Disusun Oleh :
AMALUDIN AKBAR
NIM 0433131440118033
i
HALAMAN PERSETUJUAN
ii
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................27
A. Latar Belakang.....................................................................................27
B. Rumusan Masalah................................................................................30
C. Tujuan Penelitian.................................................................................30
D. Manfaat penelitian...............................................................................30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................31
A. DEFINISI.............................................................................................31
B. Etiologi................................................................................................31
C. Patofisiologi.........................................................................................35
D. Manifestasi klinis.................................................................................36
E. Pathway................................................................................................37
F. Pemeriksaan penunjang.......................................................................38
G. Penatalaksanaan...................................................................................40
H. Komplikasi...........................................................................................42
I. Konsep asuhan keperawatan................................................................43
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................55
A. Pengkajian............................................................................................55
B. Pembahasan.........................................................................................52
BAB IV PENUTUP...............................................................................................56
A. Kesimpulan..........................................................................................56
B. Saran....................................................................................................56
v
Daftar Pustaka.......................................................................................................viii
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2 1 Pathway..........................................................................................................37
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
28
merupakan penyebab kematian tertinggi ke-6. Selain pada kelompok tersebut, DM
juga merupakan penyebab kematian tertinggi ke-2 pada kelompok umur 45-54 tahun
di perkotaan (14,7%) dan tertinggi ke-6 di daerah perdesaan (5,8%). (Renstra Dinkes
Kabupaten Karawang 2016-2021)
Berdasarkan penelitian epidemiologis di Indonesia di dapatkan prevalensi
Diabetes Melitus sebesar 1,5-2,3% pada penduduk yang usia lebih 15 tahun, bahkan
di daerah urban prevalensi DM sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar 7,2%.
Prevalensi tersebut meningkat 2-3 kali dibandingkan dengan negara maju, sehingga
diabetes melitus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius (Hasdianah,
2017).
Diabetes Mellitus merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat
jumlah insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas tidak dapat mencukupi
kebutuhan metabolisme secara normal, karena sel beta pankreas mengalami
penurunan fungsi mengakibatkan hormon insulin dan glukagon yang terlibat dalam
pengaturan kadar gula dalam darah mengalami gangguan dan tidak dapat melakukan
metabolisme secara normal (Ginting, 2014).
Klien Diabetes Mellitus dengan ketidakstabilan kadar glukosa darah bila
tidak ditangani dengan baik maka akan beresiko menyebabkan komplikasi. Jika hal
ini berlanjut dan bertambah parah maka akan terjadi perubahan serius dalam kimia
darah akibat defisiensi insulin. Perubahan tersebut disertai dengan dehidrasi,
gangguan penglihatan seperti mata buram, gangguan pada neuropati seperti merasa
kesemutan, gangguan pada nefropati sehingga 4 menyebabkan komplikasi pada
pelvis ginjal, serta dapat terjadi diabetes ketoasidosis hingga terjadi kematian (Bryer,
2012). Berdasarkan hal tersebut, peran perawat adalah sebagai pemberi.
Peran perawat sebagai edukator dalam memberikan pendidikan diabetes
kepada pasien dapat memperbaiki kesalahpahaman terkait penyakit mereka (Strauss,
Rosedale, & Kaur, 2016). Edukasi yang didapatkan oleh pasien DM dapat
meningkatkan kemampuan untuk mencapai dan memperoleh pemahaman tentang
pengetahuan kesehatan dan memahami kondisi mereka. Pemberian edukasi yang
dilakukan oleh perawat dapat memunculkan persepsi yang dapat menentukan
perilaku kesehatan seseorang terhadap penyakitnya (Boonsatean, Rosner, Carisson,
& Ostman, 2016)
29
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Ny.A (60 tahun) yang
menderita diabetes melitus di ruangan Teluk Jambe Rumah Sakit Umum Daerah
Karawang
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien Ny.A (60 tahun) yang
menderita diabetes melitus di ruangan Teluk Jambe Rumah Sakit Umum Daerah
Karawang
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada pasien Ny.A (60 tahun) yang menderita diabetes
melitus di ruangan Teluk Jambe Rumah Sakit Umum Daerah Karawang
b. Merumuskan masalah keperawatan pada pasien Ny.A (60 tahun) yang menderita
diabetes melitus di ruangan Teluk Jambe Rumah Sakit Umum Daerah Karawang
c. Menyusun rencana keperawatan pada pasien Ny.A (60 Tahun) yang menderita
diabetes mellitus di ruangan Teluk Jambe Rumah Sakit Umum Daerah Karawang
D. Manfaat penelitian
1. Bagi penulisan
Hasil penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi,
menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman berharga kepada perawat dan
mengaplikasikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Diabetes
melitus
2. Bagi tempat penelitian
Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat menjadi referensi bacaan ilmiah untuk
melakukan asuhan keperawatan pada pasien Diabetes melitus
3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan
Sebagai acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan Diabetes melitus
30
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
B. Etiologi
Virus dan kuman leukosit antigen tidak nampak memainkan peran terjadinya
NIDDM. Faktor herediter memainkan peran yang sangat besar. Sekitar 80% klien
NIDDM adalah kegemukan. Overweight membutuhkan banyak insulin untuk
metabolisme. Terjadinya hiperglikemia disaat pankreas tidak cukup menghasilkan
insulin sesuai kebutuhan tubuh atau saat jumlah reseptor insulin menurun atau
mengalami gangguan. Faktor resiko dapat dijumpai pada klien dengan riwayat
keluarga menderita DM adalah resiko yang besar. Pencegahan utama NIDDM
adalah mempertahankan berat badan ideal. Pencegahan sekunder berupa program
penurunan berat badan, olahraga dan diet. Tahap awal tanda-tanda/gejala yang
32
ditemukan adalah kegemukan, perasaan haus yang berlebihan, lapar, diuresis dan
kehilangan berat badan, bayi lahir lebih dari berat badan normal, memiliki riwayat
keluarga DM, usia diatas 40 tahun, bila ditemukan peningkatan gula darah.
Menurut Smeltzer & Bare (2010), DM tipe II disebabkan kegagalan relatif sel
beta dan resisten insulin. Resisten insulin adalah turunnya kemampuan insulin
untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi
resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin.
Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan
glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi
insulin lain. Berarti sel beta pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa.
d) Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis
menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang berisiko
pada penurunan fungsi endokrin pankreas yang memproduksi insulin. Menurut
Merck (2008), DM tipe 2 biasanya bermula pada penderita yang usianya lebih
dari 30 tahun dan menjadi semakin lebih umum dengan peningkatan usia.
Sekitar 15% dari orang yang lebih tua dari 70 tahun menderita DM tipe 2. DM
tipe 2 di negara maju relatif terjadi di usia yang lebih muda, tetapi di negara
berkembang terjadi pada kelompok usia lebih tua. Kenaikan prevalensi DM
dimulai pada masa dewasa awal. Di Amerika orang yang berusia 45-55 tahun
terkena DM empat kali lebih banyak dibandingkan pada mereka yang berusia
20-44 tahun (Finucane dan Popplewell, 2010).
e) Gaya hidup stress
Stress cenderung membuat hidup seseorang mencari makan yang cepat saji
yang kaya pengawet, lemak, dan gula. Makanan ini berpengaruh besar terhadap
kerja pankreas. Stress juga meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan
kebutuhan sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja pankreas mudah
rusak sehingga berdampak pada penurunan insulin.
f) Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama risiko terkena DM.
Malnutrisi dapat merusak pankreas, sedangkan obesitas meningkatkan
gangguan kerja dan resistensi insulin. Pola makan yang tidak teratur dan
cenderung terlambat juga akan berperanan pada ketidakstabilan kerja
pankreas.
g) Obesitas
Obesitas mengakibat sel-sel beta pankreas mengalami hipertropi pankreas
disebabkan karena peningkatan beban metabolisme glukosa pada penderita
obesitas untuk mencukupi energi sel yang terlalu banyak.
34
h) Kebiasaan merokok
Rokok mengandung zat adiktif yang bernama nikotin. Nikotin ini dapat
mengakibatkan ketergantungan dan kehilangan kontrol. Merokok dapat
mengakibatkan peningkatan sementara kadar glukosa darah, merokok juga
dapat merusak sensitivitas organ dan jaringan terhadap aksi insulin. Asupan
nikotin dapat meningkatkan kadar hormon, seperti kortisol, yang dapat
mengganggu efek insulin.
i) Infeksi
Masuknya bakteri atau virus kedalam pankreas akan mengakibatkan
rusaknya sel-sel pankreas. Kerusakan ini berakibat pada penurunan fungsi
pankreas. Seseorang yang sedang menderita sakit karena virus atau bakteri
tertentu, merangsang produksi hormon tertentu yang secara tidak langsung
berpengaruh pada kadar gula darah.
C. Patofisiologi
1) DM Tipe I
2) DM Tipe II
35
Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada reseptor kurang
dan meskipun kadar insulin tinggi dalam darah tetap saja glukosa tidak dapat
masuk kedalam sel sehingga sel akan kekurangan glukosa. Mekanisme inilah
yang dikatakan sebagai resistensi insulin. Untuk mengatasi resistensi insulin dan
mencegah terbentuknya glukosa dalam darah yang berlebihan maka harus
terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Namun demikian jika sel-
sel beta tidak mampu mengimbanginya maka kadar glukosa akan meningkat dan
terjadilah DM tipe II (Brruner & suddarth 2015)
D. Manifestasi klinis
1. Poliuri
2. Polidipsia
3. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin
maka produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar. Maka
reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia).
4. Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan cairan
dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan menciut,
sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara
36
otomatis.
a. Malaise atau kelemahan
b. Kesemutan
c. Lemas
E. Pathway
Bagan 2 1 Pathway
umur
Gaya hidup
Konsumsi Penurunan kualitas
makanan manis & kuantitas insulin
berlebih
hiperglikemia
Kerusakan
vaskuler
Penurunan glukosa
dalam darah
Neuropati perifier
Cadangan lemak
dan protein turun
ULKUS
Bb turun
Kerusakan
integritas kulit
Ketidakstabilan kadar
glukosa darah
Pembedahan(debridement)
37
Adanya perlukaan
Nyeri akut Pengeluaran
pada kaki
histamine &
progestin
Luka inisisi tidak
terawat
Gangguan
mobilitas fisik
Peningkatan
leukosit
1. Postprandial
Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas 130mg/dl
mengindikasikan diabetes.
2. Hemoglobin glikosilat:
Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilaikadar gula darah selama 140 hari
terakhir. Angka Hb1C yang melebihi6,1% menunjukkan diabetes.
3. Tes toleransi glukosa oral
Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan 75 gr gula, dan
akan diuji selama periode 24 jam. Angka gula darah yang normaldua jam setelah
meminum cairan tersebut harus < dari 140 mg/dl.
4. Tes glukosa darah dengan finger stick,
yaitu jari ditusuk dengan sebuah jarum, sample darah diletakkan pada sebuah
strip yang dimasukkan kedalam celah pada mesin glukometer, pemeriksaan ini
digunakan hanya untuk memantau kadar glukosa yang dapat dilakukan dirumah.
G. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes ada empat jenis, antara lain (Damayanti, 2015):
1. DM Tipe 1
DM tipe 1 ditandai oleh destruksi sel beta pankreas, terbagi dalam dua sub
tipe yaitu tipe 1A yaitu diabetes yang diakibatkan proses immunologi (immune-
38
mediated diabetes) dan tipe 1B yaitu diabetes idiopatik yang tidak diketahui
penyebabnya. Diabetes 1A ditandai oleh destruksi autoimun sel beta. Sebelumnya
disebut dengan diabetes juvenile, terjadi lebih sering pada orang muda tetapi dapat
terjadi pada semua usia. Diabetes tipe 1 merupakan gangguan katabolisme yang
ditandai oleh kekurangan insulin absolut, peningkatan glukosa darah, dan pemecahan
lemak dan protein tubuh (Damayanti, 2015) .
2. DM Tipe 2
DM tipe 2 atau juga dikenal sebagai Non-Insulin Dependent Diabetes
(NIDDM). Dalam DM tipe 2, jumlah insulin yang diproduksi oleh pankreas biasanya
cukup untuk mencegah ketoasidosis tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
tubuh total. Jumlahnya mencapai 90-95% dari seluruh pasien dengan diabetes, dan
banyak dialami oleh orang dewasa tua lebih dari 40 tahun serta lebih sering terjadi
pada individu obesitas. Kasus DM tipe 2 umumnya mempunyai latar belakang
kelainan yang diawali dengan terjadinya resistensi insulin. Resistensi insulin awalnya
belum menyebabkan DM secara klinis. Sel beta pankreas masih dapat melakukan
kompensasi bahkan sampai overkompensasi, insulin disekresi secara berlebihan
sehingga terjadi kondisi hiperinsulinemia dengan tujuan normalisasi kadar glukosa
darah. Mekanisme kompensasi yang terus menerus menyebabkan kelelahan sel beta
pankreas yang disebut dekompensasi, mengakibatkan produksi insulin yang menurun
secara absolut. Kondisi resistensi insulin diperberat oleh produksi insulin yang
menurun, akibatnya kadar glukosa darah semakin meningkat sehingga memenuhi
kriteria diagnosa DM (Damayanti, 2015).
39
3. Diabetes pada kehamilan (Gestasional Diabetes)
Diabetes kehamilan terjadi pada intoleransi glukosa yang diketahui selama
kehamilan pertama. Jumlahnya sekitar 2-4% kehamilan. Wanita dengan diabetes
kehamilan akan mengalami peningkatan risiko terhadap diabetes setelah 5-10 tahun
melahirkan (Damayanti, 2015).
4. DM tipe lain (Others Specific Types)
Merupakan gangguan endokrin yang menimbulkan hiperglikemia akibat
peningkatan produksi glukosa hati atau penurunan penggunaan glukosa oleh sel.
Sebelumnya dikenal dengan istilah diabetes sekunder, diabetes tipe ini
menggambarkan diabetes yang dihubungkan dengan keadaan sindrom tertentu,
misalnya diabetes yang terjadi dengan penyakit pankreas atau pengangkatan jaringan
pankreas dan penyakit endokrin seperti akromegali, atau syndrome chusing, karena
zat kimia atau obat, infeksi dan endokrinopati (Damayanti, 2015).
G. Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai
penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak ditingkat pelayanan kesehatan.
Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha dan akan diuraikan
sebagai berikut:
1. Perencanaan Makanan
b. Protein sebanyak 10 – 15 %
c. Lemak sebanyak 20 – 25 %
2. Latihan Jasmani
Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan BB normal dan
masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih.
41
4. Insulin
a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun NIDDM) dalam
keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam ketoasidosis.
b) DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali dengan diet
(perencanaan makanan).
c) DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosif maksimal.
Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah dan dinaikkan
perlahan – lahan sesuai dengan hasil glukosa darah pasien. Bila sulfonylurea
atau metformin telah diterima sampai dosis maksimal tetapi tidak tercapai
sasaran glukosa darah maka dianjurkan penggunaan kombinasi sulfonylurea dan
insulin.
Makan siang 1/3 dari IPT Makan malam 1/3 dari IPT
6. Penyuluhan
H. Komplikasi
Ketoasidosis diabetik merupakan defesiensi insulin berat dan akut dari suatu
perjalanan penyakit DM. Dibetik ketoasidosis di sebabkan oleh tidak adanya
insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata.
b. Hipoglikemia.
Hipoglikemia terjadi kalau gadar gula dalam darah turun bawah 50-60 mg/dl
keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral
berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit.
2. Kompilkasi kronik
Diabetes melitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di seluruh
bagian tubuh (angipati diabetik) di bagi menjadi 2: yaitu mikrovaskuler dan
makrovaskuler.
Penyakit ginjal, Penyakit mata, Neuropati (mikrovaskuler) dan Pembuluh darah
kaki, Pembuluh darah ke otak (makrovaskuler).
1. Pengkajian
Fokus utama pengkajian pada klien Diabetes Mellitus adalah melakukan pengkajian
dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan
43
perawatan diri. Pengkajian secara rinci adalah sebagai berikut
a. Pemeriksaan Diagnostik
1) Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari
200mg/dl). Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang
menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi stress.
2) Gula darah puasa normal atau diatas normal.
3) Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
4) Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
5) Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat
menandakan ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan
propensitas pada terjadinya aterosklerosis.
b. Anamnese
i. Keluhan Utama
Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas pasien
mungkin berbau aseton pernapasan kussmaul, poliuri, polidipsi, penglihatan
yang kabur, kelemahan dan sakit kepala
ii. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/
HONK), penyebab terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/ HONK)
serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
iii. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya
riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis
yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh
penderita.
iv. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang penyakit,
obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4
kg, riwayat glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma,
44
infeksi, penyakit) atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid,
kontrasepsi oral).
H. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.
I. Kaji terhadap manifestasi
Diabetes Mellitus: poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan,
pruritus vulvular, kelelahan, gangguan penglihatan, peka rangsang, dan kram
otot. Temuan ini menunjukkan gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi
aterosklerosis.
J. Kaji pemahaman
Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostik
dan tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi
2. Diagnosa
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis (penurunan perfusi
jaringan perifer),agen pencedera kimiawi(mis. terbakar,bahan kimia iritan),agen
pencedera fisik(mis. abses,amputasi,terbakar,terpotong,mengangkat
berat,prosedur operasi,trauma,latihan fisik berlebih)
b. Defisi nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan ketidakmampuan menelan
makanan,ketidakmampuan mencerna makanan,ketidakmampuan mengabsorsi
nutrisi,peningkatan kebutuhan metabolisme,faktor ekonomi(mis.finansial tidak
mencukupi),faktor fisiologis(mis. stress,keenganan untuk makan)
c. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif,kegagalan
mekanisme regulasi,peningkatan permebilitas kapiler,kekurangan intek
cairan,evaporasi
d. ketidakstabilan kadar glukosa darah berubungan dengan (hiperglikemia)difungsi
pankreas,resintensi insulin,gangguan toleransi glukosa darah,gangguan glukosa
darah puasa,(hipoglikemia)penggunaan insulin atau obat glikemik
oral,hiperinsulinemia(mis.insulinoma),endokrinopati(mis.kerusakan adrenal
atau pituitari,)difungsi hati,difungsi ginjal kronis,efek agen
farmakologis,tindakan pembedahan neoplasma,gangguan metabolik
45
bawaan(mis.gangguan penyimpanan lisosomal,galaktosemia,gangguan
penyimpanan glikogen)
3. Intervensi
Tabel 2 1 Intervensi Keperawatan
n Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi
o hasil
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Observasi
tindakan -identifikasi
46
2. keluhan nyeri -identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
menurun -monitor keberhasilan terapi komplomenter yg sudah
47
membaik
48
jumlah kalori dan jenis nutriin yang
dibutuhkan,jika perlu
3 Hipovolemia Setelah dilakukan Observasi
tindakan - periksa tanda dan gejala hipovolemia
keperawatan 3x24 (mis.frekuensi nadi meningkat,nadi teraba
jam masalah lemah,tekanan darah menurun,tekanan nadi
Hipovolemia bisa menyempit,turgor kulit menurun,membran
teratasi dengan mukosa kering,volume urin menurun,hematokrit
Kriteria Hasil : meningkat,haus,lemah)
1. kekuatan Terapeutik
nadi - hitung kebutuhan cairan
meningkat - berikan posisi modfied trendelenvurg
2. membran - berikan asupan cairan oral
mukosa Edukasi
lembab - anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
meningkat - anjurkan menghindari perubahan posisi
3. perasaan mendadak
lemah Kolaborasi
menurun - kolaborasi pemberian cairan IV isotonis ( mis.
4. frekuensi Nacl,RL)
nadi - kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis.
membaik glukosa 25%,Nacl 0,4%)
5. hemoglobin - kolaborasi pemberian cairan koloid (mis.
membaik albumin,plasmanate)
6. hematokrit - kolaborasi pemberian produk darah
membaik
7. suhu
membaik
4 ketidakstabil Setelah dilakukan Observasi
an kadar tindakan - identifikasi kemungkinan hiperglikemia
glukosa keperawatan 3x24 - identifikasi situasi yang menyebabkan
darah jam masalah Resiko kebutuhan insulin meningkat (mis.penyakit
49
Gangguan kambuhan)
Ketidakseimbangan - monitor kadar glukosa darah,jika perlu
Kadar Glukosa - monitor tanda dan gejala hiperglikemia
Darah bisa teratasi (mis.poliuria,polidipsia,kelemahan,malaise,pand
dengan Kriteria angan kabur,sakit kepala
Hasil : - monitor intake dan output cairan
1. pusing - monitor keton urin,kadar analisa gas
menurun darah,elektrolit,tekanan darah ortostatik,dan
2. lelah/lesu frekuensi nadi
menurun Terapeutik
3. mulut kering - berikan asupan cairan oral
menurun - konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala
kadar glukosa dalam hiperglikemia tetap ada atau memburuk
darah membaik - fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik
Edukasi
- anjurkan menghindari olahraga saat kadar
glukosa 250 mg/dl
- anjurkan monitor kadar glukosa darah secara
mandiri
- anjurkan kepatuhan diet dan olahraga
- anjurkan indikasi dan pentingnya pengajian
keton urine,jika perlu
- anjurkan pengelolaan diabetes (mis.
penggunaan insulin,obat oral,monitor asupan
cairan,penggantian karbohidrat,dan bantuan
profesional kesehatan)
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian insulin jika perlu
- kolaborasi pemberian cairan IV,jika perlu
- kolaborasi pemberian kalium,jika perlu
n Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi
o hasil
50
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Observasi
tindakan -identifikasi
51
14. muntah menurun
15.frekuensi nadi
membaik
16. pola nafas
membaik
17. tekanan darah
membaik
18. napsu makan
membaik
19. pola tidur
membaik
52
membaik - berikan suplemen makanan,jika perlu
- hentikan pemberian makanan melalui selang
nasigastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
- anjurkan posisi duduk,jika perlu
- anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan(mis. pereda nyeri,antiemetik),jika perlu
- kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutriin yang
dibutuhkan,jika perlu
3 Hipovolemia Setelah dilakukan Observasi
tindakan - periksa tanda dan gejala hipovolemia
keperawatan 3x24 (mis.frekuensi nadi meningkat,nadi teraba
jam masalah lemah,tekanan darah menurun,tekanan nadi
Hipovolemia bisa menyempit,turgor kulit menurun,membran
teratasi dengan mukosa kering,volume urin menurun,hematokrit
Kriteria Hasil : meningkat,haus,lemah)
8. kekuatan Terapeutik
nadi - hitung kebutuhan cairan
meningkat - berikan posisi modfied trendelenvurg
9. membran - berikan asupan cairan oral
mukosa Edukasi
lembab - anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
meningkat - anjurkan menghindari perubahan posisi
10. perasaan mendadak
lemah Kolaborasi
menurun - kolaborasi pemberian cairan IV isotonis ( mis.
11. frekuensi Nacl,RL)
nadi - kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis.
membaik glukosa 25%,Nacl 0,4%)
53
12. hemoglobin - kolaborasi pemberian cairan koloid (mis.
membaik albumin,plasmanate)
13. hematokrit - kolaborasi pemberian produk darah
membaik
14. suhu
membaik
4 ketidakstabil Setelah dilakukan Observasi
an kadar tindakan - identifikasi kemungkinan hiperglikemia
glukosa keperawatan 3x24 - identifikasi situasi yang menyebabkan
darah jam masalah Resiko kebutuhan insulin meningkat (mis.penyakit
Gangguan kambuhan)
Ketidakseimbangan - monitor kadar glukosa darah,jika perlu
Kadar Glukosa - monitor tanda dan gejala hiperglikemia
Darah bisa teratasi (mis.poliuria,polidipsia,kelemahan,malaise,pand
dengan Kriteria angan kabur,sakit kepala
Hasil : - monitor intake dan output cairan
4. pusing - monitor keton urin,kadar analisa gas
menurun darah,elektrolit,tekanan darah ortostatik,dan
5. lelah/lesu frekuensi nadi
menurun Terapeutik
6. mulut kering - berikan asupan cairan oral
menurun - konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala
kadar glukosa dalam hiperglikemia tetap ada atau memburuk
darah membaik - fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik
Edukasi
- anjurkan menghindari olahraga saat kadar
glukosa 250 mg/dl
- anjurkan monitor kadar glukosa darah secara
mandiri
- anjurkan kepatuhan diet dan olahraga
- anjurkan indikasi dan pentingnya pengajian
keton urine,jika perlu
54
- anjurkan pengelolaan diabetes (mis.
penggunaan insulin,obat oral,monitor asupan
cairan,penggantian karbohidrat,dan bantuan
profesional kesehatan)
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian insulin jika perlu
- kolaborasi pemberian cairan IV,jika perlu
- kolaborasi pemberian kalium,jika perlu
BAB III
TINJAUAN KASUS
55
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny. A
Umur : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Sunda
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Penghasilan :-
Alamat : Tegal Tanjung 01/19 karang pawitan,karawang
barat,karawang
MRS tgl/ jam : 21-04-2021
Ruangan : Ruangan Pangkalan
No. Reg : 699537
Dx. Medis : Diabetes Melitus
56
Riwayat Spiritual : ketika dirumah pasien sering melakukan
ibadah,namun ketika dirumah sakit pasien hanya bisa berdoa.
a) Pola Nutrisi
Sebelum sakit : pasien mengatakan sebelum sakit makan sehari 3 kali
dengan porsi satu piring habis. serta minum 6-8 gelas perhari.
Selama sakit : selama sakit, pasien mengatakan makan sehari 3 kali dan terkadang
selalu tidak dihabiskan,kadang porsi makan yg diberikan dirumah sakit tidak
dimakan, serta minum 5 gelas peerhari.
b) Pola Eliminasi
Sebelum sakit : pasien mengatakan sebelum sakit BAB lancar 1 kali dalam
sehari dengan konsistensi lembek tidak ada darah dan berwarna kuning. BAK
lancar 4-5 sehari warna kuning jernih
Selama sakit : selama sakit, pasien mengatakan BAB tidak menentu dengan
konsistensi lembek dan berwarna kuning.sering BAK, dan BAK lancar dangan
warna kuning jernih
c) Pola Istirahat
Sebelum sakit : pasien dan keluarga mengatakan pasien biasa tidur pukul 10
malam dan bangun ketika subuh sekitar 6-7 jam perhari. pasien mengatakan tidak
sulit untuk tidur
Selama sakit : pasien mengatakan selama sakit pasien mandi 2 kali sehari
dengan diLap
57
e) Pola Aktivitas
Sebelum sakit : pasien mengatakan sebelum sakit dapat melakukan aktivitas
seperti biasanya dengan mandiri
9. Pemeriksaan
a) Pemeriksaan Umum
Kesadaran: Composmetis GCS:15
Suhu : 36˚C
Nadi : 127x/menit
RR : 20x/menit
BB : 55 kg
TB : 165 cm
TD : 100/80 Mmhg
b) Pemeriksaan Fisik:.
a. Sistem penglihatan
Spontan membuka mata dengan baik, alis mata simetris, kongjungtiva unanemis, fungsi
penglihatan baik bereaksi terhadap cahaya miosis (mengecil), sclera an ikterik, pupil an
isokor ( saat terang pupil mengecil, saat gelap pupil membesar), klien tidak memakai
kacamata.
b. Sistem pendegaran
Daun telinga normal, tidak ada cairan ditelinga, kondisi telinga normal, fungsi
pendengaran baik dan tidak menggunakan alat bantu dengar.
c. Sistem integumen
Kondisi kulit, kuku, rambut bersih, lembab turgor kulit elasitis, warna kulit sawo matang
tidak ada lesi, tidak ada edema, CRT <2.
d. Sistem kardiovaskuler
Keadaan umum lemas, tekanan darah 100/80 mmHg, nadi 127x/menit, membran mukosa
kering,kulit tidak sianosis,CRT<2,tidak terdapat peningkatan vena jugularis dengan
panjang 4 cm
e. Sistem pernafasan
Airway Clear, pernapasan spontan, respirasi 20 x/menit, irama pernafasan normal, klien
tidak batuk, tidak terdapat penggunaan otot bantu napas, suara napas vesikuler, SaO2 93
%.
58
f. Sistem pencernaan
Mulut bibir kering, tidak tampak karies gigi, tidak ada stomatitis, tidak ada sianosi,
bising usus normal 7 x/menit, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada distensi abdomen,
tidak ada asites, nafsu makan menurun, pasien mengatakan mual.
g. Sistem perkemihan
Tidak terpasang kateter, urine berwarna kuning oren, frekunesi + 1-2 kali sehari, tidak
ada nyeri kencing.
h. Sistem neurosensori
Tingkat kesadaran composmentis GCS 15 Eye (4), Motorik (6), verbal (5), klien dapat
berkomunikasi dengan baik, dapat menoleh ke kanan dan kiri, adanya sakit kepala dan
klien kenal dengan orang yang menunggu klien dengan pemeriksaan sistem nervus yaitu:
1) Nervuse I klien dapat membedakan bau yang diberikan
2) Nervuse II ketajaman dan lapang pandang klien agak kabur
3) Nervuse III, IV, VI, klien mampu menggerakan bola mata dan
mengedipkan mata dengan spontan. Reflek cahaya normal, miosis
saat dijauhkan dan dilatasi saat didekatkan
4) Nervuse V sensasi wajah, reflek kornea dan mengunyah posesif
5) Nervuse VII klien dapat mengembangkan pipi dan mengerutkan
dahi
6) Nervuse IX reflek menelan klien positif
7) Nervuse XI pergerakan otot sternokleidomastoid dan trapezius
klien normal
8) Nervuse XII klien dapat menggerakan lidah dengan normal
9) Reflek patologis
a) Reflek babinski : Negative
b) Reflek openhenheim : Negative
c) Reflek chadok : Negative
d) Reflek gordon : Negative
10) Pemeriksaan rangsang meningeal
a) Kaku kuduk : Negative
b) Tanda kerniq : Negative
c) Tanda laseq : Negative
d) Tanda brudzinski I : Negative
e) Tanda brudzinski II : Negative
59
i. Sistem muskuloskeletal dan ektremitas
Ektremitas atas: (kanan) terpasang infus nacl 0,9% ,tidak terdapat edema,bentuk
simetris
Ektremitas bawah: tidak terdapat edema,bentuk simetris,tidak ada kelainan
5 5
5 5
60
c) Pemeriksaan Penunjang
d) Terapi Obat
61
dehidrasi isotonik
ekstraseluler,
deplesi natrium
dan juga dapat
digunakan sebagai
pelarut sediaan
injeksi
2 Ceftriaxon Intra Vena 12 jam untuk menghambat
pertumbuhan
bakteri atau
membunuh
bakteri.
3 Omeprazole Intra Vena 12 jam untuk mengatasi
gangguan
lambung, seperti
penyakit asam
lambung dan tukak
lambung.
4 Ondan cetron Intra Vena 12 jam untuk mencegah
serta mengobati
mual dan muntah
yang bisa
disebabkan oleh
efek samping
kemoterapi,
radioterapi, atau
operasi.
5 Noporapid Intra Vena 8 jam untuk pengobatan
pada diabetes
melitus
6 Ketorolak Oral 8 jam menghambat
produksi senyawa
kimia yang bisa
menyebabkan
peradangan dan
rasa nyeri.
ANALISA DATA
DS:
- pasien mengatakan merasa lemas
dan keringet dingin
- Pasien mengatakan mual dan
muntah 4x
Ketidakpatuhan Resiko
2 DO:
pemantauan glukosa ketidakseimbangan
- pasien terlihat GDS 530
darah kadar glukosa darah
- pasien terlihat lemas
- pasien terlihat keringet dingin
DS:
- pasien mengatakan lemah dan
pusing keringat dingin
- pasien mengatakan nafsu makan
berkurang
- pasien mengatakan mempunyai
riwayat DM sejak 4 tahun yang lalu
3 DO:
Faktor psikologis Defisit Nutrisi
- pasien terlihat BB menurun. SMRS 63
kg, sesudah masuk 55 kg. (keengganan untuk
- pasien terlihat membran mukosa makan)
kering
- mual muntah 4x
- keringat dingin
DS:
- pasien mengatakan jika makan cepat
kenyang
- pasien mengatakan nafsu makan
menurun
Kurang terpapar Defisit Pengetahuan
DO:
4 informasi
-pasien menunjukan perilaku tidak
sesuai anjuran
DS:
63
-pasien menanyakan masalah yang
dihadapi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
64
INTERVENSI
50
o Jelaskan faktor risiko dapat 7) Agar pasien dapat melakukan
mempengaruhi kesehatan perilaku hidup bersih dan sehat
o Ajarkan perilaku hidup bersih Untuk mengetahui strategi yang
dapat digunakan untuk
dan sehat
meningkatkan perilaku hidup bersih
Ajarkan strategi yang dapat dan sehat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
51
B. Pembahasan
1. Pengkajian
Berikut ini akan di bahas kesenjangan-kesenjangan yang muncul antara teori dengan
kasus pasien Ny.A (60 Tahun) yang menderita diabetes mellitus di ruangan Teluk Jambe
Rumah Sakit Umum Daerah Karawang
Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny. E ditemukan beberapa data atau manisfestasi
klinis yang sesuai dengan teori Smeltzer, S.C., dan Bare, B.G. (2015).
Klien bernama Ny. A berumur 60 tahun, jenis kelamin perempuan, klien beragama
islam, pendidikan SMP, pekerjaan ibu rumah tangga, status perkawinan sudah menikah, suku
sunda, bangsa indonesia, alamat klien Desa. Tegal Tanjung RT/RW 01/09 Kecamatan. Karang
Pawitan kabupaten karawang. Pasien masuk ke RSUD karawang pada tanggal 21 April 2021 ,
dengan Nomor RM 699537 dengan diagnosa medis Diabetes melitus
Pasien dikatakan Diabetes melitus karena diantaranya terdapat keringat dingin, usia
pasien diatas 40 tahun, lemas, gula darah sewaktu 530 dan mempunyai riwayat diabetes
melitus 4 tahun yang lalu kemudian terjadi gangguan aliran darah pada pasien diabetes melitus
lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan
glukosa sebagai energi
Pada saat pengkajian 22 april 2021 pasien mengeluh terdapat mual, muntah 4x,
pusing,keringet dingin dan 3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh lemas
Data selanjutnya di temukan pasien mengatakan lemah, pusing, keringat dingin dan
mual dan muntah 4x
Hipovolemia adalah penurunan volume cairan intravaskuler, intertisial, dan intraseluler
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018). Menurut (Perkeni, 2010) kekurangan volume cairan
adalah penurunan cairan intravaskuler, interstisial, atau intrasel tanpa perubahan kadar
natrium. Diagnosa ini di-tegakkan karena pada pasien didapatkan data pasien menga-lami
muntah sehari 2 kali sekitar 600 cc, BAK 800 cc, BAB 100 cc, turgor kulit kembali dalam 3
detik, kulit sedikit kering.
Data selanjutnya yang ditemukan pada Ny.A adalah GDS pasien 530, pasien
terlihat lemas, keringet dingin, pasien mengatakan lemah dan pusing keringat dingin,
nafsu makan berkurang dan mempunyai riwayat DM sejak 4 tahun yang lalu.
Selain diagnosa diatas pasien juga berisiko terkena Perfusi Perifer Tidak Efektif
akan tetapi pada pasien tidak terdapat data data yang mendukung lainnya.
52
Ketidakstabilan kadar glukosa darah merupakan variasi kadar glukosa darah
yang mengalami kenaikan (Hiperglikemi) atau penurunan (Hipoglikemi) dari
tentang normal. Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah terjadi pada pasien
Diabetes Melitus karena disfungsi pancreas, resistensi insulin, disfungsi hati.
Sedangkan keadaan yang menyebabkan terjadnya penurunan kadar glukosa darah
(hipoglikemia) dapat dipicu oleh penggunaan insulin atau obat glikemik oral,
hiperinsulinemia, endokrinopati, disfungsi hati, disfungsi ginjal kronis, efek agen
farmakologis, tindakan pembedahan neoplasma, dan gangguan metabolik bawaan
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018).
Penyebab ketidakstabilan kadar glukosa darah akibat terjadinya gangguan sel
beta yang tidak mampu menghasilkan insulin atau mampu tetapi jumlah insulin tidak
sesuai dengan kebutuhan tubuh. Selain itu resistensi terhadap insulin juga menjadi
pemicu tidak terkendalinya kadar glukosa darah. Selain kerusakan pankreas dan
resistensi insulin beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya ketidakstabilan kadar
glukosa dalam darah adalah pola makan, aktivitas, dan pengobatan pasien Diabetes
Melitus tipe II (Soegondo, 2010)
pasien juga mengatakan nafsu makan berkurang,mukosa bibir kering dan berat juga
pasien mempunyai riwayat DM sejak 4 tahun yang lalu. pasien mengatakan jika makan cepat
kenyang serta nafsu makan menurun
defisit nutrisi adalah ketidakcukupan asupan zat gizi dalam memenuhi kebutuhan
energy harian karena asupan makanan yang tidak memadai atau karena gangguan
pencernaan dan penyerapan makanan (Barbara,Glenora,Audrey,&Shirloe J,2011).
Defisit nutrisi adalah keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak berpuasa
(normal) atau penurunan berat badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk
kebutuhan metabolisme (A. Aziz Alimul Hidayat,2009). Menurut WIilkison & Ahern
(2015) Defisit Nutrisi yaitu asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan metabolic.Defisit Nutrisi adalah Asupan Nutrisi tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018).
2. Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka dilanjutkan dengan perencanaan
keperawatan. Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
diharapkan.
53
Klasifikasi intervensi keperawatan pada Hipovolemia termasuk dalam kategori
fisiologis.serta dalam subkategori Nutrisi dan Cairan yang memuat kelompok intervensi untuk
memulihkan nutrisi dan cairan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,2018)
Intervensi utama dari diagnosa keperawatan defisit nutrisi adalah latihan manajemen
54
manajemen kemoterpi, manajemen reaksi alergi, pemantauan cairan, pemantauan
perenteral, pemberian obat interval dan terapi menelan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018).
55
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hasil pengkajian k lien Ny.A berumur 60 tahun didapatkan pasien sudah hari rawatan
ke 3, klien 2021 pasien mengeluh terdapat mual, muntah 4x, pusing,keringet dingin
temukan yaitu sesuai dengan teori yang telah ada, berdasarkan dengan SDKI SLKI
dan SIKI.
B. Saran
Berdasarkan analisa data kesimpulan penelitian maka dalam sub bab ini peneliti akan
1. Bagi Pasien
masalah Dibetes Melitus dengan tindkan yang benar sehingga masalah Diabetes Melitus
Dapat meningkatkan mutu pendidikan yng lebih berkualitas dan professional agar
tercipta perawat yng professional, terampil, inovatif, aktif, dan bermutu yang mampu
56
3. Manfaat bagi penulis
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengetahuan. Sebagai bahan untuk
57
Daftar Pustaka
Alimul Hidayat, Aziz. 2009. Metodologi Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika.
Brunner & Suddarth. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12 volume 1.
Jakarta : EGC
Bryer, Michael. (2012). 100 Tanya Jawab mengenai Diabetes. Jakarta: PT Indeks
Bustan, (2015). Manajemen pengendalian penyakit tidak menular. Jakarta : Rineka Cipta.
Finucane dan Popplewell, 2010 diabetes melitus and impaired Glucose Regulation in old
Age : the scale of the problem Diabetes in Old Age.
Gillespie, W.A., Sellin M.A., Gill, P., Stephens, M., Tuckwell, L.A. & Hilton, A.L.,
1978, Urinary Tract Infection in Young Women, with Special Reference to
Staphylococcus saprophyticus, Journal of Clinical Pathology, 31, 348-350.
Ginting, Suriani dan Erlina Fransisca. 2014. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pergantian Kantor Akuntan Publik pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Malaysia”.
Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil. Vol. 4 No.01 April 2014.
Hasdianah & Sentot Imam Suprapto. (2016). Patologi & Patofisiologi Penyakit.
Yogyakarta: Nuha Medika
viii
Kozier,B.,Glenora Erb, Audrey Berman dan Shirlee J.Snyder. (2010). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan ( Alih bahasa : Esty Wahyu ningsih, Devi yulianti, yuyun
yuningsih. Dan Ana lusyana ). Jakarta :EGC
Marck 2016. Pendidikan kesehatan bagian dari promosi kesehatan. F trayana Yogyakarta
Pratiwi, P; Amatiria, G; dan Yamin, M. (2014). Pengaruh Stress Terhadap Kadar Gula
Darah Sewaktu Pada Pasien Diabetes Melitus Yang Menjalani Hemodialisa. Jurnal
Kesehatan, Volume V, Nomor 1, April 2014, hlm 11- 16
Rendy dan Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika
Riyadi, S., & Sukarmin. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Eksokrin & Endokrin Pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Smeltzer, S.C, & Bare Brenda, B.G. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol
3 (8th ed.). Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh Agung Waluyo…(dkk),
EGC, Jakarta.
Soegondo, S., 2008. Hidup Secara Mandiri dengan Diabetes Melitus Kencing Manis
Sakit Gula. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Wilkinson, J., & Ahern, n. R. (2013). Buku Saku Diagnosis keperawatan edisi 9
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC.
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
LEMBAR KONSUL