis.
enzimatik, biologis,
mekanis,
- Kolaborasi
pemberian antibiotik,
jika perlu
- Monitor asupan
makanan
- Monitor hasil
51
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral
hygienis sebelum
makan, jika perlu
- Fasilitasi
menentukan
pedoman diet (mis.
piramida makanan)
- Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
- Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
- Berikan suplemen
makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian
makanan melalui
selang nasogastrik
jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
Kolaborasi
52
- Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan
(mis. pereda nyeri,
antlemetik), jika
perlu
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu
Edukasi Kesehatan
Observasi
- Identifikasi kesiapan
dan kemampuan
menerima informasi
- Identifikasi faktor-
faktor yang dapat
meningkatkan dan
menurunkan
motivasi perilaku
hidup bersih dan
sehat
Terapeutik
- Jadwalkan
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan
53
untuk bertanya
Edukasi
- Jelaskan faktor
risiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
- Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
- Ajarkan strategi
yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan sehat
- Anjurkan olahraga
rutin.
- Anjurkan mengecek
air mandi untuk
menghindari kulit
terbakar.
- Anjurkan
melakukan
perawatan kulit
yang tepat (mis.
- Melembabkan kulit
kering pada
kaki).
55
- Informasikan tanda
dan gejala darurat
yang harus
dilaporkan (mis.
Rasa sakit yang
tidak hilang saat
istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya
rasa)
- Untuk membantu
meningkatkan cairan
56
- Untuk menghindari
terjadi nya syok
- Untuk menambah
cairan dan darah di
dalam tubuh
6. Demam menurun
(5)
7. Kemerahan
menurun (5)
9. Bengkak menurun
(5)
dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry, 2017).
perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
59
kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat
2.4.1 Definisi
di pelayanan kesehatan
2.4.2 Tujuan
format
Bagan 2.1
Diagram Seleksi Artikel
Diseleksi sesuai
tahun terbit n = ? Eksklusi : karena
tidak sesuai kriteria
tahun
Artikel sesuai tahun dan
memiliki abstrak, n= ? Eksklusi : karena
tidak sesuai tahun
dan tidak ada
Artikel sesuai tema, tahun
dan fulltext, n = ? abstrak
Eksklusi : karena tidak
sesuai tema, tahun dan
Diproses dan tidak ada fulltext
dianalisis lebih
lanjut, n = ?
meliputi nama, tahun terbit jurnal, negara peneliti, judul penelitian, metode
dalam tabel berisi judul, tahun terbit, nama penulis, populasi sampel,
3.1.1 Pengkajian
A. Biodata
1. Identitas Klien
Nama : Tn. E
Umur : 61 Tahun
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
No.cm : 01355390
Nama : Ny. R
Umur : 29 Tahun
64
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
mengatakan ada luka di punggung dan jari kaki sebelah kiri, bentuk
cm dan luka pada bagian jari kaki berbentuk lonjong tidak beraturan,
kedalaman luka <1 cm, tepi luka bewarna hitam, adanya pus , terdapat
juga adanya edema, derajat luka I. Klien merasa lemas, pusing, mual,
dan klien juga mempunyai riwayat gastritis, untuk awal mula adanya
luka klien mengatakan dirinya jatuh dan terdapat luka kecil pada kaki
65
kiri nya kurang lebih 2 bulan yang lalu, luka tersebut tidak sembuh-
riwayat penyakit yang sama dengan klien yaitu diabetes, dan tidak ada
a. Status emosi
b. Aspek sosial
1) Pola koping
2) Pola interaksi
3) Pola komunikasi
c. Aspek spiritual
1) Falsafah hidup
2) Konsep ketuhanan
4 PERSONAL HYGIEN
MANDI
Frekuensi 1-2x/hari 1x/hari
Frekuensi gosok gigi 2x/hari -
Gangguan Tidak ada Tidak ada
BERPAKAIAN
Frekuensi ganti pakaian 2x/hari Kadang 1x/hari
5 MOBILITAS&AKTIVITAS
Aktivitas yang dilakukan Aktivitas di rumah mandiri ADL sebagian dibantu
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
7. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan Umum
M:6)
- Nadi : 98x/mnt
- Respirasi : 23x/mnt
- Saturasi : 98%
- Suhu : 36,6 C
b. Sistem Pernapasan
Hidung simetris, tdiak ada sumbatan, septum ada, lesi tidak ada,
nyeri tekan, tidak ada pembesaran sinus, tidak ada krepitasi, taktil
fremitus teraba kanan dan kiri sama, perkusi sonor, bunyi nafas
c. Sistem Kardiovaskuler
Bentuk dada simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak
Mukosa bibir kering, gigi tampak ada karies dan sudah tidak
komplit, leher simetris, tidak ada lesi, abdomen simetris, tidak ada
lesi, bising usus 10x/menit, tidak ada nyeri tekan di mulut dan
leher, tidak ada pemesaran tiroid, tidaka ada nyeri tekan di perut,
e. Sistem persyarafan
mulut)
69
memperlihatkan giginya
5 5
5 5
g. Sistem Perkemihan
lembek (kosong).
h. Sistem integument
Warna kulit agak pucat, tidak ada lesi, terpasang infus pada lengan,
i. Sistem musculoskeletal
Terapat luka pada kaki kiri bagian punggung kaki dan jari kaki
sekitar luka.
Kekuatan otot 5 5
5 5
j. Sistem Endokrin
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
71
9. Terapi Farmakologi
C. ANALISA DATA
72
Etiologi Masalah
Data
Ds : Klien mengeluh ada DM tipe 2 Gangguan integritas kulit
luka di kaki sebelah kiri ↓ dan jaringan
Do : Hiperglikemia (D.0129)
- Tampak adanya luka ↓
ulkus diabetikum pada Viskositas darah meningkat
kaki kiri menjalar ke ↓
jari kaki Aliran darah melambat
- Adanya hematom ↓
sekitar luka Perubahan sirkulasi
- PUS (+) ↓
- Terdapat jaringan Iskemik jaringan
nekrosis ↓
- Edema sekitar luka Nekrotik
- Kedalaman luka <1cm ↓
Gangrene
↓
Gangguan integritas kulit dan
jaringan
Ds : DM tipe 2 Ketidakstabilan kadar
Klien mengeluh lemas ↓ glukosa darah
Do : Kerusakan sel beta pancreas (D.0027)
- Mukosa bibir kering ↓
- GDS : 382 mg/dl Resistensi insulin
- HB : 9,2 g/dl ↓
Hiperglikemia
↓
Ketidakstabilan kadar glukosa
darah
Ds : DM tipe 2 Perfusi perifer tidak efektif
- Klien mengatakan badan ↓ (D.0009)
terasa lemas Hiperglikemia
- Klien mengatakan ↓
mempunyai Riwayat DM Viskositas darah meningkat
sejak ± 7 tahun yang lalu ↓
Do : Aliran darah melambat
- Akral dingin ↓
- Warna kulit pucat Perubahan sirkulasi
-TD : 120/80 mmHg ↓
-N : 98x/menit Perfusi perifer tidak efektif
-RR : 23x/menit
-CRT > 3 detik
-GDS : 382 mg/dl
-Turgor kulit lambat
73
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Do :
jari kaki
- Luka nekrosis
- PUS (+)
Ds :
74
Do :
- HB : 9,2 g/dl
ditandai dengan :
Ds :
Do :
- TD : 120/80 mmHg
- N : 98x/menit
- RR : 23x/menit
- Akral dingin
Ds :
Do :
75
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI) Rasional
keperawatan
Gangguan integritas Setelah dilakukan Perawatan Luka (I.14564) - Untuk mengetahui
kulit dan jaringan Tindakan >Observasi kondisi luka
berhubungan keperawatan 3x24 - Monitor karakteristik - Untuk mengetahui luka
dengan perubahan jam diharapkan luka (mis. drainase, terinfeksi atau tidak
sirkulasi integritas kulit dan warna, ukuran, bau) - Agar pasien merasa
jaringan meningkat - Monitor tanda-tanda nyaman
dengan kriteria infeksi - Untuk mencegah infeksi
hasil : >Terapeutik - Merangsang
- Elastisitas - Lepaskan balutan dan penyembuhan luka
meningkat plester secara lebih cepat
- Kerusakan perlahan - Mempercepat
lapisan kulit - Cukur rambut di kesembuhan luka
menurun sekitar daerah luka, - Mempercepatkan
- Hematom jika perlu kesembuhan luka
menurun - Bersihkan dengan - Mencegah infeksi
cairan NaCl atau - Untuk mencegah
pembersih nontoksik, kontaminasi
sesuai kebutuhan mikroorganisme
- Bersihkan jaringan - Mencegah infeksi
nekrotik - Mencegah dekubitus
- Berikan salep yang - Mempercepat
sesuai ke kulit atau kesembuhan luka
Lesi, jika perlu - Mempercepat
- Pasang balutan sesuai kesembuhan luka
jenis luka - Untuk menghilangkan
- Pertahankan teknik nyeri
steril saat melakukan - Menambah informasi
perawatan luka terkait penyakit yang
- Ganti balutan sesuai diderita
jumlah eksudat, - Untuk mempercepat
drainase, lalu balut kesembuhan luka
dengan di baluri madu - Agar keluarga dan
(menggunakan madu pasien mampu secara
nusantara) mandiri melakukan
- Jadwalkan perubahan perawatan luka
posisi setiap 2 jam - Membantu
76
penggunaan insulin,
obat oral, monitor
asupan cairan,
penggantian
karbohidrat, dan
bantuan profesional
kesehatan)
>Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
insulin, Jika perlu
- Kolaborasi pemberian
cairan IV, Jika perlu
- Kolaborasi pemberian
kalium, Jika perlu
- Dampingi ke kamar
mandi untuk
pengamatan perilaku
memuntahkan kembali
makanan
- Berikan penguatan
positif terhadap
keberhasilan target dan
perubahan perilaku
- Berikan konsekuensi
jika tidak mencapai
target sesuai kontrak
- Rencanakan program
pengolahan untuk
perawatan di rumah
(mis. medis, konseling)
>Edukasi
- Anjurkan membuat
catatan harian tentang
perasaan dan situasi
pemicu pengeluaran
makanan (mis.
pengeluaran yang
disengaja, muntah,
aktivitas berlebih)
- Ajarkan pengaturan diet
yang tepat
- Ajarkan keterampilan
kopi untuk
penyelesaian masalah
perilaku makan
>Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang target berat
badan kebutuhan kalori
dan pilihan makanan
No
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Dx
1 19/6/23 - Memonitor karakteristik luka S : Klien mengatakan terdapat luka di Taufik
(warna, ukuran, bau) kaki sebelah kiri AR
07.00- - Memonitor tanda-tanda infeksi
14.00 - Melepaskan balutan dan O:
plester secara perlahan
- Tampak adanya luka diabetikum
- Membersihkan dengan cairan
pada kaki kiri (Tarsal Sinistra)
NaCl
- Luka tampak pucat dan terdapat
- Membersihkan jaringan
pus
nekrotik
- Luka tampak berbau
- Memasang balutan sesuai jenis
A : Masalah belum teratasi
luka
- Mempertahankan teknik steril P : Lanjutkan intervensi
saat melakukan perawatan luka
- Mengganti balutan sesuai -
jadwal (Setiap Pagi
menggunakan madu nusantara)
- Memberikan Terapi Obat
(Metronidazole 1 x 500mg)
2 19/6/23 - Memonitor kadar glukosa S : klien mengeluh lemas Taufik
darah, AR
07.00- Memberikan terapi Insulin ( O:
14.00 Novorapid 8 unit )
- Mukosa bibir kerimg
- GDS : 382 mg/dl
A : Masalah belum teratasi
- P : Lanjutkan intervensi
3 19/6/23 - Memeriksa sirkulasi perifer S : klien mengatakan badannya masih Taufik
(nadi perifer, edema, terasa lemas AR
07.00- pengisapan kapiler, warna,
14.00 suhu,) O:
- Mengidentifikasi faktor risiko
- Turgor lambat
gangguan sirkulasi (diabetes,
- CRT > 3 detik
perokok, orang tua, hipertensi
A : Masalah belum teratasi
dan kadar kolesterol tinggi)
- Memonitor panas, - P : Lanjutkan intervensi
kemerahan, nyeri, atau
bengkak pada ekstrimitas
- Melakukan pencegahan
infeksi (Perawatan Luka
menggunakan madu
nusantara)
4 19/6/23 - Memonitor asupan dan S : klien mengatakan merasa mual dan Taufik
82
4 20/6/23 -Memonitor asupan dan keluarnya S : klien mengatakan tidak mau makan Taufik
makanan dan cairan serta AR
21.00- kebutuhan kalori O:
07.00 (Pasien tidak mau makan) - Porsi makan sedikit
- Klien tampak lemas
-Memberikan Terapi Obat A : Masalah belum teratasi
(Omeprazole 1 X 40 mg ) P : Lanjutkan intervensi
-Memberikan Terapi Obat
(Ondansentron 1 x 4mg)
No
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Dx
1 22/6/23 -Memonitor karakteristik luka S : Klien mengatakan terdapat luka di Taufik
kaki sebelah kiri AR
07.00- (warna, ukuran, bau)
14.00 O:
-Memonitor tanda-tanda infeksi
- Tampak adanya luka diabetikum
-Melepaskan balutan dan plester pada kaki kiri
secara perlahan - Luka tampak pucat dan terdapat
pus
-Membersihkan dengan cairan
- Luka tercium berbau
NaCl
A : Masalah belum teratasi
-Membersihkan jaringan nekrotik
P : Lanjutkan intervensi
-Memasang balutan sesuai jenis
luka
-Mempertahankan teknik steril
saat melakukan perawatan luka
-Mengganti balutan sesuai jadwal
(Setiap Pagi menggunakan madu
nusantara)
-Memberikan Terapi Obat
(Metronidazole 1 x 500mg)
2 22/6/23 -Memonitor kadar glukosa darah, S : klien mengeluh lemas Taufik
AR
07.00- -Memberikan terapi Insulin O:
14.00
( Novorapid 8 unit ) - Mukosa bibir kerimg
84
G. Catatan Perkembangan
No Tgl/
Catatan Perkembangan Paraf
DX Jam
1. 23/06/ S : Klien mengatakan terdapat luka di kaki sebelah kiri Taufik
85
23 O: AR
- Tampak adanya luka diabetikum pada kaki kiri menjalar ke
jari kaki tengah
- Hematom sekitar luka berkurang
- Luka tampak masih pucat
- PUS berkurang
- Edema berkurang
- Jaringan nekrosis berkurang
- Luka tercium bau
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I:
-Memonitor karakteristik luka
(warna, ukuran, bau)
-Memonitor tanda-tanda infeksi
-Melepaskan balutan dan plester secara perlahan
-Membersihkan dengan cairan NaCl
-Membersihkan jaringan nekrotik
-Memasang balutan dengan madu sesuai jenis luka
-Mempertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
-Mengganti balutan sesuai jadwal
-Memberikan Terapi Obat
E: Gangguan Integritas Kulit/ Jaringan teratasi sebagian
R: Rencana pulang hari ini
-Kontrol Luka ke Paskes terdekat
-Bersihkan Luka Setiap Hari 1 Kali sehari
2. 23/06/ S : klien mengeluh lemas Taufik
23 O: AR
- Klien tampak lemas
- GDS : 236 mg/dL
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I:
-Mengidentifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
-Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin
meningkat (mis. penyakit kambuhan)
-Memonitor kadar glukosa darah, Jika perlu
-Memonitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis. poliuria,
polidipsia, polifagia, kelemahan, malaise, pandangan kabur, sakit
kepala)
-Memonitor intake dan output cairan
E : Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Belum Teratasi
R : Ajarkan pengelolaan diabetes (mis. penggunaan insulin, obat
oral, penggantian karbohidrat,)
3. 23/06/ S : klien mengatakan badannya masih terasa lemas Taufik
23 O: AR
86
- Turgor lambat
- CRT > 3 detik
A : Masalah teratasi Sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I:
-Memeriksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer, edema, pengisapan
kapiler, warna, suhu, ankle-brachial index)
-Memonitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada
ekstrimitas
E : Perfusi Perifer Tidak efektif teratasi sebagian
R: -Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis.
rendah lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
4. 23/06/ S : Klien mengatakan mual hilang Taufik
23 O: AR
- Porsi makan ½
- Klien tampak lemas
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I : -Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan
kebutuhan kalori dan pilihan makanan
E : Resiko Defisit Nutrisi teratasi sebagian
R : Sajikan pilihan makanan yang disukai pasien.
3.2 Pembahasan
Dalam bab ini penulis akan melihat apakah asuhan yang telah di berikan
kepada Tn. dengan diagnose medis Ulkus Diabetikum di Ruangan TOPAS RSUD
dr. SLAMET GARUT yang dilakukan mulai 19 Juni 2023 sesuai dengan tinjauan
pustaka.
Pembasan ini dibuat berdasarkan teori dan asuhan yang nyata dengan
didapatkan tentang masalah – masalah yang dihadapi klien (Kemenkes RI, 2017).
Pengkajian dilakukan pada hari Senin, 19 Juni 2023 pada pukul 09.30 WIB di
Pada saat pengkajian pada tanggal 19 Juni 2023, Tn. klien mengatakan
merasa lemas, mual, tidak mau makan dan mengeluh ada luka di kaki sebelah kiri,
klien juga mengatakan mempunyai riwayat diabetes sejak 7 tahun yang lalu.
Keadaan umum klien tampak lemah, kesadaran klien composmentis dengan nilai
GCS 15, dan nadi : 198 x/m, tekanan darah :120/80 mmHg, suhu : 36,6,
merupakan bagian vital dalam menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk
bagian kaki kiri menjalar ke jari kaki, terdapat pus, hematoma sekitar
jaringan epidermis dan dermis pada lapisan kulit. Dalam hal ini, klien
kiri
dengan mukosa bibir kering dan untuk hasil GDS 382 mg/dL.
GDS : 382mg/Dl, juga tugor kulit lambat. Perfusi Perifer Tidak Efektif
(SDKI, 2016)
4) Risiko deficit nutrisi ditandai dengan klien mengatakan mual dan tidak
mau makan dengan keadaan umum klien lemah dan untuk porsi makan
yang akan dilakukan untuk mengevaluasi tindakan yang telah diberikan kepada
klien. Segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada
90
pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang telah
kulit, ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring, lakukan pemijatan pada
asupan cairan oral, konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala
olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dl, anjurkan
2018)
(PPNI, 2018).
kalori, timbang berat badan secara rutin, diskusikan perilaku makan dan
perilaku makan, kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan
(PPNI, 2018).
keperawatan untuk mencapai kriteria hasil atau tujuan yang telah ditetapkan
(PPNI, 2018). Dalam tahap ini, penulis melakukan implementasi sesuai intervensi
sirkulasi
sakit kepala), memonitor intake dan output cairan, serta memberikan terapi
2017). Adapun evaluasi akhir dari kasus yang dikelola adalah sebagai berikut :
di kaki sebelah kiri. Dari hasil pemeriksaan, masih tampak adanya luka
diabetikum pada kaki kiri klien, luka tampak masih pucat juga terdapat
namun sudah berkurang dan luka tercium bau. Klien rencana pulang
umum juga tampak lemas, dan hasil pemeriksaan GDS 236 mg/Dl,
terasa lemas dengan tugor klien lampat dan juga CRT < 2 detik, dengan
rencana pulang maka dari itu sebelumnya klien diajarkan program diet
4) Deficit nutrisi
porsi makan klien ½ porsi juga klien tampak masih lemas dengan
4 Aida Sri Pengaruh teknik Sampel Saus madu efektif dalam hal
rachnawati terapi random sejumlah 348 jumlah bisul sembuh dan
(2022) madu sampling di pilih dengan waktu penyembuhan,
terhadap menggunakan disbanding dengan dressing
penyembu teknik random normal seline tradisional
han luka sampling yang pada kaki diabetic, namun
sesuai kriteria masih ada kebutuhan untuk
yang lebih dirancang dengan baik,
ditentukan RCT besar dan double blind
untuk menguatkan temuan
penelitian ini
trauma, deformitas kaki, tekanan tinggi pada telapak kaki dan penyakit vaskuler
nyeri disertai edema pada area sekitar luka (Ningsih et al, 2019).
yang telah diamati pada kaki diabetik merupakan akibat langsung dari kelainan
penonjolan tulang dan sela-sela jari bagian luka gangrene. Oleh karena itu, untuk
penyembuhan luka.
Maritta (2020), bahwa kontrol luka perlu dilakukan sebagai upaya dalam
penyembuhan luka. Maka dari itu, proses penyembuhan luka akan berlangsung
madu dalam perawatan luka terbukti efektif, pada sebuah penelitian di Fakultas
dengan proses penyembuhan yang baik dan dirawat selama 5-6 minggu.
Sedangkan, 4 orang tidak menunjukkan hasil yang baik karena klien dalam
lembab/moist yang sangat baik untuk penyembuhan luka. Madu juga memiliki
sifat yang asam dan mengandung zat H2O2 (Hidrogen peroksida) yang berfungsi
sebagai agen antimikroba Madu hanya memiliki sedikit kandungan air dan
memiliki sifat osmotik yang disebut sebagai anti inflamasi. Sifat osmosis ini
akan memperlancar peredaran darah, sehingga area luka mendapat nutrisi yang
100
adekuat. Selain itu karena sifatnya yang osmosis, saat balutan dengan madu
dilepas tidak terjadi perlengketan sehingga tidak merusak jaringan baru yang
dengan madu lebih efektif untuk meningkatkan granulasi dan epitelisasi (Imran
et al, 2016).
aureus setelah dilakukan perawatan luka adalah 178,71 cfu/ml. Kolonisasi pada
Madu merupakan terapi non farmakologis yang biasa diberikan dalam perawatan
luka Diabetes Mellitus. Madu dapat digunakan untuk terapi topikal sebagai
dressing pada luka ulkus kaki, luka dekubitus, ulkus kaki diabet, infeksi akibat
trauma dan pasca operasi, serta luka bakar. Sebagai agen pengobatan luka
madu terbukti efektif dalam perawatan luka kaki diabetik. Dimana dari hasil
Hal tersebut dapat diukur dengan format pengkajian DESIGN atau BJWAT.
101
habbatus sauda dan minyak zaitun. Penggantian balutan luka dapat dilakukan
cairan/eksudat banyak (tidak rembes ke kasa) dapat dilakukan 3-4 hari sekali,
dan jika banyak cairan/eksudat (rembes) perawatan luka dapat dilakukan 1-2 hari
sekali.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari studi kasus yang dilakukan pada TN.E yang menderita Ulkus
hal ini ditandai dengan masih terdapat luka ulkus diabetic, granulasi belum
nekrotik di sekitar luka, pus berkurang, edema berkurang dan luka tidak
terlalu bau. Maka dari itu, perawat menyarankan terus perawatan luka
4.2 Saran
102
103
penyembuhanluka.
DAFTAR PUSTAKA
104
105
(IDF). (2015) . Idf diabetes altas sixth edition. Diakses pada tanggal 5
April 2023 dari http://www.idf.org/sites/default/files/Atlas-poster-
2015_EN.pdf
Smeltzer & Bare. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan.
Suddarth Edisi 8. Jakarta : EGC.
Sundari, F., & Djoko, H. (2021). Pengaruh pemberian terapi madu terhadap luka
diabetik. Metode: Desain penelitian menggunakan pra eksperimental
dengan pendekatan. Pengaruh Terapi Madu Terhadap Luka Diabetik
Pada Pasien Diabetes Mellitus, 023, 1–8.
Thesis. Http://Repository.Unair.Ac.Id/77030/2/Tkp 27_18 Mel P.Pdf
Vally, M & Irhuma, MOE. (2016). Management of Ulkus Diabetikum: a
practical approach (58(4):35-39). South African Family Practice
Wilkinson, J. M., Treas. L. S., Barnett, K.& Smith, M. H (2016).
107
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
(SOP)
108
PERAWATAN LUKA MENGGUNAKAN MADU
Tanggal dibuat : 15 Juli 2023
Halaman : 1/3
STIKes Karsa
Husada Garut
Revisi :-