Anda di halaman 1dari 74

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN ANAK DENGAN GANGGUAN GASTROENTERITIS

DI RUMAH SAKIT UMUM SEI DADAP

LAPORAN TUGAS AKHIR

SYAHPUTRA LUBIS

20.149.01068

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS HAJI SUMATERA UTARA

TAHUN 2020
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN ANAK DENGAN GANGGUAN GATROENTERITIS

DI RUMAH SAKIT UMUM SEI DADAP

LAPORAN TUGAS AKHIR

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Program Profesi Ners

Pada Program Studi Ilmu Keperawatan /Ilmu Kebidanan

Fakultas Kesehatan Universitas Haji Sumatera Utara

SYAHPUTRA LUBIS

20.149.01068

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS HAJI SUMATERA UTARA

TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak Dengan Gangguan


Gastroenteritis”

Nama : Syahputra Lubis

Nim : 20.149.01068

Prodi : Ilmu Keperawatan Program Profesi Ners

Institusi : Universitas Haji Sumatera Utara

Laporan Tugas Akhir Ini Telah Diperiksa Dan Disetujui Oleh Pembimbing Untuk

Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji LTA Program Studi

Ilmu Keperawatan/Ilmu Kebidanan Universitas Haji Sumatera Utara

Deli Serdang, 26 Juli 2021

Menyetujui

Dosen Pembimbing LTA

Yuliatil Adawiyah,S.Kep,Ns,M.Kep

Mengetahui

Ka. Program Studi Ilmu Keperawatan

Yetti Fauziah, S.Kep, Ns, M.Kep


LEMBAR PENGESAHAN

Judul : “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak Dengan Gangguan


Gastroenteritis”

Nama : Syahputra Lubis

Nim : 20.149.01068

Prodi : Ilmu Keperawatan Program Profesi Ners

Institusi : Universitas Haji Sumatera Utara

Deli Serdang,

TIM PENGUJI

Nama Tanda Tangan

1. Hj.Zuidah,S.Kep,Ns,SKM,M.Kes

Mengesahkan :

Universitas Haji Sumatera Utara

Dekan Fakultas Kesehatan

Dr.Hj.Masdalifa Pasaribu,S.Kep,Ns,M.Ke
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan

karunia- Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang

berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK GASTROENTERITIS di

Rumah Sakit Umum Sei Dadap”. Shalawat beriring salam peneliti sampaikan kepada

Rasulullah SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan kealam

yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.

Tujuan dari penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah sebagai pengantar dan

pedoman dalam pembuatan Laporan Tugas Akhir di Universitas Haji Sumatera Utara.

Selain itu, tujuan lain dari pembuatan Laporan Tugas Akhir ini adalah agar pada saat

melakukan penelitian penulis memiliki dasar teori yang dapat

dipertanggungjawabkan sehingga tidak menimbulkan permasalahan dikemudian hari.

Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan laporan tugas akhir, Sangatlah sulit

bagi peneliti untuk menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Oleh karena itu, peneliti

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr.Hj.Masdalifa Pasaribu,S.Kep,Ns,M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Universitas Haji Sumatera Utara.

2. Ibu Yetti Fauziah, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Universitas Haji Sumatera Utara.


3. Ibu Yuliatil Adawiyah,S.Kep,Ns,M.Kep selaku Dosen Pembimbing saya dalam

menyelesaikan LTA

4. Ibu Hj.Zuidah,S.Kep,Ns,SKM,M.Kes selaku tim Penguji sya dalam menyelesaikan

LTA

5. Kepala RSU Sei Dadap yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melakukan penelitian.

4. Teristimewa penulis ucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada

Keluargaku, Ayahku, Ibuku, serta Istriku dan anak ku yang penuh kesabaran

memberikan bantuan, motivasi dan Doa yang tulus kepada penulis selama

menjalankan Pendidikan di Universitas Haji Sumatera Utara.

5. Sahabat-sahabat ku seangkatan dan seperjuangan yang tidak bisa kusebutkan satu

persatu yang dengan sabar selalu memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis,

kebersamaan kita selama ini merupakan momen terindah yang pernah ada dalam

hidupku terima kasih atas dukungannya selama ini.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................

HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................

MOTTO ...........................................................................................................

RIWAYAT HIDUP .........................................................................................

ABSTRAK .......................................................................................................

KATA PENGANTAR .....................................................................................

DAFTAR ISI ....................................................................................................

DAFTAR TABEL ............................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ............................................................................ 1

B. Tujuan penulisan ........................................................................ 5

C. Manfaat penulisan ...................................................................... 5

D. Metode penulisan ....................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi diare .............................................................................. 11


B. Anatomi Fisiologi ...................................................................... 13

C. Penyebab .................................................................................... 14

D. Patofisiologi ............................................................................... 17

E. Manifestasi Klinik ...................................................................... 21

F. Penanganan / Penata pelaksanaan .............................................. 23

G. Komplikasi ................................................................................. 24

H. Penatalaksanaan ......................................................................... 25

I. Konsep asuhan keperawatan diare ............................................. 33

J. Diaknosa keperawatan ............................................................... 36

K. Interpensi keperawatan .............................................................. 36

BAB III LAPORAN KASUS

A. Identitas klien ............................................................................. 42

B. Pengkajian .................................................................................. 43
C. Rumusan masalah ...................................................................... 56

D. Perencanaan keperawatan .......................................................... 58

E. Implementasi keperawatan dan evaluasi .................................... 61

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengkajian .................................................................................. 64

B. Diaknosa keperawatan ............................................................... 65

C. Intervensi .................................................................................... 65

D. Implementasi .............................................................................. 66

E. Evaluasi ...................................................................................... 66

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 68

B. Saran .......................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi

pada masyarakat. Diare juga merupakan penyebab utama kesakitan dan

kematian pada anak di berbagai negara (Widoyono, 2011). Diare dapat

menyerang semua kelompok usia terutama pada anak. Anak lebih rentan

mengalami diare, karena sistem pertahanan tubuh anak belum sempurna

(Soedjas, 2011).

Menurut Suharyono (2008) gastroenteritis akut didefinisikan sebagai

buang 6 air besar dengan tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih

banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Sedangkan menurut

Priyanto (2008) gastroenteritis kronik yaitu yang berlangsung lebih dari 14

hari. Gastroenteritis atau diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi.

Dari penyebab gastroenteritis yang terbanyak adalah gastroenteritis infeksi.

Gastroenteritis atau diare infeksi dapat disebabkan virus, bakteri, dan parasit.

World Health Organizatin (WHO) (2012), menyatakan bahwa diare

merupakan 10 penyakit penyebab utama kematian. Tahun 2012 terjadi 1,5 juta

kematian akibat diare. Sepanjang tahun 2012, terdapat sekitar 5 juta bayi

meninggal pada tahun pertama kehidupan. Kematian tersebut disebabkan


karena pneumonia (18%), komplikasi kelahiran preterm (14%) dan diare

(12%).

Target penemuan kasus diare pada tahun 2015 adalah 2,14% dari 92,4%

penduduk Kota Padang, dengan capaian kasus adalah 49,7% kasus dan

semuanya ditangani. Jumlah kasus ini naik dari tahun sebelumnya (41,7%

kasus) dan lebih banyak ditemukan pada perempuan (Dinkes, 2016).

Diare pada bayi dan balita ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor

diantaranya: yaitu infeksi, malabsorbsi, makanan, dan psikologis anak. Infeksi

enteral merupakan infeksi saluran percernaan, yang menjadi penyebab utama

diare pada anak. Infeksi enteral disebabkan karena bakteri, virus dan parasit.

Sedangkan infeksi parenteral merupakan infeksi dari luar pencernaan seperti

otitis media akut (OMA), bronkopneumonia, ensefalitis. Keadaan ini terutama

terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun (Ngastiyah, 2014).

Angka kematian yang tinggi akibat diare akan berdampak negatif pada

kualitas pelayanan kesehatan karena angka kematian anak (AKA) merupakan

salah satu indikator untuk menilai derajat kesehatan yang optimal, kurang

berhasilnya usaha dalam proses pencegahan diare merupakan salah satu faktor

yang harus diperhatikan karena jika upaya pencegahan tidak ditangggulangi

dengan baik, maka peningkatan penyakit diare pada balita akan semakin

meningkat (Depkes, 2010). Faktor-faktor penyebab diare akut pada balita ini
adalah faktor lingkungan, tingkat pengetahuan ibu, sosial ekonomi

masyarakat, dan makanan atau minuman yang di konsumsi (Rusepno, 2008).

Menurut penelitian Hazel ( 2013), faktor-faktor risiko terjadinya diare

persisten yaitu : bayi berusia kurang atau berat badan lahir rendah (bayi atau

anak dengan malnutrisi, anak-anak dengan gangguan imunitas), riwayat

infeksi saluran nafas, ibu berusia muda dengan pengalaman yang terbatas

dalam merawat bayi,tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu mengenai

higienis, kesehatan dan gizi, baik menyangkut ibu sendiri ataupun bayi,

pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam pemberian ASI serta makanan

pendamping ASI, pengenalan susu non ASI/ penggunaan susu botol dan

pengobatan pada diare akut yang tidak tuntas. Seseorang dapat menjadi sehat

atau sakit akibat dari kebiasaan atau perilaku yang dilakukannya. Kebiasaan

yang tidak sehat dapat menunjang terjadinya penyakit, sedangkan kebiasaan

yang sehat dapat membantu mencegah penyakit (Soemirat, 2004). Perilaku

ibu dalam pemenuhan kebutuhan gizi berpengaruh terhadap status gizi anak,

status gizi yang baik dapat mencegah terjadinya berbagai macam penyakit

termasuk juga diare (Budiarti, Wahjurini, & Suryawati, 2011).

Pada diare akut dengan dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga

dapat terjadi dampak negatif pada bayi dan anak–anak antara lain syok

hipovolemik (dengan gejala-gejalanya yaitu denyut jantung menjadi cepat,

denyut nadi cepat, kecil, tekanan darah menurun, pasien lemah, kesadaran
menurun, dan diuresis berkurang), gangguan elektrolit, gangguan

keseimbangan asam basa, gagal ginjal akut, dan proses tumbuh kembang anak

terhambat yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup anak di masa

depan.

1.2. Manfaat Penelitian

1.2.1. Institusi Rumah Sakit Sei Dadap

Hasil dari studi kasus ini diharapkan mampu memberikan masukan

kepada petugas klinis di RSU Sei Dadap di ruang perawatan anak

untuk menjadi bahan pertimbangan dalam asuhan keperawatan pada

anak dengan gastroenteritis.

1.2.2. Institusi Universitas Haji Sumatera Utara

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan

kontribusi laporan kasus bagi pengembangan praktik keperawatan.

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran untuk

pengembangan ilmu dalam penelitian lebih lanjut dengan metode dan

tempat yang berbeda untuk penerapan asuhan keperawatan pada anak

dengan penyakit Diare.

1.2.3 Peneliti Selanjutnya


Bagi Jurusan Keperawatan Universita Haji Sumatera Utara diharapkan

dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan oleh mahasiswa prodi

Profesi Ners Universitas Haji Sumatera Utara untuk penelitian

selanjutnya

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mendapatkan gambaran secara umumtentang asuhan keperawatan

pada anak dengan gastroenteritis.

1.3.2 Tujuan Khusus

Memperoleh pengalaman dalam:

a. Memperoleh pengalaman dalam

b. Merumuskan diagnosa keperawatan dari hasil pengkajian.

c. Menyusun perencanaan keperawatan lebih lanjut dalam penanganan

d. Melaksanakan intervensi keperawatan yang telah disusun.

e. Mengevaluasi hasil keperawatan pada anak dengan gastroenteritis.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi

Gastroenteritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut

dengan kerusakan erosi pada bagian superficial (Mattaqin & Kumala, 2011).

Gastroenteristis akut yang ditandai dengan diare dan pada beberapa kasus muntah-

muntah yang berakibat kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan

gangguan keseimbangan elektrolit (Betz & Linda, 2009).

Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses.

Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, dan bila buang

air besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar yang berair tetapi tidak berdarah dalam

waktu 24 jam (Dinkes, 2016)

WHO (2009), mengatakan diare adalah suatu keadaan buang air besar (BAB) dengan

konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari tiga kali sehari. Diare akut

berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare persisten terjadi selama ≥ 14 hari.

Untuk bayi yang minum ASI secara eksklusif definisi diare yang praktis adalah

meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistensinya menjadi cair yang menurut

ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya. Kadang – kadang pada seorang anak buang

air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi konsistensinya cair, keadaan ini sudah dapat

disebut diare.
2.2 Etiologi

Pada saat ini, dengan kemajuan di bidang teknik laboratorium kuman- kuman

patogen telah dapat diidentifikasikan dari penderita diare sekitar 80 % pada kasus

yang datang disarana kesehatan dan sekitar 50 % kasus ringan di masyarakat.

Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme

yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi. Penyebab infeksi utama

timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri dan parasit. Dua tipe

dasar dari diare akut oleh karena infeksi adalah non inflammatory dan

inflammatory.

Hampir sekitar 70%-90% penyebab dari diare sudah dapat dipastikan. Secara

garis besar penyebab diare dikelompokkan menjadi penyebab langsung atau

faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempercepat terjadinya diare.

Penyebab diare akut dapat dibagi menjadi dua golongan, diare sekresi (secretory

diarrhoea) dan diare osmotis (osmotic diarrhea). Diare sekresi dapat disebabkan

oleh faktor-faktor antara lain (Sodikin, 2011):

1. Infeksi virus, kuman-kuman pathogen, atau penyebab lainnya (seperti keadaan

gizi / gizi buruk, hygiene atau sanitasi yang buruk, kepadatan penduduk, sosial

budaya, dan sosial ekonomi).

2. Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia,

makanan (seperti keracunan makanan, makanan yang pedas atau terlalu asam),
gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin atau alergi, dan

sebagainya.

3. Defisiensi imun terutama SigA (Secretory Immunoglobulin A) yang

mengakibatkan berlipat gandanya bakteri atau flora usus dan jamur (terutama

Candida).

4. Diare osmotik (osmotic diarrhea) disebabkan oleh malabsorpsi makanan,

kekurangan kalori protein (KKP), bayi berat badan lahir rendah (BBLR), dan

bayi baru lahir.

Ngastiyah (2014), mengatakan diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi,

selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu

gejala dari penyakit pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain di luar saluran

pencernaan. Tetapi sekarang lebih dikenal dengan “penyakit diare”, karena

dengan sebutan penyakit diare akan mempercepat tindakan penanggulangannya.

Penyakit diare terutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya

karena dapat membawa bencana bisa terlambat.

Faktor penyebab diare, antara lain :

a. Faktor Infeksi

1) Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan

penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut :
a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,

Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.

b) Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis)

Adeno-virus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain- lain.

c) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides);

protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis);

jamur (Candida albicans)

2) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti:

otitis media akut (OMA) , tonsilitis/ tonsilofaringitis, bronkopneumonia,

ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan

anak berumur di bawah 2 tahun

b. Faktor malabsorbsi

1) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan

sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada

bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).

2) Malabsorbsi lemak.

3) Malabsorbsi protein.

c. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.


d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak

yang lebih besar).

Selain kuman, ada beberapa perilaku yang dapat meningkatan resiko terjadinya

diare, yaitu :

a. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari

kehidupan.

b. Menggunakan botol susu.

c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar.

d. Air minum tercemar dengan bakteri tinja.

e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja,

atau sebelum menjamaah makanan.

Menurut Wong (2008), penyebab infeksius dari diare akut yaitu :

1. Agens virus

a. Rotavirus, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan mengalami demam (38ºC

atau lebih tinggi), nausea atau vomitus, nyeri abdomen, disertai infeksi

saluran pernapasan atas dan diare dapat berlangsung lebih dari 1 minggu.

Biasanya terjadi pada bayi usia 6-12 bulan, sedangkan pada anak terjadi di

usia lebih dari 3 tahun.


b. Mikroorganisme, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan demam, nafsu makan

terganggu, malaise. Sumber infeksi bisa didapat dari air minum, air di

tempat rekreasi (air kolam renang, dll), makanan. Dapat menjangkit segala

usia dan dapat sembuh sendiri dalam waktu 2-3 hari.

2. Agens bakteri

a. Escherichia coli, masa inkubasinya bervariasi bergantung pada strainnya.

Biasanya anak akan mengalami distensi abdomen, demam, vomitus, BAB

berupa cairan berwarna hijau dengan darah atau mukus bersifat menyembur.

Dapat ditularkan antar individu, disebabkan karena daging yang kurang

matang, pemberian ASI tidak eksklusif.

b. Kelompok salmonella (nontifoid), masa inkubasi 6-72 jam untuk

gastroenteritis. Gejalanya bervariasi, anak bisa mengalami nausea atau

vomitus, nyeri abdomen, demam, BAB kadang berdarah dan ada lendir,

peristaltik hiperaktif, nyeri tekan ringan pada abdomen, sakit kepala, kejang.

Dapat disebabkan oleh makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi

oleh binatang seperti kucing, burung, dan lainnya

3. Keracunan makanan

a. Staphylococcus, masa inkubasi 4-6 jam. Dapat menyebabkan kram yang

hebat pada abdomen, syok. Disebabkan oleh makanan yang kurang matang
atau makanan yang disimpan di lemari es seperti puding, mayones, makanan

yang berlapis krim.

b. Clostridium perfringens, masa inkubasi 8-24 jam. Dimana anak akan

mengalami nyeri epigastrium yang bersifat kram dengan intensitas yang

sedang hingga berat. Penularan bisa lewat produk makanan komersial yang

paling sering adalah daging dan unggas.

c. Clostridium botulinum, masa inkubasi 12-26 jam. Anak akan mengalami

nausea, vomitus, mulut kering, dan disfagia. Ditularkan lewat makanan yang

terkntaminasi. Intensitasnya bervariasi mulai dari gejala ringan hingga yang

dapat menimbulkan kematian dengan cepat dalam waktu beberapa jam

2.3. Patofisiologi

Secara patofisiologi, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kerusakan

mukosa lambung, meliputi : (1) kerusakan mukosa barrier yang menyebabkan

difusi balik ion H+meningkat; (2) perfusi mukosa lambung yang terganggu; dan

(3) jumlah asam lambung yang tinggi (Wehbi, 2009 dalam Muttaqin dan Kumala

2011).

Faktor- faktor tersebut biasanya tidak berdiri sendiri, contohnya, stress fisik akan

menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu sehingga timbuk daerah-

daerah infark kecil; selain itu sekresi asam lambung juga terpacu. Mucosal
barrier pada pasien strees fisik biasanya tidak terganggu (Muttaqin & Kumala,

2009).

Gastroenteristis Akut akibat infeksi H.pylori biasanya bersifat asimtomatik.

Bakteri yang masuk akan memproteksi dirinya dengan lapisan mukus. Proteksi

lapisan ini akan menutupi mukosa lambung dan melindungi dari asam lambung.

Penetrasi atau daya tembus bakteri ke lapisan mukosa yang menyebabkan

terjadinya kontak dengan sel-sel epithelial lambung dan terjadi adhesi

(pelengketan) sehingga menghasilkan respons peradangan melalui pengaktifan

enzim untuk mengaktifkan IL-8. Hal tersebut Gastroenteristis Akut akibat infeksi

H.pylori biasanya bersifat asimtomatik. Bakteri yang masuk akan memproteksi

dirinya dengan lapisan mukus. Proteksi lapisan ini akan menutupi mukosa

lambung dan melindungi dari asam lambung. Penetrasi atau daya tembus bakteri

ke lapisan mukosa yang menyebabkan terjadinya kontak dengan sel-sel epithelial

lambung dan terjadi adhesi (pelengketan) sehingga menghasilkan respons

peradangan melalui pengaktifan enzim untuk mengaktifkan IL-8. Hal tersebut

Widagdo (2011) menjelaskan bahwa virus tersebar dengan cara fekal- oral

bersama makanan dan minuman, dari beberapa ditularkan secara airborne yaitu

norovirus, Virus penyebab diare secara selektif menginfeksi dan merusak sel-sel

di ujung jonjot yang rata disertai adanya sebukan sel radang mononuclear pada

lamina propania sedang pada mukosa lambung tidak terdapat perubahan

walaupun penyakit dikenal sebagai gastroenteristis. Gambaran patologi tidak


berkorelasi dengan gejala klinik, dan terlihat perbaikan proses sebelum gejala

klinik hilang.

Kerusakan akibat virus tersebut mengakibatkan adanya adanya absorpsi air dan

garam berkurang dan terjadi perubahan keseimbangan rasio sekresi dan absorpsi

dari cairan usus, serta aktivitas disakaridase menjadi berkurang dan terjadilah

malabsorpsi karbohidrat terutama laktosa. Faktor penyebab gastroenteristis virus

lebih banyak mengenai bayi dibandingkan dengan anak besar adalah fungsi usus

berkurang, imunitas spesifik kurang, serta menurunnya mekanisme pertahanan

spesifik seperti asam lambung dan mukus. Enteritis virus juga meningkatkan

permiabilitas terhadap makromolekul di dalam usus dan ini diperkirakan sebagai

penyebab meningkatnya resiko terjadinya alergi makanan.

2.4 Klasifikasi Diare

Pedoman dari Laboratorium/ UPF Ilmu Kesehatan Anak, Uniersitas Airlangga dalam

Nursalam (2008), diare dapat dikelompokkan menjadi:

a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling lama 3-5 hari.

b. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari.

c. Diare kornik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik bukan suatu

kesatuan penyakit, melainkan suatu sindrom yang penyebab dan patogenesisnya

multikompleks. Mengingat banyaknya kemungkinan penyakit yang dapat


mengakibatkan diare kronik dan banyaknya pemeriksaan yang harus dikerjakan maka

dibuat tinjauan pustaka ini untuk dapat melakukan pemeriksaan lebih terarah.

Sedangkan menurut Wong (2008), diare dapat diklasifikasikan, sebagai berikut:

a. Diare akut

Merupakan penyebab utama keadaan sakit pada balita. Diare akut didefenisikan sebagai

peningkatan atau perubahan frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agens

infeksius dalam traktus Gastroenteritis Infeksiosa (GI). Keadaan ini dapat menyertai

infeksi saluran napas atau (ISPA) atau infeksi saluran kemih (ISK). Diare akut biasanya

sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi yang

spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.

b. Diare kronis

Didefenisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan kandungan air

dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari 14 hari. Kerap kali diare kronis

terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom malabsorpsi, penyakit inflamasi usus,

defisiensi kekebalan, alergi makanan, intoleransi latosa atau diare nonspesifik yang

kronis, atau sebagai akibat dari penatalaksanaan diare akut yang tidak memadai.

c. Diare intraktabel

Yaitu diare membandel pada bayi yang merupakan sindrom pada bayi dalam usia

minggu pertama dan lebih lama dari 2 minggu tanpa ditemukannya mikroorganisme

patogen sebagai penyebabnya dan bersifat resisten atau membandel terhadap terapi.
Penyebabnya yang paling sering adalah diare infeksius akut yang tidak ditangani secara

memadai

d. Diare kronis nonspesifik

Diare ini juga dikenal dengan istilah kolon iritabel pada anak atau diare todler,

merupakan penyebab diare kronis yang sering dijumpai pada anak-anak yang berusia 6

hingga 54 minggu. Feses pada anak lembek dan sering disertai dengan partikel makanan

yang tidak tercerna, dan lamanya diare lebih dari 2 minggu. Anak- anak yang menderita

diare kronis nonspesifik ini akan tumbuh secara normal dan tidak terdapat gejala

malnutrisi, tidak ada darah dalam fesesnya serta tidak tampak infeksi enterik.

2.5 Gejala Klinis

Menurut Manjoer Arief (2000) tanda dan gejala gastroenteritis dapat berupa bayi

atau anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan menurun,

mengalami diare, feses cair dengan darah atau lendir, warna tinja berubah

menjadi kehijauan karena tercampur empedu, anus dan sekitarnya menjadi lecet

karena tinja menjadi asam, dehidrasi dan berat badan menurun.

Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya

bila terjadi komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala

gastrointestinal bisa berupa diare, kram perut dan muntah. Sedangkan manifestasi

sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.


Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan

karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa

dan elektrolit. Jika anak telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, serta

mengalami gangguan asam basa dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis

metabolik dan hipokalemia, hipovolemia. Gejala dari dehidrasi yang tampak

yaitu berat badan turun, turgor kulit kembali sangat lambat, mata dan ubun-ubun

besar menjadi cekung, mukosa bibir kering.

Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion

natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila

ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat

menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia. Dehidrasi

merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan

hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat.

Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik,

dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat

dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau

dehidrasi berat.

Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan

hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat.

Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik,

dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat


dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau

dehidrasi berat (Juffrie, 2010).

Tabel 2.1 Derajat Dehidrasi Berdasarkan Persentase Kehilangan Air dari Berat

Badan.

Derajat Dehidrasi Dewasa Bayi Dan Anak


Dehidrasi Ringan 4% dari berat badan 5% dari berat badan
Dehidrasi Sedang 6% dari berat badan 10% dari berat badan
Dehidrasi Berat 8% dari berat badan 10% dari berat badan

Tabel 2.2 Derajat Dehidrasi Berdasarkan Skor WHO

Yang Dinilai SKOR


A B C
Keadaan Umum Baik Lesu/Haus Gelisah, Lemas,
mengantuk hingga
syok
Mata Biasa Cekung Sangat cekung
Kulit Biasa Kering Sangat kering
Turgor Baik Kurang Jelek
Keterangan :

<2 Tanda di kolom B dan C : Tanpa Dehidrasi

>2 Tanda di kolom B : Dehidrasi Ringan-Sedang

>2 Tanda di Kolom C : Dehidrasi Berat


Tabel.2.3 Tanda Klinis Dehidrasi

Ringan Sedang Berat


Defisit Cairan 3-5% 6-8% >10%
Hemodinamik Takikardi, nadi Takikard, nadi Takikardi, nadi
lemah sangat lemah, tak teraba, akral
volume kolaps, dingin, sianosis
hipotensi
ortostastik
Jaringan Lidah kering, Lidah keriput, Atonia, turgor
turgor turun turgor kurang buruk
Urin Pekat Jumlah turun Oliguria
SSP Mengantuk Apatis Koma

Infeksi ekstraintestinal yang berkaitan dengan bakteri enterik patogen antara

lain : vulvovaginitis, infeksi saluran kemih, endokarditis, osteomielitis,

meningitis, pneumonia, hepatitis, peritonitis dan septik trombophlebitis.

Gejala neurologik dari infeksi usus bisa berupa paresthesia (akibat makan

ikan, kerang, monosodium glutamat) hipotoni dan kelemahan otot (C.

botulinum).

Manifestasi immun mediated ekstraintestinal biasanya terjadi setelah diarenya

sembuh, contoh: Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses peradangan

atau akibat dehidrasi. Panas badan umum terjadi pada penderita dengan

inflammatory diare.. Nyeri perut yang lebih hebat dan tenesmus yang terjadi

pada perut bagian bawah serta rektum menunjukkan terkenanya usus besar.

Mual dan muntah adalah simptom yang non spesifik akan tetapi muntah

mungkin disebabkan oleh karena organisme yang menginfeksi saluran cerna


bagian atas seperti: enterik virus, bakteri yang memproduksi enterotoksin,

Giardia, dan Cryptosporidium.

Muntah juga sering terjadi pada non inflammatory diare. Biasanya penderita

tidak panas atau hanya subfebris, nyeri perut periumbilikal tidak berat, watery

diare, menunjukkan bahwa saluran cerna bagian atas yang terkena. Oleh

karena pasien immunocompromise memerlukan perhatian khusus, informasi

tentang adanya imunodefisiensi atau penyakit kronis sangat penting

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak

diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab

dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada

penderita dengan dehidrasi berat. Contoh : pemeriksaan darah lengkap, kultur

urine dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium

yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut :

(1). Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah,

kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika.

(2). Urine : urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika.

(3). Tinja :
a. Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita

dengan diare meskipun pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan. Tinja

yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan oleh

enterotoksin virus, protozoa atau disebabkan oleh infeksi diluar saluran

gastrointestinal.

Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebabkan infeksi bakteri

yang menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang menyebabkan

peradangan mukosa atau parasit usus seperti : E. histolytica, B. coli dan T.

trichiura. Apabila terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali

pada infeksi dengan E. Histolytica darah sering terdapat pada permukaan

tinja dan pada infeksi EHEC terdapat garis-garis darah pada tinja. Tinja yang

berbau busuk didapatkan pada infeksi dengan Salmonella, Giardia,

Cryptosporidium dan Strongyloides.

b. Pemeriksaan Mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari adanya lekosit dapat memberikan

informasi tentang penyebab diare, letak anatomis serta adanya proses

peradangan mukosa. Lekosit dalam tinja diproduksi sebagai respon terhadap

bakteri yang menyerang mukosa kolon. Lekosit yang positif pada

pemeriksaan tinja menunjukkan adanya kuman invasif atau kuman yang


memproduksi sitotoksin seperti Shigella, Salmonella, C. jejuni, EIEC, C.

difficile, Y. enterocolitica, V. parahaemolyticus dan kemungkinan

Aeromonas atau P. shigelloides.

Lekosit yang ditemukan pada umumnya adalah lekosit PMN, kecuali pada S.

typhii lekosit mononuklear. Tidak semua penderita kolitis terdapat lekosit

pada tinjanya, pasien yang terinfeksi dengan E. histolytica pada umumnya

lekosit pada tinja minimal.

Parasit yang menyebabkan diare pada umumnya tidak memproduksi lekosit

dalam jumlah banyak. Normalnya tidak diperlukan pemeriksaan untuk

mencari telur atau parasit kecuali terdapat riwayat baru saja bepergian

kedaerah resiko tinggi, kultur tinja negatif untuk enteropatogen, diare lebih

dari 1 minggu atau pada pasien immunocompromised. Pasien yang dicurigai

menderita diare yang disebabkan giardiasis, cryptosporidiosis, isosporiasis

dan strongyloidiasis dimana pemeriksaan tinja negatif, aspirasi atau biopsi

duodenum atau yeyunum bagian atas mungkin diperlukan. Karena

organisme ini hidup di saluran cerna bagian atas, prosedur ini lebih tepat

daripada pemeriksaan spesimen tinja. Biopsi duodenum adalah metoda yang

spesifik dan sensitif untuk diagnosis giardiasis, strongylodiasis dan protozoa

yang membentuk spora. E. hystolitica dapat didiagnosis dengan pemeriksaan

mikroskopik tinja segar. Trophozoit biasanya ditemukan pada tinja cair

sedangkan kista ditemukan pada tinja yang berbentuk. Tehnik konsentrasi


dapat membantu untuk menemukan kista amuba. Pemeriksaan serial

mungkin diperlukan oleh karena ekskresi kista sering terjadi intermiten.

Sejumlah tes serologis amubiasis untuk mendeteksi tipe dan konsentrasi

antibodi juga tersedia. Serologis test untuk amuba hampir selalu positif pada

disentri amuba akut dan amubiasis hati.

Kultur tinja harus segera dilakukan bila dicurigai terdapat Hemolytic Uremic

Syndrome, diare dengan tinja berdarah, bila terdapat lekosit pada tinja, KLB diare

dan pada penderita immunocompromised.

2.7 Penatalaksanaan Medis

Diare akut secara arbitrer didefinisikan sebagai keluarnya satu atau lebih

tinja diare per hari selama kurang dari 14 hari. Sebagian besar penyakit diare

pad anak disebabkan oleh infeksi. Pada sebagian kasus, tidak perlu

melakukan identifikasi terhadap organisme penyebab karena proses penyakit dan

pengobatan serupa apapun penyebabnya. Terapi utama adalah rehidrasi

dan pemeliharaan hidrasi sampai diare mereda serta menghindari malnutrisi

akibat kekurangan asupan nutrisi.

Namun pada beberapa keadaan identifikasi patogen akan mengubah

pengobatan sehingga perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Apabila

tinja mengandung leukosit atau darah makroskopik atau anak tampak toksik,

kemungkinan infeksi bakteri invasif meningkat dan harus dilakukan biakan


tinja. Demikian juga pada anak dengan gangguan kekebalan atau yang

dirawat inap memerlukan evaluasi yang lebih ekstensif karena resiko infeksi

oportunistik.bayi yang berusia kurang dari 2 bulan dengan diare merupakan

kategori khusus. Infeksi bakteri lebih sering dan lebih parah pada kelompok

usia ini. Selain itu virus atau bakteri enteroptogen dapat menimbulkan

enteropatipasca enteritis yang memerlukan pemantauan nutrisi yang teliti.

Pada kelompok usia ini lebih sering terjadi intoleransi laktosa persisten yang

memerlukan perubahan temporer susu formula. Karena kemungkinan sekali

anak perlu diperiksa untuk mengukur hidrasi dan nutrisi secara objektif (mis.

Berat anak) serta dipantau selama perjalanan penyakitnya. Pada neonatus

dengan diare diperlukan (pikiran terbuka) mengenai kemungkinan kausa

noninfeksi dan diagnosis penyakit diare kongenital, termasuk gangguan

malabsorpsi primer, kelainan transfortasi dan defek di struktur membran

brush border, harus dipertimbangkan

2.8 Asuhan Keperawatan

2.8.1 Pengkajian

Menurut Cyndi Smith Greenbery, 2004 adalah

a. Identitas klien

b. Riwayat keperawatan
Awal serangan : gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia

kemudian timbul diare. Keluhan utama : feses semakin cair,

muntah, kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala

dehidrasi, BB menurun, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput

kadir mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4x dengan

konsisten encer.

c. Riwayat kesehatan masa lalu

Riwayat penyakit yang diderita, riwayat inflamasi

d. Riwayat Psikososial keluarga

e. Kebutuhan dasar

1. Pola Eliminasi

Mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4x sehari

2. Pola Nutrisi

Diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan

penurunan BAB

3. Pola Istirahat dan Tidur

Akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan

menimbulkan rasa tidak nyaman

4. Pola Aktifitas

Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya

nyeri akibat disentri abdomen.

f. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah

Ht meningkat, leukosit menurun

2. Feses

Bakteri atau parasit

3. Elektrolit

Natrium dan Kalium menurun

4. Urinalisa

Urin pekat, BJ meningkat

5. Analisa Gas Darah

Antidosis metabolik (bila sudah kekurangan cairan)

g. Data Fokus

1. Subjektif

a). Kelemahan

b).Diare lunak s/d cair

c). Anoreksia mual dan muntah

d). Tidak toleran terhadap diit

e). Perut mulas s/d nyeri (nyeri pada kuadran kanan bawah,

abdomen tengah bawah)

f). Haus, kencing menurun

g). Nadi mkeningkat, tekanan darah turun, respirasi rate turun

cepat dan dalam (kompensasi ascidosis).

2. Objektif
a). Lemah, gelisah

b). Penurunan lemak / masa otot, penurunan tonus

c). Penurunan turgor, pucat, mata cekung

d). Nyeri tekan abdomen

e). Urine kurang dari normal

f). Hipertermi

g). Hipoksia / Cyanosis,Mukosa kering,Peristaltik usus lebih dari

normal.

2.8.2 Diagnosa Keperawatan

a. Diare berhubungan dengan faktor-faktor infeksi, makanan,

psikologis

b. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan

sekunder akibat diare

c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kram abdomen

sekunder akibat gastroentritis

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak

adekuatnya absorbsi usus terhadap zat gizi, mual / muntah

e. Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder

terhadap dehidrasi

f. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan irisan lingkungan.


2.8.3. Intervensi

a. Diare berhubungan dengan faktor-faktor infeksi, makanan,

psikologis

Tujuan : mencapai BAB normal

Kriteria hasil : penurunan frekuensi BAB sampai kurang 3x.Feses

mempunyai bentuk

Intervensi :

1. Kaji faktor penyebab yang mempengaruhi diare

Rasional : Untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan

2. Ajarkan pada klien penggunaan yang tepat dari obat-obatan

antidiare

Rasional : supaya klien tahu cara penggunaan obat anti diare

3. Pertahankan tirah baring

Rasional : Tirah baring dapat mengurangi hipermotiltas usus

4. Colaborasi untuk mendapat antibiotik

Rasional : bila penyebab diare kuman maka harus diobati

b. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan

sekunder akibat diare.

Tujuan : mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

Kriteria Hasil : turgor baik CRT < 2 detik mukosa lembab tidak pucat

Intervensi :

1. Kaji benda-benda dehidrasi


Rasional : untuk mengetahui tingkat dehidrasi dan mencagah

syokhipovolemik 2. Monitor intake cairan dan output

Rasional : untuk mengetahui balance cairan

3. Anjurkan klien untuk minum setelah BAB minum banyak

Rasional : untuk mengembalikan cairan yang hilang

4. Pertahankan cairan parenteral dengan elektrolit

Rasional : untuk mempertahankan cairan.

c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kram abdomen

sekunder akibat gastroentritis

Tujuan: Nyeri hilang lebih berkurang, rasa nyaman terpenuhi

Kriteria Hasil : skala nyeri 0 Klien mengatakan nyeri berkurang

Nadi 60 – 90 x / menit Klien nyaman, tenang, rileks

Intervensi:

1. Kaji karakteritas dan letak nyeri

Rasional : untuk menentukan tindakan dalam mengatur

nyeri

2. Ubah posisi klien bila terjadi nyeri, arahkan ke posisi yang

paling nyaman

Rasional : posisi yang nyaman dapat mengurangi nyeri ,

3. Beri kompres hangat diperut

Rasional : untuk mengurangi perasaan keras di perut

4. Kolaborasi untuk mendapatkan obat analgetik


Rasional : untuk memblok syaraf yang menimbulkan nyeri

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak

adekuatnya absorbsi usus terhadap zat gizi, mual / muntah,

anoreksia

Tujuan: nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil : BB sesuai usia Nafsu makan meningkat Tidak

mual / muntah

Intervensi :

1. Timbang BB tiap hari

Rasional : untuk mengetahui terjadinya penurunan BB dan

mengetahui tingkat perubahan

2. Berdiit makanan yang tidak merangsang (lunak / bubur)

Rasional : untuk membantu perbaikan absorbsi usus

3. Anjurkan klien untuk makan dalam keadaan hangat

Rasional : keadaan hangat dapat meningkatkan nafsu makan

4. Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering

Rasional : untuk memenuhi asupan makanan

5. Berikan diit tinggi kalori, protein dan mineral serta rendah zat

sisa Rasional : untuk memenuh gizi yang cukup.

e. Hipertermia berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder

terhadap dehidrasi

Tujuan: mempertahankan norma termia


Kriteria Hasil : suhu dalam batas normal 36,2 – 37,60C

Intervensi:

1. Monitor suhu dan tanda vital

Rasional : untuk mengetahui vs klien

2. Monitor intake dan output cairan

Rasional : untuk mengetahui balance

3. Beri kompres

Rasional : supaya terjadi pertukaran suhu, sehingga suhu

dapat turun

4. Anjurkan untuk minum banyak

Rasional : untuk mengganti

2.8.4 Implementasi

Pelaksanaan adalah realisasi dari rencana intervensi untuk mencapai

tujuan yang spesifik (Nursalam, 2006). Jenis – jenis tindakan pada

tahap pelaksanaan adalah :

a. Secara mandiri (independent)

Adalah tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk

membantu

pasien dalam mengatasi masalahnya dan menanggapi reaksi karena

adanya stressor.

b. Saling ketergantungan (interdependent)


Adalah tindakan keperawatan atas dasar kerja sama tim keperawatan

dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter, fisioterapi, dan lain-

lain.

c. Rujukan/ketergantungan (dependent)

Adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dan profesi lainnya

diantaranya dokter, psikiater, ahli gizi dan sebagainya.

2.8.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan untuk mengukur respons pasien terhadap

tindakan keperawatan dan kemajuan pasien ke arah pencapaian tujuan

(Reeder, 2011). Perawat melaksanakan evaluasi sesuai dengan rencana

yang telah ditetapkan dan terdapat 3 kemungkinan hasil, menurut

Hidayat, A.(2007) yaitu:

a. Tujuan tercapai

Apabila pasien telah menunjukkan perubahan dan kemajuan yg sesuai

dengan kriteria yang telah di tetapkan.

b. Tujuan tercapai sebagian

Jika tujuan tidak tercapai secara keseluruhan sehingga masih perlu

dicari berbagai masalah atau penyebabnya.

c. Tujuan tidak tercapai

Jika pasien tidak menunjukkan suatu perubahan ke arah kemajuan

sebagaimana dengan kriteria yang diharapkan


BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas Klien

1. Biodata

1. Nama/ Nama Panggilan : An. C

2. Tempat Tanggal Lahir/Usia : 19 Februari 2020

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Pendidikan :-

6. Alamat : Sei Kamah

7. Tanggal Masuk : 24 Juli 2021

8. Tanggal Pengkajian : 25 Juli 2021

9. Diagnosa Medis : GEA tanpa dehidrasi

2. Identitas Orang Tua

1. Ayah

a. Nama/ Nama Panggilan : Tn S

b. Usia : 32 Tahun

c. Pendidikan : SMA

d. Pekerjaan : Karyawan Swasta

e. Agama : Islam

f. Alamat : Sei Kamah


2. Ibu

a. Nama/ Nama Panggilan : Ny. D

b. Usia : 29 Tahun

c. Pendidikan : SMA

d. Pekerjaan : IRT

e. Agama : Islam

f. Alamat : Sei Kamah

B. Pengkajian

1. Keluhan Utama

BAB 3× sehari Encer

2. Riwayat Kesehatan

a) Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien dibawah ke puskesmas dengan keluhan BAB encer yang dialami

sejak 5 hari yang lalu sebelum masuk ke puskesmas, diselingi muntah -

muntah 2 kali sejak 5 hari sebelum masuk ke puskesmas hilang timbul.

Pasien rewel (+) riwayat batuk pilek (-).

b) Riwayat Kesehatan Terdahulu

Menurut Ibu pasien, klien tidak pernah sakit sebelumnya

c) Riwayat Kesehatan Keluarga

(a) Penyakit anggota keluarga


Keluarga An.C tidak ada yang mengalami penyakit yang menular

seperti TB dan Hipertensi.

3. Riwayat Imunisasi
N Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi Setelah pemberian
o
1 BCG Pada Usia 6 bulan Membentuk abses 1-2 bulan
2 DPT (I,II,III,IV) Usia 3,4,5 bulan Demam 1 hari
3 Polio (I,II,III,IV) Usia 3,4,5, bulan Tidak ada reaksi
4 Campak - -
5 Hepatitis Usia 0 bulan Tidak Ada Reaksi

4. Riwayat Tumbuh Kembang

a) Pertumbuhan Fisik

(1) Berat badan : 6300 gram

(2) Tinggi badan : 60 cm

(3) Waktu tumbuh gigi : An. C belum tumbuh gigi

b) Perkembangan tiap Tahap

Usia anak saat :

(1) Berguling : An. C berguling saat 4 bulan

(2) Duduk : An. C belum duduk

(3) Merangkak : An. C merangakak pada usia 7 bulan.

(4) Berdiri : An. C sudah berdiri

(5) Berjalan : An. C belum berjalan


(6) Senyum kepada orang lain pertama kali : Usia 5 bulan

(7) Bicara pertama kali : An. C belum bicara

(8) Berpakaian tanpa bantuan : An. C belum dapat berpakain tanpa

bantuan

5. Riwayat Nutrisi

a) Pemberian ASI

(1) Pertama kali disusui : An. C Pertama kali disusui umur 2 minggu

(2) Cara pemberian : Menyusui

(3) Lama pemberian : Saat ini An. C masih disusui oleh ibunya

b) Pemberian Susu Formula

Ibu mengatakan anaknya tidak diberikan susu formula.

c) Pola Perubahan Nutrisi Setiap Tahun Usia Sampai Nutrisi Saat Ini

Pada usia 0-4 bulan jenis nutrisi yang diberikan adalah ASI dan lama

pemberian 6 bulan. Pada usia 4 -12 jenis nutrisi yang diberikan yaitu

bubur saring ditambahkan telur. Sedangkan pada saat ini jenis nutrisi

belum diketahui dan lama pemberian belum diketahui.

6. Riwayat Pasien Sosial

(a) Tempat tinggal

An. C diasuh oleh kedua orang tuanya dan tinggal dirumah yang sama.
(b) Lingkungan rumah

Hubungan anggota keluarga baik

(c) Apakah rumah dekat sekolah dan ada tempat bermain

Rumah tempat tinggal An. C jauh dari sekolah dan tidak ada tempat

bermain.

(d) Rumah tidak ada tangga biasa

Ibu mengatakan rumah tempat tinggal tidak mempunyai tangga

(e) Hubungan antara anggota keluarga

Hubungan dalam keluarga baik

(f) Pengasuh anak

An. C diasuh oleh kedua orang tuanya

7. Riwayat Spritual

(a) Suport system dalam keluarga

Dalam keluarga mereka saling mendukung dalam mengambil

keputusan.

(b) Kegiatan keagamaan

Dalam kegiatan keagamaan keluarga selalu melakukan bersama-sama

8. Reaksi Hispotalisasi

a) Pemahaman Keluarga Tentang Sakit dan Rawat Inap

(1) Ibu membawah anaknya ke puskesmas


Saat An. C sakit ibu langsung membawah An. C ke puskesmas.

(2) Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak

Dokter menjelaskan kondisi, diagnosa dan rencana pengobatan yang

akan dilakukan oleh medis atau perawat.

(3) Orang tua nampak cemas dan khawatir

Ibu merasa cemas dengan kondisi anaknya.

(4) Orang tua selalu berkunjung ke puskesmas

Bila anak demam ibu berkunjung ke puskesmas.

(5) Ibu klienyang menemani atau tinggal dengan klien pada saat ini

b) Pemahaman Anak Tentang Sakit Dan Rawat Inap

Anak belum paham karena masih dibawah umur, hanya saja ibu

mengatakan An. C saat melihat perawat anaknya selalu menagis

9. Aktivitas Sehari-hari

a) Nutrisi

No Kondisi Sebelum Sakit Saat sakit

1 Selera Makan Selera makan sangat Selera makan tidak ada/

baik menurun

2 Menu Makan Bubur Makanan hanya ASI

3 Frekuensi Makanan 3x sehari An. C tidak mau makan

Makanan dengan 1 porsi

bubur dihabiskan
4 Cara makan An. C disuap oleh Tidak mau makan

ibunya

b) Cairan

No Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1 Jenis ASI + air putih ASI +Air putih

2 minuman An.C minum kurang An. C minum 7-9 kali

Frekuensi lebih 7-12 kali sehari perhari

minuman

c) Eliminasi

No Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


BAB

1 Tempat Dipampers Dipampers


pembuangan

2 Frekuensi 1x sehari 3x sehari

3 Konsistensi Padat, lembek Cair + ampas

4 Kesulitan Tidak ada kesulitan -

5 Frekuensi 3x atau 4x sehari >3x sehari

6 Volume 1000 cc 1000 cc

8 Warna atau Jernih kekuningan Kuning pekat (warna teh


kejernian pekat)
d) Istirahat Tidur

No Kondisi Seblum Sakit Saat Sakit


1 Jam tidur

-Siang Tidak teratur Terganggu tidak teratur

-Malam 19.00 wib Tidak teratur

2 Pola Tidur Sebelum tidur An. C Tidak ada kenyamanan


selalu
3 Kebiasaan An. C rewel
sebelum tidur Disusui oleh ibunya
sementara

4 Kesulitan Terganggu karena selalu


tidur Tidak ada BAB

10. Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan Umum Klien

(1) Keadaan Umum lemah

(2) Kesadaran Compos mentis

b) Tanda-Tanda Vital

(1) Suhu : 37

(2) Nadi : 138 menit

(3) Respirasi : 30 menit

(4) Tekanan darah :-

c) Antropometri
(1) Tinggi badan : 60 cm

(2) Berat badan : 6300 gram

(3) Lingkar lengan atas : 10 cm

(4) Lingkar kepala : 34 cm

(5) Lingkar dada : 33 cm

(6) Lingkar perut : 32 cm

d) Sistem Pernapasan

(1) Hidung : Bersih tidak ada peradangan

Kelenjar pada leher : Tidak ada pembengkakan pada leher

(2) Dada

(a) Bentuk dada : Bentuk dada smetris

(b) Perbandingan ukuran anterior-postenor dengan transversal :

(c) Gerakan dada : Simetris antara kiri dan kanan

(d) Suara napas : Vesikuler

(3) Clubbing finger : Normal

e) Sistem Cardio Vasculer

(1) Conjungtiva : Pink

(2) Suara jantung S1, S2 : Normal (LUB, DUK)


(3) Capitarry refilling time : ≤ 3 detik

f) Sistem Pencernaan

(1) Sklera : Tidak ada ikterus

(2) Mulut : mucosa mulut kering

(3) Jumlah gigi :

(4) Kemampuan menelan : Tidak ada masalah

(5) Abdomen : Peristaltik usus 24x/menit

(6) Arus : Tampak kemerahan darah anus

g) Sistem Indra

(1) Mata

a. Kelopak mata : Bersih tidak anemis pada kunjungtiva

b. Pemeriksaan virus :-

c. Lapang pandang :-

(2) Hidung

a. Penciuman : Tidak ada masalah pada penciuman

(3) Telinga

(a) Keadaan daun telinga : Bersih tidak ada kelaianan

(b) Fungsi pendengaran : Baik tidak terdapat kuman pada lubang

telinga.
h) Sistem Saraf

(1) Fungsi cesebral

a. Status mental : Baik, tidak ada gangguan

b. Kesadaran : Compos mentis

c. Bicara ekspresive :-

(2) Fungsi carnial

a. Nervus I : tidak ada

b. Nervus II : tidak ada

c. Nervus III, IV, VI : tidak ada

d. Nervus V : tidak ada

e. Nervus VI : tidak ada

f. Nervus VII : tidak ada

g. Nervus VIII : tidak ada

h. Nervus IX : tidak ada

i. Nervus X : tidak ada

j. Nervus XI : tidak ada

k. Nervus XII : tidak ada

(3) Fungsi Mutorik


An. C tidak mengalami kelemahan otak, kekuatan otot ekstremitas

atas dan bawah.

(4) Fungsi Tensus

An. C merasakan semula rangsangan yang diberikan

(5) Refleks Basep

i. Sistem muskulo skeletal

(1) Kepala : Tidak ada kelainan

(2) Vertebrata : Tidak ada kelaianan

(3) Pelvis : Tidak ada kelaianan

(4) Lutut : Tidak ada kelaianan

(5) Kaki : Kedua kaki normal

(6) Tangan : Kedua tangan normal

j. Sistem Intagumen

(1) Rambut : Pendek

(2) Kulit : Bersih

(3) Kutu : Pendek

k. Sistem Endokrin

(1) Kelenjar thyroid : Tidak ada pembengkakan pada kelenjar thyroid


(2) Eksliresi urine : -
l. Sistem Perkemihan

Tidak ada gangguan pada sistem perkemihan.

m. Sistem Reproduksi Vagina

Bersih tidak ada kelaianan

n. Sistem Imun

Riwayat alergi : Tidak ada riwayat alergi

11. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan

(a) Motorik kasar :-

(b) Motorik halus :-

(c) Bahasa :-

(d) Personal hygiene : Belum mandiri

12. Test Diagnostik

Hasil Pemeriksaan Laboratorium Hermatologi

Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


Wbc 5.6 4.6-10.00 10³/UL

HGB 10.2 12.0-16.0 9/dl

HcT 29.1 35.0 -45.0 %

MCV 79.3 83.9-99.1 FI

MCH 27.8 27.0 – 34.0 Pg

RBC 3.6 4.50 – 5.50 10/UL

PLT - - -

13. Therapi Medis

1. IVFDRL 18 TPM

2. L Bio 2

3. Zinc 2

4. Injeksi Paracetamol 70 mg (7 cc) bila demam

C. Daftar Rumusan Masalah

a) Klasifikasi Data

Data Subyektif
(1) Ibu klien mengatakan anaknya BAB sejak 5 hari yang lalu

(2) Ibu klien mengatakan anaknya BAB encer 3 sehari sejak tadi pagi

(3) Ibu klien mengatakan anaknya lemas

(4) Ibu klien mengatakan anaknya tidak mau makan

(5) Ibu klien mengatakan anaknya kemerahan daerah pantat.

Data Obyektif

(1) Nampak BAB encer 3

(2) Mukosa bibir kering

(3) Turgor kulit kering

(4) Klien tampak lemas

(5) Peristaltik 24 menit

(6) Tanda-tanda vital

(a) Nadi : 138 /menit

(b) Pernapasan : 30 /menit

(c) Suhu badan : 37

(7) Tamapak kemerahan didaerah anus

(8) IV RL 18 TPM

ANALISIS DATA
No DATA ETIOlOGI MASALAH

1 Data Subyektif Virus, Parasit, Bakteri, Diare


- Ibu klien Mikroorganisme
mengatakan anaknya
BAB sejak 5 hari
yang lalu Infeksi pada sel
- Ibu klien
mengatakan anaknya
BAB encer 3 sehari Berkembang diusus

Data obyektif
- Namapak BAB Hipersekresi air dan elektrolit
encer 3
- Peristaltik 24 menit
- Anak tampak Isi rongga usus berlebihan
lemah dan lemas

Diare

2 Data Subyektif Diare Resiko


- Ibu klien kekurangan
mengatakan anaknya volume cairan
BAB sejak 5 hari Frekwensi BAB meningkat
yang lalu
- Ibu klien
mengatakan anaknya Hilangnya cairan dan elektrolit
BAB encer 3 sehari berlebihan
- Ibu klien
mengatakan anaknya
lemas Gangguan keseimbangan
cairan elektrolit
Data obyektif
- Namapak BAB
encer 3 Dehidrasi
- Mukosa bibir
kering
- Turgor kulit kering Resiko kekurangan volume
- Klien tampak cairan
lemah dan lemas
- Tanda-tanda vital
a. Nadi :138 /1 menit
b. Pernapasan : 30 /1
menit
c. Suhu badan : 37
- IV terpasang RL 18
TPM

D. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kritera Hasil Intervensi (NIC)

Keperawatan (NOC)

1 Diare Setelah dilakukan tindakan NIC :


berhubungan keperawatan 3x24 jam - Diarhae Menagement
dengan proses diharapkan Diare pada - Evaluasi efek samping
infeksi, pasien teratasi. pengobatan terhadap
inflamasi diusus NOC : gastrointestinal
Data subyektif : - Ajarkan pasien untuk
- Ibu kline - Bowel elimination menggunakan obat anti diare
mengatakan - Evaluasi intake makanan yang
anaknya BAB - Electrolyte and acid base masuk
sejak 5 hari yang balance - Identifikasi faktor penyebab
lalu dari diare
- Ibu kline Kriteria hasil : - Monitor tanda dan gejala diare
mengatakan - Fases berbentuk, BAB - Observasi turgor kulit secara
anaknya BAB - Menjaga daerah sekitar rutin
encer 3 sehari rectal dari iritasi - Ukur diare/keluaran BAB
- Tidak mengalami diare - Hubungi dokter jika ada
Data obyektif : - Menjelaskan penyebab kenaikan bising usus
- Namapak BAB diare dan rasional tindakan - Monitor persiapan makanan
encer 3 - Mempertahankan turgor yang aman
- Peristaltik 24 kulit
menit
Anak tampak
lemah dan lemas

2 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan NIC :


integritas kulit keperawatan 3x24 jam - Pressure management
b/d diharapkan pasien tidak - Anjurkan pasien untuk
ekskresi/BAB terjadi infeksi menggunakan pakaian yang
sering NOC : longgar
Data subyektif - Tissue Integrity : Skin and - Jaga kebersihan kulit agar tetap
- Ibu pasien mucous membranes bersih dan kering
mengatakan - Hemodyalis akses - Monitor kulit akan adanya
kemerahan Kriteria Hasil : kemerahan
daerah pantat - Integritas kulit yang baik - Oleskan lotion atau
bisa di pertahankan (sensasi, minyak/baby oil pada daerah
Data obyektif elastisitas, temperatur, yang kemerahan
- Tampak hidrasi, pigmentasi) - Monitor status nutrisi pasien
kemerahan - Tidak ada luka/lesi pada - Memandikan pasien dengan air
daerah anus kulit hangat
- Perfusi jaringan baik
- Menunjukan pemahaman
dalam proses perbaqikan
kulit dan mencegah
terjadinya cedera berulang
- Mampu melindungi kulit
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami

E. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi

Tindak Keperawatan

Nama Pasien : An. C

Nama Mahasiswa : Syahputra Lubis

NIM : 20.149.01068

Ruang Rawat Inap : Crisan

Tanggal/Jam Dx Implementasi Evaluasi


Senin 1 1. Menganjurkan kepada Senin 25/Juni/2021
25/Juni/2021 ibu klien untuk S:
Jam 09.00 memberikan obat anti - Ibu klien mengatakan anaknya
diare pada klien bab encer ± 3x Sehari
Jam 09.15 2 - Ibu klien mengatakan masih
2. Mengopservasi turgor adanya kemerahan pada daerah
kulit anus
Jam 11.00 2
O:
3. Anjurkan pada ibu klien - Fases berbentuk, BAB sehari
untuk mengganti pakaian sekali tiga kali
Jam 11.15 2 yang longgar pada klien - Klien belum bisa minum obat
- Belum mampu mempertahankan
4. Memonitoring kulit turgor kulit
akan adanya kemerahan - Keluarga belum mampu
Jam 12.30 1 mempertahankan kelembaban kulit
pada klien
5. Penatalaksanaan - Tampak kemerahan pada bagian
pemberian medikasi infuse anus
- Pemberian L. Bio 1tab/oral , Zink
1tab/oral

A:
- Diare(sedang)
- Kerusakan integritas kulit

P : Intervensi 1,2,3,4 dan 5 di


lanjutkan
Selasa 1 1. Menganjurkan kepada Selasa 26/Juni/2021
26/Juni/2021 ibu klien untuk S:
Jam 09.00 memberikan obat anti - Ibu klien mengatakan anaknya
diare pada klien bab encer
Jam 09.30 2 - Ibu klien mengatakan masih
2. Mengopservasi turgor adanya kemerahan pada daerah
kulit anus
Jam 09.45 2
O:
3. Anjurkan pada ibu klien - Fases berbentuk, BAB sehari dua
untuk mengganti pakaian kali
Jam 11.00 2 yang longgar pada klien - Mampu mempertahankan turgor
kulit
4. Memonitoring kulit - Keluarga mulai mampu
1 akan adanya kemerahan mempertahankan kelembaban kulit
Jam 12.00 pada klien
5. Penatalaksanaan - Tampak kemerahan pada bagian
2 pemberian medikasi infuse anus
Jam 12.30 - Pemberian L. Bio 1tab/oral , Zink
1tab/oral
6. Mengoleskan lotion
atau baby oil pada daerah A:
anus - Diare (sedang)
- Kerusakan integritas kulit
P : Intervensi 1,2,3,4, dan 5 di
pertahankan
Rabu 1 1. Menganjurkan kepada Rabu 27/Juni/2021
27/Juni/2021 ibu klien untuk S:
Jam 09.00 memberikan obat anti - Ibu klien mengatakan anaknya
diare pada klien BAB satu kali sehari
- Ibu klien mengatakan daerah
Jam 09.30 2 sekitar anus tidak nampak lagi
Jam 09.45 2 2. Mengopservasi turgor kemerahan
kulit
3. Anjurkan pada ibu klien O:
untuk mengganti pakaian - Frekwensi BAB satu kali sehari
Jam. 11.00 2 yang longgar pada klien dengan konsistensi padat
- Turgor kulit klien kering
4. Memonitoring kulit - Keluarga mampu melindungi kulit
Jam 12.00 1 akan adanya kemerahan dan mempertahankan kelembaban
kulit
5. Penatalaksanaan - Pada Kulit sekitar anus klien tidak
pemberian medikasi infuse nampak kemerahan lagi
- Pemberian L. Bio 1tab/oral , Zink
1tab/oral

A : Diare teratasi , integritas kulit


yang baik di pertahankan

P : Intervensi di pertahankan

BAB IV

PEMBAHASAN

1. Pengkajian

Penulis melakukan pengkajian riwayat keperawatan pada klien An. C

yang masuk di puskesmas puuwatu pada tanggal 25 Juni 2021 di Ruang

Perawatan Anak, klien berjenis kelamin Perempuan, berusia 1 tahun,


beragama Islam, beralamatkan Seidadap. Selaku penanggung jawab klien

Ny.D berusia 29 tahun, Bekerja sebagai Ibu rumah tangga. Hubungan

penanggung jawab dengan klien adalah sebagai orang tua klien. Penulis

melakukan pengkajian pada tanggal 25 Juni 2021 pada pukul 09:00 WIB dan

didapatkan data dari keterangan ibu klien yang mengatakan bahwa klien

dibawa ke UGD RSU Sei Dadap dengan keluhan BAB encer yang di alami

sejak 5 hari yang lalu, diselingi muntah-muntah 2 kali sejak 5 hari sebelum

masuk ke RSU Sei Dadap kemudian di Ruang IGD RSU Sei Dadap klien

diberikan tindakan keperawatan pemasangan infus RL 20 tpm. Setelah

diberikan tindakan keperawatan di IGD, kemudian klien dipindahkan ke ruang

Perawatan Anak. Pada tanggal 25 Juni 2021 pukul 09.00 WIB di Ruang

Perawatan Anak dilakukan pengkajian dan ditemukan data subjektif dari

keterangan ibu klien yang mengatakan klien BAB sudah 3x sehari dengan

konsistensi feses encer, berlendir disertai muntah 2 kali sehari, Ibu klien

mengatakan nafsu makan klien menurun, panas sudah 2 hari yang lalu dengan

suhu 37°C.

Sesuai dengan data yang di dapat dari ibu klien bahwa anaknya BAB

sudah 3 kali sehari dengan konsistensi feses encer, jadi penulis menyatakan

bahwa klien di diagnosis mengidap penyakit diare. Menurut teori Nurasalam

(2008), mengatakan diare pada dasarnya adalah frekuensi buang air besar

yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer. Diare

merupakan gangguan buang air besar atau BAB ditandai dengan BAB lebih
dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah

atau lendir (Riskendas, 2013).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang ditegakkan penulis berdasarkan pengkajian data-

data yang mendukung penulis untuk mengangkat 2 prioritas diagnosa

keperawatan. Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 25 Juni 2021, adapaun

diagnosa yang di angkat oleh penulis adalah sebagai berikut :

1) Diare berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi diusus.

Penulis mengangkat diagnosis ini sebagai prioritas diagnosa yang pertama

didukung dengan data-data yang di dapatkan dari ibu klien. Datanya berupa

frekwensi BAB dan konsistensi feses, serta status dehidrasi dan tanda-tanda

vital dari klien.

2) Kerusakan integritas kulit behubungan dengan ekskresi/BAB sering.

Penulis mengangkat diagnosis ini sebagai prioritas diagnosa kedua di

dukung dengan data-data yang di dapat dari ibu klien. Adapun datanya

yaitu pigmentasi/warna kulit yang kemerahan pada daerah sekitar anus

klien berhubungan dengan kerusakan integritas kulit.

3. Intervensi

Berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan saat melakukan

pengkajian, penulis menyusun intervensi sebagai berikut :

a) Diare berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi di usus.


Intervensi keperawatan untuk mengatasi diagnosa diare berhubungan

dengan proses infeksi, inflamansi di usus, penulis mengkaji data-data

yanga didapatkan dari ibu klien. Adapun data-data yang didapatkan yaitu

data frekuwensi dan konsistensi dari feses klien, serta status dehidrasi dan

tanda-tanda vital ( nadi dana suhu badan ) dari klien. Selain melakukan

pengkajian penulis juga menganjurkan kepada ibu klien untuk memberikan

obat anti diare serta mencatat frekuwensi dan konsistensi feses pada klien.

b) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi/BAB sering.

Intervensi keperawatan untuk mengatasi diagnosa kerusakan integritas kulit

berhubungan dengan ekskresi/BAB sering, penulis mengkaji data-data pada

ibu klien. Adapun data-data yang didapatkan yaitu adanya kemerahan pada

bagian anus klien akibat seringnya BAB. Selain mengkaji data-data penulis

juga menganjurkan kepada ibu klien untuk menjaga kelembaban dan

kebersihan kulit pada klien agar integritas kulit terjaga dengan baik.

4. Implementasi

Setelah dilakukan penyusunan intervensi keperawatan pada klien anak C,

penulis melakukan Implementasi keperawatan berdasarkan diagnosis dan

intervensi yang telah tersusun. Adapun implementasi yang dilakukan yaitu

sebagai berikut :

a) Diare berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi di usus.


Pada diagnosis ini penulis melakukan implementasi sesuai intervensi yang

sudah dibuat. Implementasi yang dilakukan pertama yaitu menganjurkan

kepada ibu klien untuk memberikan obat anti diare kepada klien,

semonitoring frekuwensi dan konsistensi dari feses klien, mengobservasi

intake makanan yang masuk, mengobservasi turgor kulit, semonitoring

status dehiddrasi serta tanda-tanda vital dari klien, setelah itu melakukan

penatalaksanaan pemberian medikasi infus.

b) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi/BAB sering.

Pada diaagnosis ini penulis melakukan implementasi sesuai intervensi yang

sudah dibuat. Implementasi yang dilakukan pertama yaitu menganjurkan

kepada ibu klien untuk memakaikan pakaian yang longgar pada klien,

semonitoring kemerahan pada daerah sekitar anus, mengintruksikan ibu

klien untuk mengoleskan lotion atau baby oil dan menjaga kebersihan serta

kelembaban kulit agar tetap bersih dan kering.

5. Evaluasi

Setelah dilakukan intervensi dan implementasi keperawatan pada klien Anak

C dengan diare, penulis melakukan evaluasi keperawatan sebagai berikut :

1) Diare berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi diusus.

Pada tanggal 27 Juni 2021 pukul 12.00, Masalah sudah teratasi yang

ditandai dengan ibu klien mengatakan klien tidak mengalami diare. BAB

satu kali sehari dengan konsistensi feses padat.


2) Kerusakan integritas kulit behubungan dengan ekskresi/BAB sering. Pada

tanggal 27 Juni 2021 pukul 12.00, masalah integritas kulit pada klien

sudah teratasi yang di tandai dengan ibu klien mengatakan bahwa pada

daerah sekitar anus klien sudah tidak nampak kemerahan lagi.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada anak An. C diare

dehidrasi ringan+low diruang perawatan anak RSU Sei Dadap peneliti dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1) Hasil pengkajian pada An. C didapatkan anak BAB kali, BAB encer, tidak

berlendir, anak demam, nafsu makan berkurang, anak malas

2) Hasil pengkajian dan analisa data terdapat 5 diagnosa yang muncul pada

An. C yaitu hipertermi berhubungan dengan infeksi, kekurangan volume

cairan berhubungan kehilangan cairan aktif, ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis. Diare


berhubungan dengan proses infeksi, kerusakan intergritas kulit

berhubungan dengan ekskresi atau sering BAB.

3) Intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai dengan masalah yang

ditemukan pada An. C yaitu perawatan demam, manajemen ciran,

manajemen nyeri, manajemen nutrisi, monitor nutrisi, manajemen diare,

manajemen tekanan.

4) Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah

disusun. Implementasi keperawatan ditentukan pada tanggal 25-27 juni

2021. Sebagian besar rencana keperawatan dapat dilaksanakan pada

implementasi keperawatan.

5) Evaluasi tindakan keperawatan yang dpat dilakukan selama lima hari dalam

bentuk SOAP. Diagnosa keperawatan pada An. C yaitu hipertemi

berhubungan dengan proses infeksi teratasi pada hari ketiga, kekurangan

volume cairan berhubungan kehilangan cairan aktif teratasi pada hari ke

lima, ketidakseimbangan nutrisi kurrang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan faktor biologis teratasi pada hari ke lima. Diare

berhubungan dengan prosesinfeksi teratasi pada hari ke tiga. Kerusakan

integritasi kulit berhubungan dengan ekskresi atau sering BAB teratasi

pada hari ke tiga.

B. SARAN
1. Bagi RSU Sei Dadap

Saran peneliti kepada pihak puskesmas puuwatu lebih menyediakan

fasilitas dalam melakukan tindakan keperawatan dalam ruangan khususnya

fasilitas yang sangat dibutuhkan oleh pasien diare dehidrasi sedang.

2. Perawatan ruangan

Saran peneliti bagi perawatan ruangan agar lebih memperhatikan dalam

menegakkan diagnosa keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan dan

mempertahankan agar intervensi berjalan secra optimal.

3. Peneliti selanjutnya

Saran untuk peneliti selanjutanya agar lebih memperhatikan masalah yang

dia alami pasien khususnya dan mampu bekerja sama dengan baik dengan

perawat ruangan agar implementasi keperawatan yang dijalankan dapat

terlaksana dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI, ( 2011 ). Buletin data dan kesehatan :Situasi Diare di Indonesia, Jakarta :

Kemenkes

Wong Donna L. ( 2008 ). Buku Ajaran Keperawatan Pediatrik. Vol 2. EGC : Jakarta.

Ngastiyah. ( 2005 ). Perawatan Anak Sakit Edisi Dua. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jakarta

Nurasalam ( 2008 ). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Hidayat A. A. A. ( 2006 ). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta. Salemba

Medika.
North American Nursing Diagnosis Association ( NANDA ). ( 2016 ). Diagnosis

Keperawatan 2009 – 2011. Jakarta : EGC

Nurasalam. ( 2011). Manajemen Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai