Disusun Oleh :
Disusun Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunianya sehingga dapat terselesaikan tugas Karya Ilmiyah Akhir dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pasien Diabetes Melitus Dengan Masalah Ketidakstabilan
Glukosa Darah di Ruang Dahlia Di RSI UNISMA Kota malang” sebagai
persyaratan untuk memperoleh gelar Ners Stikes Widyagama Husada Malang.
Dalam menyusun Karya Ilmiyah Akhir ini banyak kekurangan ataupun
kesulitan yang saya hadapi karena keterbatasan kemampuan penulis, oleh
karena itu penulis menyampaikan banyak terima kasih dan penghargaan yang
tidak terhingga kepada :
i
ABSTRAK
ii
ABSTRACT
iii
DAFTAR ISI
COVER .........................................................................................................
ABSTRAK.....................................................................................................ii
ABSTRACT.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
iv
2.2.2 Etiologi Ketidakstabilan Gula Darah.............................................17
2.2.3 Patofisiologi .................................................................................18
2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
pada Diabetes Militus Tipe 2........................................................19
2.2.5 Tanda dan Gejala Ketidakstabilan Gula Darah.............................20
2.3. Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................20
2.3.1 Pengkajian....................................................................................20
2.3.2 Diagnosa Keperawatan................................................................28
2.3.3 Intervensi .....................................................................................29
2.3.4 Implementasi ...............................................................................30
2.3.5 Evaluasi .......................................................................................30
BAB III METODELOGI PENELITIAN.........................................................30
3.1. pendekatan...................................................................................31
3.2. Batasan Istilah...............................................................................31
3.3. Unit Analisis...................................................................................31
3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian.........................................................32
3.5. Pengumpulan Data .......................................................................32
3.6. Uji Keabsahan Data .....................................................................32
3.7. Analisa Data .................................................................................34
3.8. Etik Penelitian................................................................................34
4.1. Hasil..............................................................................................35
1. Gambar lokasi pengambilan data............................................35
2. Data Asuhan Keperawatan medikal bedah..............................35
4.2. Pembahasan.................................................................................51
1. Pengkajian keperawatan ........................................................51
2. Diagnosa keperawatan............................................................52
3. Intervensi.................................................................................53
4. Implementasi ..........................................................................54
BAB V PENUTUP......................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................57
v
LEMBAR KONSULTASI PEMBIMBING I...................................................59
vi
DAFTRA TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
Daftar lampiran
ix
BAB I
PENDAHULUAN
hiperglikemia atau kadar gula dalam darah meningkat, serta adanya kelainan
diderita dalam jangka waktu lama atau bersifat permanen. Diabetes Melitus
2018).
Melitus tipe I dan Diabetes Melitus tipe II. Diabetes Melitus tipe I ditunjukkan
Penyakit Diabetes Melitus tipe II, yang tidak tertangani dengan baik dapat
x
Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) prevalensi
Diabetes Melitus global pada tahun 2019 diperkirakan sekitar 9,3% (463 juta
orang), naik menjadi 10,2% (578 juta) pada tahun 2030 dan 10,9% (700 juta)
sebanyak 113 juta jiwa dengan prevalensi DM sebesar 14,7 pada daerah
urban dan 7,2 % pada daerah rural sehingga diperkira kan pada tahun
pertambahan penduduk diperkirakan pada tahun 2030 nanti aka ada 194
pada urban dan 13,9 juta didaerah rural.laporan hasil riset Kesehatan dasar
Sakit Islam Unisma Kota Malang sebanyak 500 pasien menderita Diabetes
xi
wawancara dengan perawat Ruang Dahlia prevelensi Diabetes Melitus
insulin. Hal ini dapat disebabkan karena ketidakpatuhan dalam pola makan
yang tinggi dari tahun ke tahun yaitu sebanyak 13% dari populasi didiagnosis
pembuluh darah. Komplikasi diabetes melitus yang sering terjadi antara lain
stroke serta risiko kematian penderita diabetes secara umum adalah dua kali
bahwa peningkatan glukosa darah yang tidak dikelola dengan baik akan
xii
glukosa darah menyebabkan kondisi imunosupresan sehingga
kerusakan sel otak dan stroke. Hal ini sejalan dengan penelitian Hendriana
& Hermansyah (2017) bahwa peningkatan kadar glukosa darah yang tidak
pada jantung, pembuluh darah, mata, ginjal dan persyarafan. Beberapa dari
pada organ tubuh terutama jantung, mata, ginjal, saraf, pembuluh darah
(Erlina, 2018).
dengan ketidakstabilan kadar glukosa darah bila tidak ditangani dengan baik
maka akan beresiko menyebabkan komplikasi. Jika hal ini berlanjut dan
bertambah parah maka akan terjadi perubahan serius dalam kimia darah
asuhan keperawatan yang dapat diberikan kepada klien agar klien tidak
kadar glukosa darah yang berujung pada kematian dalam bentuk tindakan
xiii
minuman yang banyak mengandung kadar gula tinggi, dan sering
olahraga yang teratur dengan porsi yang cukup dapat membantu mengontrol
yang akan diderita seumur hidup.oleh karenah itu diperlukan edukasi kepada
karya tulis ilmiah dalam bentuk asuhan keperawatan pasien Diabetes Melitus
Kota malang.
xiv
Karya Ilmiyah Akhir ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan pada klien
1.2. TUJUAN
Kota Malang.
xv
xvi
1.4 MANFAAT
1.4.1 TEORITIS
1.4.2 PRAKTIS
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai hasil yang
yang tepat.
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan sebagai data dasar dalam penelitian lebih
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.4.1 Definisi
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar
karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin
secara relatif maupun absolut. Apabila kondisi ini dibiarkan tidak terkendali, maka
akan terjadi komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang
Proses kerja insulin atau keduanya. Diabetes Melitus adalah gangguan metabolik
hormon insulin, menurunnya efek insulin atau keduanya. Pada diabetes melitus
gula menumpuk dalam darah sehingga gagal masuk kedalam sel. Kegagalan
tersebut terjadi akibat hormon insulin jumlahnya kurang atau cacat fungsi.
klasik seperti poliuria, polidipsia dan polifagi disertai dengan kadar gula darah
sewaktu >200 mg/dl dan gula darah puasa >126 mg/dl (PARKENI, 2011)
18
2.4.2 Etiologi
1. Obesitas
diseluruh tubuh sehingga insulin yang sudah ada menjadi berkurang efektif
pada tubuh, maka semakin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila
lemak tubuh terkumpul di daerah perut (central obesity). Indeks Massa Tubuh
(IMT) merupakan cara atau alat yang sederhana untuk memantau status gizi
berat badan. Perhitungan berat badan ideal sesuai dengan IMTmenurut WHO
(2014), yaitu:
IMT = 𝐵𝐵 (𝑘𝑔)
𝑇𝐵¿
19
2. Usia
melitus. Diabetes melitus terjadi pada orang dewasa setengah baya paling
bahwa risiko seorang terkena penyakit diabetes melitus akan lebih besar
ketika ibunya memiliki penyakit DM. Resiko terbesar bagi anak terserang
diabetes jika salah satu atau kedua orang tua mengalami diabetes sebelum
berumur 40 tahun.
4. Jenis Kelamin
besar dialami oleh perempuan dari pada laki-laki, hal tersebut disebabkan
karena perempuan memiliki indeks masa tubuh yang lebih besar. Pasca
20
5. Tekanan darah tinggi (Hipertensi)
melebihi batas normal. Dikatakan tekanan darah tinggi apabila tekanan darah
sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Tekanan
darah tinggi adalah kondisi yang terjadi ketika sejumlah darah dipompakan
2.4.3 Patofisiologi
Diabetes Melitus disebabkan oleh faktor usia, genetik dan obesitas yang
menjadikan sel beta pankreas mengalami penurunan fungsi dalam tubuh manusia.
sekresi insulin yang seharusnya didapat oleh tubuh. Gangguan sekresi insulin
mempengaruhi tingkat produksi insulin, sekresi insulin yang tidak adekuat membuat
Penurunan sekresi intra sel menjadikan insulin tidak terikat dengan reseptor
khusus pada permukaan sel yang pada akhirnya gula dalam darah tidak dapat
dibawa masuk oleh sel. Gula yang tidak dapat masuk ke dalam sel mengakibatkan
yang tidak teratur serta ketidakpatuhan dalam diet mengakibatkan glukosa dalam
21
Obesitas, usia Genitik
Ketidakseimbangan
produksi insulin
Hiperglikemia
22
2.4.5 Manifestasi Klinik Diabetes Melitus
awal pada pasien Diabetes Melitus, namun penurunan berat badan tersebut tidak
signifikan dan tidak terlalu diperhatikan. Sebagian besar penderita Diabetes Melitus
yang baru terdiagnosis memiliki berat badan yang berlebih. Menurut Rahmasari (2019)
gejala lain yang biasa muncul pada pasien Diabetes Melitus sebagai berikut:
darah sudah mencapai kadar “ambang ginjal”, yaitu 180 mg/dl pada ginjal yang
normal. Dengan kadar glukosa darah 180 mg/dl, ginjal sudah tidak bisa
Hal ini terjadi karena tingginya kadar glukosa darah yang menyebabkan
dehidrasi berat pada sel di seluruh tubuh. Hal ini terjadi karena glukosa tidak dapat
dengan mudah berdifusi melewati pori-pori membran sel. Rasa lelah dan
besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi. Aliran darah yang buruk
Glukosa sebagai hasil metabolisme karbohidrat dalam tubuh tidak dapat masuk ke
23
4. Rasa lelah dan kelamahan otot
Rasa lelah dan kelamahan otot terjadi karena adanya gangguan aliran darah,
glukosa sebagai energy sehingga hal ini membuat orang merasa lelah (Tarwoto,
2012).
akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur-unsur protein.Akibat
6. Kelemahan tubuh
dilakukan oleh sel dalam tubuh melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung
penyembuhan luka kita butuh protein dan unsur makan yang lain. Pada penderita
diabetes melitus bahan protein banyak di formulasikan untuk kebutuhan energi sel
mengalami gangguan dalam masa penyembuhan luka.Selain itu luka yang sulit
2.4.6 Komplikasi
24
a. Diabetes Ketoasidosis
normal jika terjadi secara periodik namun akan menjadi masalah serius jika
b. Hiperglikemia
Komplikasi ini merupakan air dalam cairan sel ditarik keluar dari sel-sel
dalam urine. Jika cairan dalam sel yang keluar tidak diganti maka akan muncul
efek osmotic karena kadar glukosa tinggi dan hilangnya air yang kemudian akan
c. Hipoglikemia Atau kondisi tidak normal akibat glukosa darah yang rendah.
mengalami semacam rasa takut dan bergerak panik. Hal ini disebabkan oleh
banyak atau salah waktu olahraga, dan tidak cukup asupan makanan (Hasdianah,
2015).
2. Komplikasi Kronik
a. Makroangiopati
mengambil glukosa lebih dari biasanya karena sel-sel tersebut tidak tergantung
25
b. Mikroangiopati
dan kerusakan membran diantara jaringan dan pembuluh darah sekitar. Terjadi
pada penderita diabetes melitus yang terjadi neuropati, nefropati, dan retinopati.
Nefropati terjadi karena perubahan mikrovaskuler pada struktur dan fungsi ginjal
dalam retina karena penurunan protein dalam retina. Hal ini mengakibatkan
26
Tabel 2.2 kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimetik
sebagai patokan penyaring.
Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl)
Kadar gula darah Diabetes Belum pasti
sewaktu Melitus Diabetes Melitus
Plasma vena >200 100-200
Darah kapiler >200 80-100
Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl)
Kadar gula darah Diabetes melitus Belum pasti
puasa diabetes melitus
Plasma vena >120 110-120
Darah kapiler >110 90-110
2. Kriteria diagnostic WHO untuk Diabetes Melitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
3. Pemeriksaan laboratorium
Jenis tes pada pasien diabetes melitus dapat berupa tes saring, tes diagnostic, tes
4. Tes saring
a. GDP , GDS
5. Tes diagnostic
Tes-tes diagnostic pada Diabetes Melitus adalah : GDP, GDS, GD2PP (Glukosa
27
6. Tes monitoring terapi
a. Mikroalbuminuria : urin
2.4.8 Penatalaksanaan
ada empat pilar sesuai dengan Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
Melitus di Indonesia tahun 2015, adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
melitus.
28
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah,
tekanan darah, berat badan dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara
komprehensif, seperti :
dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang
dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masingmasing individu. Pada
jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada individu yang
menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin. Standar yang dianjurkan
adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat 60-
70%, lemak 20-25% danprotein 10-15%. Untuk menentukan status gizi, dihitung
dengan BMI (Body Mass Indeks). Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass
Index (BMI) merupupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau
status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30
contoh adalah olah raga ringan jalan kaki biasa selama 30 menit. Hindarkan
kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas malasan (Soebagijo, 2015)
3. Pendidikan Kesehatan
29
diberikan kepada pasien yang sudah mengidap diabetes melitus dengan penyulit
menahun(Soebagijo, 2015)
4. Farmakoterapi
Melitus.
a. Obat
1) Golongan Sulfoniluria
Cara kerja golongan ini adalah merangsang sel beta pankreas untuk
2) Golongan Biguanid
insulin.
30
b. Insulin
Dari sekian banyak jenis insulin menurut cara kerjanya yaitu yang
bekerja cepat (Reguler Insulin) dengan masa kerja 2-4 jam, kerjanya sedang
(NPN) dengan masa kerja 6-12 jam, kerjanya lambat (Protamme Zinc
glukosa darah mengalami kenaikan atau penurunan gula darah dari rentang normal
Keadaan ini disebabkan karena stres, infeksi, dan konsumsi obat - obatan tertentu.
karena ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-
pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl, pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200
mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75
31
Menurut Nurarif, A., H & Kusuma, H. (2015) menjelaskan bahwa terdapat
1.
2.
2.1.
2.2.
2.2.1.
sel beta yang tidak mampu menghasilkan insulin atau mampu tetapi jumlah insulin
tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Hiperglikemia adalah gejala khas DM Tipe II.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan gangguan kadar glukosa darah diantaranya
resistensi insulin pada jaringan lemak, otot, dan hati. Kenaikan produksi glukosa oleh
hati serta kekurangan sekresi insulin oleh pankreas. Ketidakstabilan kadar glukosa
darah (hipoglikemia) biasanya muncul pada klien diabetes melitus yang bertahun-
tahun. Keadaan ini terjadi karena mengkonsumsi makanan sedikit atau aktivitas fisik
yang berat (Setyoadi et al., 2018). Selain kerusakan pankreas dan resistensi insulin
beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya ketidakstabilan kadar glukosa dalam
darah adalah pola makan, aktivitas, dan pengobatan klien DM tipe II (Soegondo,
32
Hasil pemeriksaan gula darah sangat bervariasi, tergantung metabolisme
makanan menjadi gula oleh tubuh, serta bagaimana tubuh mengolah gula. Bila anda
melakukan sendiri pemeriksaan gula darah, hal ini akan membantu mengerti
mengapa gula naik atau turun dan bagaimana mengatasinya. Selain itu, dapat
mengetahui naik turunnya gula dari jam ke jam, dari hari ke hari.
1. Makanan
2. Hati
4. Obat
5. Penyakit
menurun, sehingga kadar gula dalam plasma menjadi tinggi (Hiperglikemia). Jika
hiperglikemia ini parah dan melebihi dari tahap ginjal maka timbul glukosuria.
kemih (poliuri) dan timbul rasa haus (polidipsi) sehingga terjadi dehidrasi.
Pada gangguan sekresi insulin berlebihan, kadar glukosa akan dipertahankan pada
tingkat normal atau sedikit meningkat. Tapi, jika sel beta tidak mampu
Selain itu pola makan juga bisa mempengaruhi ketidakstabilan kadar glukosa darah
pada penderita DM tipe II. Ketidakstabilan kadar glukosa darah hipoglikemia terjadi
glukosa terjadi pada waktu sesudah makan 5-6 jam. Keadaan ini menyebabkan
33
penurunan sekresi insulin dan peningkatan hormon kontra regulator yaitu glukagon
dan epinefrin.
glukosa darah yang mendadak. Hormon tersebut akan memacu glikonolisis dan
glucaneogenesis serta proteolysis di otot dan liolisi pada jaringan lemak sehingga
tersedia bahan glukosa. Penurunan sekresi insulin dan peningkatan hormon kontra
dan glukosa yang jumlahnya terbatas disediakan hanya untuk jaringan otak
Diabetes Militus.
Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kadar gula darah pada penderita
Diabetes Melitus, antara lain lama menderita diabetes, obesitas, aktivitas fisik, jenis
1. Usia
menurun sehingga produksi insulin oleh sel beta pankreas juga ikut terganggu.
1. Terapi
2. Diet
Diet adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kadar glukosa darah. Diet
pada pasien Diabetes Melitus dapat membatu mengatur jumlah kalori dan
34
karbohidrat. Jika supan kalori dan karbohidrat pada pasien tidak teratur maka
5. Serta kadar glukosa dalam darah / urin relatif tinggi. (PPNI, 2016).
2.6.1 Pengkajian :
1. Biodata
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan
2. Riwayat kesehatan
35
Keluhan utama : Keluhan utama yang biasanya dirasakan oleh klien Diabetes
Melitus yaitu badan terasa sangat lemas sekali disertai dengan penglihatan kabur,
Keluhan dominan yang dialami klien adalah munculnya gejala sering buang
air kecil (poliuria), sering merasa lapar dan haus (polifagi dan polidipsi), luka sulit
untuk sembuh, rasa kesemutan pada kaki, penglihatan semakin kabur,cepat merasa
mengantuk dan mudah lelah, serta sebelumya klien mempunyai berat badan
berlebih.
kondisi suatu penyakit dan mengkonsumsi obat-obatan atau zat kimia tertentu.
Penyakit yang dapat menjadi pemicu timbulnya Diabetes Melitus dan perlu dilakukan
pengkajian diantaranya:
a. Penyakit pankreas
c. Gangguan hormonal
1) Furosemid (diuretik)
2) Thiazid(diuretik).
gen yang dapat mengakibatkan tubuhnya tidak dapat menghasilkan insulin dengan
baik.
6. Riwayat kehamilan
Pada umumnya Diabetes Melitus dapat terjadi pada masa kehamilan, yang
terjadi hanyalah pada saat hamil saja dan biasanya tidak dialami setelah masa
36
kehamilan serta diperhatikan pula kemungkinan mengalami penyakit Diabetes
7. Riwayat psikososial
Diabetes Melitus dapat terjadi jika klien pernah mengalami atau sedang
mengalami stress baik secara fisik maupun emosional (yang dapat meningkatkan
kadar hormone stress seperti kortisol, epinefrin, dan glukagon) yang dapat
Bagi penderita Diabetes Melitus selalu ingin makan tetapi berat badan
semakin turun, cenderung mengkonsumsi glukosa berlebih dengan jam dan porsi
yang tidak teratur, karena glukosa yang ada tidak dapat ditarik kedalam sel
sehingga terjadi penurunan masa sel. Pada pengkajian intake cairan yang terkaji
b. Pola eliminasi
satu hingga dua kali perhari dengan warna kekuningan, sedangkan pada
eliminasi buang air kecil. Jumlah urin yang banyak akan dijumpai baik secara
c. Pola aktivitas
fisik, kram otot, penurunan tonus otot, gangguan istirahat dan tidur, takikardi atau
takipnea pada saat melakukan aktivitas hingga terjadi koma. Adanya luka
37
secara maksimal serta mudah mengalami kelelahan. Penderita Diabetes Melitus
mudah jatuh karena penurunan glukosa pada otak akan berakibat penurunan
malam hari (Poliuria) yang mengakibatkan pola tidur dan waktu tidur penderita
identitas diri akibat tidak bekerja, perubahan gambaran diri karena mengalami
f. Aktualisasi diri
jika klien sudah mengalami penurunan harga diri maka klien sulit untuk
melakukan aktivitas di rumah sakit enggan mandiri, tampak tak bergairah, dan
2014).
h. Pemeriksaan Fisik
apatis tergantung kadar gula yang tidak stabil dan kondisi fisiologi untuk
38
3) Tanda tanda vital
- Frekuensi nadi dan tekanan darah : takikardi dan hipertensi dapat terjadi
mengalami komplikasi infeksi pada luka atau pada jaringan lain. Sedangkan
Kurus ramping pada Diabetes Melitus fase lanjutan dan lama tidak
atau gendut merupakan fase awal penyakit atau penderita lanjutan dengan
pengobatan yang rutin dan pola makan yang masih belum terkontrol. (Willem
Pieter, 2013)
5) Kulit
turgor kulit. Pada klien yang menderita Diabetes Melitus biasanya ditemukan:
39
6) Kuku Warna : pucat, sianosis terjadi karena penurunan perfusi pada kondisi
7) Kepala
a) Inspeksi
nutrisi kurang, tekstur halus atau kasar penyebaran jarang atau merata,
kwantitas tipis atau tebal pada kulit kepala terdapat benjolan atau lesi
antara lain : kista pilar dan psoriasis yang rentan terjadi pada penderita
b) Palpasi
8) Mata
a) Inspeksi
gula dalam cairan lensa mata naik. Konjungtiva anemis pada penderita
yang kurang tidur karena banyak kencing pada malam hari. Kesimetrisan
pada mata. penglihatan yang kabur dan ganda serta lensa yang keruh
b) Palpasi
Saat dipalpasi bola mata teraba kenyal, tidak teraba nyeri tekan.
9) Hidung
a) Inspeksi
40
pada hidung seperti polip, peradangan, adanya sekret atau darah yang
keluar, kesulitan bernafas atau adanya kelainan bentuk dan kelainan lain
b) Palpasi
Ada tidaknya nyeri tekan pada sinus dan tidak ada benjolan
10) Telinga
a) Inspeksi
b) Palpasi
a) Inspeksi
tonsil), adanya karies gigi, terdapat stomatitis, air liur menjadi lebih kental,
gigi mudah goyang, serta gusi mudah bengkak dan berdarah. Adakah bau
b) Palpasi
12) Leher
a) Inspeksi
b) Palpasi
41
13) Thorax
a) Inspeksi
Persebaran warna kulit, ada tidaknya bekas luka, ada tidaknya sesak
b) Palpasi
c) Perkusi
d) Auskultasi
Ada atau tidaknya suara nafas tambahan seperti ronchi dan whezzing di
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Perkusi
d) Auskultasi
a) Inspeksi
42
Warna kulit merata, ada atau tidaknya lesi, bentuk abdomen apakah
datar, cembung, atau cekung. Kaji adanya mual atau muntah disebabkan
kehilangan nafsu makan. Terjadi peningkatan rasa lapar dan haus pada
b) Auskultasi
c) Palpasi
Ada massa pada abdomen, kaji ada tidaknya pembesaran hepar, kaji
ada tidaknya asites, ada atau tidaknya nyeri tekan pada daerah ulu hati
d) Perkusi
jaringan padat.
a) Inspeksi
terasa panas dan sakit, terdapat keputihan pada daerah genetalia, ada
17) Ekstremitas
a) Inspeksi
Kaji persebaran warna kulit, kaji turgor kulit, akral hangat, sianosis,
cepat lelah, lemah dan nyeri, serta adanya gangrene di ekstermitas, amati
43
kesemutan atau kebas pada ekstermitas merupakan tanda dan gejala
b) Palpasi
9. Pemeriksaan diagnostik
1) Glukosa darah : gula darah puasa lebih dari 130 ml/dL , tes toleransi glukosa
8) Urine : gula darah aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
10) HbA1c : rata-rata gula darah selama 2 hingga 3 bulan terakhir yang digunakan
44
1) Definisi
2) Penyebab
Subjectif Objectif
Hiperglikemia 1. Kadar glukosa dalam darah/ urin tinggi
1. Lelah atau
lesu
Subjectif Objectif
Hiperglikemia 1. Jumlah urin meningkat
1. Mulut kering
2. Haus
meningkat
a) Diabetes Melitus
b) Ketoasidosis diabetik
c) Hipoglikemia
d) Hiperglikemia
e) Deabetes Gastasional
2.6.3 Intervensi
yaitu:
45
Tabel 2.5 intervensi
2.6.4 Implementasi
46
intervensi (Setiadi, 2015). Implementasi merupakan realisasi tindakan untuk
selama dan sesudah pelaksanaan tindakan dan menilai data yang baru
Kota Malang.
2.6.5 Evaluasi
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.
3.4 Pendekatan
47
Metode penelitian dalam menyusun karya tulis ilmiah ini, penulis
menggunakan metode deskriptif yang menggambarkan studi kasus dan metode studi
yang dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada data faktual dari
penyimpulan. Fenomenal disajikan apa adanya tanpa manipulasi dan peneliti tidak
(Nursalam, 2016).
Karya tulis ilmiah studi kasus ini adalah untuk mengeksplorasi masalah
Asuhan keperawatan pada 2 klien yang terdiagnosa medis Diabetes Melitus type 2
dengan masalah ketidakstabilan kadar glukosa darah, yang dirawat inap Diruang
1. Klien yang terdiagnosa medis Diabetes Melitus type 2 dengan atau tanpa
2. Klien yang mengalami hiperglikemi kadar gula puasa ≥130mg/dl, kadae gula
Pada penelitian ini menjadi partisipasi adalah 2 klien diabates mellitus type 2
dengan masalah ketidakstabilan glukosa darah yang dirawat inap di Ruang Dahlia
48
Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap Dahlia RSI Unisma Kota
2022.
masalah ketidakstabilan glukosa darah di Ruang Dahlia RSI Unisma Kota Malan.
1. Wawancara
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit keluarga, data psikososial, dan pola
fungsi kesehatan). Sumber data dari klien, keluarga dan perawat jaga.
memantau GDA, memantau asupan makanan dan olahraga pada klien, serta
3. Studi Dokumen
Studi dokumen untuk melengkapi hasil penelitian yang didapatkan dari rekam
Uji keabsahan data untuk membuktikan kualitas data yang diperoleh dalam
penelitian sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Uji keabsahan data
meliputi uji kreadibilitas data (validitas internal), uji depenabilitas (reliabilitas) data,
49
(obyektivitas). Menurut Sugiyono, (2017) pengujian keabsahan data pada penelitian
1. Uji Kredibilitas
sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru sehingga informasi yang
didapat lebih mendalam dan pasti kebenarannya. Selain itu ketekunan dalam
didapat kemudian akan dicermati secara maksimal oleh peneliti. Peneliti juga
dari beberapa sumber. Pada penelitian ini informasi diambil dari ibu post partum
2. Uji Transferabilitas.
dan jelas. Peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang
serinci mungkin, jelas, sistematis dan dapat dipercaya. Dengan proses tersebu
3. Uji Depenabilitas.
Uji depenabilitas merupakan uji yang mana diketahui dari jejak aktivitas
4. Uji Konfirmabilitas.
Uji konfirmabilitas uji yang dinilai melalui proses penelitian yang dilakukan
oleh peneliti. Uji ini serupa dengan uji depenabilitas sehingga dapat dilakukan
50
secara bersamaan. Uji ini adalah pengujian menguji hasil penelitian yang
1. Pengumpulan data
2. Mereduksi data
kemanusiaan, privasi dan hak objek penelitian, memisahkan apa yang seharusnya
dilakukan dan apa yang seharusnya tidak boleh dilakukan (Suwarjana, 2012). Etika
Lembar persetujuan diberikan pada subjek yang akan diteliti. Kemudian penulis
menjelaskan maksud dan tujuan yang akan dilakukan, serta dampak yang
persetujuan, jika responden menolak untuk diteliti, tidak akan memaksa dan
3. Confidentiality (kerahasiaan)
51
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok
BAB IV
3.
4.
4.1. Hasil
Pengambilan data pada studi kasus ini di Dahlia RSI Unisma Kota Malang. yang
beralamat di JL. Mayjen haryono No 139,Dinoyo Kec Lowokwaru ,Kota Malang jawa
2023 di RSI Unisma Kota Malang. bahwa Prevelensi Diabetes Melitus di Rumah Sakit
islam UNISMA kota malang sebanyak 800 pasien pada tahun 2023 (Rekam Medis,
2023). Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat Ruang Dahlia kota malang
prevelensi Diabetes Melitus sendiri sebanyak 8 pasien penderita Diabetes Melitus dan 2
pasien dengan hiperglikemia pada bulan Desember 2023 (Perawat Ruangan, 2023).
1.
2.
3.
4.
4.1.
4.1.1.
1) Identitas klien
52
Tabel 4.1 identitas klien
Usia 52 38
Jenis kelamin L p
No RM 263981 261075
53
TD : 100/70 mmHg, Nadi 70 masil lemas dan sering haus
x/mnt, RR 18x/mnt, suhu: 36,7o jadi selalu minum. Hasil
C dan hasil GDA 500 mg/dl. pemeriksaan TTV didapatkan
Saat dilakukan pengkajian pada TD : 141/70 mmHg,
tanggal ( 23/01/2022) klien Nadi : 101 x/menit
mengatakan badan terasa Suhu : 36,80C
lemas dan nyeri kaki. Hasil RR : 18 x/mnt
pemeriksaan TTV didapatkan SPO2 : 98%
TD : 127/73 mmHg, Hasil lab GDA : 382 mg/dl
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,50C
RR : 20 x/mnt
SPO2 : 98%
Hasil lab GDA : 389 mg/dl
4) Pemeriksaan fisik
Tabel 4.4 pemeriksaan fisik
54
ekstremitas atas bagian kiri ekstremitas atas bagian
dan terdapat luka di kaki kanan, klien terpasang
kanan serta kedua jari-jari kateter urin tanpak kuning
kaki tanpak hitam. Kekuatan pekat, volume 200 cc dan
otot 5553 bau khas.
Kesadaran Composmentis Composmentis
GCS 4-5-6 4-5-6
TD 127/73 mmHg 141/70 mmHg,
Nadi 84 x/menit 101 x/menit
Suhu 36,50C 36,80C
RR 20 x/mnt 18 x/mnt
SPO2 98% 99 x/mnt
GDS 376 mg/dl 382 mg/dl
Pemeriksaan kulit & - Inspeksi : Kulit berwarna - Inspeksi : Warna kulit
Kuku sawo matang dengan putih cerah, persebaran
persebaran warna kulit warna kulit merata, tidak
merata, terdapat luka ada lesi, tidak ada bekas
pada ekstermitas bawah luka, kuku tampak
kanan bagian jari dengan pendek bersih dan rapi
warna kehitaman pada - Palpasi : Kondisi kulit :
daerah disekitar luka, lembab, CRT < 2 detik
kuku tampak pendek
- Palpasi : Kondisi kulit
agak sedikit kering, CRT
< 2detik
Kepala & leher Inspeksi : Inspeksi :
Bentuk kepala : normal Bentuk kepala : normal
Rambut : persebaran warna Rambut : persebaran warna
rambut tidak merata rambut merata, berwarna
sebagian berwarna putih hitam
Kondisi kepala bersih , tidak Kondisi kepala : bersih,
terdapat lesi tidak terdapat lesi
Palpasi : tidak ada nyeri Palpasi : tidak ada nyeri
tekan tekan
Pemeriksaan Mata - Inspeksi : mata simetris - Inspeksi : mata simetris
kanan dan kiri, kanan dan kiri,
konjungtiva merah muda, konjungtiva merah
terdapat kantung mata, muda, terdapat kantung
reflek cahaya baik mata, reflek cahaya baik
- Palpasi : tidak terdapat - Palpasi : tidak terdapat
nyeri tekan nyeri tekan
Pemeriksaan hidung - Inspeksi : Persebaran - Inspeksi : Persebaran
warna kulit merata, tidak warna kulit merata, tidak
ada pendarahan, tidak ada pendarahan, tidak
terdapat sekret. terdapat sekret.
- Palpasi : Tidak terdapat - Palpasi : Tidak terdapat
nyeri tekan pada area nyeri tekan pada area
sinus sinus
Pemeriksaan mulut - Inspeksi : Mukosa bibir - Inspeksi : Mukosa bibir
tampak kering tampak kering
- Palpasi : Tidak terdapat - Palpasi : Tidak terdapat
nyeri tekan nyeri tekan
Thorak & Dada Jantung Jantung
- Inspeksi : bentuk dada - Inspeksi : bentuk dada
55
simetris, tidak terlihat ictus simetris, tidak terlihat
cordis ictus cordis
- Palpasi : teraba ictus - Palpasi : teraba ictus
cordis pada Ics IV cordis pada Ics IV
- Perkusi : normal - Perkusi : normal
- Auskultasi : terdengar - Auskultasi : terdengar
suara S1 S2 tunggal suara S1 S2 tunggal
Paru-paru Paru-paru
- Inspeksi : irama - Inspeksi : irama
pernafasan reguler, RR pernafasan reguler, RR
20x/mnt 20x/mnt
- Palpasi ; tidak ada nyeri - Palpasi ; tidak ada nyeri
Tekan Tekan
- Perkusi : terdengar suara - Perkusi : terdengar
sonor suara sonor
- Auskultasi : suara Auskultasi : suara vasikuler
vasikuler
Payudara & Ketiak Tidak ada benjolan Tidak ada benjolan
Punggung dan tulang Tidak terdapat luka dikubitus Tidak terdapat luka
belakang dikubitus
Abdomen - Inspeksi : bentuk - Inspeksi : bentuk
abdomen normal, tidak abdomen normal, tidak
ada lesi tidak ada luka ada lesi tidak ada luka
bekas operasi atau luka bekas operasi atau luka
- Auskultasi : terdengar - Auskultasi : terdengar
bising usus 10x/menit bising usus 10x/menit
- Palpasi : tidak ada nyeri - Palpasi : tidak ada nyeri
tekan di bagian abdomen tekan di bagian
- Perkusi : terdengar suara abdomen
timpani - Perkusi : terdengar
suara timpani
Genetalia & Anus Klien mengatakan tidak ada Klien mengatakan tidak ada
keluhan apapun keluhan apapun
Ekstremetas Inspeksi : Inspeksi :
- Persebaran warna kulit - Persebaran warna kulit
tidak merata, antara merata, simetris antara
ekstermitas atas dan ekstermitas atas dan
bawah. Pada jari- jari kaki bawah, akral hangat,
kanan warna kulit tanpak klien tampak lemas dan
hitam, dan area luka, luka mudah lelah pada saat
tanpak kecil dan di tutup dilakukan pengkajian,
kassa dan dibalut tidak ada luka bekas
menggunakan kassa operasi, tidak ada lesi
gulung, kassa tanpak - Terpasang infus NS 20
bersih dan rapi. tpm ukuran 20 di tangan
Palpasi : saat di raba area kiri.
luka terdapat nyeri tekan Palpasi : tidak terdapat nyeri
Kekuatan Otot tekan pada ekstermitas atas
dan bawah, tidak ada
petting edema. Kekuatan
otot
56
5) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien 1 dilakukan pada tanggal 22 Januari 2022 dan
klien 2 pada tanggal 26 Januari 2022.
Tabel 4.5 pemeriksaan penunjang
57
Pemeriksaan Hasil klien 1 Hasil klien 2 Nilai normal Satuan
WBC 20.04 24.94 {4.50-11.50} 10^3/uL
RBC 4.1 4.7 {4.2-6.1} 10^6/uL
HGB 12.6 12.6 {14.0-17.5} g/dl
HCT 38.5 37.3 {37.0-52.0} %
PLT 447 445 {152-396} 10^3/uL
MCV 95.2 98.1 {79.0-99.0} Fl
MCH 31.2 27.9 {27.0-31.0} Pg
MCHC 32.8 33.8 {33.0-37.0} g/dl
RDW-CV 13.2 12.7 {11.5-14.5} %
HDW 2.26 2.42 {2.20-3.20}
PDW 53.4 63.2 {9.0-17.0} Fl
MPV 8.1 8.6 {9.0-13.0} Fl
PCT 0.4 0.4 {0.2-0.4} %
EO% 0.90 1.20 {0.00-3.00} %
BASO% 0.30 0.20 {0.00-1.00} %
NEUT% 85.7 85.8 {50.0-70.0} %
LYMPH% 5.4 4.1 {25.0-40.0} %
MONO% 5.8 7.0 {2.0-8.0} %
LUC% 1.90 1.70 {0.00-4.00}
EO 0.18 0.30 10^3/uL
BASO 0.07 0.05 10^3/uL
MONO 1.16 1.75 10^3/uL
NEUT 17.2 21.4 {2.0-140} 10^3/uL
LYMPH 1.1 1.0 {0.8-4.0} 10^3/uL
LUC 0.38 0.42 {0.00-0.40}
KIMIA
KIMIA KLINIK
58
6) Analisa data
Tabel 4.6 analisa data
MASALAH
DATA ETIOLOGI
Klien KEPERAWATAN
Klien 13 Klien 2
Klien DS DS Obesitas, usia, genetik Ketidakstabilan
Klien mengatakan badan lemas Klien mengatakan badan
1 kadar glukosa
Klien mengatakan kurang lebih terasa lemas DM type 2
Klien mengatakan punya darah ( D.0027)
satu tahun setiap habis makan
riwayat DM sudah 2 tahun Sel beta pankreas
badan terasa lemas, klien penurunan fungsi
yang lalu, namun tidak bisa
mengatakan suka minum susu mengontrol pola makan, klien
indomilk sebelum berangkat kerja selalu merasa haus yang Gangguan sekresi insuline
dan tidak suka minum air putih berlebihan dan suka minum
Klien mengatakan ayahnya punya teh. Sekresi insuline menurun
riwayat penyakit Dm tapi ayahnya Klien mengatakan bahwa klien
tidak memiliki riwayat penyakit Ketidak seimbangan
sudah meninggal 10 tahun yang
keturunan DM, hipertensi atau produksi insuline
lalu.
penyakit keturunan lainnya.
Gejala tanda mayor Gejala tanda Mayor Penurunan sekresi intrasel
Lelah atau lesu Lelah atau lesu
Gejala dan tanda Minor Insulin tidak terkait khusus
Gejala dan tanda Minor dengan reseptor khusus
Mulut kering Mulut kering dan haus meningkat pada permukaan sel
DO DO
K/U : klien tanpak lemah Keadaan umum cukup Gula darah tidak dapat di
Kesadaran : composmentis Kesadaran komposmentis bawa masuk oleh sel
59
GCS : 4-5-6 GCS 456 Glukosa dalam darah tidak
Mukosa Bibir tanpak kering Bibir tanpak kering stabil
Hasil pemeriksaan TTV didapatkan Hasil pemeriksaan TTV
didapatkan TD : 141/70 mmHg, Ketidakstabilan kadar
TD : 127/73 mmHg, Nadi : 84 glukosa darah
Nadi : 101 x/menit Suhu : 36,80C
x/menit Suhu : 36,50C RR : 20 RR : 18 x/mnt SPO2 : 98%
x/mnt SPO2 : 98% Gejala dan tanda Mayor
Gejala dan tanda Mayor Kadar glukosa dalam darah tinggi
Kadar glukosa dalam darag tinggi : yaitu GDA : 382 mg/dl
GDA : 376 mg/dl Gejala dan tanda minor
Gejala dan tanda Minor Jumlah urin 200 cc
-
7) Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.7 diagnosa keperawatan
Tanda Mayor dan Minor pada
No Klien Tanggal ditemukan Diagnosa Keperawatan
pasien
1 Klien 1 23/01/2022 Ketidakstabilan gula darah Gejala tanda mayor
berhubungan dengan retensi insulin - Subjectif : Lelah atau lesu
ditandai dengan kadar glukosa tinggi (
- Objectif : Kadar glukosa dalam
376mg/dl)
darag tinggi : GDA : 389 mg/dl?
Gejala dan tanda Minor
- Subjectif : Mulut kring
- Objectif -
2 Klien 2 27/01/2022 Ketidakstabilan gula darah Gejala tanda mayor
60
berhubungan dengan retensi insulin - Subjectif : Lelah atau lesu
ditandai dengan haus meningkat dan - Objectif : Kadar glukosa dalam
kadar glukosa tinggi ( 382mg/dl) darag tinggi : GDA : 382 mg/dl?
Gejala dan tanda Minor
- Subjectif : Mulut kring dan haus
meningkat
- Objectif jumlah urin meningkat
8) Rencana Keperawatan
Tabel 4.8 Intervensi dan implementasi
Diagnosa Implementasi
Kriteria hasil Intervensi Hari
keperawatan Klien 1 Klien 2
Ketidakstabilan Setelah Mamajemen hperglikmia Hari Melakukan pengukuran tanda-tanda Melakukan pengukuran tanda-
gula darah dilakukan ( l.03115) 1 vital tanda vital - TD : 141/70
berhubungan tindakan Observasi - TD : 127/73 mmHg, Nadi : 84 mmHg, Nadi : 101 x/menit,
dengan retensi keperawatan 1. ldentifikasi x/menit Suhu : 36,50C RR : 20 x/mnt Suhu : 36,80C RR : 18 x/mnt
insulin ditandai selama 1x 6 jam kemungkinan SPO2 : 98%. SPO2 : 98%
dengan kadar diharapkan penyebab Mengidentifikasi kemungkinan Mengidentifikasi kemungkinan
glukosa tinggi ( masalah hiperglikemia penyebab hiperglikemia penyebab hiperglikemia
382mg/dl) keperawatan 2. identifikasi situasi - klien mengatakan sudah hampir 1 - Klien mengatakan sudah 2
dapat teratasi yang menyebabkan tahun setiap setelah makan tahun memiliki riwayat penyakit
dengan kriteria kebutuhan insulin badannya terasa lemas. Dan DM, tapi klien tidak bisa
hasil menurut meningkat (mis. terdapat luka dikaki sehingga mengontrol pola makan.
SLKI. penyakit Kambuhan) semakin lama jari-jari kaki berubah Mengidentifikasi situasi yang
Kestabilan 3. Monitor kadar wana menjadi hitam. menyebabkan kebutuhan
61
kadar glukosa glukosa darah, Jika Mengidentifikasi situasi yang insulin meningkat (mis. penyakit
darah perlu menyebabkan kebutuhan insulin Kambuhan)
(L.05022) 4. Monitor tanda dan meningkat (mis. penyakit Memonitor kadar glukosa
1. Koordinasi gejala hiperglikemia Kambuhan) darah, Jika perlu
meningkat (mis. poliuria, Memonitor kadar glukosa darah, - Hasil lab GDA : 382 mg/dl
2. Kesadaran polidipsia, polifagia, Jika perlu Memonitor tanda dan gejala
meningkat kelemahan, malaise, - Didapatkan hasil GDS 376 mg/dl hiperglikemia (mis. poliuria,
3. Mengantuk pandangan kabur, Memonitor tanda dan gejala polidipsia, polifagia, kelemahan,
menurun sakit kepala) hiperglikemia (mis. poliuria, malaise, pandangan kabur,
4. Pusing Terapeutik polidipsia, polifagia, kelemahan, sakit kepala)
menurun 5. Berikan asupan malaise, pandangan kabur, sakit - Klien mengatakan badannya
5. Lelah / lesu cairan oral kepala) lemas dan sering haus serta
menurun 6. Konsultasi dengan - Klien mengatakan badannya lemas pusing.
6. Keluhan medis jika tanda dan dan mudah lelah, selalu minum air Memberikan asupan cairan oral
lapar gejala hiperglikemia manis. - Membantu mengganti cairan
menurun tetap ada atau Memberikan asupan cairan oral infus pz 20tpm
7. Gemetar memburuk - Klien mengatakan selama dirumah Berkonsultasi dengan medis
menurun Edukasi
sakit tidak mengkonsumsi obat jika tanda dan gejala
8. Berkeringat 7. Anjurkan
oral, untuk makan minum pagi hiperglikemia tetap ada atau
menurun menghindari
habis 1 porsi malah kurang memburuk
9. Kadar olahraga saat kadar
Berkonsultasi dengan medis jika Menganjurkan menghindari
glukosa glukosa darah leblh
tanda dan gejala hiperglikemia olahraga saat kadar glukosa
dalam darl 250 mg/dl
tetap ada atau memburuk darah lebih dari 250 mg/dl
darah 8. Anjurkan monitor
membaik kadar glukosa darah Menganjurkan menghindari Menganjurkan monitor kadar
secara mandiri olahraga saat kadar glukosa darah glukosa darah secara mandiri
9. Anjurkan kepatuhan leblh darl 250 mg/dl Menganjurkan kepatuhan
terhadap diet dan Menganjurkan monitor kadar terhadap diet dan olahraga
olahraga glukosa darah secara mandiri Mengajarkan pengelolaan
10. Ajarkan pengelolaan - Klien mengatakan belum punya diabetes (ms. penggunaan
alat pengecekan sendiri. insulin, obat oral, monitor
62
diabetes (ms. Menganjurkan kepatuhan terhadap asupan calran, penggantian
penggunaan insulln, diet dan olahraga karbohidrat, dan bantiuan
obat oral, monitor Mengajarkan pengelolaan diabetes profesional kesehatan)
asupan calran, (ms. penggunaan insulin, obat oral, Membantu pemberian cairan
penggantian monitor asupan calran, 1V, jika perlu
karbohidrat, dan penggantian karbohidrat, dan - Inj omz 1mg
bantiuan profesional bantiuan profesional kesehatan) - Inj metronedazole 500mg
kesehatan) Membantu pemberian insulin - Inj ceftriaxon 1gr
Kolaborasi - Inj insulin novorapid 6unit - Inj clanext 1gr
11. Kolabarasi pemberian Membantu injeksi Membantu pemberian insulin
insulin, jika perlu - Inj omz 1mg Inj insulin novorapid 6 unit
12. Kalaborasi pemberian - Inj metronedazole 500mg
cairan 1V, jika perlu
- Inj ceftriaxon 1gr
- Inj santagesik 1gr
63
malaise, pandangan kabur, sakit pusing.
kepala) Memberikan asupan cairan oral
- Klien mengatakan masih lemas dan - Membantu mengganti cairan
selalu kekamar mandi karena BAK infus pz 20tpm
dari pagi sudah 5x kekamar mandi. Membantu pemberian cairan
Memberikan asupan cairan oral 1V, jika perlu
- Klien mengatakan sudah makan - Inj omz 1mg
siang 1 porsi habis, banyak minum - Inj metronedazole 500mg
dan makan buah yang disediakan - Inj ceftriaxon 1gr
dari rumah sakit - Inj clanext 1gr
Membantu pemberian insulin
- Inj insulin novorapid 6unit
Membantu injeksi obat
- Inj metronedazole 500mg
- Inj Ondan 1gr
- Inj santagesik 1gr
Melakukan pengukuran tanda-tanda Melakukan pengukuran tanda-
vital tanda vital - TD : 147/73
- TD : 125/73 mmHg, Nadi : 80 mmHg, Nadi : 100 x/menit,
x/menit Suhu : 36,50C RR : 20 x/mnt Suhu : 370C RR : 20 x/mnt
SPO2 : 99%. SPO2 : 98%
Memonitor kadar glukosa darah, Memonitor kadar glukosa
Jika perlu darah, Jika perlu
- Didapatkan hasil GDS 275 mg/dl - Hasil lab GDA Stik : 281 mg/dl
Memonitor tanda dan gejala Memonitor tanda dan gejala
hiperglikemia (mis. poliuria, hiperglikemia (mis. poliuria,
polidipsia, polifagia, kelemahan, polidipsia, polifagia, kelemahan,
malaise, pandangan kabur, sakit malaise, pandangan kabur,
kepala) sakit kepala)
- Klien mengatakan masih lemas. - Klien mengatakan badannya
64
Membantu pemberian insulin lemas dan sering haus serta
- Inj insulin novorapid 6unit pusing.
Membantu pemberian injeksi Membantu pemberian cairan
- Inj metronedazole 500mg 1V, jika perlu
- Inj Ondan 1gr - Inj omz 1mg
- Inj Ceftriaxon1gr - Inj metronedazole 500mg
- Inj santagesik 1gr - Inj ceftriaxon 1gr
- Inj clanext 1gr
6) Evaluasi
Tabel 4.10 evaluasi
Klien 1 Klien 2
Kriteria hasil TTD
Hari Evaluasi Hari Evaluasi
Setelah dilakukan Hari 1 S: Hari 1 S:
tindakan Klien mengatakan badannya lemas Klien mengatakan badannya
keperawatan selama dan mudah lelah, selalu minum air lemas dan sering haus serta
1x 6 jam diharapkan manis. pusing.
masalah O: O:
keperawatan dapat K/U : Lemah, K/U : Lemah
teratasi dengan kesadaran Komposmentis kesadaran Komposmentis,
kriteria hasil menurut GCS 4-5-6 GCS 4-5-6
SLKI. TD : 121/71 mmHg TD : 131/70 mmHg
Kestabilan kadar Nadi : 79 x/menit Nadi : 90 x/menit
glukosa darah Suhu : 360C RR : 20 x/mnt Suhu : 36,50C
(L.05022)
SPO2 : 98%. RR : 20 x/mnt
1. Koordinasi
GDS 389 mg/dl SPO2 : 99%
65
meningkat A: GDS
2. Kesadaran Masalah belum teratasi A:
meningkat P : intervensi dilanjutkan(1,2,5,11 masalah belum teratasi
3. Mengantuk dan 12). P:
menurun intervensi dilanjutkan
4. Pusing
menurun Hari 2 S: Hari 2 S:
5. Lelah / lesu Klien mengatakan masih lemas dan Klien mengatakan badannya
menurun selalu kekamar mandi karena BAK lemas
6. Keluhan lapar dari pagi sudah 5x kekamar mandi O:
menurun O: K/U : Lemah
7. Gemetar K/U : Lemah kesadaran Komposmentis
menurun kesadaran Komposmentis GCS 4-5-6
8. Berkeringat GCS 4-5-6 TD : 145/100 mmHg
menurun TD : 115/71 mmHg Nadi : 88 x/menit
9. Kadar glukosa Nadi : 81 x/menit Suhu : 360C
dalam darah Suhu : 36,50C RR : 20 x/mnt
membaik
RR : 20 x/mnt SPO2 : 99%
SPO2 : 98% GDA Stik : 243 mg/dl.
GDS 347 mg/dl A:
A: Masalah belum teratsi
Masalah belum teratasi P:
P: Intervensi dilanutkan
Intervensi dilanjutkan ( 2, 5,11, dan
12)
Hari 3 S: Hari 3 S:
Klien mengatakan lemas berkurang Klien mengatakan pusing
O: O:
K/U : cukup K/U : Lemah
GCS 456 kesadaran Komposmentis,
66
TD : 125/73 mmHg GCS 4-5-6
Nadi : 80 x/menit TD : 150/90 mmHg
Suhu : 36,50C Nadi : 88 x/menit
RR : 20 x/mnt Suhu : 360C
SPO2 : 99%. RR : 20 x/mnt
GDS 200 mg/dl SPO2 : 99%
A: GDA Stik : 2481 mg/dl
Masalah teratasi sebagian, A:
P : intervensi dilanjutkan secara Masalah belum teratasi
mandiri P:
Intervensi dilanjutkan dari rumah
sakit
67
4.2. Pembahasan
1. Pengkajian keperawatan
tanpak lelah dan lesu serta klien mengalami kadar glukosa tinggi yaitu
389 mg/dl sedangkan pada tanda minor bibir klien tampak kering, dengan
setiap selesai makan badannya lemas dan lebih sering BAK. Hal ini
mellitus.
glukosa dalam darah tinggi yaitu 382 mg/dl dan klien mengatakan mudah
lelah serta lesu. Untuk tanda minor mulut tanpak kering serta keluhan
bahwa pasien mengalami ketidak stabilan gula darah, selain itu pasien
merasakan cepat lelah, lemah dan nyeri, serta rasa kesemutan atau
glukosa darah tinggi yaitu >200 mg/dl, selain itu suka minum minuman
68
manis, makan dengan pola yang tidak teratur dan cenderung manis,
jarang olah raga, serta tidak pernah mengontrol kadar gula darah
sebagai mebel, dan pada suatu saat klien 1 tidak sengaja menginjak biji
2. Diagnosa keperawatan
glukosa tinggi.
Dari diagnosa yang telah ditetapkan pada kedua klien ini sesuai
terjadi resistensi insulin akibat pola hidup kurang baik yang berlangsgung
penurunan fungsi.
69
Menurut peneliti ketidakstabilan kadar glukosa pada klien 1
disebabkan oleh faktor usia yang telah berumur diatas 52 tahun yang
Selain disebabkan oleh adanya faktor genetik dari orang tua Pada klien 2
disebabkan oleh faktor diet, klien tidak mampu mengontrol pola makan
lalu, selain itu beban pekerjaan yang terus meningkat sebagai salah satu
tidak dapat dibawa masuk oleh insulin ke dalam intra sel agar diubah
3. Intervensi keperawatan
manajemen hiperglikemia.
70
Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah
yang telah ditetapkan pada kedua klien dan pada tinjauan pustaka sesuai
kadar glukosa darah adalah glukosa darah kembali stabil dengan cara
kota malang bawah yang berdasarkan dengan SDKI,SIKI dan SLKI yang
4. Implementasi
71
mengenai kadar gula darah untuk mengurangi pemburukan keadaan
pada klien.
medikasi klien.
5. Evaluasi
di berikan intervensi hari pertama pada klien 1 dan klien 2 keadaan umum
tanpak lemah, GDS 389 mg/dl pada klien 1 dan GDS 382 pada klien 2
tanda vital dan . Evaluasi pada hari ke 2 masalah tertasi sebagian GDS
347 pada klien 1 dan GDS 243 pada klien 2 intervensi dilanjutkan. Dan
72
Menurut Setiadi (2012) Tahap penilaian atau evaluasi adalah
tahap perencanaan. kriteria hasil yang dapat dicapai pada klien yang
penyakit agar tidak semakin parah, klien dapat melakukan diet sehat,
normal.
darah pada klien 1 dan klien 2 dalam waktu 1x6 jam masalah teratasi
73
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
(Hiperglikemia).
darah membaik.
74
kolaborasi. implementasi yang dilakukan oleh peneliti telah sesuai
5. Evaluasi
5.2. Saran
2. Bagi Institusi
hasil penelitian ini sebagai salah satu tambahan refrensi untuk materi di
3. Bagi Peneliti
75
Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya dapat melanjutkan atau
DAFTAR PUSTAKA
Dengan
Mochtar Bukit Tinggi. Jurnal Artikes Prima Nusantara Bukit Tinggi 24-25
Bhatt, H., Saklani, S., & Upadhayay, K. (2016). Anti-oxidant and anti-diabetic
https://doi.org/10.14499/indonesianjpharm27iss2pp74
Bohari, B., Nuryani, N., Abdullah, R., Amaliah, L., & Hafid, F. (2021). Hubungan
https://doi.org/10.30867/action.v6i2.587
76
Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 (Studi Di
https://doi.org/http://repository.uinjkt.ac.id
6(2015), 57–1027.
https://ejournal.stikku.ac.id/index.php/stikku/article/view/49
Istianah et al. (2020). Mengidentifikasi Faktor Gizi pada Pasien Diabetes Mellitus
78.
Lailatul, L. N, . (2017). Hubungan Durasi Penyakit & Kadar Gula Darah Dengan
Muttaqin Arif. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Nikmatur & Walid. 2017. Proses Keperawatan Teori & Aplikasi. Yogyakarta: AR-
RUZZ MEDIA
77
Nurdin, F. (2021). Persepsi Penyakit dan Perawatan Diri dengan Kualitas Hidup
https://doi.org/10.31539/jks.v4i2.1931
Purwono, J., Sari, R., Ratnasari, A., & Budianto, A. (2020). Pola Konsumsi
Setiawan, M. D., & Yanto, A. (2020). Penurunan Glukosa Darah Pasien Diabetes
78
Tarwoto. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Endokrin. Salemba
Medika.
Wilkison Judith (2017) Nursing Ddiagnosis Handbook With NIC Interventions And
Curriculum Vitae
2209.14901.351
Riwayat Pendidikan
79
SMP 1 Kota langsa Lulus Tahun 2007
S1 Program Pendidikan Ners STIKES Cut Nyak Dhien kota langsa Lulus
Tahun 2015
80