Anda di halaman 1dari 82

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DIABETES MELITUS DENGAN MASALAH

KETIDAKSTABILAN GLUKOSA DARAH DI RUANG DAHLIA RUMAH SAKIT ISLAM


UNISMA KOTA MALANG

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Disusun Oleh :

INTAN PERMATA SASRI


2209.14901.351

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2023
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DIABETES MELITUS DENGAN MASALAH
KETIDAKSTABILAN GLUKOSA DARAH DI RUANG DAHLIA RUMAH SAKIT ISLAM
UNISMA KOTA MALANG

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

Disusun Oleh :

INTAN PERMATA SASRI


2209.14901.351

PEMINATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunianya sehingga dapat terselesaikan tugas Karya Ilmiyah Akhir dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pasien Diabetes Melitus Dengan Masalah Ketidakstabilan
Glukosa Darah di Ruang Dahlia Di RSI UNISMA Kota malang” sebagai
persyaratan untuk memperoleh gelar Ners Stikes Widyagama Husada Malang.
Dalam menyusun Karya Ilmiyah Akhir ini banyak kekurangan ataupun
kesulitan yang saya hadapi karena keterbatasan kemampuan penulis, oleh
karena itu penulis menyampaikan banyak terima kasih dan penghargaan yang
tidak terhingga kepada :

1. dr. Rudi Joegijantoro, MMRS. selaku Direktur Sekolah Tinggi Ilmu


Kesehatan Widyagama Husada yang memberikan izin dalam pembuatan
tugas Karya Ilmiyah Akhir ini.
2. Bapak Abdul Qodir, S.Kep., Ners., M.Kep selaku ketua Program Studi
Pendidikan Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widyagama Husada yang
memberikan izin dalam pembuatan tugas Karya Ilmiyah Akhir ini.
3. Bapak Abdul Qodir, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing I yang telah
memberikan saran dan masukkan serta keikhlasan dalam membimbing
sehingga punyusunan tugas Karya Ilmiyah Akhir telah terselesaikan.
4. Ibu Ika Arum Dewi, S.Kep., Ners., M.Biomed selaku pembimbing II yang
telah memberikan saran dan masukkan tentang tugas ini.
5. Orang tua dan keluarga, yang telah memberikan doa, semangat,
dukungan, motivasi dan kasih sayang yang tak pernah putus sehingga
tugas ini dapat dibuat dengan lancar.
Malang, februari 2023

Intan permata sasri

i
ABSTRAK

Intan, permata sasri. 2022. Asuhan Keperawatan Pasien Diabetes Melitus


Dengan Masalah Ketidakstabilan Glukosa Darah Di Ruang Dahlia Dirumah
Sakit Islam Unisma Kota Malang. Karya Ilmiah Akhir . Program Studi
Pendidikan Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widyagama Husada
Malang. Pembimbing : 1) Abdul Qodir k, S.Kep.,Ners.,M.Kep 2). Ika Arum
Dewi,S.Kep.,Ners., M.Biomed.

Latar Belakang: Diabetes Mellitus adalah suatu keadaan seseorang yang


mengalami ketidakstabilan gula darah ditandai dengan adanya ketidakabsolutan
insulin dalam tubuh yang mengakibatkan terjadinya komplikasi. Asuhan
keperawatan penting diberikan kepada pasien diabetes melitus karena dapat
mencegah terjadinya komplikasi.
Tujuan : Untuk memberikan asuhan keperawatan pasien Diabetes Melitus
dengan masalah ketidakstabilan glukosa darah di Ruang Dahlia Rumah Sakit
Islam UNISMA Kota Malang.
Metode : Desain penelitian yang digunakan adalah asuhan keperawatan dari
pengkajian, perumusan diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.
Dilakukan pada 2 sasaran yang berjenis kelamin laki-laki. Motode memperoleh
data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dilakukan di Ruang
Dahlia Rumah sakit islam Kota Malang.
Hasil : Hasil pengkajian didapatkan beberapa sub bagian, keluhan utama yang
sedang dirasakan klien adalah badannya terasa lemas. Terdapat pemeriksaan
focus pada klien klien yaitu Hasil pemeriksaan lab GDA pada klien 1 adalah 389
mg/dl, sedangkan pada klien 2 didapatkam 382 mg/dl. kedua pasien mempunyai
gejala yang sama yaitu mudah Lelah dan lesu serta mulut kering dan haus
meningkat, sehingga muncul diagnose keperawatan ketidakstabilan glukosa
darah berhubungan dengan retensi insulin ditandai dengan kadar glukosa tinggi.
Perencanaan asuhan keperawatan dengan manajemen hiperglikemia selama 3
hari diberikan.hasil evaluasi dengan dilakukannya terapi tersebut ada pengaruh
dari keluhan yang dirasakan klien.
Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara terapi yang diberikan
kepada klien dengan intervensi manajemen hiperglikemia pada klien yang
mengalami masalah keperawatan ketidakstabilan glukosa darah.
Kepustakaan : 24 Kepustakaan (2017-2023)
Kata Kunci : Diabetes Mellitus, Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah

ii
ABSTRACT 

Intan permata sasri. 2023. Nursing Care of Type 2 Diabetes Mellitus


Patients With Blood Glucose Instability Problems in the Lower Lotus
Room of Sidoarjo Hospital. UndergraduateThesis. Nursing Education
Study Program, Widyagama Husada Health Sciences Collage Malang.
Advisors’ : 1) Abdul Qodir, S.Kep.,Ners.,M.Kep 2). Ika Arum Dewi, S.
Kep., Ners., M. Biomed. 
Background: Diabetes Mellitus is a condition of a person who experiences blood
sugar instability, which is characterized by the absence of absolute insulin in the
body which results in complications. Nursing care is important given to patients
with diabetes mellitus because it can prevent complications. 
Objective: To provide nursing care for type 2 Diabetes Mellitus patients with
blood glucose instability problems in the lower lotus room of the unism Hospital.  
Methods : The research design used is nursing care from assessment,
formulation of diagnoses, interventions, implementation and evaluation.
Performed on 2 male targets. The method of obtaining data is by observation,
interviews, and documentation. It was carried out in the Lower Lotus Room of the
Sidoarjo Hospital.  
Results: The results of the study obtained several sub-sections, the main
complaint being felt by the client was that his body felt weak. There is a focus
examination on clients, namely the results of the GDA lab examination on client 1
is 376 mg/dl, while on client 2 it is 382 mg/dl. both patients have the same
symptoms, namely easily tired and lethargic and dry mouth and increased thirst,
so that a nursing diagnosis appears blood glucose instability related to insulin
retention characterized by high glucose levels. Nursing care planning with
hyperglycemia management for 3 days is given. The results of the evaluation by
doing the therapy have an influence on the complaints felt by the client. 
Conclusion : There is a significant relationship between the therapy given to the
client and the hyperglycemia management intervention in the client who has
nursing problems with blood glucose instability.

References : 24 Liteature (2010-2021) 


Key words : Diabetes Mellitus, Blood Glucose Level Instability

iii
DAFTAR ISI

COVER .........................................................................................................

KATA PENGANTAR .....................................................................................i

ABSTRAK.....................................................................................................ii

ABSTRACT.................................................................................................iii

DAFTAR ISI ................................................................................................iv

DAFTAR TABEL ..........................................................................................v

DAFTAR GAMBARAN ................................................................................vi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

1.1. Latar Belakang......................................................................................1


1.2. Batasan Masalah .................................................................................4
1.3. Tujuan ..................................................................................................4
1.3.1. Tujuan Umum ............................................................................. 4
1.3.2. Tujuan Khusus.............................................................................. 4
1.4. Manfaan ...............................................................................................4
1.4.1 Teoritis .............................................................................................4
1.4.2 Praktis ..............................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................6

2.1. Konsep Diabetes Melitus ......................................................................6


2.1.1 Definisi...........................................................................................6
2.1.2 Etiologi Diabetes Melitus................................................................6
2.1.3 Patofisiologi....................................................................................8
2.1.4 Pathway Diabetes Melitus..............................................................9
2.1.5 Manifestasi Klinik Diabetes Melitus .............................................10
2.1.6 Komplikasi....................................................................................11
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang..............................................................13
2.1.8 Penatalaksanaan .........................................................................14
2.2. Konsep Ketidakstabilan Gula Darah....................................................17
2.2.1 Definisi Ketidakstabilan Gula Darah.............................................17

iv
2.2.2 Etiologi Ketidakstabilan Gula Darah.............................................17
2.2.3 Patofisiologi .................................................................................18
2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
pada Diabetes Militus Tipe 2........................................................19
2.2.5 Tanda dan Gejala Ketidakstabilan Gula Darah.............................20
2.3. Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................20
2.3.1 Pengkajian....................................................................................20
2.3.2 Diagnosa Keperawatan................................................................28
2.3.3 Intervensi .....................................................................................29
2.3.4 Implementasi ...............................................................................30
2.3.5 Evaluasi .......................................................................................30
BAB III METODELOGI PENELITIAN.........................................................30
3.1. pendekatan...................................................................................31
3.2. Batasan Istilah...............................................................................31
3.3. Unit Analisis...................................................................................31
3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian.........................................................32
3.5. Pengumpulan Data .......................................................................32
3.6. Uji Keabsahan Data .....................................................................32
3.7. Analisa Data .................................................................................34
3.8. Etik Penelitian................................................................................34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................35

4.1. Hasil..............................................................................................35
1. Gambar lokasi pengambilan data............................................35
2. Data Asuhan Keperawatan medikal bedah..............................35
4.2. Pembahasan.................................................................................51
1. Pengkajian keperawatan ........................................................51
2. Diagnosa keperawatan............................................................52
3. Intervensi.................................................................................53
4. Implementasi ..........................................................................54

BAB V PENUTUP......................................................................................55

5.1. Kesimpulan ...................................................................................55


5.2. Saran ............................................................................................55

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................57

v
LEMBAR KONSULTASI PEMBIMBING I...................................................59

LEMBAR KONSULTASI PEMBIMBING II..................................................60

vi
DAFTRA TABEL

1. Tabel 2.1 IMT.......................................................................................7


2. Tabel 2.2 kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode
enzimetik sebagai patokan penyaring................................................13
3. Tabel 2.2 Gejala dan Tanda Mayor ...................................................28
4. Tabel 2.3 Gejala dan Tanda Minor ....................................................28
5. Tabel 2.4 Intervensi ...........................................................................29
6. Tabel 4.1 identitas klien ....................................................................35
7. Tabel 4.2 status kesehatan saat ini....................................................36
8. Tabel 4.3 riwayat kesehatan dahulu...................................................37
9. Tabel 4.4 pemeriksaan fisik................................................................37
10. Tabel 4.5 pemeriksaan penunjang.....................................................39
11. Tabel 4.6 analisa data........................................................................40
12. Tabel 4.7 diagnosa keperawatan.......................................................42
13. Tabel 4.8 intervensi............................................................................42
14. Tabel 4.9 implementasi......................................................................44
15. Tabel 4.10 evaluasi............................................................................50

vii
DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1 Pathway Diabetes Melitus.................................................9

viii
Daftar lampiran

1. Lembar Konsultasi Pembimbing I...................................................37


2. Lembar Konsultasi Pembimbing II..................................................38

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Diabetes Melitus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh

hiperglikemia atau kadar gula dalam darah meningkat, serta adanya kelainan

pada proses metabolisme karena kekurangan insulin. Diabetes Melitus dapat

digolongkan sebagai penyakit kronis atau menahun yaitu penyakit yang

diderita dalam jangka waktu lama atau bersifat permanen. Diabetes Melitus

merupakan penyakit kronis yang terjadi akibat pankreas tidak mampu

menghasilkan insulin atau tubuh tidak mampu memanfaatkan insulin dengan

baik yang ditandai dengan hiperglikemia. (World Health Organization (WHO),

2018).

Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi dua tipe yaitu Diabetes

Melitus tipe I dan Diabetes Melitus tipe II. Diabetes Melitus tipe I ditunjukkan

dengan insulin yang berada di bawah garis normal. Sedangkan Diabetes

Melitus tipe II adalah penyakit hiperglikemia akibat insensivitas sel terhadap

insulin. iabetes Melitus tipe II disebabkan oleh kegagalan tubuh

memanfaatkan insulin sehingga mengarah pada penurunan aktivitas fisik.

Penyakit Diabetes Melitus tipe II, yang tidak tertangani dengan baik dapat

menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi mikrovaskular dan

makrovaskular. Salah satu komplikasi vaskular yang merupakan penyebab

morbiditas dan mortalitas tertinggi pada pasien Diabetes Melitus tipe II

adalah komplikasi kardiovaskular (Nurdin, 2021).

Diabetes Melitus sebagai permasalahan global terus meningkat

prevalensinya dari tahun ke tahun baik di dunia maupun di Indonesia.

x
Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) prevalensi

Diabetes Melitus global pada tahun 2019 diperkirakan sekitar 9,3% (463 juta

orang), naik menjadi 10,2% (578 juta) pada tahun 2030 dan 10,9% (700 juta)

padatahun 2045. Pada tahun 2015, Indonesia menempati peringkat 7

sebagai negara dengan penyandang Diabetes Melitus terbanyak di dunia

dan diperkirakan akan naik peringkat 6 pada tahun 2040 (Persatuan

Diabetes Indonesia & PERKENI, 2019). Data Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS) (2018) prevelensi diabetes melitus merupakan penyebab

kematian terbesar nomor 2 di Indonesia sebesar 2,0 %, sedangkan di Jawa

Timur sebesar 2,6% (Kemenkes, 2019). Pada tahun 2020 prevelensi

Diabetes Melitus di Kota malang sebesar 78 % pasien menderita Diabetes

Melitus (Dinkes Jawa Timur, 2020).

Berdasarkan data badan pusat stastatik Indonesia pada tahun

2003,Diperkira kan penduduk Indonesia yang berusia diatas 20 tahun

sebanyak 113 juta jiwa dengan prevalensi DM sebesar 14,7 pada daerah

urban dan 7,2 % pada daerah rural sehingga diperkira kan pada tahun

2003 didapatkan 8,2 juta pasien DM didaerah rural.berdasarkan

pertambahan penduduk diperkirakan pada tahun 2030 nanti aka ada 194

juta penduduk yang berusia 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi dm

pada urban dan 13,9 juta didaerah rural.laporan hasil riset Kesehatan dasar

(RISKESDAS) tahun 2018 oleh depatermen Kesehatan menunjukan

peningkatan DM menjadi 8,5 %.

Peneliti melakukan studi pendahuluan pada tanggal 01 februari 2023

di RSI UNISMA Kota Malang bahwa Prevelensi Diabetes Melitus di Rumah

Sakit Islam Unisma Kota Malang sebanyak 500 pasien menderita Diabetes

Melitus pada tahun 2023 (Rekam Medis, 2023). Berdasarkan hasil

xi
wawancara dengan perawat Ruang Dahlia prevelensi Diabetes Melitus

sendiri sebanyak 8 pasien penderita Diabetes Melitus dan 2 pasien dengan

hiperglikemia pada bulan Desember 2023 (Perawat Ruangan, 2023).

Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah pada penderita diabetes

melitus tipe 2 yang mengalami hiperglikemi dapat terjadi karena resistensi

insulin. Hal ini dapat disebabkan karena ketidakpatuhan dalam pola makan

serta ketidakpatuhan dalam hal pengobatan sehingga insulin mengalami

resistensi yang mengakibatkan kadar glukosa dalam darah menjadi tidak

stabil dan cenderung meningkat (Ginting, 2014).

Prevalensi hiperglikemia pada kelompok dewasa termasuk tinggi

yaitu mencapai sebesar 56,8%, sedangkan pada kajian epidemiologi, telah

melaporkan bahwa di Indonesia terjadi peningkatan masalah glukosa darah

yang tinggi dari tahun ke tahun yaitu sebanyak 13% dari populasi didiagnosis

dengan diabetes melitus pada tahun 2013 (Bohari et al., 2021)

Dampak hiperglikemia yang terjadi dari waktu ke waktu dapat

menyebabkan kerusakan berbagai sistem tubuh terutama syaraf dan

pembuluh darah. Komplikasi diabetes melitus yang sering terjadi antara lain

penyebab utama gagal ginjal, retinopati diabetacum, neuropati (kerusakan

syaraf) dikaki yang meningkatkan kejadian ulkus kaki, infeksi bahkan

keharusan untuk amputasi kaki. Meningkatnya risiko penyakit jantung dan

stroke serta risiko kematian penderita diabetes secara umum adalah dua kali

lipat dibandingkan bukan penderita Diabetes Melitus (Rahmasari, 2019).

Berdasarkan hasil penelitian Setiawan & Yanto (2020) menjelaskan

bahwa peningkatan glukosa darah yang tidak dikelola dengan baik akan

menyebabkan dampak negatif pada pasien diabetes melitus type 2.

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa dampak peningkatan kadar

xii
glukosa darah menyebabkan kondisi imunosupresan sehingga

memperparah kondisi inflamasi, yang dapat memicu kematian sel

miokardium sehingga menyebabkan terjadinya gagal jantung, dan

mengakibatkan peningkatan tekanan darah sistolik-diastolik, serta

hipoperfusi dibagian otak berkembang menjadi infark kemudian terjadi

kerusakan sel otak dan stroke. Hal ini sejalan dengan penelitian Hendriana

& Hermansyah (2017) bahwa peningkatan kadar glukosa darah yang tidak

terkontrol dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakan serius

pada jantung, pembuluh darah, mata, ginjal dan persyarafan. Beberapa dari

penderita diabetes melitus meninggal akibat komplikasi serangan jantung

dan stroke. Hiperglikemi dalam jangka panjang menyebabkan kerusakan

pada organ tubuh terutama jantung, mata, ginjal, saraf, pembuluh darah

(Erlina, 2018).

Menurut Bhatt et al. (2016) menjelaskan bahwa klien diabetes melitus

dengan ketidakstabilan kadar glukosa darah bila tidak ditangani dengan baik

maka akan beresiko menyebabkan komplikasi. Jika hal ini berlanjut dan

bertambah parah maka akan terjadi perubahan serius dalam kimia darah

akibat defisiensi insulin. Perubahan tersebut disertai dengan dehidrasi,

gangguan penglihatan seperti mata buram, gangguan pada neuropati seperti

merasa kesemutan, gangguan pada nefropati sehingga menyebabkan

komplikasi pada pelvis ginjal, serta dapat terjadi diabetes ketoasidosis

hingga terjadi kematian.

Berdasarkan uraian diatas peran perawat adalah sebagai pemberi

asuhan keperawatan yang dapat diberikan kepada klien agar klien tidak

sampai mengalami atau menderita diabetes melitus dengan ketidakstabilan

kadar glukosa darah yang berujung pada kematian dalam bentuk tindakan

dan informasi tentang pengaturan pola makan, menghindari makanan atau

xiii
minuman yang banyak mengandung kadar gula tinggi, dan sering

berolahraga. Karena dengan menerapkan diet 3J (jumlah, jadwal, jenis),

olahraga yang teratur dengan porsi yang cukup dapat membantu mengontrol

kadar gula darah.

Peran pasien dan keluarga pada pengelolahan penyakit diabetes

Meletus jugab sangat penting,karena DM merupakan penyakit menahun

yang akan diderita seumur hidup.oleh karenah itu diperlukan edukasi kepada

pasien dan keluarga nya untuk memberi pemahan mengenai perjalanan

penyakit,pencegahan,penyulit dan penatalaksanan DM. Hal ini akan sangat

membantu meningkat kan keikutsertaan keluarga dalam usaha tenaga

profesi seperti perkeni dan idai,serta perkumpulan dm seperti persedia,pedi

dan lain menjadi sangat dibutuhkan.sehingga dapa menekan angka kejadian

penyulit DM,.penyempurnaan dan revisi standar pelayanan harus selalu

dilakukan secara berkala dan sesuaikan dengan kemajuan ilmu

pengetahuan yang berbasis bukti,sehingga dapat diperoleh manfaat yang

besar -besarnya bagi pasien DM.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk menyusun

karya tulis ilmiah dalam bentuk asuhan keperawatan pasien Diabetes Melitus

dengan masalah ketidakstabilan glukosaa darah di ruang Dahlia RSI Unisma

Kota malang.

1.1. BATASAN MASALAH

xiv
Karya Ilmiyah Akhir ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan pada klien

Diabetes Melitus dengan masalah ketidakstabilan glukosa darah di Ruang

Dahlia di RSI UNISMA kota malang.

1.2. TUJUAN

1.3.3. TUJUAN UMUM

Melaksanakan asuhan keperawatan pasien Diabetes Melitus type

2 dengan masalah ketidakstabilan glukosa darah di Ruang Dahlia RSI

Unisma Kota Malang.

1.3.4. TUJUAN KHUSUS

1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien Diabetes Melitus type

2 dengan masalah ketidakstabilan glukosa darah di Ruang Dahlia RSI

Unisma Kota Malang.

2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien Diabetes Melitus type

2 dengan masalah ketidakstabilan glukosa darah di Ruang Dahlia RSI

Unisma Kota Malang.

3. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien Diabetes Melitus

type 2 denga masalah ketidakstabila glukosa darah di Ruang Dahlia

RSI Unisma Kota Malang.

4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien Diabetes Melitus

type 2 dengan masalah ketidakstabilan glukosa darah di Ruang

Dahlia RSI Unisma Kota Malang.

5. Melakukan evaluasi pada klien Diabetes Melitus type 2 dengan

masalah ketidakstabilan glukosa darah di Ruang Dahlia RSI Unisma

Kota Malang.

xv
xvi
1.4 MANFAAT

1.4.1 TEORITIS

Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat melengkapi pengetahuan

dalam bidang keperawatan mengenai asuhan keperawatan pasien Diabetes

Melitus dengan masalah ketidakstabilan glukosa darah di Ruang Dahlia RSI

Unisma Kota Malang.

1.4.2 PRAKTIS

1) Bagi Lahan Penelitian

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai hasil yang

dapat dipertimbangkan untuk penelitian serupa dikemudian hari dalam

memberikan asuhan keperawatan dengan ketidakstabilan kadar glokosa

darah pada penderita Diabetes Melitus, serta dengan melakukan intervensi

yang tepat.

2) Bagi Institusi Pendidikan

Karya Tulis Ilmiah ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran

mengenai asuhan keperawatan dengan ketidakstabilan kadar glukosa darah

pada penderita Diabetes Melitus.

3) Bagi Peneliti Selanjutnya

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan sebagai data dasar dalam penelitian lebih

lanjut terkait dengan asuhan keperawatan dengan ketidakstabilan kadar

glukosa darah pada penderita diabetes mellitus.

17
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Konsep Diabetes Melitus

2.4.1 Definisi

Diabetes Melitus adalah suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar

glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) dan gangguan metabolisme

karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin

secara relatif maupun absolut. Apabila kondisi ini dibiarkan tidak terkendali, maka

akan terjadi komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang

baik mikroangiopati maupun makroangiopati (Aryani & Riyandry, 2019).

Diabetes Melitus merupakan kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena adanya kelainan sekresi insulin,

Proses kerja insulin atau keduanya. Diabetes Melitus adalah gangguan metabolik

yang ditandai oleh hiperglikemia (kenaikan kadar glukosa) akibat kurangnya

hormon insulin, menurunnya efek insulin atau keduanya. Pada diabetes melitus

gula menumpuk dalam darah sehingga gagal masuk kedalam sel. Kegagalan

tersebut terjadi akibat hormon insulin jumlahnya kurang atau cacat fungsi.

Seseorang dapat di diagnosa diabetes melitus Type II apabila mempunyai gejala

klasik seperti poliuria, polidipsia dan polifagi disertai dengan kadar gula darah

sewaktu >200 mg/dl dan gula darah puasa >126 mg/dl (PARKENI, 2011)

18
2.4.2 Etiologi

Beberapa penyebab yang dapat menimbulkan terjadiya diabetes melitus yaitu :

1. Obesitas

Obesitas dapat menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target

diseluruh tubuh sehingga insulin yang sudah ada menjadi berkurang efektif

dalam meningkatkan efek metabolik. Obesitas adalah peningkatan lemak

pada tubuh yang berlebihan. Obesitas merupakan faktor risiko utama

terjadinya penyakit diabetes melitus. Obesitas dapat membuat sel tidak

sensitif terhadap insulin (resisten insulin). Semakin banyak jaringan lemak

pada tubuh, maka semakin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila

lemak tubuh terkumpul di daerah perut (central obesity). Indeks Massa Tubuh

(IMT) merupakan cara atau alat yang sederhana untuk memantau status gizi

orang dewasa kususnya yang berkaitan dengan kelebihan atau kekurang

berat badan. Perhitungan berat badan ideal sesuai dengan IMTmenurut WHO

(2014), yaitu:

IMT = 𝐵𝐵 (𝑘𝑔)

𝑇𝐵¿

Tabel 2.1. IMT


Indeks Masa Tubuh (IMT) Klasifikasi Berat
<18,5 Kurang
18,5-22,9 Normal
23-24,9 Kelebihan
≥25,0 Obesitas

19
2. Usia

Resistensi insulin cendrung meningkat pada usia diatas 65 tahun.

Semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi risiko terkena diabetes

melitus. Diabetes melitus terjadi pada orang dewasa setengah baya paling

sering terjadi pada usia ≥ 45 tahun. Meningkatnya risiko diabetes melitus

seiring dengan bertambahnya usia dikaitkan dengan terjadinya penurunan

fungsi fisiologis tubuh (American Heart Association, 2012).

3. Riwayat Keluarga diabetes melitus (Genetik)

Seorang anak dengan orang tua penderita diabetes melitus dapat di

warisi gen penyebab diabetes melitus. Berbagai penelitian menunjukkan

bahwa risiko seorang terkena penyakit diabetes melitus akan lebih besar

ketika ibunya memiliki penyakit DM. Resiko terbesar bagi anak terserang

diabetes jika salah satu atau kedua orang tua mengalami diabetes sebelum

berumur 40 tahun.

4. Jenis Kelamin

Diabetes melitus sebagian besar banyak dijumpai pada perempuan

dibandingkan dengan laki-laki. Hal tersebut karena terdapat perbedaan dalam

kehidupan sehari-hari, seperti melakukan aktivitas, gaya hidup sehari-hari

yang mempengaruhi kejadian suatu penyakit. Diabetes Melitus beresiko lebih

besar dialami oleh perempuan dari pada laki-laki, hal tersebut disebabkan

karena perempuan memiliki indeks masa tubuh yang lebih besar. Pasca

menopaus yang dialami oleh perempuan membuat distribusi lipid tubuh

mudah terakumulasi yang disebabkan oleh hormonal, sehingga perempuan

lebih beresiko mengalami diabetes melitus.

20
5. Tekanan darah tinggi (Hipertensi)

Tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah

melebihi batas normal. Dikatakan tekanan darah tinggi apabila tekanan darah

sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Tekanan

darah tinggi adalah kondisi yang terjadi ketika sejumlah darah dipompakan

oleh jantung, melebihi kemampuan yang dapat ditampung dinding arteri

(Purwono et al., 2020).

2.4.3 Patofisiologi

Diabetes Melitus disebabkan oleh faktor usia, genetik dan obesitas yang

menjadikan sel beta pankreas mengalami penurunan fungsi dalam tubuh manusia.

Karena penurunan fungsi sel beta pankreas mengakibatkan terjadinya gangguan

sekresi insulin yang seharusnya didapat oleh tubuh. Gangguan sekresi insulin

mempengaruhi tingkat produksi insulin, sekresi insulin yang tidak adekuat membuat

produksi insulin menjadi menurun dan mengakibatkan ketidakseimbangan produksi

insulin dalam tubuh.

Penurunan sekresi intra sel menjadikan insulin tidak terikat dengan reseptor

khusus pada permukaan sel yang pada akhirnya gula dalam darah tidak dapat

dibawa masuk oleh sel. Gula yang tidak dapat masuk ke dalam sel mengakibatkan

kadar glukosa dalam darah meningkat dan menyebabkan hiperglikemi. Pengobatan

yang tidak teratur serta ketidakpatuhan dalam diet mengakibatkan glukosa dalam

darah tidak dapat menjadi energi sehingga menyebabkan terjadinya ketidakstabilan

kadar glukosa darah (Ginting, 2014).

2.4.4 Pathway Diabetes Melitus

21
Obesitas, usia Genitik

Diabetes mellitus type II

Sel beta pankreas penurunan fungsi

Gangguan sekresi insuline

Produksi insulin menurun

Ketidakseimbangan
produksi insulin

Penurunan sekresi intrasel

Insulin tidak terikat khusus


dengan reseptor khusus
pada permukaan sel

Gula darah tidak dapat


dibawa masuk oleh sel

Hiperglikemia

Pengubatan dan kontrol tidak teratur Ketidakpatuhan dalam diet

Glukosa dalam darah tidak stabil

Ketidakstabilan kada glukosa darah

Gambar 2.1 Pathway Diabetes Melitus (Ginting 2014)

22
2.4.5 Manifestasi Klinik Diabetes Melitus

Menurut Smeltzer (2012) penurunan berat badan dapat menjadi gambaran

awal pada pasien Diabetes Melitus, namun penurunan berat badan tersebut tidak

signifikan dan tidak terlalu diperhatikan. Sebagian besar penderita Diabetes Melitus

yang baru terdiagnosis memiliki berat badan yang berlebih. Menurut Rahmasari (2019)

gejala lain yang biasa muncul pada pasien Diabetes Melitus sebagai berikut:

1. Poliuria (peningkatan pengeluaran urine)

Peningkatan pengeluaran urine mengakibatkan glikosuria karena glukosa

darah sudah mencapai kadar “ambang ginjal”, yaitu 180 mg/dl pada ginjal yang

normal. Dengan kadar glukosa darah 180 mg/dl, ginjal sudah tidak bisa

mereabsopsi glukosa dari filtrat glomelurus sehingga timbul glikosuria, karena

glukosa menarik air, osmotic diueretik akan terjadi mengakibatkan polyuria.

2. Polydipsia (peningkatan rasa haus)

Hal ini terjadi karena tingginya kadar glukosa darah yang menyebabkan

dehidrasi berat pada sel di seluruh tubuh. Hal ini terjadi karena glukosa tidak dapat

dengan mudah berdifusi melewati pori-pori membran sel. Rasa lelah dan

kelemahan otot akibat katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian

besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi. Aliran darah yang buruk

pada pasien diabetes kronis juga berperan menyebabkan kelelahan.

3. Polifagia (peningkatan rasa lapar)

Peningkatan ini terjadi karena penurunan aktivitas kenyang di hipotalamus.

Glukosa sebagai hasil metabolisme karbohidrat dalam tubuh tidak dapat masuk ke

dalam sel, sehingga menyebabkan terjadinya kelaparan sel. (Arisman, 2015).

23
4. Rasa lelah dan kelamahan otot

Rasa lelah dan kelamahan otot terjadi karena adanya gangguan aliran darah,

katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan organ tubuh untuk menggunakan

glukosa sebagai energy sehingga hal ini membuat orang merasa lelah (Tarwoto,

2012).

5. Kesemutan rasa baal ak ibat terjadinya neuropati

Pada penderita Diabetes Melitus regenerasi persarafan mengalami gangguan

akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur-unsur protein.Akibat

banyak sel persarafan teruatama perifer mengalami kerusakan (Tarwoto, 2012).

6. Kelemahan tubuh

Kelemahan tubuh terjadi akibat penurunan produksi energi metabolic yang

dilakukan oleh sel dalam tubuh melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung

secara optimal (Tarwoto, 2012),

7. Luka atau bisul tidak sembuh-sembuh

Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dalam masa

penyembuhan luka kita butuh protein dan unsur makan yang lain. Pada penderita

diabetes melitus bahan protein banyak di formulasikan untuk kebutuhan energi sel

sehingga bahan yang dipergunakan untuk pengantian jaringan yang rusak

mengalami gangguan dalam masa penyembuhan luka.Selain itu luka yang sulit

sembuh juga dapat diakibatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang cepat

pada penderita diabetes melitus (Tarwoto, 2012).

2.4.6 Komplikasi

1. Komplikasi Diabetes Melitus akut

24
a. Diabetes Ketoasidosis

Komplikasi akut dan berbahaya dengan tingkat insulin rendah

menyebabkan hati menggunakan lemak sebagai sumber energi. Hal tersebut

normal jika terjadi secara periodik namun akan menjadi masalah serius jika

dipertahankan. Penderita DKA biasanya mengalami dehidrasi serta pernapasan

cepat dan dalam (Hasdianah, 2015).

b. Hiperglikemia

Komplikasi ini merupakan air dalam cairan sel ditarik keluar dari sel-sel

masuk kedalam darah dan ginjal, kemudian membantu membuang glukosa ke

dalam urine. Jika cairan dalam sel yang keluar tidak diganti maka akan muncul

efek osmotic karena kadar glukosa tinggi dan hilangnya air yang kemudian akan

mengarak kepada dehidrasi. Kondisi elektrolit yang tidak seimbang juga

mengganggu dan berbahaya (Hasdianah, 2015).

c. Hipoglikemia Atau kondisi tidak normal akibat glukosa darah yang rendah.

Penderita akan mengalami perasaan gelisah, berkeringat, lemah, dan

mengalami semacam rasa takut dan bergerak panik. Hal ini disebabkan oleh

faktor-faktor, seperti terlalu banyak atau salah 14 penggunaan insulin, terlalu

banyak atau salah waktu olahraga, dan tidak cukup asupan makanan (Hasdianah,

2015).

2. Komplikasi Kronik

a. Makroangiopati

Peningkatan kadar glukosa secara kronis dalam darah menyebabkan

kerusakan pembuluh darah. Sel endotel yang melapisi pembuluh darah

mengambil glukosa lebih dari biasanya karena sel-sel tersebut tidak tergantung

pada insulin. Sel-sel tersebut kemudian membentuk permukaan

glikoprotein.lebih dari biasanya sehingga menyebabkan membran basal tumbuh.

25
b. Mikroangiopati

Perubahan-perubahan mikrovaskuler yang ditandai dengan penebalan

dan kerusakan membran diantara jaringan dan pembuluh darah sekitar. Terjadi

pada penderita diabetes melitus yang terjadi neuropati, nefropati, dan retinopati.

Nefropati terjadi karena perubahan mikrovaskuler pada struktur dan fungsi ginjal

yang menyebabkan komplikasi pada pelvis ginjal. Retinopati yaitu perubahan

dalam retina karena penurunan protein dalam retina. Hal ini mengakibatkan

gangguan dalam penglihatan. Retinopati dibagi menjadi 2 tipe yaitu :

1) Retinopati back ground yaitu mikroneuronisma di dalam pembuluh retina

menyebabkan pembentukan eksudat keras.

2) Retinopati proliferatif yaitu perkembangan lanjut dari retinopati back ground

yang terjadi pembentukan pembuluh darah baru pada retina akan

menyebabkan pembuluh darah menciut dan tarikan pada retina serta

pendarahan di rongga vitreum.serta mengalami pembentukan katarak yang

disebabkan hiperglikemia berkepanjangan.

c. Neuropati diabetika merupakan akumulasi orbital dalam jaringan dan perubahan

metabolik yang mengakibatkan penurunan fungsi sensorik dan motorik saraf

yang menyebabkan penurunan persepsi nyeri.

d. Kaki diabetik perubahan mikroangiopati, mikroangiopati dan neuropati

menyebabkan perubahan pada ekstermitas bawah. Komplikasinya dapat terjadi

gangguan sirkulasi, terjadi infeksi, gangrene, penurunan sensasi, dan hilangnya

fungsi saraf sensorik (Sukarmin & Riyadi, 2013).

2.4.7 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Fahmi (2015) pemeriksaan penunjang meliputi :

1. Kadar glukosa darah

26
Tabel 2.2 kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimetik
sebagai patokan penyaring.
Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl)
Kadar gula darah Diabetes Belum pasti
sewaktu Melitus Diabetes Melitus
Plasma vena >200 100-200
Darah kapiler >200 80-100
Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl)
Kadar gula darah Diabetes melitus Belum pasti
puasa diabetes melitus
Plasma vena >120 110-120
Darah kapiler >110 90-110

2. Kriteria diagnostic WHO untuk Diabetes Melitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :

1) Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

2) Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

3) Glukosa plasma dari sempel yang diambil 2 jam kemudian sesudah

mengkonsumsi 75gr karbohidrat (2 jam post pradial (pp) >200 mg/dl)

3. Pemeriksaan laboratorium

Jenis tes pada pasien diabetes melitus dapat berupa tes saring, tes diagnostic, tes

pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi.

4. Tes saring

Tes-tes saring pada diabetes melitus adalah :

a. GDP , GDS

b. Tes glukosa urine

1) Tes konvensional (metode reduksi/ benedict)

2) Tes carik celup (metode glucose oxidase/hexokinase)

5. Tes diagnostic

Tes-tes diagnostic pada Diabetes Melitus adalah : GDP, GDS, GD2PP (Glukosa

Darah 2 jam Post Pradial), glukosa jam ke-2 TTGO

27
6. Tes monitoring terapi

Tes-tes monitoring pada Diabetes Melitus adalah:

a. GDP: Plasma vena , darah kapiler

b. GD2PP: plasma vena

c. A1c: Darah vena, darah kapiler

7. Tes untuk mendeteksi komplikasi

Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah :

a. Mikroalbuminuria : urin

b. Ureum, Kreatin, Asam Urat

c. Kolesterol total : plasma vena (puasa)

d. Kolesterol LDL: plasma vena (puasa)

e. Kolsterol HDL : plasma vena (puasa)

f. Trigleseride : plasma vena (puasa)

2.4.8 Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan Diabetes Melitus (Soebagijo dkk, 2015) secara umum

ada empat pilar sesuai dengan Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes

Melitus di Indonesia tahun 2015, adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien

diabetes melitus. Tujuan Penatalaksanaan yaitu :

1. Tujuan jangka pendek : menghilangkan keluhan diabetes melitus, memperbaiki

kualitas hidup, dan mengurangi resiko komplikasi akut.

2. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit

mikroangiopati dan makroangiopati

3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas diabetes

melitus.

28
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah,

tekanan darah, berat badan dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara

komprehensif, seperti :

1. Diet(pengaturan pola makan)

Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama

dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang

dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masingmasing individu. Pada

penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal

jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada individu yang

menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin. Standar yang dianjurkan

adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat 60-

70%, lemak 20-25% danprotein 10-15%. Untuk menentukan status gizi, dihitung

dengan BMI (Body Mass Indeks). Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass

Index (BMI) merupupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau

status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan

kelebihan berat badan.

2. Exercise (latihan fisik/olahraga)

Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30

menit, yang sifatnya sesuai dengan Continous, Rhythmical, Interval, Progresive,

Endurance (CRIPE). Training sesuai dengan kemampuan pasien. Sebagai

contoh adalah olah raga ringan jalan kaki biasa selama 30 menit. Hindarkan

kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas malasan (Soebagijo, 2015)

3. Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan sangat penting dalam pengelolaan. Pendidikan

kesehatan pencegahan primer harus diberikan kepada kelompok masyarakat

resiko tinggi. Pendidikan kesehatan sekunder diberikan kepada kelompok pasien

diabetes melitus. Sedangkan pendidikan kesehatan untuk pencegahan tersier

29
diberikan kepada pasien yang sudah mengidap diabetes melitus dengan penyulit

menahun(Soebagijo, 2015)

4. Farmakoterapi

Penggunaan obat-obatan merupakan upaya terakhir setelah beberapa upaya

yang telah dilakukan tidak berhasil, sehingga penggunaan obatobatan dapat

membantu menyeimbangkan kadar glukosa darah pada penderita Diabetes

Melitus.

a. Obat

Obat-obatan Hipoglikemik Oral (OHO)

1) Golongan Sulfoniluria

Cara kerja golongan ini adalah merangsang sel beta pankreas untuk

mengeluarkan insulin, jadi golongan sulfonuria hanya bekerja bila sel-sel

beta utuh, menghalangi pengikatan insulin, mempertinggi kepekaan

jaringan terhadap insulin dan menekan pengeluaran glukagon.

2) Golongan Biguanid

Cara kerja golongan ini tidak merangsang sekresi insulin. Golongan

biguanid dapat menurunkan kadar gula darah menjadi normal dan

istimewanya tidak pernah menyebabkan hipoglikemi.

3) Alfa Glukosidase Inhibitor

Obat ini berguna menghambat kerja insulin alfa glucosidase didalam

saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan

menurunkan hiperglikemia post prandial. Obat ini bekerja di lumen usus

dan tidak menyebabkan hipoglikemi serta tidak berpengaruh pada kadar

insulin.

4) Insulin Sensitizing Agent

Efek farmakologi pada obat ini meningkatkan sensitifitas berbagai

masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia

30
b. Insulin

Dari sekian banyak jenis insulin menurut cara kerjanya yaitu yang

bekerja cepat (Reguler Insulin) dengan masa kerja 2-4 jam, kerjanya sedang

(NPN) dengan masa kerja 6-12 jam, kerjanya lambat (Protamme Zinc

Insulin) masa kerjanya 12-24 jam,

c. Mengontrol Gula Darah Bagi penderita Diabetes Melitus

Mengontrol gula darah sebaiknya dilakukan secara rutin agar dapat

memantau kondisi kesehatan saat menjalankan diet maupun tidak. Dengan

mengontrol gula darah secara rutin, penderita dapat memahami kondisi

tubuhnya mengalami hiperglikemi atau hipoglikemi (Tandra, H, 2015)

2.5 Konsep Ketidakstabilan Gula Darah

2.5.1 Definisi ketidakstabilan gula darah

Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah adalah variasi dimana kadar

glukosa darah mengalami kenaikan atau penurunan gula darah dari rentang normal

yang disebut dengan Hiperglikemi atau Hipoglikemia (Wilkinson, 2015). Hiperglikemi

merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah meningkat atau berlebihan.

Keadaan ini disebabkan karena stres, infeksi, dan konsumsi obat - obatan tertentu.

Hipoglikemia merupakan keadaan kadar glukosa darah dibawah normal, terjadi

karena ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-

obatan yang digunakan.

Hiperglikemia merupakan keadaan kadar glukosa dalam darah klien saat

pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl, pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200

mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75

gram dan pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl. Hipoglikemia

merupakan keadaan dimana terjadinya penurunan kadar glukosa darah di bawah 60

hingga 50 mg/dl.(Pudiastuti. R. Dewi., 2013).

31
Menurut Nurarif, A., H & Kusuma, H. (2015) menjelaskan bahwa terdapat

beberapa Faktor risiko yang memicu terjadinya ketidakstabilan kadar glukosa

darah antara lain

1. Pemantauan glukosa darah tidak adekuat

2. Manajemen Diabetes tidak tepat

3. Kurang pengetahuan tentang manajemen penyakit

4. Kurang pengetahuan tentang faktor yang dapat diubah

5. Kurang kepatuhan pada rencana manajemen diabetes

1.

2.

2.1.

2.2.

2.2.1.

2.5.2 Etiologi Ketidakstabilan Gula Darah

Penyebab ketidakstabilan kadar glukosa darah akibat terjadinya gangguan

sel beta yang tidak mampu menghasilkan insulin atau mampu tetapi jumlah insulin

tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Hiperglikemia adalah gejala khas DM Tipe II.

Beberapa hal yang dapat menyebabkan gangguan kadar glukosa darah diantaranya

resistensi insulin pada jaringan lemak, otot, dan hati. Kenaikan produksi glukosa oleh

hati serta kekurangan sekresi insulin oleh pankreas. Ketidakstabilan kadar glukosa

darah (hipoglikemia) biasanya muncul pada klien diabetes melitus yang bertahun-

tahun. Keadaan ini terjadi karena mengkonsumsi makanan sedikit atau aktivitas fisik

yang berat (Setyoadi et al., 2018). Selain kerusakan pankreas dan resistensi insulin

beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya ketidakstabilan kadar glukosa dalam

darah adalah pola makan, aktivitas, dan pengobatan klien DM tipe II (Soegondo,

2010 dalam I Devi. 2018).

32
Hasil pemeriksaan gula darah sangat bervariasi, tergantung metabolisme

makanan menjadi gula oleh tubuh, serta bagaimana tubuh mengolah gula. Bila anda

melakukan sendiri pemeriksaan gula darah, hal ini akan membantu mengerti

mengapa gula naik atau turun dan bagaimana mengatasinya. Selain itu, dapat

mengetahui naik turunnya gula dari jam ke jam, dari hari ke hari.

1. Makanan

2. Hati

3. Olahraga dan aktivitas

4. Obat

5. Penyakit

2.5.3 Patofisiologi Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah

Kegagalan sel beta pankreas dan resistensi insulin sebagai patofisiologi

kerusakan sentral pada DM , sehingga memicu ketidakstabilan kadar glukosa darah

hiperglikemi. Defisiensi insulin menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel menjadi

menurun, sehingga kadar gula dalam plasma menjadi tinggi (Hiperglikemia). Jika

hiperglikemia ini parah dan melebihi dari tahap ginjal maka timbul glukosuria.

Glukosuria ini menyebabkan diuresis osmotik yang akan meningkatkan pengeluaran

kemih (poliuri) dan timbul rasa haus (polidipsi) sehingga terjadi dehidrasi.

Pada gangguan sekresi insulin berlebihan, kadar glukosa akan dipertahankan pada

tingkat normal atau sedikit meningkat. Tapi, jika sel beta tidak mampu

mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin maka kadar glukosa darah meningkat.

Selain itu pola makan juga bisa mempengaruhi ketidakstabilan kadar glukosa darah

pada penderita DM tipe II. Ketidakstabilan kadar glukosa darah hipoglikemia terjadi

akibat dari ketidakmampuan hati dalam memproduksi glukosa.

Ketidakmampuan ini terjadi karena penurunan bahan pembentuk glukosa,

gangguan hati atau ketidakseimbangan hormonal hati. Penurunan pembentuk

glukosa terjadi pada waktu sesudah makan 5-6 jam. Keadaan ini menyebabkan

33
penurunan sekresi insulin dan peningkatan hormon kontra regulator yaitu glukagon

dan epinefrin.

Hormon glukagon dan efinefrin sangat berperan saat terjadi penurunan

glukosa darah yang mendadak. Hormon tersebut akan memacu glikonolisis dan

glucaneogenesis serta proteolysis di otot dan liolisi pada jaringan lemak sehingga

tersedia bahan glukosa. Penurunan sekresi insulin dan peningkatan hormon kontra

regulator menyebabkan penurunan penggunaan glukosa di jaringan insulin sensitive

dan glukosa yang jumlahnya terbatas disediakan hanya untuk jaringan otak

2.5.4 Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Pada

Diabetes Militus.

Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kadar gula darah pada penderita

Diabetes Melitus, antara lain lama menderita diabetes, obesitas, aktivitas fisik, jenis

latihan jasmani, frekuensi latihan jasmani, kepatuhan diet,kepatuhan dalam minum

obat,dukungan keluarga dan motivasi untuk menjalani perobatan. (Epidemiologi &

Masyarakat, 2018). Menurut Clevo Rendi (2012) diantara lain :

1. Usia

Resistensi insulin cendrung terjadi pada usia diatas 65 tahun.Meningkatnya

usia merupakan paktor risiko yang menyebabkan fungsi pankreas menjadi

menurun sehingga produksi insulin oleh sel beta pankreas juga ikut terganggu.

1. Terapi

Tujuan terapi adalah membantu memformalkan aktivitas insulin dan kadar

glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi.

2. Diet

Diet adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kadar glukosa darah. Diet

pada pasien Diabetes Melitus dapat membatu mengatur jumlah kalori dan

34
karbohidrat. Jika supan kalori dan karbohidrat pada pasien tidak teratur maka

dapat menyebabkan ketidakstabilan kadar glukosa darah.

2.5.5 Tanda dan Gejala Ketidakstabilan Gula Darah

Penderita Diabetes Melitus yang mengalami hiperglikemia dapat disertai

dengan gejala sebagai berikut :

1. Mudah lelah dan lesu

2. Mulut terasa kering

3. Mengalami rasa haus berlebih

4. Urin yang dihasilkan jumlahnya meningkat

5. Serta kadar glukosa dalam darah / urin relatif tinggi. (PPNI, 2016).

2.6 Konsep Asuhan Keperawatan

Menurut sukarmin & Riyadi (2013) asuhan keperawatan meliputi :

2.6.1 Pengkajian :

Pengumpulan data meliputi :

1. Biodata

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan

pekerjaan. Penyakit Diabetes Melitus sering muncul setelah seseorang memasuki

usia 45 tahun terlebih pada orang dengan berat badan berlebih.

2. Riwayat kesehatan

35
Keluhan utama : Keluhan utama yang biasanya dirasakan oleh klien Diabetes

Melitus yaitu badan terasa sangat lemas sekali disertai dengan penglihatan kabur,

sering kencing (Poliuria), banyak makan (Polifagia), banyak minum (Polidipsi)

3. Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan dominan yang dialami klien adalah munculnya gejala sering buang

air kecil (poliuria), sering merasa lapar dan haus (polifagi dan polidipsi), luka sulit

untuk sembuh, rasa kesemutan pada kaki, penglihatan semakin kabur,cepat merasa

mengantuk dan mudah lelah, serta sebelumya klien mempunyai berat badan

berlebih.

4. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit dahulu biasanya ditandai dengan Klien pernah mengalami

kondisi suatu penyakit dan mengkonsumsi obat-obatan atau zat kimia tertentu.

Penyakit yang dapat menjadi pemicu timbulnya Diabetes Melitus dan perlu dilakukan

pengkajian diantaranya:

a. Penyakit pankreas

b. Gangguan penerimaan insulin

c. Gangguan hormonal

d. Pemberian obat-obatan seperti :

1) Furosemid (diuretik)

2) Thiazid(diuretik).

5. Riwayat penyakit keluarga

Diabetes Melitus dapat berpotensi pada keturunan keluarga, karena kelainan

gen yang dapat mengakibatkan tubuhnya tidak dapat menghasilkan insulin dengan

baik.

6. Riwayat kehamilan

Pada umumnya Diabetes Melitus dapat terjadi pada masa kehamilan, yang

terjadi hanyalah pada saat hamil saja dan biasanya tidak dialami setelah masa

36
kehamilan serta diperhatikan pula kemungkinan mengalami penyakit Diabetes

Melitus yang sesungguhnya dikemudian hari.

7. Riwayat psikososial

Diabetes Melitus dapat terjadi jika klien pernah mengalami atau sedang

mengalami stress baik secara fisik maupun emosional (yang dapat meningkatkan

kadar hormone stress seperti kortisol, epinefrin, dan glukagon) yang dapat

menyebabkan kadar gula darah meningkat (Susilowati, 2014)

8. Pola fungsi kesehatan

a. Pola metabolik nutrisi

Bagi penderita Diabetes Melitus selalu ingin makan tetapi berat badan

semakin turun, cenderung mengkonsumsi glukosa berlebih dengan jam dan porsi

yang tidak teratur, karena glukosa yang ada tidak dapat ditarik kedalam sel

sehingga terjadi penurunan masa sel. Pada pengkajian intake cairan yang terkaji

sebanyak 2500-4000 cc per hari dan cenderung manis (Susilowati, 2014).

b. Pola eliminasi

Klien diabetes millitus tidak ada perubahan yang mencolok. Frekuensinya

satu hingga dua kali perhari dengan warna kekuningan, sedangkan pada

eliminasi buang air kecil. Jumlah urin yang banyak akan dijumpai baik secara

frekuensi maupun volume (frekuensinya biasanya lebih dari 10 x perhari, dengan

volume cairan mencapai 2500-3000 cc perhari). Untuk warna tidak ada

perubahan sedangkan bau ada unsur aroma gula (Susilowati, 2014).

c. Pola aktivitas

Penderita Diabetes Melitus mengalami penurunan gerak karena kelemahan

fisik, kram otot, penurunan tonus otot, gangguan istirahat dan tidur, takikardi atau

takipnea pada saat melakukan aktivitas hingga terjadi koma. Adanya luka

gangren dan kelemahan otot-otot bagian tungkai bawah. Penderita Diabetes

Melitus akan mengalami ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari

37
secara maksimal serta mudah mengalami kelelahan. Penderita Diabetes Melitus

mudah jatuh karena penurunan glukosa pada otak akan berakibat penurunan

kerja pusat ketidak keseimbangan (diserebrum/otak kecil) (Susilowati, 2014).

d. Pola tidur dan istirahat

Pada penderita Diabetes Melitus mengalami gejala sering kencing pada

malam hari (Poliuria) yang mengakibatkan pola tidur dan waktu tidur penderita

mengalami perubahan (Susilowati, 2014).

e. Pola konsep diri

Mengalami penurunan harga diri karena perubahan penampilan, perubahan

identitas diri akibat tidak bekerja, perubahan gambaran diri karena mengalami

perubahan fungsi dan struktur tubuh, lamanya perawatan, banyaknya biaya

perawatan serta pengobatan menyebabkan klien mengalami gangguan peran

pada keluarga serta kecemasan (Susilowati, 2014).

f. Aktualisasi diri

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan puncak pada hirarki kebutuhan Maslow,

jika klien sudah mengalami penurunan harga diri maka klien sulit untuk

melakukan aktivitas di rumah sakit enggan mandiri, tampak tak bergairah, dan

bingung (Lailatul, L. N, 2017)

g. Pola nilai keyakinan Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan

kebutuhan yang mendapatkan sumber kesembuhan dari Tuhan (Susilowati,

2014).

h. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum : Cukup

2) Tingkat kesadaran kesehatan Kesadaran composmentis, latergi, strupor, koma,

apatis tergantung kadar gula yang tidak stabil dan kondisi fisiologi untuk

melakukan konpensasi kelebihan gula darah.

38
3) Tanda tanda vital

- Frekuensi nadi dan tekanan darah : takikardi dan hipertensi dapat terjadi

pada penderita Diabetes Melitus karena glukosa dalam darah yang

meningkat dapat menyebabkan darah menjadi kental.

- Frekuensi pernafasan: Takipnea (pada kondisi ketoasidosis)

- Suhu tubuh Hipertemi ditemukan pada klien Diabetes Melitus yang

mengalami komplikasi infeksi pada luka atau pada jaringan lain. Sedangkan

hipotermi terjadi pada penderita yang tidak mengalami infeksi atau

penurunan metabolik akibat penurunan masukan nutrisi secara drastis

4) Berat badan dan tinggi badan

Kurus ramping pada Diabetes Melitus fase lanjutan dan lama tidak

melakukan terapi. Sedangkan pada penderita Diabetes Melitus gemuk padat

atau gendut merupakan fase awal penyakit atau penderita lanjutan dengan

pengobatan yang rutin dan pola makan yang masih belum terkontrol. (Willem

Pieter, 2013)

5) Kulit

Pemeriksaan ini untuk menilai warna, kelembapan kulit, suhu, serta

turgor kulit. Pada klien yang menderita Diabetes Melitus biasanya ditemukan:

a) Warna : kaji adanya warna kemerahan hingga kehitaman pada luka.

Akan tampak warna kehitaman disekitar luka. Daerah yang seringkali

terkena adalah ekstermitas bawah

b) Kelembapan kulit : lembab pada penderita yang tidak memiliki diuresis

osmosis dan tidak mengalami dehidrasi. Kering pada klien yang

mengalami diuresis, osmosis dan dehidrasi.

c) Suhu : klien yang mengalami hipertermi biasanya mengalami infeksi.

d) Turgor : menurun pada saat dehidrasi

39
6) Kuku Warna : pucat, sianosis terjadi karena penurunan perfusi pada kondisi

ketoasidosis atau komplikasi saluran pernafasan

7) Kepala

a) Inspeksi

Kaji bentuk kepala warna rambut jika hitam kemerahan menandakan

nutrisi kurang, tekstur halus atau kasar penyebaran jarang atau merata,

kwantitas tipis atau tebal pada kulit kepala terdapat benjolan atau lesi

antara lain : kista pilar dan psoriasis yang rentan terjadi pada penderita

Diabetes Melitus karena penurunan antibody. Amati bentuk wajah apakah

simetris serta ekspresi wajah seperti paralisis wajah.

b) Palpasi

Raba adanya massa dan atau nyeri tekan.

8) Mata

a) Inspeksi

Pada klien dengan diabetes melitus terdapat katarak karena kadar

gula dalam cairan lensa mata naik. Konjungtiva anemis pada penderita

yang kurang tidur karena banyak kencing pada malam hari. Kesimetrisan

pada mata. penglihatan yang kabur dan ganda serta lensa yang keruh

serta kesimetrisan bola mata.

b) Palpasi

Saat dipalpasi bola mata teraba kenyal, tidak teraba nyeri tekan.

9) Hidung

a) Inspeksi

Pengkajian daerah hidung dan fungsi sistem penciuman, septum nasi

tepat di tengah, kebersihan lubang hidung, jalan nafas/ adanya sumbatan

40
pada hidung seperti polip, peradangan, adanya sekret atau darah yang

keluar, kesulitan bernafas atau adanya kelainan bentuk dan kelainan lain

b) Palpasi

Ada tidaknya nyeri tekan pada sinus dan tidak ada benjolan

10) Telinga

a) Inspeksi

Pengkajian pada daerah telinga serta sistem fungsi pendengaran,

keadaan umum telinga gangguan saat mendengar, pengguanaan alat

bantu dengar, adanya kelainan bentuk dan kelainan lain, kebersihan

telinga, kesimetrisan telinga kanan dan kiri.

b) Palpasi

Ada tidaknya nyeri tekan pada daerah tragus

11) Mulut dan gigi

a) Inspeksi

Adanya peradangan pada mulut (mukosa mulut, gusi, uvula dan

tonsil), adanya karies gigi, terdapat stomatitis, air liur menjadi lebih kental,

gigi mudah goyang, serta gusi mudah bengkak dan berdarah. Adakah bau

nafas seperti bau buah yang merupakan terjadinya ketoasidosis diabetik

pada penderita diabetes melitus serta mudah sekali terjadi infeksi.

b) Palpasi

Tidak ada nyeri tekaN (Rohman M.S., 2010).

12) Leher

a) Inspeksi

Pembesaran pada leher, pembesaran kelenjar limfa leher dapat

muncul jika ada pembesaran kelenjar sistemik, persebaran kulit.

b) Palpasi

Ada tidaknya pembendungan vena jugularis (Susilowati, 2014)

41
13) Thorax

a) Inspeksi

Persebaran warna kulit, ada tidaknya bekas luka, ada tidaknya sesak

nafas, batuk, nyeri dada, pergerakan dinding dada,

b) Palpasi

Kesimetrisan dada, taktil fremitus

c) Perkusi

Semua lapang paru terdengar resonan, tidak ada penumpukan sekret,

cairan atau darah

d) Auskultasi

Ada atau tidaknya suara nafas tambahan seperti ronchi dan whezzing di

semua lapang paru (Mulyati, 2014).

14) Pemeriksaan jantung

a) Inspeksi

Tampak atau tidaknya iktus kordis pada permukaan dinding dada di

ICS 5 midklavikula sinistra

b) Palpasi

teraba atau tidaknya iktus kordis di ICS 5 midklavikula sinistra.

c) Perkusi

Pada ICS 3 hingga ICS 5 terdengar pekak,

d) Auskultasi

Bunyi jantung S1 dan S2 terdengar tunggal, tidak ada suara jantung

tambahan (Muttaqin Arif, 2012)

15) Pemeriksaan abdomen

a) Inspeksi

42
Warna kulit merata, ada atau tidaknya lesi, bentuk abdomen apakah

datar, cembung, atau cekung. Kaji adanya mual atau muntah disebabkan

karena kadar kalium yang menurun akibat polyuria, pankreastitis,

kehilangan nafsu makan. Terjadi peningkatan rasa lapar dan haus pada

individu yang mengalami ketoasidosis

b) Auskultasi

Bising usus terdengar 5-30 x/menit

c) Palpasi

Ada massa pada abdomen, kaji ada tidaknya pembesaran hepar, kaji

ada tidaknya asites, ada atau tidaknya nyeri tekan pada daerah ulu hati

(epigastrium) atau pada 9 regio

d) Perkusi

Bunyi timpani, hipertimpani untuk perut kembung, pekak untuk

jaringan padat.

16) Genetalia dan reproduksi

a) Inspeksi

Klien yang mengalami diabetes melitus biasanya pada saat berkemih

terasa panas dan sakit, terdapat keputihan pada daerah genetalia, ada

atau tidaknya tanda-tanda peradangan pada genetalia.

17) Ekstremitas

a) Inspeksi

Kaji persebaran warna kulit, kaji turgor kulit, akral hangat, sianosis,

persendian dan jaringan sekitar saat memeriksa kondisi tubuh. Amati

kemudahan dan rentan gesekan kondisi sekitar. Klien akan merasakan

cepat lelah, lemah dan nyeri, serta adanya gangrene di ekstermitas, amati

warna dan kedalaman pada bekas luka di ekstermitas, serta rasa

43
kesemutan atau kebas pada ekstermitas merupakan tanda dan gejala

penderita diabetes melitus.

b) Palpasi

Kaji kekuatan otot, ada tidaknya pitting edema. (Sudarta, 2012).

9. Pemeriksaan diagnostik

1) Glukosa darah : gula darah puasa lebih dari 130 ml/dL , tes toleransi glukosa

lebih dari 200 ml/dL 2 jam setelah pemberian glukosa.

2) Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok

3) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat

4) Osmolalitas serum meningkat kurang dari 330mOsm/L

5) Amilase darah : terjadi peningkatan yang dapat mengindikasikan adanya

pankreasitis akut sebagai penyebab terjadinya Diabetes Ketoacidosis

6) Insulin darah : pada diabetes melitus tipe 2 yang mengindikasi adanya

gangguan dalam penggunaannya (endogen dan eksogen). Resistensi insulin

dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody

7) Pemeriksaan fungsi tiroid : pemeriksaan aktivitas hormone tiroid dapat

meningkatkan glukosa dalam darah dan kebutuhan akan insulin

8) Urine : gula darah aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin

meningkat.

9) Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,

infeksi saluran pernafasan serta infeksi pada luka.

10) HbA1c : rata-rata gula darah selama 2 hingga 3 bulan terakhir yang digunakan

bersama dengan pemeriksaan gula darah biasa untuk membuat penyesuaian

dalam pengendalian Diabetes Melitus(Wijaya & Putri, 2013).

2.6.2 Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakstabilan kadar glikosa darah berhubungan dengan resistensi insuline

ditandai dengan kadar glukosa tinggi (D.0027).

44
1) Definisi

Variasi kadar glukosa darah naik/turun dari rentang normal.

2) Penyebab

- Hiperglikemia : Resistensi Insuline

3) Gejala dan tanda mayor

Tabel : 2.3 Gejala dan tanda mayor

Subjectif Objectif
Hiperglikemia 1. Kadar glukosa dalam darah/ urin tinggi
1. Lelah atau
lesu

4) Gejala dan tanda menor


Tabel : 2.4 Gejala dan tanda minor

Subjectif Objectif
Hiperglikemia 1. Jumlah urin meningkat
1. Mulut kering
2. Haus
meningkat

5) Kondisi Klinis Terkait

a) Diabetes Melitus

b) Ketoasidosis diabetik

c) Hipoglikemia

d) Hiperglikemia

e) Deabetes Gastasional

2.6.3 Intervensi

Rencana intervensi ketidakstabilan kadar glukosa darah menurut (PPNI, 2018)

yaitu:

45
Tabel 2.5 intervensi

Diagnosa Tujuan dan kriteria Hasil Intervensi


ketidakstabilan Setelah dilakukan Mamajemen hperglikmia ( l.03115)
kadar glukosa tindakan keperawatan Observasi
darah selama 1x 24 jam 1. ldentifikasi kemungkinan penyebab
diharapkan masalah hiperglikemia
keperawatan dapat 2. identifikasi situasi yang menyebabkan
teratasi dengan kriteria kebutuhan insulin meningkat (mis.
hasil menurut penyakit Kambuhan)
SLKI. 3. Monitor kadar glukosa darah, Jika perlu
Kestabilan kadar glukosa 4. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
darah (mis. poliuria, polidipsia, polifagia,
(L.05022) kelemahan, malaise, pandangan kabur,
1. Koordnas meningkat sakit kepala)
2. Kesadaran meningkat 5. Monitor intake dan output cairan
3. Mengantuk menurun 6. Monitor keton urin, kadar analisa gas
4. Pusing menurun darah, elektrolit, tekanan darah ortostaük
5. Lelah / lesu menurun dan frekuensi nadi
6. Keluhan lapar Terapeutik
menurun 7. Berikan asupan cairan oral
7. Gemetar menurun 8. Konsultasi dengan medis jika tanda dan
8. Berkerngat menurun gejala hiperglikemia tetap ada atau
9. Rasa haus menurun memburuk
10. Kadar glukosa dalam 9. Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi
darah membaik ortostatik
Edukasi
10. Anjurkan menghindari olahraga saat
kadar glukosa darah leblh darl 250 mg/dl
11. Anjurkan monitor kadar glukosa darah
secara mandin
12. Anjurkan kepatuhan terhadap dlet dan
olahraga
13. Ajarkan indikasi dan pentingnya
pengujian keton urine, jika perlu
14. Ajarkan pengelolaan diabetes (ms.
penggunaan insulln, obat oral, monitor
asupan calran, penggantian karbohidrat,
dan bantiuan profesional kesehatan)
Kolaborasi
15. Kolabarasi pemberian insulin, jika periu
16. Kalaborasi pemberian cairan 1V, jika
perlu
17. Kolaborasi pemberian kallunm, jika pelu.

2.6.4 Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan pengelolahan dan wujud dari

rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan atau

46
intervensi (Setiadi, 2015). Implementasi merupakan realisasi tindakan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga

meliputi pengumpulan data berkelanjutan. Mengobservasi respon klien

selama dan sesudah pelaksanaan tindakan dan menilai data yang baru

(Nikmatur dan Walid, 2017).

Pada penelitian ini penulis menggunakan implementasi keperawatan

sebagai perencanaan yang sudah ditentukan untuk klien Diabetes Melitus

type 2 dengan Ketidakstabilan Gula Darah Diruang Dahlia Di RSI Unisma

Kota Malang.

2.6.5 Evaluasi

Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang

menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan

pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Meskipun tahap evaluasi diletakkan

pada akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan bagian integral pada

setiap tahap proses keperawatan (Setiadi, 2012).

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.

3.4 Pendekatan

47
Metode penelitian dalam menyusun karya tulis ilmiah ini, penulis

menggunakan metode deskriptif yang menggambarkan studi kasus dan metode studi

kepustakaan. Metode deskriptif adalah mendeskriptifkan (memaparkan) peristiwa

yang dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada data faktual dari

penyimpulan. Fenomenal disajikan apa adanya tanpa manipulasi dan peneliti tidak

mencoba menganalisis bagaimana dan mengapa fenomena tersebut bisa terjadi.

(Nursalam, 2016).

Karya tulis ilmiah studi kasus ini adalah untuk mengeksplorasi masalah

asuhan keperawatan pada klien Diabetes Melitus type 2 dengan masalah

ketidakstabilan kadar glukosa darah di Ruang Dahlia unisma kota malang.

3.5 Batasan istilah

Asuhan keperawatan pada 2 klien yang terdiagnosa medis Diabetes Melitus type 2

dengan masalah ketidakstabilan kadar glukosa darah, yang dirawat inap Diruang

Dahlia unisma kota malang dengan karakteristik sebagai Berikut :

1. Klien yang terdiagnosa medis Diabetes Melitus type 2 dengan atau tanpa

adanya penyakit penyerta

2. Klien yang mengalami hiperglikemi kadar gula puasa ≥130mg/dl, kadae gula

darah sewaktu ≥200mg/dl, dan kadar gula darah 2jam PP ≥200mg/dl

3. Klien dengan atau tanpa adanya pemeriksaan HbA1c.

3.6 Unit analisis

Pada penelitian ini menjadi partisipasi adalah 2 klien diabates mellitus type 2

dengan masalah ketidakstabilan glukosa darah yang dirawat inap di Ruang Dahlia

RSI Unisma Kota Malang.

3.7 Lokasi dan waktu penelitian

48
Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap Dahlia RSI Unisma Kota

Malang.yang dilaksanakan selama 12 hari dimulai tanggal 26 Januari - 6 februari

2022.

3.8 Pengumpulan data

Pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Diabetes Melitus type 2 dengan

masalah ketidakstabilan glukosa darah di Ruang Dahlia RSI Unisma Kota Malan.

Penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara ( hasil anamnesis berisi tentang identitas klien, keluhan utama,

riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit keluarga, data psikososial, dan pola

fungsi kesehatan). Sumber data dari klien, keluarga dan perawat jaga.

2. Observasi dan pemeriksaan fisik

Observasi dilakukan dengan cara memantau tanda dan gejala hiperglikemi,

memantau GDA, memantau asupan makanan dan olahraga pada klien, serta

kepatuhan klien dengan pengobatan. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan

pendekatan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi pada klien.

3. Studi Dokumen

Studi dokumen untuk melengkapi hasil penelitian yang didapatkan dari rekam

medis (RM) klien.

3.9 Uji keabsahan data

Uji keabsahan data untuk membuktikan kualitas data yang diperoleh dalam

penelitian sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Uji keabsahan data

meliputi uji kreadibilitas data (validitas internal), uji depenabilitas (reliabilitas) data,

uji transferabilitas (validitas eksternal/ generalisasi). dan uji konfirmabilitas

49
(obyektivitas). Menurut Sugiyono, (2017) pengujian keabsahan data pada penelitian

kualitatif dapat dilakukan dengan uji sebagai berikut:

1. Uji Kredibilitas

Uji kredibilitas data dapat dilakukan dengan perpanjangan proses

pengamatan yang mana proses ini dapat meningkatkan kepercayaan/kredibilitas

data. Dengan perpanjangan pengamatan ini dapat diartikan bahwa peneliti

kembali ke lapangan, melakukan pengamatan atau wawancara kembali dengan

sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru sehingga informasi yang

didapat lebih mendalam dan pasti kebenarannya. Selain itu ketekunan dalam

pengamatan selama proses wawancara oleh penulis sehingga informasi yang

didapat kemudian akan dicermati secara maksimal oleh peneliti. Peneliti juga

dapat melakukan wawancara dengan trangulasi sumber yaitu memperoleh data

dari beberapa sumber. Pada penelitian ini informasi diambil dari ibu post partum

sectio caesarea dan dari data rekam medis rumah sakit.

2. Uji Transferabilitas.

Uji transferabiitas ialah dengan memberikan uraian penelitian dengan rinci

dan jelas. Peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang

serinci mungkin, jelas, sistematis dan dapat dipercaya. Dengan proses tersebu

maka pembaca akan memperoleh kejelasan atas hasil penelitian tersebut.

3. Uji Depenabilitas.

Uji depenabilitas merupakan uji yang mana diketahui dari jejak aktivitas

lapangan proses penelitian. Uji ini dilakukan dengan cara melakukan

pemeriksaan terhadap keseluruhan aktivitas dalam proses penelitian mulai dari

menentukan fokus penelitian sampai dengan membuat kesimpulan dari

penelitian yang ditunjukkan oleh peneliti.

4. Uji Konfirmabilitas.

Uji konfirmabilitas uji yang dinilai melalui proses penelitian yang dilakukan

oleh peneliti. Uji ini serupa dengan uji depenabilitas sehingga dapat dilakukan

50
secara bersamaan. Uji ini adalah pengujian menguji hasil penelitian yang

dikaitkan dengan proses yang dilakukan oleh peneliti.

3.10 Analisa data

1. Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi, dan dokumen. Hasil

ditulis dalam bentuk catatan lapangan kemudian disalin dengan bentuk

transkrip (catatan terstruktur)

2. Mereduksi data

Hasil ditulis dalam catatan kecil kemudian disalin dalam catatan

terstruktur dan dikelompokan dalam data subyektif dan obyektif.

3.11 Etik penelitian

Etik penelitian merupakan norma untuk berperilaku menghormati harkat

kemanusiaan, privasi dan hak objek penelitian, memisahkan apa yang seharusnya

dilakukan dan apa yang seharusnya tidak boleh dilakukan (Suwarjana, 2012). Etika

yang mendasari studi kasus ini terdiri dari :

1. Informant concent (Lembar persetujuan)

Lembar persetujuan diberikan pada subjek yang akan diteliti. Kemudian penulis

menjelaskan maksud dan tujuan yang akan dilakukan, serta dampak yang

mungkin terjadi selama maupun sesudah pengumpulan data. Jika responden

bersedia diteliti, maka memperbolehkan responden untuk menandatangani

persetujuan, jika responden menolak untuk diteliti, tidak akan memaksa dan

tetap menghormati hak-haknya.

2. Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan klien, peneliti tidak mencantumkan nama

responden, tetapi lembar tersebut diberi inisial nama.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

51
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok

data tertentu yang dilaporkan hasil penelitian.

BAB IV

Hasil Dan Pembahasa

3.

4.

4.1. Hasil

1. Gambar lokasi pengambilan data

Pengambilan data pada studi kasus ini di Dahlia RSI Unisma Kota Malang. yang

beralamat di JL. Mayjen haryono No 139,Dinoyo Kec Lowokwaru ,Kota Malang jawa

Timur. Peneliti melakukan studi pendahuluan pada tanggal 26 januari - 6 februari

2023 di RSI Unisma Kota Malang. bahwa Prevelensi Diabetes Melitus di Rumah Sakit

islam UNISMA kota malang sebanyak 800 pasien pada tahun 2023 (Rekam Medis,

2023). Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat Ruang Dahlia kota malang

prevelensi Diabetes Melitus sendiri sebanyak 8 pasien penderita Diabetes Melitus dan 2

pasien dengan hiperglikemia pada bulan Desember 2023 (Perawat Ruangan, 2023).

1.

2.

3.

4.

4.1.

4.1.1.

2. Data asuhan Keperawatan medikal bedah

1) Identitas klien

52
Tabel 4.1 identitas klien

Identitas Klien Klien 1 Klien 2


Nama Tn.i Ny.S

Usia 52 38

Jenis kelamin L p

Alamat Jl Simpang laksana Jl tlogo indah

No telepon 0838xxxxxxxx 0828xxxxxxxx

Status pernikahan Menikah Menikah

Agama Islam Islam

Suku Jawa / Indonesia Jawa / Indonesia

Pendidikan SMA SMA

Pekerjaan wiraswasta Pegawai Swata

No RM 263981 261075

Tanggal Masuk 01 Januari 2023 01 januari 2023

Tanggal Pengkajian 01 januari 2023 01 januari 2023

2) Status kesehatan saat ini


Tabel 4.2 status kesehatan saat ini
Status
Klien 1 Klien 2
kesehatan
Keluhan Utama Klien mengatakan badan terasa Klien mengatakan badan
lemas terasa lemas
Riwayat Klien mengatakan kurang lebih Klien mengatakan punya
satu tahun setiap habis makan riwayat DM sudah 2 tahun
kesehatan saat
badan terasa lemas, klien yang lalu, namun tidak bisa
ini mengatakan suka minum susu mengontrol pola makan, klien
indomilk sebelum berangkat selalu merasa haus yang
kerja dan tidak suka minum air berlebihan dan suka minum
putih, sebelum masuk RSI teh. Pada tanggal ( 26/01/22)
unisma klien tidak sengaja klien di bawa ke IGD RSI
menginjak biji steples sehingga Unisma keluhan lemas, hasil
kakinya berdarah, sejak tanggal pengkajian TTV TD : 117/84
(1-01-2022) lukanya semakin mmHg, Nadi : 100x/mnt, RR 20
parah bengkak dan nyeri. Pada x/mnt, suhu: 36,7oC GDS : 389
tanggal (22/01/2022) klien mg/dl, klien diberikan terapi
dibawa ke IGD RSi unisma infus asring 20 tpm, omz
dengan keluhan badan lemas metromidazol, metformin. Saat
dan luka di kaki kanan, hasil pengkajian pada tanggal
pemeriksaan TTV didapatkan ( 27/01/22) klien mengatakan

53
TD : 100/70 mmHg, Nadi 70 masil lemas dan sering haus
x/mnt, RR 18x/mnt, suhu: 36,7o jadi selalu minum. Hasil
C dan hasil GDA 500 mg/dl. pemeriksaan TTV didapatkan
Saat dilakukan pengkajian pada TD : 141/70 mmHg,
tanggal ( 23/01/2022) klien Nadi : 101 x/menit
mengatakan badan terasa Suhu : 36,80C
lemas dan nyeri kaki. Hasil RR : 18 x/mnt
pemeriksaan TTV didapatkan SPO2 : 98%
TD : 127/73 mmHg, Hasil lab GDA : 382 mg/dl
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,50C
RR : 20 x/mnt
SPO2 : 98%
Hasil lab GDA : 389 mg/dl

3) Riwayat kesehatan dahulu


Tabel 4.3 riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan
Klien 1 Klien 2
dahulu
Penyakit yang pernah Klien mengatakan pada Klien mengatakan punya
di alami tahun 2021 mengalami riwayat hipertensi.
kecelakaan lalu lintas
sehingga mengalami patah
kaki dan tangan kanan.
Riwayat penyakit Klien mengatakan ayahnya Klien mengatakan bahwa
keluarga punya riwayat penyakit DM klien tidak memiliki riwayat
tapi ayah sudah meninggal penyakit keturunan DM,
10 tahun yang lalu hipertensi atau penyakit
keturunan lainnya
Riwayat alergi Klien mengatakan tidak Klien mengatakan tidak
memiliki alergi baik dari memiliki alergi baik dari
makanan, minuman, obat, makanan, minuman, obat,
dll dll

4) Pemeriksaan fisik
Tabel 4.4 pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik Klien 1 Klien 2


Keadaan umum Klien tampak lemah, Klien tampak lemah,
berbaring ditempat tidur, klien berbaring ditempat tidur,
terpasang infus di klien terpasang infus di

54
ekstremitas atas bagian kiri ekstremitas atas bagian
dan terdapat luka di kaki kanan, klien terpasang
kanan serta kedua jari-jari kateter urin tanpak kuning
kaki tanpak hitam. Kekuatan pekat, volume 200 cc dan
otot 5553 bau khas.
Kesadaran Composmentis Composmentis
GCS 4-5-6 4-5-6
TD 127/73 mmHg 141/70 mmHg,
Nadi 84 x/menit 101 x/menit
Suhu 36,50C 36,80C
RR 20 x/mnt 18 x/mnt
SPO2 98% 99 x/mnt
GDS 376 mg/dl 382 mg/dl
Pemeriksaan kulit & - Inspeksi : Kulit berwarna - Inspeksi : Warna kulit
Kuku sawo matang dengan putih cerah, persebaran
persebaran warna kulit warna kulit merata, tidak
merata, terdapat luka ada lesi, tidak ada bekas
pada ekstermitas bawah luka, kuku tampak
kanan bagian jari dengan pendek bersih dan rapi
warna kehitaman pada - Palpasi : Kondisi kulit :
daerah disekitar luka, lembab, CRT < 2 detik
kuku tampak pendek
- Palpasi : Kondisi kulit
agak sedikit kering, CRT
< 2detik
Kepala & leher Inspeksi : Inspeksi :
Bentuk kepala : normal Bentuk kepala : normal
Rambut : persebaran warna Rambut : persebaran warna
rambut tidak merata rambut merata, berwarna
sebagian berwarna putih hitam
Kondisi kepala bersih , tidak Kondisi kepala : bersih,
terdapat lesi tidak terdapat lesi
Palpasi : tidak ada nyeri Palpasi : tidak ada nyeri
tekan tekan
Pemeriksaan Mata - Inspeksi : mata simetris - Inspeksi : mata simetris
kanan dan kiri, kanan dan kiri,
konjungtiva merah muda, konjungtiva merah
terdapat kantung mata, muda, terdapat kantung
reflek cahaya baik mata, reflek cahaya baik
- Palpasi : tidak terdapat - Palpasi : tidak terdapat
nyeri tekan nyeri tekan
Pemeriksaan hidung - Inspeksi : Persebaran - Inspeksi : Persebaran
warna kulit merata, tidak warna kulit merata, tidak
ada pendarahan, tidak ada pendarahan, tidak
terdapat sekret. terdapat sekret.
- Palpasi : Tidak terdapat - Palpasi : Tidak terdapat
nyeri tekan pada area nyeri tekan pada area
sinus sinus
Pemeriksaan mulut - Inspeksi : Mukosa bibir - Inspeksi : Mukosa bibir
tampak kering tampak kering
- Palpasi : Tidak terdapat - Palpasi : Tidak terdapat
nyeri tekan nyeri tekan
Thorak & Dada  Jantung  Jantung
- Inspeksi : bentuk dada - Inspeksi : bentuk dada

55
simetris, tidak terlihat ictus simetris, tidak terlihat
cordis ictus cordis
- Palpasi : teraba ictus - Palpasi : teraba ictus
cordis pada Ics IV cordis pada Ics IV
- Perkusi : normal - Perkusi : normal
- Auskultasi : terdengar - Auskultasi : terdengar
suara S1 S2 tunggal suara S1 S2 tunggal
 Paru-paru  Paru-paru
- Inspeksi : irama - Inspeksi : irama
pernafasan reguler, RR pernafasan reguler, RR
20x/mnt 20x/mnt
- Palpasi ; tidak ada nyeri - Palpasi ; tidak ada nyeri
Tekan Tekan
- Perkusi : terdengar suara - Perkusi : terdengar
sonor suara sonor
- Auskultasi : suara Auskultasi : suara vasikuler
vasikuler
Payudara & Ketiak Tidak ada benjolan Tidak ada benjolan
Punggung dan tulang Tidak terdapat luka dikubitus Tidak terdapat luka
belakang dikubitus
Abdomen - Inspeksi : bentuk - Inspeksi : bentuk
abdomen normal, tidak abdomen normal, tidak
ada lesi tidak ada luka ada lesi tidak ada luka
bekas operasi atau luka bekas operasi atau luka
- Auskultasi : terdengar - Auskultasi : terdengar
bising usus 10x/menit bising usus 10x/menit
- Palpasi : tidak ada nyeri - Palpasi : tidak ada nyeri
tekan di bagian abdomen tekan di bagian
- Perkusi : terdengar suara abdomen
timpani - Perkusi : terdengar
suara timpani
Genetalia & Anus Klien mengatakan tidak ada Klien mengatakan tidak ada
keluhan apapun keluhan apapun
Ekstremetas Inspeksi : Inspeksi :
- Persebaran warna kulit - Persebaran warna kulit
tidak merata, antara merata, simetris antara
ekstermitas atas dan ekstermitas atas dan
bawah. Pada jari- jari kaki bawah, akral hangat,
kanan warna kulit tanpak klien tampak lemas dan
hitam, dan area luka, luka mudah lelah pada saat
tanpak kecil dan di tutup dilakukan pengkajian,
kassa dan dibalut tidak ada luka bekas
menggunakan kassa operasi, tidak ada lesi
gulung, kassa tanpak - Terpasang infus NS 20
bersih dan rapi. tpm ukuran 20 di tangan
Palpasi : saat di raba area kiri.
luka terdapat nyeri tekan Palpasi : tidak terdapat nyeri
Kekuatan Otot tekan pada ekstermitas atas
dan bawah, tidak ada
petting edema. Kekuatan
otot

56
5) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien 1 dilakukan pada tanggal 22 Januari 2022 dan
klien 2 pada tanggal 26 Januari 2022.
Tabel 4.5 pemeriksaan penunjang

57
Pemeriksaan Hasil klien 1 Hasil klien 2 Nilai normal Satuan
WBC 20.04 24.94 {4.50-11.50} 10^3/uL
RBC 4.1 4.7 {4.2-6.1} 10^6/uL
HGB 12.6 12.6 {14.0-17.5} g/dl
HCT 38.5 37.3 {37.0-52.0} %
PLT 447 445 {152-396} 10^3/uL
MCV 95.2 98.1 {79.0-99.0} Fl
MCH 31.2 27.9 {27.0-31.0} Pg
MCHC 32.8 33.8 {33.0-37.0} g/dl
RDW-CV 13.2 12.7 {11.5-14.5} %
HDW 2.26 2.42 {2.20-3.20}
PDW 53.4 63.2 {9.0-17.0} Fl
MPV 8.1 8.6 {9.0-13.0} Fl
PCT 0.4 0.4 {0.2-0.4} %
EO% 0.90 1.20 {0.00-3.00} %
BASO% 0.30 0.20 {0.00-1.00} %
NEUT% 85.7 85.8 {50.0-70.0} %
LYMPH% 5.4 4.1 {25.0-40.0} %
MONO% 5.8 7.0 {2.0-8.0} %
LUC% 1.90 1.70 {0.00-4.00}
EO 0.18 0.30 10^3/uL
BASO 0.07 0.05 10^3/uL
MONO 1.16 1.75 10^3/uL
NEUT 17.2 21.4 {2.0-140} 10^3/uL
LYMPH 1.1 1.0 {0.8-4.0} 10^3/uL
LUC 0.38 0.42 {0.00-0.40}
KIMIA
KIMIA KLINIK

Gula Darah 376 382 {45-140} mg/dl


Sewaktu
BUN 19.7 10.4 {8.0-18.0} mg/dl
Creatinin 1.0 0.5 {0.6-1.1} mg/dl

58
6) Analisa data
Tabel 4.6 analisa data

MASALAH
DATA ETIOLOGI
Klien KEPERAWATAN
Klien 13 Klien 2
Klien DS DS Obesitas, usia, genetik Ketidakstabilan
 Klien mengatakan badan lemas  Klien mengatakan badan
1 kadar glukosa
 Klien mengatakan kurang lebih terasa lemas DM type 2
 Klien mengatakan punya darah ( D.0027)
satu tahun setiap habis makan
riwayat DM sudah 2 tahun Sel beta pankreas
badan terasa lemas, klien penurunan fungsi
yang lalu, namun tidak bisa
mengatakan suka minum susu mengontrol pola makan, klien
indomilk sebelum berangkat kerja selalu merasa haus yang Gangguan sekresi insuline
dan tidak suka minum air putih berlebihan dan suka minum
 Klien mengatakan ayahnya punya teh. Sekresi insuline menurun
riwayat penyakit Dm tapi ayahnya  Klien mengatakan bahwa klien
tidak memiliki riwayat penyakit Ketidak seimbangan
sudah meninggal 10 tahun yang
keturunan DM, hipertensi atau produksi insuline
lalu.
penyakit keturunan lainnya.
 Gejala tanda mayor  Gejala tanda Mayor Penurunan sekresi intrasel
Lelah atau lesu Lelah atau lesu
 Gejala dan tanda Minor Insulin tidak terkait khusus
 Gejala dan tanda Minor dengan reseptor khusus
Mulut kering Mulut kering dan haus meningkat pada permukaan sel
DO DO
 K/U : klien tanpak lemah  Keadaan umum cukup Gula darah tidak dapat di
 Kesadaran : composmentis  Kesadaran komposmentis bawa masuk oleh sel

59
 GCS : 4-5-6  GCS 456 Glukosa dalam darah tidak
 Mukosa Bibir tanpak kering  Bibir tanpak kering stabil
 Hasil pemeriksaan TTV didapatkan  Hasil pemeriksaan TTV
didapatkan TD : 141/70 mmHg, Ketidakstabilan kadar
TD : 127/73 mmHg, Nadi : 84 glukosa darah
Nadi : 101 x/menit Suhu : 36,80C
x/menit Suhu : 36,50C RR : 20 RR : 18 x/mnt SPO2 : 98%
x/mnt SPO2 : 98%  Gejala dan tanda Mayor
 Gejala dan tanda Mayor Kadar glukosa dalam darah tinggi
Kadar glukosa dalam darag tinggi : yaitu GDA : 382 mg/dl
GDA : 376 mg/dl  Gejala dan tanda minor
 Gejala dan tanda Minor Jumlah urin 200 cc
-

7) Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.7 diagnosa keperawatan
Tanda Mayor dan Minor pada
No Klien Tanggal ditemukan Diagnosa Keperawatan
pasien
1 Klien 1 23/01/2022 Ketidakstabilan gula darah  Gejala tanda mayor
berhubungan dengan retensi insulin - Subjectif : Lelah atau lesu
ditandai dengan kadar glukosa tinggi (
- Objectif : Kadar glukosa dalam
376mg/dl)
darag tinggi : GDA : 389 mg/dl?
 Gejala dan tanda Minor
- Subjectif : Mulut kring
- Objectif -
2 Klien 2 27/01/2022 Ketidakstabilan gula darah  Gejala tanda mayor

60
berhubungan dengan retensi insulin - Subjectif : Lelah atau lesu
ditandai dengan haus meningkat dan - Objectif : Kadar glukosa dalam
kadar glukosa tinggi ( 382mg/dl) darag tinggi : GDA : 382 mg/dl?
 Gejala dan tanda Minor
- Subjectif : Mulut kring dan haus
meningkat
- Objectif jumlah urin meningkat

8) Rencana Keperawatan
Tabel 4.8 Intervensi dan implementasi

Diagnosa Implementasi
Kriteria hasil Intervensi Hari
keperawatan Klien 1 Klien 2
Ketidakstabilan Setelah Mamajemen hperglikmia Hari  Melakukan pengukuran tanda-tanda  Melakukan pengukuran tanda-
gula darah dilakukan ( l.03115) 1 vital tanda vital - TD : 141/70
berhubungan tindakan Observasi - TD : 127/73 mmHg, Nadi : 84 mmHg, Nadi : 101 x/menit,
dengan retensi keperawatan 1. ldentifikasi x/menit Suhu : 36,50C RR : 20 x/mnt Suhu : 36,80C RR : 18 x/mnt
insulin ditandai selama 1x 6 jam kemungkinan SPO2 : 98%. SPO2 : 98%
dengan kadar diharapkan penyebab  Mengidentifikasi kemungkinan  Mengidentifikasi kemungkinan
glukosa tinggi ( masalah hiperglikemia penyebab hiperglikemia penyebab hiperglikemia
382mg/dl) keperawatan 2. identifikasi situasi - klien mengatakan sudah hampir 1 - Klien mengatakan sudah 2
dapat teratasi yang menyebabkan tahun setiap setelah makan tahun memiliki riwayat penyakit
dengan kriteria kebutuhan insulin badannya terasa lemas. Dan DM, tapi klien tidak bisa
hasil menurut meningkat (mis. terdapat luka dikaki sehingga mengontrol pola makan.
SLKI. penyakit Kambuhan) semakin lama jari-jari kaki berubah  Mengidentifikasi situasi yang
Kestabilan 3. Monitor kadar wana menjadi hitam. menyebabkan kebutuhan

61
kadar glukosa glukosa darah, Jika  Mengidentifikasi situasi yang insulin meningkat (mis. penyakit
darah perlu menyebabkan kebutuhan insulin Kambuhan)
(L.05022) 4. Monitor tanda dan meningkat (mis. penyakit  Memonitor kadar glukosa
1. Koordinasi gejala hiperglikemia Kambuhan) darah, Jika perlu
meningkat (mis. poliuria,  Memonitor kadar glukosa darah, - Hasil lab GDA : 382 mg/dl
2. Kesadaran polidipsia, polifagia, Jika perlu  Memonitor tanda dan gejala
meningkat kelemahan, malaise, - Didapatkan hasil GDS 376 mg/dl hiperglikemia (mis. poliuria,
3. Mengantuk pandangan kabur,  Memonitor tanda dan gejala polidipsia, polifagia, kelemahan,
menurun sakit kepala) hiperglikemia (mis. poliuria, malaise, pandangan kabur,
4. Pusing Terapeutik polidipsia, polifagia, kelemahan, sakit kepala)
menurun 5. Berikan asupan malaise, pandangan kabur, sakit - Klien mengatakan badannya
5. Lelah / lesu cairan oral kepala) lemas dan sering haus serta
menurun 6. Konsultasi dengan - Klien mengatakan badannya lemas pusing.
6. Keluhan medis jika tanda dan dan mudah lelah, selalu minum air  Memberikan asupan cairan oral
lapar gejala hiperglikemia manis. - Membantu mengganti cairan
menurun tetap ada atau  Memberikan asupan cairan oral infus pz 20tpm
7. Gemetar memburuk - Klien mengatakan selama dirumah  Berkonsultasi dengan medis
menurun Edukasi
sakit tidak mengkonsumsi obat jika tanda dan gejala
8. Berkeringat 7. Anjurkan
oral, untuk makan minum pagi hiperglikemia tetap ada atau
menurun menghindari
habis 1 porsi malah kurang memburuk
9. Kadar olahraga saat kadar
 Berkonsultasi dengan medis jika  Menganjurkan menghindari
glukosa glukosa darah leblh
tanda dan gejala hiperglikemia olahraga saat kadar glukosa
dalam darl 250 mg/dl
tetap ada atau memburuk darah lebih dari 250 mg/dl
darah 8. Anjurkan monitor
membaik kadar glukosa darah  Menganjurkan menghindari  Menganjurkan monitor kadar
secara mandiri olahraga saat kadar glukosa darah glukosa darah secara mandiri
9. Anjurkan kepatuhan leblh darl 250 mg/dl  Menganjurkan kepatuhan
terhadap diet dan  Menganjurkan monitor kadar terhadap diet dan olahraga
olahraga glukosa darah secara mandiri  Mengajarkan pengelolaan
10. Ajarkan pengelolaan - Klien mengatakan belum punya diabetes (ms. penggunaan
alat pengecekan sendiri. insulin, obat oral, monitor

62
diabetes (ms.  Menganjurkan kepatuhan terhadap asupan calran, penggantian
penggunaan insulln, diet dan olahraga karbohidrat, dan bantiuan
obat oral, monitor  Mengajarkan pengelolaan diabetes profesional kesehatan)
asupan calran, (ms. penggunaan insulin, obat oral,  Membantu pemberian cairan
penggantian monitor asupan calran, 1V, jika perlu
karbohidrat, dan penggantian karbohidrat, dan - Inj omz 1mg
bantiuan profesional bantiuan profesional kesehatan) - Inj metronedazole 500mg
kesehatan)  Membantu pemberian insulin - Inj ceftriaxon 1gr
Kolaborasi - Inj insulin novorapid 6unit - Inj clanext 1gr
11. Kolabarasi pemberian  Membantu injeksi  Membantu pemberian insulin
insulin, jika perlu - Inj omz 1mg Inj insulin novorapid 6 unit
12. Kalaborasi pemberian - Inj metronedazole 500mg
cairan 1V, jika perlu
- Inj ceftriaxon 1gr
- Inj santagesik 1gr

Hari  Melakukan pengukuran tanda-tanda  Melakukan pengukuran tanda-


2 vital tanda vital - TD : 145/100
- TD : 115/71 mmHg, Nadi : 81 mmHg, Nadi : 88 x/menit, Suhu
x/menit Suhu : 36,50C RR : 20 x/mnt : 360C RR : 20 x/mnt SPO2 :
SPO2 : 98%. 99%
 Mengidentifikasi situasi yang  Memonitor kadar glukosa
menyebabkan kebutuhan insulin darah, Jika perlu
meningkat (mis. penyakit - Hasil GDA Stik : 243 mg/dl
Kambuhan)  Memonitor tanda dan gejala
 Memonitor kadar glukosa darah, hiperglikemia (mis. poliuria,
Jika perlu polidipsia, polifagia, kelemahan,
- Didapatkan hasil GDS 347 mg/dl malaise, pandangan kabur,
 Memonitor tanda dan gejala sakit kepala)
hiperglikemia (mis. poliuria, - Klien mengatakan badannya
polidipsia, polifagia, kelemahan, lemas dan sering haus serta

63
malaise, pandangan kabur, sakit pusing.
kepala)  Memberikan asupan cairan oral
- Klien mengatakan masih lemas dan - Membantu mengganti cairan
selalu kekamar mandi karena BAK infus pz 20tpm
dari pagi sudah 5x kekamar mandi.  Membantu pemberian cairan
 Memberikan asupan cairan oral 1V, jika perlu
- Klien mengatakan sudah makan - Inj omz 1mg
siang 1 porsi habis, banyak minum - Inj metronedazole 500mg
dan makan buah yang disediakan - Inj ceftriaxon 1gr
dari rumah sakit - Inj clanext 1gr
 Membantu pemberian insulin
- Inj insulin novorapid 6unit
 Membantu injeksi obat
- Inj metronedazole 500mg
- Inj Ondan 1gr
- Inj santagesik 1gr
 Melakukan pengukuran tanda-tanda  Melakukan pengukuran tanda-
vital tanda vital - TD : 147/73
- TD : 125/73 mmHg, Nadi : 80 mmHg, Nadi : 100 x/menit,
x/menit Suhu : 36,50C RR : 20 x/mnt Suhu : 370C RR : 20 x/mnt
SPO2 : 99%. SPO2 : 98%
 Memonitor kadar glukosa darah,  Memonitor kadar glukosa
Jika perlu darah, Jika perlu
- Didapatkan hasil GDS 275 mg/dl - Hasil lab GDA Stik : 281 mg/dl
 Memonitor tanda dan gejala  Memonitor tanda dan gejala
hiperglikemia (mis. poliuria, hiperglikemia (mis. poliuria,
polidipsia, polifagia, kelemahan, polidipsia, polifagia, kelemahan,
malaise, pandangan kabur, sakit malaise, pandangan kabur,
kepala) sakit kepala)
- Klien mengatakan masih lemas. - Klien mengatakan badannya

64
 Membantu pemberian insulin lemas dan sering haus serta
- Inj insulin novorapid 6unit pusing.
 Membantu pemberian injeksi  Membantu pemberian cairan
- Inj metronedazole 500mg 1V, jika perlu
- Inj Ondan 1gr - Inj omz 1mg
- Inj Ceftriaxon1gr - Inj metronedazole 500mg
- Inj santagesik 1gr - Inj ceftriaxon 1gr
- Inj clanext 1gr

6) Evaluasi
Tabel 4.10 evaluasi

Klien 1 Klien 2
Kriteria hasil TTD
Hari Evaluasi Hari Evaluasi
Setelah dilakukan Hari 1 S: Hari 1 S:
tindakan Klien mengatakan badannya lemas Klien mengatakan badannya
keperawatan selama dan mudah lelah, selalu minum air lemas dan sering haus serta
1x 6 jam diharapkan manis. pusing.
masalah O: O:
keperawatan dapat  K/U : Lemah,  K/U : Lemah
teratasi dengan  kesadaran Komposmentis  kesadaran Komposmentis,
kriteria hasil menurut  GCS 4-5-6  GCS 4-5-6
SLKI.  TD : 121/71 mmHg  TD : 131/70 mmHg
Kestabilan kadar  Nadi : 79 x/menit  Nadi : 90 x/menit
glukosa darah  Suhu : 360C RR : 20 x/mnt  Suhu : 36,50C
(L.05022)
 SPO2 : 98%.  RR : 20 x/mnt
1. Koordinasi
 GDS 389 mg/dl  SPO2 : 99%

65
meningkat A:  GDS
2. Kesadaran Masalah belum teratasi A:
meningkat P : intervensi dilanjutkan(1,2,5,11 masalah belum teratasi
3. Mengantuk dan 12). P:
menurun intervensi dilanjutkan
4. Pusing
menurun Hari 2 S: Hari 2 S:
5. Lelah / lesu Klien mengatakan masih lemas dan Klien mengatakan badannya
menurun selalu kekamar mandi karena BAK lemas
6. Keluhan lapar dari pagi sudah 5x kekamar mandi O:
menurun O:  K/U : Lemah
7. Gemetar  K/U : Lemah  kesadaran Komposmentis
menurun  kesadaran Komposmentis  GCS 4-5-6
8. Berkeringat  GCS 4-5-6  TD : 145/100 mmHg
menurun  TD : 115/71 mmHg  Nadi : 88 x/menit
9. Kadar glukosa  Nadi : 81 x/menit  Suhu : 360C
dalam darah  Suhu : 36,50C  RR : 20 x/mnt
membaik
 RR : 20 x/mnt  SPO2 : 99%
 SPO2 : 98%  GDA Stik : 243 mg/dl.
 GDS 347 mg/dl A:
A: Masalah belum teratsi
Masalah belum teratasi P:
P: Intervensi dilanutkan
Intervensi dilanjutkan ( 2, 5,11, dan
12)
Hari 3 S: Hari 3 S:
Klien mengatakan lemas berkurang Klien mengatakan pusing
O: O:
 K/U : cukup  K/U : Lemah
 GCS 456  kesadaran Komposmentis,

66
 TD : 125/73 mmHg  GCS 4-5-6
 Nadi : 80 x/menit  TD : 150/90 mmHg
 Suhu : 36,50C  Nadi : 88 x/menit
 RR : 20 x/mnt  Suhu : 360C
 SPO2 : 99%.  RR : 20 x/mnt
 GDS 200 mg/dl  SPO2 : 99%
A:  GDA Stik : 2481 mg/dl
Masalah teratasi sebagian, A:
P : intervensi dilanjutkan secara Masalah belum teratasi
mandiri P:
Intervensi dilanjutkan dari rumah
sakit

67
4.2. Pembahasan

1. Pengkajian keperawatan

hasil pengkajian pasien 1 terdapat tanda mayor berupa klien

tanpak lelah dan lesu serta klien mengalami kadar glukosa tinggi yaitu

389 mg/dl sedangkan pada tanda minor bibir klien tampak kering, dengan

keluhan berupa lemas, klien mengatakan sudah hampir 1 tahun klien

setiap selesai makan badannya lemas dan lebih sering BAK. Hal ini

menunjukkan bahwa pasien mengalami ketidak stabilan gula darah,

selain itu pasien mengatakan bahwa ayahnya memiliki riwayat diabetes

mellitus.

Hasil pengkajian pasien 2 terdapat tanda mayor berupa kadar

glukosa dalam darah tinggi yaitu 382 mg/dl dan klien mengatakan mudah

lelah serta lesu. Untuk tanda minor mulut tanpak kering serta keluhan

berupa klien selalu merasa haus yang berlebihan. yang menunjukkan

bahwa pasien mengalami ketidak stabilan gula darah, selain itu pasien

mengatakan bahwa sudah 2 tahun klien terdiagnosa Diabetes mellitus

dan punya riwayat hipertensi.

Pengkajian pada klien 1 dan klien 2 Menurut Amirican Diabetes

Assoclation ADA, (2018) menjelaskan diabetes melitus merupakan

penyakit yang bersifat kronk, ditandai dengan pengingkatan kadar

glukosa darah sebagai akibat dari adanya gangguan penggunaan insulin,

sekresi insulin atau keduanya. Menurut Sudarta (2012) klien akan

merasakan cepat lelah, lemah dan nyeri, serta rasa kesemutan atau

kebas pada daerah ektermitas.

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa persamaan kedua

pasien adalah keluahan pertama badan lemas dan mengalami kadar

glukosa darah tinggi yaitu >200 mg/dl, selain itu suka minum minuman

68
manis, makan dengan pola yang tidak teratur dan cenderung manis,

jarang olah raga, serta tidak pernah mengontrol kadar gula darah

sedangkan perbedaannya yaitu klien 1 aktivitas sehari-hari bekerja

sebagai mebel, dan pada suatu saat klien 1 tidak sengaja menginjak biji

steples sehingga luka pada kaki kanan sehingga mengalami penurunan

sensitivitas kulit terhadap rangsang nyeri disebabkan karena

ketidakstabilan kadar glukosa darah, Klien merasa tidak nyaman karena

sering BAK ke kamar mandi. Sedangkan pada klien 2 aktivitas sehari-hari

klien menjadi pegawai swasta menyebabkan tuntutan kinerja yang lebih

tinggi menyebabkan tingkat stres lebih tinggi, serta makan tidak

terkontrol, klien 2 mengalami rasa haus yang berlebihan.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa pada klien 1 dan klien 2 menunjukkan ketidakstabilan

glukosa darah berhubungan dengan retensi insulin ditandai dengan kadar

glukosa tinggi.

Dari diagnosa yang telah ditetapkan pada kedua klien ini sesuai

dengan teori menurut Wilkison Judith (2017) mengatakan bahwa salah

satu diagnosa keperawatan klien diabetes mellitus adalah ketidakstabilan

kadar glukosa darah berhubungan dengan intake diet dan kurangnya

ketaatan terhadap manajemen diabetes. Peneliti sebelumnya Amrah &

Rahman (2019) menjelaskan bahwa diabetes melitus yang memiliki kadar

glukosa tinggi sebanyak 11 responden . hasil penelitiannya sejalan

dengan penelitan istianah at,al. (2020) yang menjabarkan bahwa diabetes

melitus type 2 memicu terjadinya peningkatan GDS pada pasien karena

terjadi resistensi insulin akibat pola hidup kurang baik yang berlangsgung

dalam waktu yang lama, sehingga membuat organ pangreas mengalami

penurunan fungsi.

69
Menurut peneliti ketidakstabilan kadar glukosa pada klien 1

disebabkan oleh faktor usia yang telah berumur diatas 52 tahun yang

menyebabkan sel beta pankreas mengalami penurunan fungsi sehingga

insulin yang diproduksi mengalami gangguan dan akhirnya terjadi

penurunan. Penurunan insulin tersebut akhirnya tidak dapat membawa

glukosa dalam darah ke dalam intra sel sehingga mengalami hiperglikemi.

Selain disebabkan oleh adanya faktor genetik dari orang tua Pada klien 2

disebabkan oleh faktor diet, klien tidak mampu mengontrol pola makan

serta mengalami penyakit Diabetes Meletus type 2 sudah 2 tahun yang

lalu, selain itu beban pekerjaan yang terus meningkat sebagai salah satu

pencetusnya. Sehingga produksi insulin terjadi penurunan dan

mengakibatkan ketidakseimbangan dalam produksi insulin. Glukosa yang

tidak dapat dibawa masuk oleh insulin ke dalam intra sel agar diubah

menjadi energi mengakibatkan glukosa dalam darah menjadi tidak stabil,

sehingga terjadi ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah.

3. Intervensi keperawatan

Perencanaan atau intervensi yang diberikan pada 2 klien dengan

diagnosa ketidakstabilan glukosa darah b.d resistensi insulin di tandai

dengan kadar glukosa tinggi. Intervensi yang digunakan bertujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 6 jam diharapkan

masalah keperawatan dapat teratasi dengan kriteria hasil yaitu Kestabilan

kadar glukosa darah membaik dengan indikator ; Koordinasi meningkat,

Kesadaran meningkat, Mengantuk menurun, Pusing menurun, Lelah /

lesu menurun, Keluhan lapar menurun, Gemetar menurun, Berkeringat

menurun, dan Kadar glukosa dalam darah membaik dengan memberikan

manajemen hiperglikemia.

70
Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah

perumusan tujuan, tindakan dan penelitian rangkaian asuhan

keperawatan pada klien berdasarkan analisa pengkajian agar maalah

kesehatan dan keperawatan klien dapat diatasi (huda, 2016). Tujuan

yang telah ditetapkan pada kedua klien dan pada tinjauan pustaka sesuai

dengan PPNI (2018) yang mengatakan bahwa penetapan tujuan rencana

keperawatan bagi klien diabetes mellitus dengan masalah ketidakstabilan

kadar glukosa darah adalah glukosa darah kembali stabil dengan cara

menerapkan dan mematuhi pengaturan diet yang sudah dianjurkan,

menjaga pola makan agar terhindar dari resiko ketidakstabilan kadar

glukosa dalam darah serta mematuhi peraturan dalam pemberian

pengobatan ataupun insulin serta olahraga yang teratur.

Menurut peneliti intervensi yang diberikan pada kedua klien

menyesuaikan dengan intervensi yang diberikan di Rumah sakit unisma

kota malang bawah yang berdasarkan dengan SDKI,SIKI dan SLKI yang

dapat mempermudah dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien

diabetes militus dengan ketidakstabilan glukosa tinggi.

4. Implementasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien 1 dan 2 dilakukan

di waktu yang berbeda pada tanggal 25 Januari 2023 dan 03 februari

2023.di Dahlia RSI Unisma Kota Malang. Implementasi dilakukan sesuai

dengan intervensi yang dibuat dan disesuaikan dengan masalah

keperawatan yang ditemukan pada klien. Implementasi yang diberikan

pada klien diantaranya melakukan pengukuran tanda-tanda vital,

memonitor glukosa darah, memonitor tanda dan gejala hiperglikemi

pemberian insulin novorapid dalam pemberian insuline pasien dipantau

71
mengenai kadar gula darah untuk mengurangi pemburukan keadaan

pada klien.

Menurut udayani et,al (2021) menjelaskan bahwa

Penatalaksanaan Diabetes mellitus secara umum terdapat 4 pilar yaaitu

edukasi, terapi gizi, latihan jasmani dan farmakologi. Pemberian insulin

termasuk terap farmakologi yang diberikan untuk pasien yang mengalami

resisten insulin atau mengalami Diabetes meletus tidak

terkendali.efeksamping yang sering dan umum terjadi yaitu hipoglikemia (

gula darah rendah). Pasien yang menggunakan insulin dapat mengalami

hipoglikemia ringan yang dapat ditangani sendiri sampai hipoglikemia

berat yang membutuhkan bantuan orang lain untuk mendapatkan kembali

kadar gula darah normal,selain itu efek samping insulin.

Berdasarkan implementasi yang diberikan Implementasi

keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh peneliti

sesuai resep yang diberikan di dahlia RSI Unisma Kota Malang.Dalam

tindakan keperawatan seperti pemberian obat peneliti melakukan sesuai

medikasi klien.

5. Evaluasi

Dari evaluasi keperawatan selama 3 hari, dapat disimpulkan saat

di berikan intervensi hari pertama pada klien 1 dan klien 2 keadaan umum

tanpak lemah, GDS 389 mg/dl pada klien 1 dan GDS 382 pada klien 2

intervensi di lanjutkan yaitu monitor kadar glukosa darah, monitor tanda-

tanda vital dan . Evaluasi pada hari ke 2 masalah tertasi sebagian GDS

347 pada klien 1 dan GDS 243 pada klien 2 intervensi dilanjutkan. Dan

pada evaluasi ke 3 pada klien 1 dan klien 2 hasil keadaan umum

membaik, GDS 275 intervensi dilanjutkan.

72
Menurut Setiadi (2012) Tahap penilaian atau evaluasi adalah

suatu perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan

klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara

berkesinambungan yang melibatkan klien, keluarga, serta tenaga medis

lainnya. Tujuan dalam evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien

dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada

tahap perencanaan. kriteria hasil yang dapat dicapai pada klien yang

mengalami diabetes mellitus dengan masalah ketidakstabilan kadar

glukosa darah adalah klien mampu memanagemen dan mencegah

penyakit agar tidak semakin parah, klien dapat melakukan diet sehat,

klien dapat memahami cara mencegah dari komplikasi serta kepatuhan

terhadap diit dan pengobatan. kadar glukosa darah dalam rentang

normal.

Dari data diatas menurut penulis masalah ketidakstabilan glukosa

darah pada klien 1 dan klien 2 dalam waktu 1x6 jam masalah teratasi

sebagian, karena waktu penelitian hanya singkat sehingga kondisi klien

belum mampu mencapai kriteria hasil yang diinginkan oleh pasien.

73
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan:

1. Pengkajian didapatkan 2 klien mengalami Diabetes Mellitus dengan

masalah keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa darah

(Hiperglikemia).

2. Diagnosa utama yang muncul pada kedua klien adalah Ketidakstabilan

glukosa darah berhubungan dengan retensi insulin ditandai dengan

kadar glukosa tinggi.

3. Perencanaan asuhan keperawatan yang dilakukan pada kedua klien

dengan masalah keperawatan ketidkstabilan kadar glukosa darah

berhubungan dengan retensi insulin ditandai dengan kadar glukosa

tinggi dengan tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3x24 jam selama 3x pertemuan diharapkan masalah keperawatan

dapat teratasi dengan kriteria hasil Kestabilan kadar glukosa darah

yaitu: Kesadaran meningkat,Gelisah Pusing menurun, Lelah / lesu

menurun, lemas ,Keluhan lapar menurun dan Kadar glukosa dalam

darah membaik.

4. Implementasi keperawatan yang dilakukan dibagi dalam empat

komponen yaitu tindakan observasi, terapeutik, edukasi dan

74
kolaborasi. implementasi yang dilakukan oleh peneliti telah sesuai

dengan perencanaan asuhan keperawatan yang telah disusun.

5. Evaluasi

Dari asuhan keperawatan klien yang dilaksanakan selama 3 hari

diperoleh dalam kategori teratasi sebagian dan intervensi di lanjutkan

di Dirumah sakit islamUnisma Kota Malang.khususnya di ruang Dahlia.

5.2. Saran

1. Bagi Lahan Penelitian

Melalui hasil penelitian ini diharapkan lahan penelitian yaitu RSI

UNISMA Kota Malang untuk lebih memperhatikan 5 pilar penanganan

Diabetes Mellitus yang terdiri dari edukasi, diit dengan menggunakan 3

J (Jumlah, Jam, Jenis), pengobatan, aktivitas dan olahraga, dan faktor

kecemasan agar lebih diperinci khususnya dalam memberikan asuhan

keperawatan pada klien Diabetes Mellitus dengan Ketidakstabilan

Kadar Glukosa Darah.

2. Bagi Institusi

Pendidikan Peneliti berharap institusi pendidikan menggunakan

hasil penelitian ini sebagai salah satu tambahan refrensi untuk materi di

mata kuliah keperawatan medikal bedah tentang asuhan keperawatan

Diabetes Mellitus, sehingga akan meningkatkan pengetahuan dan

kompetensi mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan pada

klien DM dengan masalah ketidakstabilan kadar gula darah.

3. Bagi Peneliti

75
Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya dapat melanjutkan atau

mengembangkan “Asuhan Keperawatan pada klien Diabetes Mellitus

dengan Masalah Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah” dengan

memperhatikan karakteristik klien sehingga dalam mengumpulkan data

tentang ketidakstabilan kadar glukosa darah

DAFTAR PUSTAKA

Erlina. 2018. Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Penderita Diabetes Melitus

Dengan

Upaya Pencegahan Ulkus Diabetikus Di Poli Penyakit Dalam RS. Achmad

Mochtar Bukit Tinggi. Jurnal Artikes Prima Nusantara Bukit Tinggi 24-25

Arisman. (2015). Obesitas, diabetes mellitus & displidemia. EGC.

Aryani, L. D., & Riyandry, M. A. (2019). Jurnal Penelitian Perawat Profesional.

Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 1(1), 61–70.

Bhatt, H., Saklani, S., & Upadhayay, K. (2016). Anti-oxidant and anti-diabetic

activities of ethanolic extract of Primula Denticulata Flowers. Indonesian

Journal of Pharmacy, 27(2), 74–79.

https://doi.org/10.14499/indonesianjpharm27iss2pp74

Bohari, B., Nuryani, N., Abdullah, R., Amaliah, L., & Hafid, F. (2021). Hubungan

aktivitas fisik dan obesitas sentral dengan hiperglikemia wanita dewasa:

Cross-sectional study. AcTion: Aceh Nutrition Journal, 6(2), 199.

https://doi.org/10.30867/action.v6i2.587

Epidemiologi, B., & Masyarakat, F. K. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan

76
Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 (Studi Di

Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. Jurnal

Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(2), 19–28.

Fahmi A. (2015). Profil Pasien Ulkus Diabetik di RSUD Cengkareng.

https://doi.org/http://repository.uinjkt.ac.id

Ginting, M. (2014). . Patofisiologi Buku Ajar Ilustrasi.

Hasdianah. (2015). Mengenal Diabetes Mellitus. Nuha Medika.

Hendriana, Y., & Hermansyah, H. (2017). Pengaruh Aktivitas Shalat Terhadap

Kontrol Glikemik Penderita DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan

Kabupaten Kuningan. Ilmu-Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Kuningan,

6(2015), 57–1027.

https://ejournal.stikku.ac.id/index.php/stikku/article/view/49

Huda. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 1. Yogyakarta: Media Action.

Istianah et al. (2020). Mengidentifikasi Faktor Gizi pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe 2 di Kota Depok Tahun 2019. Jurnal Kesehatan Indonesia, X No 2, 72–

78.

Lailatul, L. N, . (2017). Hubungan Durasi Penyakit & Kadar Gula Darah Dengan

Keluhan Subjektif Penderita Diabetes Mellitus.,. Jurnal Berkala

Epidemiologi, 5(2), 232 – 238.

Muttaqin Arif. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Endokrin, Jakarta: Salemba Medika.

Nikmatur & Walid. 2017. Proses Keperawatan Teori & Aplikasi. Yogyakarta: AR-

RUZZ MEDIA

77
Nurdin, F. (2021). Persepsi Penyakit dan Perawatan Diri dengan Kualitas Hidup

Diabetes Mellitus Type 2. Jurnal Keperawatan Silampari, 4(2), 566–575.

https://doi.org/10.31539/jks.v4i2.1931

Pudiastuti. R. Dewi. (2013). Penyakit-Penyakit Mematikan. Nuha Medika.

Purwono, J., Sari, R., Ratnasari, A., & Budianto, A. (2020). Pola Konsumsi

Garam Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia. Jurnal Wacana

Kesehatan, 5(1), 531. https://doi.org/10.52822/jwk.v5i1.120

Rahmasari. (2019). Efektivitas momordica carantia (pare) terhadap penurunan

kadar glukosa darah. Jurnal Ilmiah Rekam Medis Dan Informatika

Kesehatan, 9(1), 57–64.

Rohman M.S. (2010). Patogenesis dan Terapi Sindroma Metabolik. Ind.28.

Setiadi.(2012). Konsep & penulisan dokumentasi asuhan keperawatan.

Yogyakarta : Graha Ilmu.

Setiawan, M. D., & Yanto, A. (2020). Penurunan Glukosa Darah Pasien Diabetes

Melitus Tipe 2 Menggunakan Kombinasi Terapi Relaksasi Napas Dalam dan

Murrotal. Ners Muda, 1(3), 184. https://doi.org/10.26714/nm.v1i3.6205

Setyoadi, S., Kristianto, H., & Afifah, S. N. (2018). Influence of Nutrition

Education with Calendar Method in Diabetic Patients’ Blood Glucose.

NurseLine Journal, 3(2), 72. https://doi.org/10.19184/nlj.v3i2.6627

Soebagijo dkk. (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes

Mellitus Tipe 2 di Indonesia. PB.Perkeni.

Susilowati Martina. (2014). Patofisiologi Buku Ajar Ilustrasi. Binarupa Aksara.

Tandra H. (2015). Life Healthy With Diabetes. Rapha Publishing.

78
Tarwoto. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Endokrin. Salemba

Medika.

Wijaya, Andra S., Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2

(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika.

Wilkison Judith (2017) Nursing Ddiagnosis Handbook With NIC Interventions And

NOC Autcomes, 7 ed. EGC , Jakarta

Lampiran 4. Curriculum Vitae

Curriculum Vitae

Intan Permata Sasri

2209.14901.351

Motto : “ Selalu Berusaha Menjadi Yang Terbaik Dalam Segala Hal”

Riwayat Pendidikan

SD 5 Kota Langsa Lulus Tahun 2005

79
SMP 1 Kota langsa Lulus Tahun 2007

SMA 3 Kota Langsa Lulus Tahun 2010

S1 Program Pendidikan Ners STIKES Cut Nyak Dhien kota langsa Lulus
Tahun 2015

Profesi Ners STIKES Widyagama Husada Malang Lulus Tahun 2023

80

Anda mungkin juga menyukai