OLEH :
YURIKE ISWARI
2209.14901.364
OLEH :
YURIKE ISWARI
2209.14901.364
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Ilmiah Akhir Profesi ini Disetujui untuk Dipertahankan Dihadapan Tim
Penguji
Karya Ilmiah Akhir Profesi Ners Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Widyagama Husada :
Malang, September, 2022
YURIKE ISWARI
2209.14901.364
Mengetahui,
Ketua STIKES Widiyagama Husada Malang
KATA PENGANTAR
Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala Berkat dan Karunia-
Nya sehingga dapat terselesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan Judul “Asuhan
keperawatan pada pasien gangguan jiwa berat yang mengalami kemandirian
defisit perawatan diri dalam melakukan perawatan diri Di Desa Srigonco
Kecamatan Bantur” sebagai salah satu persyaratan akademis dalam rangka
menyelesaikan kuliah di Program Studi Pendidikan Ners Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Widyagama Husada Malang.
Dalam menyusun karya tulis ilmiah ini banyak kekurangan ataupun
kesulitan yang saya hadapi karena keterbatasan kemampuan penulis, oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tidak
terhingga kepada:
1. Bapak dr. Rudy Joegijantoro, MMRS selaku ketua STIKES Widyagama
Husada Malang
2. Bapak Abdul Qodir, S.Kep., Ners., M.Kep selaku ketua Prodi Pendidikan
Ners STIKES Widyagama Husada Malang
3. Ibu Miftakhul Ulfa,S.,Kep.,Ners.,M.,Kep selaku pembimbing 1 yang telah
memberikan bimbingan petunjuk, koreksi, serta saran sehingga dapat
terwujud tugas karya tulis ilmiah ini
4. Bapak Ahmad Guntur Alfianto, S.Kep., Ners., M.Kep selaku pembimbing 2
yang telah memberikan bimbingan petunjuk, koreksi, serta saran sehingga
dapat terwujud tugas karya tulis ilmiah ini
5. Kedua orang tua saya tercinta
(Yurike Iswari)
NIM: 2209.14901.364
vi
ABSTRAK
Latar Belakang: Defisit perawatan diri pada orang dengan gangguan Jiwa
mengalami kelainan dalam melakukan atau menyelesaikan suatu aktivitas
sehari-hari secara mandiri dan merupakan satu masalah yang sering timbul pada
klien dengan gangguan jiwa.
Tujuan: Melakukan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan defisit
perawatan diri di wilayah kerja Puskesmas Bantur.
Metode: Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus
dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Pengumpulan data berdasarkan wawancara, observasi dan dokumentasi sesuai
dengan format asuhan keperawatan jiwa.
Hasil: Responden mampu melakukan tindakan keperawatan pada terapi ners
generalis sesi 1-5. Pada tahap akhir penelitian didapatkan bahwa kedua
responden mengalami perubahan perilaku dengan mampu menyebutkan
intervensi di setiap sesi.
Kesimpulan: Terapi ners generalis sesi 1-5 pada responden dengan
kekambuhan defisit perawatan diri teratasi dengan baik.
Saran: Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambahkan waktu penelitian
dan melakukan asuhan keperawatan pada keluarga yang mempunyai masalah
Kesehatan jiwa pada anggota keluarga.
ABSTRACT
Iswari, Yurike. 2022. Nursing Care for Patients with Severe Mental Disorders
who Experience Self-Care Deficit Independence in Carrying Out Self-Care in
Srigonco Village, Bantur District. Final Research Paper Nursing Education
Study Program of Widyagama Husada School of Health Malang. Advisors:
(1) Miftakhul Ulfa, S.Kep., Ners., M.Kep. (2) Ahmad Guntur Alfianto, S.Kep.,
Ners., M.Kep.
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 4
1.3 Tujuan .................................................................................. 4
1.4 Manfaat ................................................................................ 4
BAB 3 METODE
3.1 Pendekatan .......................................................................... 18
3.2 Subyek Penelitian ................................................................ 18
3.3 Lokasi dan waktu studi kasus ............................................... 18
3.4 Pengumpulan Data .............................................................. 18
3.4.1 Wawancara .......................................................................... 19
3.4.2 Observasi............................................................................. 19
3.4.3 Instrumen Studi Kasus ......................................................... 19
3.4.4 Dokumentasi .......................................................................... 19
3.5 Uji Keabsahan Data ............................................................. 19
3.5.1 Credibility ............................................................................. 19
3.5.2 Transferability ...................................................................... 19
3.5.3 Dependability ....................................................................... 20
3.5.4 Triangulasi ........................................................................... 20
3.5.5 Analisa data dan penyajian data .......................................... 20
3.6 Etika Studi Kasus ................................................................. 21
ix
DAFTAR TABEL
4.5 Psikososial 33
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
kuku, berdandan, makan dan minum dengan benar serta cara buang air
kecil dan besar dengan benar (Keliat & Pawirowiyono, 2015 dalam Astuti,
2019)
Defisit perawatan diri apabila tidak segera ditangani dapat
menyebabkan klien mengalami gangguan kesehatan dan memperburuk
penyakitnya. Dampak fisik dari defisit perawatan diri adalah banyaknya
gangguan kesehatan akibat tidak terjaganya kebersihan diri, gangguan
fisik yang sering terjadi pada skizofrenia meliputi gangguan integritas
kulit, gangguan membran mukosa mulut, terjadi infeksi pada mata dan
telinga serta gangguan pada kuku. Sedangkan dampak psikososial pada
defisit perawatan diri adalah gangguan kebutuhan rasa aman dan
nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri dan
gangguan interaksi sosial yang diakibatkan badan bau dan penampilan
tidak rapi (Azizah, 2016 dalam hidayati, 2017)
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik
yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien,
keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimal.Tindakan keperawatan yang dilakukan kepada klien berupa
tindakan keperawatan generalis (Makhruzah dkk, 2021). Tidak cuma
perawat, keluarga pula mempunyai kedudukan berarti pada klien
skizofrenia dengan permasalahan perawatan diri. Tidak hanya bayaran
perawatan yang besar, klien pula memerlukan atensi serta sokongan dari
warga paling utama keluarga, sebaliknya penyembuhan kendala jiwa
memerlukan waktu yang relatif lama, dengan efek kekambuhan bila putus
obat (Suhita, 2016). Bagi Friedman (2010), melaporkan kalau tugas
kesehatan keluarga meliputi, bisa memahami permasalahan kesehatan,
sanggup membuat keputusan kesehatan yang pas, berikan perawatan
pada anggota keluarga yang sakit, memodifikasi area, serta
menggunakan sarana kesehatan. Dengan ini keluarga di harapkan bisa
membagikan sokongan, rasa nyaman serta kehangatan untuk klien
skizofrenia paling utama klien dengan permasalahan defisit perawatan
diri. Dengan lewat penerimaan terhadap anggota keluarga yang sakit,
serta tanpa faktor menyalahkan, mengkritik, membanding-bandingkan,
ataupun mengucilkan, hingga keluarga hendak jadi kontributor utama
pada proses pemulihan klien (Hartanto, 2018) dalam Qurrotulaini, 2021)
4
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui asuhan keperawatan
pada pasien gangguan jiwa berat yang mengalami kemandirian defisit
perawatan diri dalam melakukan perawatan diri Di Desa Srigonco
Kecamatan Bantur.
1.4 Manfaat
1. Bagi Peneliti
Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
bahan pengetahuan dan menambah wawasan dalam melakukan
asuhan keperawatan pada klien yang mengalami resiko gangguan
jiwa.
2. Bagi Tempat Penelitian
Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat memberikan
manfaat khusunya untuk salah satu bahan acuan untuk melakukan
penelitian yang akan datang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah,2013 dalam Qurrotulaini, 2021)
penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik
2. Penurunan kesadaran
7
Adaptif Maladaptif
Keterangan:
1. Pola perawatan diri seimbang
Saat klien mendapatkan stresor dan mampu untuk
berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang perawatan diri kadang tidak
Saat klien mendapatkan stresor kadang kadang klien tidak
memperhatikan perawatan dirinya.
9
Akibat
2.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dengan defisit perawatan diri menurut (Herdman
Ade, 2011 dalam khotimah dkk, 2018) adalah sebagai berikut :
1. Meningkatan kesadaran dan kepercayaan diri
2. Membimbing dan menolong klien perawatan diri
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung
4. BHSP (bina hubungan saling percaya)
2. Data Objektif :
Pasien tidak mampu mandi, mengakses kamar mandi, berpakaian,
makan dan eliminasi secara mandiri
Sedangkan pengkajian menurut (Erlando, 2019 dalam
Khasyanah, 2020) pengkajian pada sesi 1 yang berisi identifikasi
peristiwa yang tidak menyenangkan yang menjadi penyebab munculnya
pikiran otomatis negatif dan perilaku negatif dan mengidentifikasi cara
melawannya. Identifikasi penyebab dan solusi sudah dilakukan maka
selanjutnya adalah melawan pikiran negatif atau perilaku negatif yang
muncul dengan cara yang sudah diidentifikasi. Selain pengkajian yang
dapat dilakukan seperti diatas, menurut (Keliat, 2011 dalam Khasyanah,
2020) untuk mengetahui apakah pasien mengalami masalah kurang
perawatan diri maka tanda dan gejala yang diperoleh melalui observasi
tersebut adalah:
1. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor,
kulit berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor.
2. Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-
acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada
pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan.
3. Ketidakmampuan makan dan minum secara mandiri, ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makan dan minum sendiri, makan
berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.
4. Ketidakmampuan BAB dan BAK secara mandiri, ditandai dengan BAB
dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan
baik setelah BABdan BAK.
gosok gigi dua kali sehari, cuci rambut dua kali seminggu, berikan
pujian pada klien;
2. SP 2 latih cara berdandan atau berhias: berpakaian dan menyisir,
masukan pada jadwal kegiatan harian menyisir rambut dang anti baju
setelah mandi, berikan pujian pada klien:
3. SP 3 latih cara makan dan minum dengan baik, masukan pada
jadwal kegiatan harian, berikan pujian pada klien;
4. SP 4 latih BAB/BAK yang baik, masukan pada jadwal kegiatan harian,
berikan pujian kepada klien.
Menurut (Erlando, 2019 dalam Khasyanah, 2020) Klien yang
sudah bisa mengikuti dan memunculkan perilaku yang baik setelah
dilakukan terapi perlu diberi penghargaan, dalam hal ini biasa disebut
dengan token ekonomi. Token ekonomi adalah bentuk dari reinforcement
positif yang digunakan atau diberikan kepada peserta terapi baik secara
individu maupun kelompok pasien. Reward ini diberikan secara
konsisten kepada pasien yang berupa tanda, poin atau tiket apabila klien
dapat mengubah perilaku yang ditargetkan berdasarkan kontrak di awal
dan berdasarkan buku kerja, target perilaku yang dapat dilakukan dan
diberikan token ekonomi seperti tentang kebersihan diri, menghadiri
pertemuan yang disepakati.
2.2.5 Evaluasi
1. Evaluasi Individu
Keberhasilan pemberian asuhan keperawatan ditandai dengan
peningkatan kemampuan pasien dalam perawatan diri, seperti klien
mampu melakukan mandi, mencuci rambut, menggosok gigi dan
menggunting kuku dengan benar dan bersih, mengganti pakaian
dengan pakaian bersih, membereskan pakaian kotor, berdandan
dengan benar, mempersiapkan makanan, mengambil makanan dan
minuman dengan rapi, menggunakan alat makan dan minum dengan
benar, pasien juga mampu BAB dan BAK pada tempatnya kemudian
membersihkan dengan bersih.Sedangkan menurut (Erlando, 2019
dalam Khasyanah, 2020) evaluasi yang dapat dilakuan adalah
dengan evaluasi subyektif dan obyektif akan dilakukan dan klien yang
mampu melakukan dengan baik akan diberi hadiah berupa token yang
18
Faktor Faktor
Predisposisi Presipitasi
BAB 3
METODE
20
3.1 Pendekatan
Penulisan karya tulis ilmiah menggunakan metode desain karya
tulis ilmiah dalam bentuk studi kasus dengan menggunakan pendekatan
diskriptif kualitatif dan kuantitatif untuk mengeksplorasi masalah asuhan
keperawatan pada keluarga yang memiliki anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa dengan mengumpulkan data-data dengan cara
pengkajian, menentukan diagnosa, melakukan perencanaan,
melaksanakan tindakan dan melakukan evaluasi kemampuan kepada
keluarga dalam merawat anggotanya yang sakit
3.6.2 Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara
melakukan pengamatan secara langsung kepada responden untuk
mencari perubahan atau hal hal yang akan diteliti.
3.6.4 Dokumentasi
23
3.7.2 Transferability
Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian
kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat
diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut
diambil.
3.7.3 Dependability
Penelitian yang dependability atau reliabilitas adalah penelitian
apabila penelitian yang dilakukan oleh orang lain dengan proses
penelitian yang sama akan memperoleh hasil yang sama pula. Pengujian
dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap
keseluruhan proses penelitian. Dengan cara auditor yang independen
atau pembimbing yang independen mengaudit keseluruhan aktivitas yang
dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian.
3.7.4 Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai waktu. Dengan
demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan
data, dan waktu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Pengumpulan Data
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Bantur. Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis
melakukan kunjungan terhadap keluarga yang anggota keluarga dengan
gangguan risiko perilaku kekerasan dengan menerapkan Asuhan
Keperawatan Jiwa. Desa Srigonco yang terletak di Kecamatan Bantur
Kabupaten Malang tepatnya berada di 54 km dari pusat Kota Malang. Desa
Srigonco ini mempunyai luas wilayah sebesar 811,9 HA dengan jumlah
penduduk sebanyak 5.651 orang. Desa Srigonco yang terdiri dari 3 dusun
yaitu dusun krajan, dusun sumber jambe dan dusun watu sigar.
4.1.2 Karakteristik Subjek Penulisan (Identitas Klien)
Dalam studi kasus ini dipilih 2 klien sebagai studi kasus yang sudah
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
1. Klien 1
Klien adalah Ny. S berusia 55 tahun beragama islam, Pakaian
yang digunakan klien tampak kotor dan pakaian yang digunakan pada
saat pengkajian pertama dan kedua sama, tidak mengganti pakaiannya.
Klien selalu memainkan rambutnya diacak-acak rambutnya kemudian
disisir kembali, begitu seterusnya. Bau badan klien seperti belum mandi,
padahal klien sebelumnya mengatakan sudah mandi. Rambut klien
tampak kotor kukunya panjang dan hitam terlihat kotor, klien giginya
juga tampak kotor. Ibu klien mengatakan bahwa pasien mengalami
gangguan jiwa sejak awal masuk SMA. Pada saat itu klien pulang dari
sekolah, klien berteriak marah seperti orang kesurupan. Ibu klien juga
mengatakan bahwa klien mempunyai anak dan anaknya telah
meninggal pada usia 3 tahun. Anaknya meninggal karena jatuh di
sumur.
2. Klien 2
Klien adalah Ny. S berusia 32 tahun beragama islam. Klien
tampak kotor kuku tampak kotor panjang dan tidak dibersihkan rambut
berketombe, kutuan, tidak disisir. Pakaian yang digunakan tampak
27
3. Faktor Predisposisi
Table 4.3 Faktor predisposisi
Faktor Predisposisi Klien 2 Klien 2
a. Pernah mengalami gangguan jiwadi masa lalu Keluarga mengatakan: “Ya” Keluarga mengatakan: “Ya”
? Pada saat SMA, klien mulai Pasien pernah dirawat di RSJ
Ya mengalami gangguan (Rumah Sakit Jiwa) yang berada
Tidak kesehatan jiwa, hubungan dilawang sebanyak 8x
keluarga klien juga tidak Pasien sering mengalami putus obat
harmonis, terutama dengan
sang ayah, ibu klien
mengatakan bahwa klien
ditinggal oleh ayahnya ketika
berumur 4 tahun kemudian
waktu SMP, Klien juga
30
e. Pengalaman masa lalu yang tidak Menurut klien pengalaman tidak Keluarga mengatakan: pasien pernah
menyenangkan menyenangkan adalah ketika diperkosa oleh paman dan
melihat anaknya jatuh dan ia tetangganya.
tidak bisa menolong anaknya.
Diagnosa keperawatan:
Respon pasca trauma
32
4. Pemeriksaan Fisik
Table 4.4 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik Klien 2 Klien 2
a. Tanda Vital a. Sebelum masuk RS: c. Sebelum masuk RS:
Sebelum masuk RS: TD: 130/80 TD: 120/90
TD: mmHg MmHg MmHg
N : kali/menit N :-kali/menit N :-kali/menit
S : 0C S : 36,5 0C S : 36,5 0C
RR: kali/menit RR: 20 kali/menit RR: 20 kali/menit
Masuk RS: Masuk RS: Masuk RS:
TD: mmHg TD: mmHg TD: mmHg
N : kali/menit N :-kali/menit N :-kali/menit
S : 0C S : 0C S : 0C
RR: kali/menit RR:-kali/menit RR:-kali/menit
b. Ukur: b. Sebelum masuk RS: d. BB: 67 kg
Sebelum masuk RS: BB: 66 kg TB: 168 cm
BB: kg TB: 149 cm
TB: cm Masuk RS:
Masuk RS: BB: 67kg
BB: kg TB: 149 cm
TB: cm
c. Keluhan fisik Klien mengatakan tidak Klien tidak mengatakan sakit pada tubuhnya.
ada keluhan fisik
33
5. Psikososial
Table 4.5 Psikososial
Psikososial Klien 2
Klien 2
a. Genogram
Keterangan:
:Perempuan
: Laki-laki
: Klien
b. Konsep Diri
1) Citra Tubuh: 1) Klien mengatakan bahwa ia 1) Klien mengatakan tidak ada yang
2) Indentitas: menyukai tubuhnya. disukai ditubuhnya.
3) Peran: 2) Klien puas dengan jenis kelamin 2) Klien mengatakan seorang perempuan
4) Ideal Diri: perempuan yang cantik
5) Harga Diri: 3) Klien kurang baik dalam 3) Klien mengatakan dulu pernah ada
34
d. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan 1) Pasien selalu melakukan shalat 1) Keluarga mengatakan sakit yang dialami
2) Kegiatan ibadah baik dirumah maupun di oleh anaknya merupakan cobaan dari
mushollah, biasanya klien tuhan
mengajak ibunya pergi ke 2) Keluarga klien mengatakan klien jarang
musholla. beribadah semenjak sakit.
2) Klien melakukan ibadah
dirumah ataupun terkadang di
musholla.
6. Status Mental
Table 4.6 Status Mental
Status Mental Klien 2 Klien 2
a. Penampilan Tidak rapi Tidak rapi
Bagaimana penampilan klien dalam Pada saat pengkajian, penampilan Penggunaan pakaian tidak sesuai
hal berpakaian, mandi, toileting, dan klien tidak rapi, klien mandi 2x Cara berpakaian tidak seperti biasanya
pemakaian sarana/prasarana atau sehari tetapi tidak ganti baju, klien Penampilan klien tampak suram
instrumental dalam mendukung suka mainin rambut, diacak-acak Klien juga marah-marah jika dimandikan
penampilan, apakah klien: rambutnya kemudian disisir. atau dipakaikan baju
Tidak rapi Diagnosis keperawatan: Diagnosis keperawatan:
Penggunaan pakaian tidak Defisit perawatan diri Defisit perawatan diri (berpakaian dan
sesuai (berpakaian dan berhias) berhias)
Cara berpakaian tidak seperti
biasanya
36
b. Pembicaraan Lambat dan tidak mampu melalui Lambat “Bicara klien lambat, saat diajak
Cepat pembicaraan bicara klien lebih banyak diam dan
Keras Klien tidak pernah memulai tersenyum”
Gagap pembicaraan terlebih dahulu, klien
Inkoherensi hanya menjawab pertanyaan
Apatis dengan jawaban singkat-singkat,
Lambat seperti “iya”. “enggeh”, “tidak”,
Membisu “mboten”, “tidak tahu”.
Tidak mampu memulai Diagnosis keperawatan:
pembicaraan Kerusakan komunikasi verbal
c. Aktivitas motorik Lesu Klien saat berbicara dengan orang lain tidak
Lesu Pada saat pengkajian, klien merasa nyambung
Tegang lesu dan tidak bersemangat dan
Gelisah jika ditanya bilang merasa
Agitasi mengantuk.
Tik Diagnosis keperawatan:
Grima Resiko cidera
sem
Tremor
Kompulsif
e. Afek Labil “pada saat pengkajian klien Datar “Efek emosi klien datar ditandai
Datar cepat berubah-ubah, ketika dengan raut wajah klien yang tidak ada
Tumpul dipertengahan pengkajian klien perubahan saat perawat tersenyum.
Labil merasa marah dikarenakan Ketika berinteraksi kontak mata klien tidak
Tidak sesuai mengantuk.” fokus, kadang hanya terfokus pada satu hal
Diagnosis keperawatan: dan menundukkan kepala.
Interaksi selama wawancara Kerusakan komunikasi verbal
Bermusushan Tidak kooperatif, kontak mata
Tidak kooperatif kurang, klien ketika dikunjungi
Mudah tersinggung selalu mengatakan mengantuk
Kontak mata kurang sehingga pengkajian yang
Curiga dilakukan pada klien kurang efektif.
Phobia
Hipokondria
Depersonali
sasi
Ide yang terkait
Pikiran magis
39
h. Proses pikir Flight of idea Klien bicara tidak sesuai dengan kenyataan
Circumstansial Pada saat pengkajian, topik yang
Tangen dijawab oleh klien tidak berurutan,
sial ketika ditanya perasaan klien, klien
Kehila menjawab bahwa dia membuat
ngan asosiasi kapal dari kertas origami
Flight of idea
Blocking
Pengulangan
pembicaraan/perseverasi
40
j. Memori Gangguan daya ingat jangka Jangka pendek “P: Terakhir minum obat
Gangguan daya ingat jangka pendek kapan? K: Lupa”
panjang Klien mengingat nama mahasiswa
Gangguan jangka pendek yang berkunjung atau klien pernah
Gangguan daya ingat saat ini berkunjung tetapi tidak mengingat
Konfabulasi teman atau orang lain yang datang
bersama.
k. Tingkat konsentrasi dan berhitung Mudah beralih Klien tidak mampu berkonsentrasi saat
Mudah beralih Ketika diajak berbincang-bincang perawat bicara kepadanya, kontak mata
Tidak mampu berorientasi klien sering mengeluh mengantuk pasien tidak fokus
Tidak mampu berhitung dan langsung masuk kekamar
sederhana tetapi di kamar tidak tidurmalah
menyisir rambutnya.
m. Daya tilik diri Mengingkari penyakit yang diderita Klien tidak mengetahui jika dirinya sedang
Mengingkari penyakit yang Pada sat pengkajian klien tidak sakit jika ditanya hanya tersenyum
diderita menyadari adanya gangguan
Menyalahkan hal-hal di luar jiwa/penyakit dalam dirinya.
dirinya
e. Aktivitas didalam rumah Mempersiapkan makanan “Ya” Ibu klien mengatakan, klien tidak pernah
Mempersiapkan makanan Menjaga kerapian rumah “Tidak” beraktivitas didalam rumah, contonya saat
Ya Mencuci pakaian “Ya” makan selalu disiapkan oleh ibuknya, semua
Tidak aktivitas dan kegiatan klien dibantu atau
Menjaga kerapian rumah disipakan oleh ibu dan ayahnya.
Ya
Tidak
Mencuci pakaian
Ya
Tidak
8. Mekanisme koping
Table 4.8 Mekanisme Koping
Mekanisme Koping Klien 1 Klien 2
1. Adaptif Bicara dengan orang lain Menyendiri dari orang lain, kurang percaya diri.
Bicara dengan orang lain “klien mengatakan bahwa klien
Mampu menyelesaikan berbicara kepada orang lain misalnya
masalah tetangga yang punya televisi dan
Tehnik relaksasi ibunya saja”.
Aktivitas konstruktif
Olahraga
Lain-lain:
2. Adaptif
Minum alkohol
Reaksi lambat/ berlebihan
Menghindar
Mencederai diri
Lain-lain:
46
KLIEN 2
KLIEN 1
NO DX: 1
DS: DS:
a. Pasien mengatakan “saya mandi 2x sehari tetapi a. Perawat: mbak hari ini sudah mandi?
kadang saya malas mandi, kalau mencuci baju b. Klien: belum
biasanya saya dibantu emak” c. Perawat: kenapa belum mandi mbak?
b. Ibu pasien mengatakan “bajunya meskipun sudah d. Klien: saya tidak mau mandi
dirapikan diberantakin lagi, tidak bisa melipat baju e. Perawat: mandi ya mbak, biar bersih setelah itu sisiran
kalau bersih-bersih rumah ya saya” rambut dan dandan yang cantik ya mbak
c. Ibu klien mengatakan “kalau mencuci saya yang f. Klien: iya
mencuci di sungai, ny s Cuma mainan air disungai, Ny. g. Perawat: bu, mbak sri sudah diajak mandi ya?
S tidak bisa kalau mencuci baju, tidak bersih kalau h. Keluarga: iya mbak, kalau dimandikan kadang marah-
mencuci” marah
d. Ibu pasien mengatakan “Ny. S selalu menyisisr i. Perawat: oh iya bu, diajak mandinya pelan-pelan ya bu,
rambutnya setiap hari, setelah itu diacak-acakin lagi nanti juga mbak sri mau mandi.
terus disisir lagi begitu seterusnya”. DO:
DO: a. Klien tampak kotor
a. Kamar pasien tampak berantakan, bajunya berserakan b. Kuku tampak kotor panjang dan tidak dibersihkan
dimana-mana c. Rambut berketombe, kutuan, tidak disisir
b. Pakaian yang digunakan klien tampak kotor dan d. Pakaian yang digunakan tampak kotor
pakaian yang digunakan pada saat pengkajian e. Keluarga tampak membujuk klien untuk mandi
pertama dan kedua sama, tidak mengganti MASALAH:
pakaiannya. Defisit perawatan diri
c. Klien selalau memainkan rambutnya diacak-acak
rambutnya kemudian disisir kembali, begitu seterusnya
d. Bau badan klien seperti belum mandi, padahal klien
sebelumnya mengatakan sudah mandi.
e. Rambut klien tampak kotor kukunya panjang dan hitam
terlihat kotor, klien giginya juga tampak kotor.
51
MASALAH:
Defisit perawatan diri
secara rutin
SP 1 DPD S:
1. Mengindentifikasi penyebab perawatan diri : a. “Dorong”
mandi b. “Ayo ados”
2. Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan c. Keluarga: “iya mbak, kemarin saya
melakukan perawatan diri: mandi bantu mandikan mbak sri”
3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian O:
tidak melakukan perawatan diri : mandi a. Klien tidak memperhatikan cara
4. Menganjurkan klien cara perawatan diri: mandi merawat diri: mandi, berpakaian
5. Menganjurkan klien memasukkan jadwal mandi b. Kontak mata kurang
dalam kegiatan harian c. Klien mau mandi dan menggunakan
baju
d. Klien kadang tidak mau menjawab
pertanyaan perawat.
A:
a. Kognitif: klien mampu mengingat apa
yang diajarkan perawat
b. Afektif: klien kooperatif, kontak mata
kurang
c. Psikomotor: klien mampu
mempraktekkan cara merawat diri
mandi 1x sehari
P:
a. Perawat: mengevaluasi kegiatan
harian klien
b. Klien: melakukan perawatan diri :
mandi 2x sehari
c. Keluarga: Memotivasi klien untuk
melakukan perawatan diri: mandi
secara rutin.
58
SP 1 DPD S:
a. Mengindentifikasi penyebab perawatan diri : a. Klien: “iya sisiran”
mandi b. Keluarga: “iya memang begitu mbak
b. Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan sri mbak, kadang mau kadang tidak”.
melakukan perawatan diri: berdandan “sebelum nya malah tidak mau
c. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian disisir”
tidak melakukan perawatan diri : berdandan O:
d. Menganjurkan klien cara perawatan diri: a. Klien tidak memperhatikan cara
berdandan merawat diri: berdandan
e. Menganjurkan klien memasukkan jadwal b. Kontak mata kurang
berdandan dalam kegiatan harian c. Klien tidak mau bercanda (sisiran
dan menggunakan bedak)
d. Klien kadang tidak mau menjawab
pertanyaan perawat
A:
a. Kognitif: klien mampu mengingat apa
yang ditanyakan perawat
b. Afektif: klien kooperatif, kontak mata
kurang
c. Psikomotor: klien mampu
mempraktekkan cara merawat diri:
59
berdandan
P:
a. Perawat: mengevaluasi kegiatan
harian klien
b. Klien: melakukan perawatan diri :
berdandan
c. Keluarga: memotivasi melakukan
perawatan diri: berdandan.
SP1 DPD S:
a. Mengindentifikasi penyebab perawatan diri : a. “iyo, maneng”
mandi b. Keluarga: “iya kadang sudah mau buat
b. Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan sisiran”
melakukan perawatan diri: berdandan O:
c. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian a. Klien tidak memperhatikan cara
tidak melakukan perawatan diri : berdandan merawat diri: berdandan
d. Menganjurkan klien cara perawatan diri: b. Kontak mata kurang
berdandan c. Klien mulai mau berdandan (sisiran
e. Menganjurkan klien memasukkan jadwal dan menggunakan bedak)
berdandan dalam kegiatan harian d. Klien kadang tidak mau menjawab
pertanyaan perawat
A:
a. Kognitif: klien mampu menjelaskan
kembali apa yang sudah dijelaskan
perawat
b. Afektif: klien kooperatif, kontak mata
kurang
c. Psikomotor: klien mampu
mempraktekkan cara merawat diri:
berdandan (sisiran dan menggunakan
60
bedak)
P:
a. Perawat: mengevaluasi kegiatan
harian klien
b. Klien: melakukan perawatan diri :
berdandan
c. Keluarga: memantau untuk melakukan
perawatan diri mandi dan berdandan
secara rutin
SP 1 DPD S:
1. Mengindentifikasi penyebab perawatan diri : a. “Belum”
mandi b. “Ayo mandi”
2. Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan c. Keluarga: “iya mbak, kemarin saya
melakukan perawatan diri: mandi bantu mandikan mbak S”
3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian O:
tidak melakukan perawatan diri : mandi e. Klien tidak memperhatikan cara
4. Menganjurkan klien cara perawatan diri: mandi merawat diri: mandi, berpakaian
5. Menganjurkan klien memasukkan jadwal mandi f. Kontak mata kurang
dalam kegiatan harian g. Klien mau mandi dan menggunakan
baju
h. Klien kadang tidak mau menjawab
pertanyaan perawat.
A:
d. Kognitif: klien mampu mengingat apa
yang diajarkan perawat
e. Afektif: klien kooperatif, kontak mata
kurang
f. Psikomotor: klien mampu
mempraktekkan cara merawat diri
62
mandi 1x sehari
P:
d. Perawat: mengevaluasi kegiatan
harian klien
e. Klien: melakukan perawatan diri :
mandi 2x sehari
f. Keluarga: Memotivasi klien untuk
melakukan perawatan diri: mandi
secara rutin.
SP 1 DPD S:
a. Mengindentifikasi penyebab perawatan diri : a. Klien: “iya sisiran”
mandi b. Keluarga: “iya memang begitu mbak
b. Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan setelah diberantakin rambutnya
melakukan perawatan diri: berdandan disisir lagi begitu seterusnya”.
c. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian O:
tidak melakukan perawatan diri : berdandan a. Klien tidak memperhatikan cara
d. Menganjurkan klien cara perawatan diri: merawat diri: berdandan
berdandan b. Kontak mata kurang
e. Menganjurkan klien memasukkan jadwal c. Klien tidak mau bercanda (sisiran
berdandan dalam kegiatan harian dan menggunakan bedak)
d. Klien kadang tidak mau menjawab
pertanyaan perawat
A:
a. Kognitif: klien mampu mengingat apa
yang ditanyakan perawat
b. Afektif: klien kooperatif, kontak mata
kurang
c. Psikomotor: klien mampu
mempraktekkan cara merawat diri:
berdandan
63
P:
a. Perawat: mengevaluasi kegiatan
harian klien
b. Klien: melakukan perawatan diri :
berdandan
c. Keluarga: memotivasi melakukan
perawatan diri: berdandan.
SP1 DPD S:
a. Mengindentifikasi penyebab perawatan diri : a. “iyo, mandi”
mandi b. Keluarga: “iya kadang sudah mau buat
b. Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan mandi”
melakukan perawatan diri: berdandan O:
c. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian a. Klien tidak memperhatikan cara
tidak melakukan perawatan diri : berdandan merawat diri: berdandan
d. Menganjurkan klien cara perawatan diri: b. Kontak mata kurang
berdandan c. Klien mulai mau berdandan (sisiran
e. Menganjurkan klien memasukkan jadwal dan menggunakan bedak)
berdandan dalam kegiatan harian d. Klien kadang tidak mau menjawab
pertanyaan perawat
A:
a. Kognitif: klien mampu menjelaskan
kembali apa yang sudah dijelaskan
perawat
b. Afektif: klien kooperatif, kontak mata
kurang
c. Psikomotor: klien mampu
mempraktekkan cara merawat diri:
berdandan (sisiran dan menggunakan
64
bedak)
P:
a. Perawat: mengevaluasi kegiatan
harian klien
b. Klien: melakukan perawatan diri :
berdandan
c. Keluarga: memantau untuk melakukan
perawatan diri mandi dan berdandan
secara rutin
65
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengkajian Keperawatan
1 Data subyektif/data obyektif :
a. Klien 1
Awal mula klien klien pernah diperkosa oleh pamannya saat
mandi dikali (sungai) mengakibatkan klien depresi (trauma). Lalu
pada saat ditinggal ibu dan bapaknya pergi ketegal (kebun) klien
diperkosa kembali oleh tetangganya sendiri. Sekitar 1 bulan terakhir
klien putus obat dan tidak mau meminum obat sehingga kambuh
dengan sering marah-marah dan tidak mau memakai baju dan tidak
mau mandi
1) Klien tampak kotor
2) Kuku tampak kotor panjang dan tidak dibersihkan
3) Rambut berketombe, kutuan, tidak disisir
4) Pakaian yang digunakan tampak kotor
5) Keluarga tampak membujuk klien untuk mandi
b. Klien 2
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan :
1. Pengkajian didapatkan 2 pasien dengan skizofren cenderung mengalami
kekambuhan jika putus pengobatan atau telat untuk mengkonsumsi obat
dengan menunjukkan gejala seperti kotak mata kurang, badan kotor,
tidak mau mandi, tidak mau gosok gigi, tidak mau mengganti pakaian,
tidak mau keramas dan potong kuku.
2. Diagnosa utama yang muncul pada kelima klien adalah defisit perawatan
diri.
3. Intervensi keperawatan yang diberikan SP1 yaitu diajarkan membina
hubungan saling percaya, mengetahui pentingnya perawatan diri,
mengetahui cara-cara melakukan perawatan diri, melaksanakan
perawatan diri dengan bantuan perawat, melaksanakan perawatan diri
secara mandiri, dan dukungan keluaraga untuk meningkatkan perawatan
diri.
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan yaitu SP1 diajarkan membina
hubungan saling percaya, mengetahui pentingnya perawatan diri,
mengetahui cara-cara melakukan perawatan diri, melaksanakan
perawatan diri dengan bantuan perawat, melaksanakan perawatan diri
secara mandiri, dan dukungan keluaraga untuk meningkatkan perawatan
diri.
5. Dari hasil asuhan keperawatan klien yang dilaksanakan pada 6 hari
diperoleh hasil dalam kategori berhasil, seperti klien mampu membina
hubungan saling percaya, dalam lima hari pertemuan
73
5.2 Saran
1. Bagi STIKES Widyagama Husada
Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pikiran untuk pengembangan ilmu dalam penerapan asuhan
keperawatan dengan masalah defisit perawatan diri.
2. Bagi Perawat dan Puskesmas
Dapat memberikan saran agar tetap melakukan strategi
pelaksanaan keluarga pada pasien dan keluarga penderita defisit
perawatan diri, agar dapat sesering mungkin melakukan kunjungan
rumah untuk dapat mengontrol pasien gangguan jiwa yang ada diwilayah
kerja Puskesmas Bantur
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil studi kasus agar dapat digunakan sebagai dasar
pengembangan strategi-strategi lainnya, khususunya dalam menangani
pasien defisit perawatan diri
4. Bagi Keluarga
Saran bagi keluarga agar pasien gangguan jiwa di rujuk ke RSJ
untuk pasien yang masih mengalami gangguan jiwa berat
5. Bagi Masyarakat
Saran untuk warga sekitar rumah pasien, agar menerima pasien
seperti masyarakat pada umumnya dan tidak mengucilkan pasien
74
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, 2019. Gambaran defisit perawatan diri pada pasien dengan skizofrenia Di
Wisma Sadewarsj Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta.
Hastuti dan Rohmat, 2018. Pengaruh pelaksanaan jadwal harian perawatan diri
terhadap tingkat kemandirian merawat diri pada pasien skizofrenia Di RSJD dr.
Rm Soedjarwadi provinsi Jawa Tengah.
Hidayati, 2017. Gambaran defisit perawatan diri pada pasien dengan skizofrenia Di
Wisma Sadewarsj Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta.
Khotimah dkk, 2018. Laporan pendahuluan asuhan keperawatan jiwa pasien dengan
gangguan defisit perawatan diri.
Periza dkk, 2021. Pengaruh penerapan standar komunikasi defisit perawatan diri
terhadap kemandirian merawat diri pada pasien skizofrenia di Ruang Rawat
Inap Delta Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi.
Putri dkk, 2022. Penerapan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori pada pasien
defisit perawatan diri.
Qurrotulaini, 2021. Asuhan keperawatan jiwa pada Tn.S dengan deficit perawatan
diri Di Perumahan Genuk Indah Semarang.
Sari dkk, 2021. Penerapan personal hygiene terhadap kemandirian pasien defisit
perawatan Di Ruang Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Lampung.
76
Lampiran 1
77
78
Lampiran 2
79
Lampiran 3
Lampiran 4
81
Lampiran 5
82
Lampiran 6
DOKUMENTASI