Anda di halaman 1dari 64

KARYA TULIS ILMIAH

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A


DENGAN MASALAH KEPERAWATAN DIABETES
MELITUS DI RUANG TELUK JAMBE
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPTEN
KARAWANG
23 - JUNI - 2021

Disusun Oleh :
AMALUDIN AKBAR
NIM 0433131440118033

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIPLOMA III


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HORIZON
KARAWANG
Jl, Pangkal Perjuangan KM 1 (By Pass) Karawang
2021
KARYA TULIS ILMIAH

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. E


DENGAN TUBERKULOSIS PARU DI RUANG
PANGKALAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPTEN
KARAWANG
23 - JUNI - 2021

Tugas Akhir Ini Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Kelulusan


Pendidikan Program Studi Diploma Keperawatan Diploma III
Tahun Ajaran 2020 / 2021
Disusun Oleh :
AMALUDIN AKBAR
NIM 0433131440118005

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIPLOMA III


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HORIZON
KARAWANG
Jl, Pangkal Perjuangan KM 1 (By Pass) Karawang
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Akhir ini diajukan oleh :


Nama : Amaludin Akbar
NIM : 0433131440118005
Program Studi : Keperawatan Diploma III
Judul : Analisis Asuhan Keperawatan Pada Ny. A Dengan Masalah
Diabetes Melitus Di Ruang Teluk Jambe Di Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Karawang Tahun 2021.
Telah berhasil dipertahankan dihadapan tim penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Keperawatan pada Program Studi Keperawatan Diploma III STIKes
Horizon Karawang
DEWAN PENGUJI
Penguji I : Hj. Nita Syamsiah, M.Kep
(……………….)
NIDN : 0404068301
Pembimbing : Hj. Uun Nurjanah, M.Kep,.
(….……………)
NIDN : 0411107402
Ditetapkan di : STIKes Kharisma Karawang
Tanggal : 23 Juni 2021
Menyetujui :
Ka. Prodi Keperawatan Diploma III
STIKes Kharisma Karawang

Dwi Sulistyo Cahyaningsih M.Kep


NIK KRW-2019-0052

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Tugas Akhir Ini diajukan oleh :


Nama : Amaludin Akbar
NIM : 0433131440118005
Program Studi : Keperawatan Diploma III
Judul Tugas Akhir : Analisis Asuhan Keperawatan Pada Ny. A Dengan
Masalah Diabetes Melitus Di Ruang Teluk
Jambe Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Karawang Tahun 2021.
Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Tugas Akhir Program
Studi Keperawatan Diploma III STIKes Kharisma Karawang.

Karawang, 23 Juni 2021


Disetujui Oleh :
Pembimbing

Hj, Uun Nurjanah, M.Kep


NIDN : 0411107402

ii
ABSTRAK

Analisis Asuhan Keperawatan Pada Ny. A Dengan Masalah Diabetes Melitus


Di Ruang Teluk Jambe Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Karawang Tahun 2021.
x + 75 Hal + 6 lampiran
Laporan studi ini membahas, Analisis Asuhan Keperawatan Pada Ny. A Dengan
Masalah Diabetes Melitus Di Ruang Teluk Jambe Di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Karawang Tahun 2021. Berdasarkan Kemenkes Data Sample
Registration Survey tahun 2014 menunjukkan bahwa diabetes merupakan
penyebab kematian terbesar nomor 3 di Indonesia dengan presentase sebesar
6,7%, setelah stroke (21,1%) dan penyakit jantung koroner (12,9%). Menurut
Kowalak dkk,(2016) Diabetes melitus adalah gangguan metabolik yang ditandai
oleh hiperglikemia (kenaikan kadar glukosa) akibat kurangnya hormon insulin,
menurunnya efek insulin atau keduanya. Dari pengkajian yang dilakukan penulis
didapatkan diagnosa Hipovolemia berhubungan dengan Kehilangan Cairan Aktif,
Resiko Ketidakseimbangan Kadar Glukosa Darah berhubungan dengan
Ketidakpatuhan pemantauan glukosa darah, dan Defisit Nutrisi berhubungan
dengan Faktor Psikologis (keenganan untuk makan), Defisit Pengetahuan (edukasi
kesehatan). Setelah melakukan merumuskan diagnosa penulis juga merumuskan
perencanaan dari diagnose tadi yaitu Hipovolemia berhubungan dengan
Kehilangan Cairan Aktif (Manajemen Hipovolemia), Resiko Ketidakseimbangan
Kadar Glukosa Darah berhubungan dengan Ketidakpatuhan pemantauan glukosa
darah(Manajemen Hiperglikemi), dan Defisit Nutrisi berhubungan dengan Faktor
Psikologis (keenganan untuk makan) (Manajemen Nutrisi), Defisit Pengetahuan
(edukasi kesehatan)
Kata kunci: Diabetes Melitus. Hipovolemia berhubungan dengan Kehilangan
Cairan Aktif, Resiko Ketidakseimbangan Kadar Glukosa Darah berhubungan
dengan Ketidakpatuhan pemantauan glukosa darah, dan Defisit Nutrisi
berhubungan dengan Faktor Psikologis (keenganan untuk makan), Defisit
Pengetahuan (edukasi kesehatan).

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH


SWT karena atas rahmat dan karunia-nya, penulis dapat meneyelesaikan karya
tulis ilmiah ini yang diberi judul “Analisis Asuhan Keperawatan Pada Ny. A
Dengan Masalah Diabetes Melitus Di Ruang Teluk Jambe Di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Karawang Tahun 2021”
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis mengalami banyak hambatan, namun
berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan tepat waktu, oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Ibu Hj, Uun Nurjanah, M.Kep, selaku Ketua STIKes Kharisma Karawang
dan pembimbing karya tulis ilmiah
2. Ibu Dwi Sulistyo Cahyaningsih, M. Kep, selaku Ketua Prodi DIII
Keperawatan
3. Bpk. Ns. Abdul Gowi, M.Kep, Sp.Kep J selaku pembimbing karya tulis
ilmiah
4. Ibu. Ns. Nita Puspita, M.Kep, selaku penguji karya tulis ilmiah
5. Kepada orangtua yang senantiasa memberi dukungan kepada saya
sehingga terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini
6. Seluruh rekan-rekan satu angkatan yang telah memberikan masukan serta
saran-sarannya.
Kami berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberi kemudahan kepada
mahasiswa-mahasiswi dalam kegiatan belajar. Dengan demikian mahasiswa dapat
mengembangkan kemampuan dalam berpikir kritis berlandaskan nilai Moral
Pancasila.. Kami menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah yang telah kami susun
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun demi perbaikan KTI di masa yang akan datang.
Akhirnya kami mengucapkan terimakasih atas perhatiannya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................27
A. Latar Belakang.....................................................................................27
B. Rumusan Masalah................................................................................30
C. Tujuan Penelitian.................................................................................30
D. Manfaat penelitian...............................................................................30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................31
A. DEFINISI.............................................................................................31
B. Etiologi................................................................................................31
C. Patofisiologi.........................................................................................35
D. Manifestasi klinis.................................................................................36
E. Pathway................................................................................................37
F. Pemeriksaan penunjang.......................................................................38
G. Penatalaksanaan...................................................................................40
H. Komplikasi...........................................................................................42
I. Konsep asuhan keperawatan................................................................43
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................55
A. Pengkajian............................................................................................55
B. Pembahasan.........................................................................................52
BAB IV PENUTUP...............................................................................................56
A. Kesimpulan..........................................................................................56
B. Saran....................................................................................................56

v
Daftar Pustaka.......................................................................................................viii

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2 1 Intervensi Keperawatan....................................................................................46

Tabel 3 1 Pesaamerikn Penunjang....................................................................................60


Tabel 3 2 Terapi obat......................................................................................................61
Tabel 3 3 Analisa Data....................................................................................................62
Tabel 3 4 Intervensi Keperawatan...................................................................................46

vii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2 1 Pathway..........................................................................................................37

viii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai


oleh kenaikan glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Pada diabetes melitus
kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas
dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (Brunner and Suddarth, 2015)
World Health Organization (WHO) 2014 melaporkan bahwa sebanyak 347
juta orang mengalami diabetes dan lebih dari 80% berasal dari negara miskin dan
berkembang. Menurut survey yang dilakukan WHO Indonesia menempati urutan
ke-4 di dalam rangking penderita diabetes melitus terbanyak di dunia setelah India,
Cina, dan Amerika Serikat. Menurut Internasional of Diabetic Federation (IDF,
2015) tingkat prevalensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari
keseluruhan penduduk didunia dan mengalami peningkatan pada tahun 2014
menjadi 387 juta kasus. Indonesia merupakan negara menempati urutan ke 7 dengan
penderita DM sejumlah 8,5 juta penderita setelah Cina, India, dan Amerika Serikat,
Brazil, Rusia, Mexico
World Health Organization (WHO), pada tahun 2015 ada 415 juta orang
dewasa menderita diabetes, kenaikan empat kali lipat dari 108 juta di tahun 1980.
Pada tahun 2040 diperkirakan jumlahnya akan menjadi 642 juta. Persentase orang
dewasa dengan diabetes adalah 8,5%. Pada tahun 2015 Indonesia menduduki
peringkat ke tujuh dunia untuk prevalensi penderita diabetes tertinggi setelah China,
India , Rusia, dan Meksiko dengan jumlah estimasi orang dengan diabetes sebesar
10 juta.
Menurut WHO, dari 56,9 juta kematian diseluruh dunia pada tahun 2016
lebih dari setengah (54%) disebabkan oleh 10 penyakit mematikan teratas didunia.
Penyakit jantung iskemik dan stroke adalah pembunuh terbesar didunia, dengan
gabungan 15,2 juta kematian pada tahun 2016. Penyakit paling mematikan ini
umumnya disebabkan karena buruknya pola makan dan beberapa penyebab lainnya.
Beberapa diantaranya merupakan penyakit yang perkembangan lambat. Penyakit
mematikan versi WHO yaitu Penyakit arteri coroner,Stroke,Alzheimer dan
27
demensia,Kanker pernafasan, Infeksi saluran pernapasan. Penyakit ini meliputi
Bronkitis, pneumonia dan TBC,Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK),Kanker
usus besar,Diabetes mellitus,Penyakit ginjal dan Kanker payudara. Jadi Diabetes
mellitus berada di urutan ke 8 penyakit mematikan didunia
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu kelompok penyakit
yang memberi beban kesehatan masyarakat tersendiri karena keberadaannya cukup
prevalen, tersebar di seluruh dunia, menjadi penyebab utama kematian, dan cukup
sulit untuk dikendalikan. Perhatian terhadap penyakit tidak menular makin hari
makin meningkat karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya pada
masyarakat. Kecenderungan peningkatan ini terjadi terutama pada diabetes mellitus.
Karena itu, PTM makin hari cenderung makin menjadi masalah utama kesehatan
masyarakat melewati penyakit menular, penyakit ibu dan anak, dan kekurangan gizi
yang justru cenderung menurun (Bustan, 2015).
Selain menyebar luas secara global, PTM juga merupakan penyakit
penyebab utama kematian. Data dunia menunjukkan lebih 80% kematian penyakit
DM (Diabetes Mellitus) terjadi pada negara berpendapatan rendah dan menengah,
29% kematian terjadi pada kelompok usia di bawah 60 tahun (premature death)
(Bustan, 2015).
Data Sample Registration Survey tahun 2014 menunjukkan bahwa diabetes
merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3 di Indonesia dengan presentase
sebesar 6,7%, setelah stroke (21,1%) dan penyakit jantung koroner (12,9%)
(Kemenkes RI, 2016). Menurut Purwati (2013) sebanyak 1.785 penderita diabetes
mellitus di Indonesia yang mengalami komplikasi neuropati (63,5%),
retinopati(42%), nefropati (7,3%), makrovaskuler (6%), mikrovaskuler (6%), dan
kaki diabetik (15%).
Angka kejadian yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Karawang terdapat 2.377 dengan presentasi 1,61% pada tahun 2013(RSUD
Karawang).
Diabetes Mellitus (DM) adalah salah satu penyebab utama kematian yang
disebabkan oleh karena pola makan/nutrisi, perilaku tidak sehat, kurang aktifitas
fisik dan stress. Menurut laporan Riskesdas 2007, Diabetes Melitus menyumbang
4,2 % kematian pada kelompok umur 15-44 tahun di daerah perkotaan dan

28
merupakan penyebab kematian tertinggi ke-6. Selain pada kelompok tersebut, DM
juga merupakan penyebab kematian tertinggi ke-2 pada kelompok umur 45-54 tahun
di perkotaan (14,7%) dan tertinggi ke-6 di daerah perdesaan (5,8%). (Renstra Dinkes
Kabupaten Karawang 2016-2021)
Berdasarkan penelitian epidemiologis di Indonesia di dapatkan prevalensi
Diabetes Melitus sebesar 1,5-2,3% pada penduduk yang usia lebih 15 tahun, bahkan
di daerah urban prevalensi DM sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar 7,2%.
Prevalensi tersebut meningkat 2-3 kali dibandingkan dengan negara maju, sehingga
diabetes melitus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius (Hasdianah,
2017).
Diabetes Mellitus merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat
jumlah insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas tidak dapat mencukupi
kebutuhan metabolisme secara normal, karena sel beta pankreas mengalami
penurunan fungsi mengakibatkan hormon insulin dan glukagon yang terlibat dalam
pengaturan kadar gula dalam darah mengalami gangguan dan tidak dapat melakukan
metabolisme secara normal (Ginting, 2014).
Klien Diabetes Mellitus dengan ketidakstabilan kadar glukosa darah bila
tidak ditangani dengan baik maka akan beresiko menyebabkan komplikasi. Jika hal
ini berlanjut dan bertambah parah maka akan terjadi perubahan serius dalam kimia
darah akibat defisiensi insulin. Perubahan tersebut disertai dengan dehidrasi,
gangguan penglihatan seperti mata buram, gangguan pada neuropati seperti merasa
kesemutan, gangguan pada nefropati sehingga 4 menyebabkan komplikasi pada
pelvis ginjal, serta dapat terjadi diabetes ketoasidosis hingga terjadi kematian (Bryer,
2012). Berdasarkan hal tersebut, peran perawat adalah sebagai pemberi.
Peran perawat sebagai edukator dalam memberikan pendidikan diabetes
kepada pasien dapat memperbaiki kesalahpahaman terkait penyakit mereka (Strauss,
Rosedale, & Kaur, 2016). Edukasi yang didapatkan oleh pasien DM dapat
meningkatkan kemampuan untuk mencapai dan memperoleh pemahaman tentang
pengetahuan kesehatan dan memahami kondisi mereka. Pemberian edukasi yang
dilakukan oleh perawat dapat memunculkan persepsi yang dapat menentukan
perilaku kesehatan seseorang terhadap penyakitnya (Boonsatean, Rosner, Carisson,
& Ostman, 2016)

29
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Ny.A (60 tahun) yang
menderita diabetes melitus di ruangan Teluk Jambe Rumah Sakit Umum Daerah
Karawang

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien Ny.A (60 tahun) yang
menderita diabetes melitus di ruangan Teluk Jambe Rumah Sakit Umum Daerah
Karawang
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada pasien Ny.A (60 tahun) yang menderita diabetes
melitus di ruangan Teluk Jambe Rumah Sakit Umum Daerah Karawang
b. Merumuskan masalah keperawatan pada pasien Ny.A (60 tahun) yang menderita
diabetes melitus di ruangan Teluk Jambe Rumah Sakit Umum Daerah Karawang
c. Menyusun rencana keperawatan pada pasien Ny.A (60 Tahun) yang menderita
diabetes mellitus di ruangan Teluk Jambe Rumah Sakit Umum Daerah Karawang

D. Manfaat penelitian

1. Bagi penulisan
Hasil penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi,
menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman berharga kepada perawat dan
mengaplikasikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Diabetes
melitus
2. Bagi tempat penelitian
Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat menjadi referensi bacaan ilmiah untuk
melakukan asuhan keperawatan pada pasien Diabetes melitus
3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan
Sebagai acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan Diabetes melitus

30
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Diabetes melitus adalah gangguan metabolik yang ditandai oleh


hiperglikemia (kenaikan kadar glukosa) akibat kurangnya hormon insulin,
menurunnya efek insulin atau keduanya. (kowalak, dkk. 2016 ).

Diabetes Mellitus adalah kondisi ketika tubuh tidak dapat mengendalikan


kadar gula dalam darah (glukosa), yang normalnya pada gula darah puasa 80-130
mg/dL, kadargula darah sewaktu 100-200mg/dL, serta kadar gula darah 2 jam PP
120-200. Glukosa merupakan hasil penyerapan makanan oleh tubuh, yang kemudian
menjadi sumber energi. Pada umumnya, penderita Diabetes Mellitus, kadar glukosa
ini terus meningkat sehingga terjadi penumpukan (Pudiastuti, 2013).

Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai


oleh kenaikan glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Pada diabetes melitus
kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas
dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (Brunner and Suddarth, 2015)

B. Etiologi

Menurut Rendy & Margaret (2012), penyebab diabetes mellitus dikelompokkan


menjadi:
1. Diabetes Mellitus tergantung insulin (IDDM)
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes
tipe I. Kecenderungan genetik ini ditentukan pada individu yang memiliki
tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan
proses imun lainnya.
31
b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing
c. Faktor Lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta pankreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu
dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destruksi sel beta
pankreas.
IDDM sering terjadi pada usia sebelum 30 tahun. Biasanya juga disebut
Juvenile Diabetes, yang gangguan ini ditandai dengan adanya hiperglikemia
(meningkatnya kadar gula darah). Faktor genetik dan lingkungan
merupakan faktor pencetus IDDM, oleh karena itu insiden lebih tinggi atau
adanya infeksi virus (dari lingkungan) misalnya coxsackievirus B dan
streptococcus sehingga pengaruh lingkungan dipercaya mempunyai
peranan dalam terjadinya DM. Virus atau mikroorganisme akan menyerang
pankreas, yang membuat kehilangan produksi insulin. Dapat pula akibat
respon autoimmune, dimana antibodi sendiri akan menyerang sel beta
pankreas. Faktor herediter, juga dipercaya memainkan peran munculnya
penyakit ini (Rendy & Margaret, 20102).

2. Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)

Virus dan kuman leukosit antigen tidak nampak memainkan peran terjadinya
NIDDM. Faktor herediter memainkan peran yang sangat besar. Sekitar 80% klien
NIDDM adalah kegemukan. Overweight membutuhkan banyak insulin untuk
metabolisme. Terjadinya hiperglikemia disaat pankreas tidak cukup menghasilkan
insulin sesuai kebutuhan tubuh atau saat jumlah reseptor insulin menurun atau
mengalami gangguan. Faktor resiko dapat dijumpai pada klien dengan riwayat
keluarga menderita DM adalah resiko yang besar. Pencegahan utama NIDDM
adalah mempertahankan berat badan ideal. Pencegahan sekunder berupa program
penurunan berat badan, olahraga dan diet. Tahap awal tanda-tanda/gejala yang

32
ditemukan adalah kegemukan, perasaan haus yang berlebihan, lapar, diuresis dan
kehilangan berat badan, bayi lahir lebih dari berat badan normal, memiliki riwayat
keluarga DM, usia diatas 40 tahun, bila ditemukan peningkatan gula darah.

Menurut Smeltzer & Bare (2010), DM tipe II disebabkan kegagalan relatif sel
beta dan resisten insulin. Resisten insulin adalah turunnya kemampuan insulin
untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi
resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin.
Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan
glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi
insulin lain. Berarti sel beta pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa.

Penyebab resistensi insulin pada diabetes sebenarnya tidak begitu jelas,


faktor yang banyak berperan menurut Riyadi (2008) antara lain:
a) Riwayat keluarga
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes. Ini
terjadi karena DNA pada orang DM akan ikut diinformasikan pada gen berikutnya
terkait dengan penurunan produksi insulin. Glukosa darah puasa yang tinggi
dikaitkan dengan risiko DM di masa depan. Keluarga merupakan salah satu faktor
risiko DM. Jika salah satu dari orang tua menderita DM tipe 2, risiko anak mereka
terkena DM tipe 2 dengan sebesar 40%. Risiko ini akan menjadi 70% jika kedua
orang tuanya menderita DM tipe 2. Kembar identik akan berisiko lebih tinggi terkena
DM dibandingkan dengan kembar yang tidak identik. Gen pembawa DM tersebut
ikut mengatur fungsi dari sel yang memproduksi insulin beta (Yang, 2010).
b) Jenis kelamin
Pria lebih rentan terkena hiperglikemia dibandingkan dengan wanita. Persentase
hiperglikemia pada pria sebesar 12,9%, sedangkan pada wanita 9,7%. Hal ini berbeda
dengan penelitian Gale dan Gillespie (2010) dimana DM tipe 2 dominan terjadi pada
wanita daripada pria. Tidak ada perbedaan prevalensi DM tipe 2 antara pria dan
wanita ketika berusia di bawah 25 tahun. Akan tetapi, mulai ada perbedaan sebesar
20% pada wanita daripada pria yang berusia 25-34 tahun. Pada kelompok usia 35-44
tahun perbedaannya menjadi 60% dan kelompok usia 45-64 tahun DM tipe 2 lebih
tinggi 2 kali lipat pada wanita daripada pria (Gillespie, 2010).
c) Kelainan genetik
33
DM dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap DM. Ini terjadi
karena DNA pada orang DM akan ikut diinformasikan pada gen berikutnya terkait
dengan penurunan produksi insulin.

d) Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis
menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang berisiko
pada penurunan fungsi endokrin pankreas yang memproduksi insulin. Menurut
Merck (2008), DM tipe 2 biasanya bermula pada penderita yang usianya lebih
dari 30 tahun dan menjadi semakin lebih umum dengan peningkatan usia.
Sekitar 15% dari orang yang lebih tua dari 70 tahun menderita DM tipe 2. DM
tipe 2 di negara maju relatif terjadi di usia yang lebih muda, tetapi di negara
berkembang terjadi pada kelompok usia lebih tua. Kenaikan prevalensi DM
dimulai pada masa dewasa awal. Di Amerika orang yang berusia 45-55 tahun
terkena DM empat kali lebih banyak dibandingkan pada mereka yang berusia
20-44 tahun (Finucane dan Popplewell, 2010).
e) Gaya hidup stress
Stress cenderung membuat hidup seseorang mencari makan yang cepat saji
yang kaya pengawet, lemak, dan gula. Makanan ini berpengaruh besar terhadap
kerja pankreas. Stress juga meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan
kebutuhan sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja pankreas mudah
rusak sehingga berdampak pada penurunan insulin.
f) Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama risiko terkena DM.
Malnutrisi dapat merusak pankreas, sedangkan obesitas meningkatkan
gangguan kerja dan resistensi insulin. Pola makan yang tidak teratur dan
cenderung terlambat juga akan berperanan pada ketidakstabilan kerja
pankreas.
g) Obesitas
Obesitas mengakibat sel-sel beta pankreas mengalami hipertropi pankreas
disebabkan karena peningkatan beban metabolisme glukosa pada penderita
obesitas untuk mencukupi energi sel yang terlalu banyak.

34
h) Kebiasaan merokok
Rokok mengandung zat adiktif yang bernama nikotin. Nikotin ini dapat
mengakibatkan ketergantungan dan kehilangan kontrol. Merokok dapat
mengakibatkan peningkatan sementara kadar glukosa darah, merokok juga
dapat merusak sensitivitas organ dan jaringan terhadap aksi insulin. Asupan
nikotin dapat meningkatkan kadar hormon, seperti kortisol, yang dapat
mengganggu efek insulin.
i) Infeksi
Masuknya bakteri atau virus kedalam pankreas akan mengakibatkan
rusaknya sel-sel pankreas. Kerusakan ini berakibat pada penurunan fungsi
pankreas. Seseorang yang sedang menderita sakit karena virus atau bakteri
tertentu, merangsang produksi hormon tertentu yang secara tidak langsung
berpengaruh pada kadar gula darah.

C. Patofisiologi

1) DM Tipe I

Pada Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan pankreas menghasilkan


insulin karena hancurnya sel-sel beta pulau langerhans. Dalam hal ini
menimbulkan hiperglikemia puasa dan hiperglikemia post prandial. Dengan
tingginya konsentrasi glukosa dalam darah, maka akan muncul glukosuria
(glukosa dalam darah) dan ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotic) sehingga pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliurra) dan rasa haus (polidipsia). Defesiensi
insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak sehingga terjadi
penurunan berat badan akan muncul gejala peningkatan selera makan (polifagia).
Akibat yang lain yaitu terjadinya proses glikogenolisis (pemecahan glukosa yang
disimpan) dan glukogeonesis tanpa hambatan sehingga efeknya berupa
pemecahan lemak dan terjadi peningkatan keton yangdapat mengganggu
keseimbangan asam basa dan mengarah terjadinya ketoasidosis (Brunner &
suddarth 2015)

2) DM Tipe II

35
Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada reseptor kurang
dan meskipun kadar insulin tinggi dalam darah tetap saja glukosa tidak dapat
masuk kedalam sel sehingga sel akan kekurangan glukosa. Mekanisme inilah
yang dikatakan sebagai resistensi insulin. Untuk mengatasi resistensi insulin dan
mencegah terbentuknya glukosa dalam darah yang berlebihan maka harus
terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Namun demikian jika sel-
sel beta tidak mampu mengimbanginya maka kadar glukosa akan meningkat dan
terjadilah DM tipe II (Brruner & suddarth 2015)

D. Manifestasi klinis

1. Poliuri

Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membran dalam sel


menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau hiperosmolariti
menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan intravaskuler,
aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibatdari hiperosmolariti dan akibatnya
akan terjadi diuresis osmotic (poliuria).

2. Polidipsia

Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler menyebabkan


penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari
dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan
seseorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia).

3. Poliphagia

Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin
maka produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar. Maka
reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia).
4. Penurunan berat badan

Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan cairan
dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan menciut,
sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara

36
otomatis.
a. Malaise atau kelemahan

b. Kesemutan

c. Lemas

d. Mata kabur (Brunner & Suddart, 2015)

E. Pathway

Bagan 2 1 Pathway

umur

Penurunan fungsi Penurunan fungsi


indra pengecap pankreas

Gaya hidup
Konsumsi Penurunan kualitas
makanan manis & kuantitas insulin
berlebih

hiperglikemia

Kerusakan
vaskuler
Penurunan glukosa
dalam darah

Neuropati perifier
Cadangan lemak
dan protein turun

ULKUS

Bb turun
Kerusakan
integritas kulit
Ketidakstabilan kadar
glukosa darah

Pembedahan(debridement)

37
Adanya perlukaan
Nyeri akut Pengeluaran
pada kaki
histamine &
progestin
Luka inisisi tidak
terawat

Gangguan
mobilitas fisik
Peningkatan
leukosit

F. Pemeriksaan penunjang Resiko infeksi

Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi 4 hal yaitu:

1. Postprandial

Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas 130mg/dl
mengindikasikan diabetes.
2. Hemoglobin glikosilat:
Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilaikadar gula darah selama 140 hari
terakhir. Angka Hb1C yang melebihi6,1% menunjukkan diabetes.
3. Tes toleransi glukosa oral

Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan 75 gr gula, dan
akan diuji selama periode 24 jam. Angka gula darah yang normaldua jam setelah
meminum cairan tersebut harus < dari 140 mg/dl.
4. Tes glukosa darah dengan finger stick,
yaitu jari ditusuk dengan sebuah jarum, sample darah diletakkan pada sebuah
strip yang dimasukkan kedalam celah pada mesin glukometer, pemeriksaan ini
digunakan hanya untuk memantau kadar glukosa yang dapat dilakukan dirumah.
G. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes ada empat jenis, antara lain (Damayanti, 2015):

1. DM Tipe 1
DM tipe 1 ditandai oleh destruksi sel beta pankreas, terbagi dalam dua sub
tipe yaitu tipe 1A yaitu diabetes yang diakibatkan proses immunologi (immune-

38
mediated diabetes) dan tipe 1B yaitu diabetes idiopatik yang tidak diketahui
penyebabnya. Diabetes 1A ditandai oleh destruksi autoimun sel beta. Sebelumnya
disebut dengan diabetes juvenile, terjadi lebih sering pada orang muda tetapi dapat
terjadi pada semua usia. Diabetes tipe 1 merupakan gangguan katabolisme yang
ditandai oleh kekurangan insulin absolut, peningkatan glukosa darah, dan pemecahan
lemak dan protein tubuh (Damayanti, 2015) .
2. DM Tipe 2
DM tipe 2 atau juga dikenal sebagai Non-Insulin Dependent Diabetes
(NIDDM). Dalam DM tipe 2, jumlah insulin yang diproduksi oleh pankreas biasanya
cukup untuk mencegah ketoasidosis tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
tubuh total. Jumlahnya mencapai 90-95% dari seluruh pasien dengan diabetes, dan
banyak dialami oleh orang dewasa tua lebih dari 40 tahun serta lebih sering terjadi
pada individu obesitas. Kasus DM tipe 2 umumnya mempunyai latar belakang
kelainan yang diawali dengan terjadinya resistensi insulin. Resistensi insulin awalnya
belum menyebabkan DM secara klinis. Sel beta pankreas masih dapat melakukan
kompensasi bahkan sampai overkompensasi, insulin disekresi secara berlebihan
sehingga terjadi kondisi hiperinsulinemia dengan tujuan normalisasi kadar glukosa
darah. Mekanisme kompensasi yang terus menerus menyebabkan kelelahan sel beta
pankreas yang disebut dekompensasi, mengakibatkan produksi insulin yang menurun
secara absolut. Kondisi resistensi insulin diperberat oleh produksi insulin yang
menurun, akibatnya kadar glukosa darah semakin meningkat sehingga memenuhi
kriteria diagnosa DM (Damayanti, 2015).

Resistensi insulin utamanya dihasilkan dari kerusakan genetik dan selanjutnya


oleh faktor lingkungan. Ketika glukosa intrasel meningkat, maka asam lemak bebas
(Free Fatty Acid- FFAs) disimpan, namun ketika glukosa menurun maka FFAs
masuk ke sirkulasi sebagai substrat dari produksi glukosa. Pada kondisi normal,
insulin memicu sintesa trigliserida dan menghambat lipolisis postprandial. Glukosa
diserap ke dalam jaringan adiposa dan sirkulasi FFAs mempunyai efek yang bahaya
pada produksi glukosa dan sensitifitas insulin, peningkatan glukosa darah pun ikut
berperan. Pada tipe ini terjadi kehilangan sel beta pankreas lebih dari 50%
(Damayanti, 2015).

39
3. Diabetes pada kehamilan (Gestasional Diabetes)
Diabetes kehamilan terjadi pada intoleransi glukosa yang diketahui selama
kehamilan pertama. Jumlahnya sekitar 2-4% kehamilan. Wanita dengan diabetes
kehamilan akan mengalami peningkatan risiko terhadap diabetes setelah 5-10 tahun
melahirkan (Damayanti, 2015).
4. DM tipe lain (Others Specific Types)
Merupakan gangguan endokrin yang menimbulkan hiperglikemia akibat
peningkatan produksi glukosa hati atau penurunan penggunaan glukosa oleh sel.
Sebelumnya dikenal dengan istilah diabetes sekunder, diabetes tipe ini
menggambarkan diabetes yang dihubungkan dengan keadaan sindrom tertentu,
misalnya diabetes yang terjadi dengan penyakit pankreas atau pengangkatan jaringan
pankreas dan penyakit endokrin seperti akromegali, atau syndrome chusing, karena
zat kimia atau obat, infeksi dan endokrinopati (Damayanti, 2015).

G. Penatalaksanaan

Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai
penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak ditingkat pelayanan kesehatan.
Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha dan akan diuraikan
sebagai berikut:
1. Perencanaan Makanan

Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang


dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan kecukupan gizi
baik yaitu :
a. Karbohidrat sebanyak 60 – 70 %

b. Protein sebanyak 10 – 15 %

c. Lemak sebanyak 20 – 25 %

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress


akut dan kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis, penentuan jumlah
kalori dipakai rumus Broca yaitu:
40
Barat Badan Ideal = (TB-100)-10%, sehingga didapatkan =

a. Berat badan kurang = < 90% dari BB Ideal

b. Berat badan normal = 90-110% dari BB Ideal

c. Berat badan lebih = 110-120% dari BB Ideal

d. Gemuk = > 120% dari BB Ideal.

Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali kelebihan


kalori basal yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita 25 kkal/kg BB,
kemudian ditambah untuk kebutuhan kalori aktivitas (10- 30% untuk pekerja
berat). Koreksi status gizi (gemuk dikurangi, kurus ditambah) dan kalori untuk
menghadapi stress akut sesuai dengan kebutuhan. Makanan sejumlah kalori
terhitung dengan komposisi tersebut diatas dibagi dalam beberapa porsi yaitu :
a. Makanan pagi sebanyak 20%

b. Makanan siang sebanyak 30%

c. Makanan sore sebanyak 25%

d. 2-3 porsi makanan ringan sebanyak 10-15 % diantaranya.

2. Latihan Jasmani

Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu)selama kurang


lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit
penyerta.Sebagai contoh olah raga ringan adalah berjalan kaki biasaselama 30 menit,
olahraga sedang berjalan cepat selama 20 menit dan olahraga berat jogging.
3. Obat Hipoglikemik

Sulfonilurea. Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :

a. Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan.

b. Menurunkan ambang sekresi insulin.

c. Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.

Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan BB normal dan
masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih.

41
4. Insulin

Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :

a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun NIDDM) dalam
keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam ketoasidosis.
b) DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali dengan diet
(perencanaan makanan).
c) DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosif maksimal.
Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah dan dinaikkan
perlahan – lahan sesuai dengan hasil glukosa darah pasien. Bila sulfonylurea
atau metformin telah diterima sampai dosis maksimal tetapi tidak tercapai
sasaran glukosa darah maka dianjurkan penggunaan kombinasi sulfonylurea dan
insulin.

Dosis pemberian insulin pada pasien dengan DM: Jenis obat :


1. Kerja cepat (rapid acting) retensi insulin 5-15 menit puncak efek 1- 2 jam,
lama kerja 4-6 jam. Contoh obat: insuli lispro( humalo), insulin aspart
2. Kerja pendek (sort acting) awitan 30-60 menit, puncak efek 2-4 jam, lama
kerja 6-8 jam.
3. Kerja menengah (intermediate acting) awitan 1,5-4 jam , puncak efek 4-10
jam, lama kerja 8-12 jam),awitan 1-3 jam, efek puncak hampir tanpa efek,
lama kerja 11-24 jam.
Contoh obat: lantus dan levemir.

5. Hitung dosis insulin

Rumus insulin: insulin harian total = 0,5 unit insulin x BB pasien


Insulin prandial total ( IPT) = 60%
Sarapan pagi 1/3 dari IPT

Makan siang 1/3 dari IPT Makan malam 1/3 dari IPT

6. Penyuluhan

Untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk mendapatkan hasil yang


maksimal. Edukator bagi pasien diabetes yaitu pendidikan dan pelatihan mengenai
42
pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk
meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai
keadaan sehat yang optimal.
Penyesuaian keadaan psikologik kualitas hidup yang lebih baik. Edukasi
merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan diabetes (Bare & Suzanne, 2002)

H. Komplikasi

Kompilkasi DM terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik.


1. Komplikasi akut adalah komplikasi akut pada DM yang penting dan berhubungan
dengan keseimbangan kadar glukosa darah adalah dalam jangka pendek, ketiga
komplikasi tersebut adalah
a. Diabetik ketoasedosis (DKA).

Ketoasidosis diabetik merupakan defesiensi insulin berat dan akut dari suatu
perjalanan penyakit DM. Dibetik ketoasidosis di sebabkan oleh tidak adanya
insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata.
b. Hipoglikemia.

Hipoglikemia terjadi kalau gadar gula dalam darah turun bawah 50-60 mg/dl
keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral
berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit.

2. Kompilkasi kronik

Diabetes melitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di seluruh
bagian tubuh (angipati diabetik) di bagi menjadi 2: yaitu mikrovaskuler dan
makrovaskuler.
Penyakit ginjal, Penyakit mata, Neuropati (mikrovaskuler) dan Pembuluh darah
kaki, Pembuluh darah ke otak (makrovaskuler).

I. Konsep asuhan keperawatan

1. Pengkajian
Fokus utama pengkajian pada klien Diabetes Mellitus adalah melakukan pengkajian
dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan

43
perawatan diri. Pengkajian secara rinci adalah sebagai berikut
a. Pemeriksaan Diagnostik
1) Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari
200mg/dl). Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang
menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi stress.
2) Gula darah puasa normal atau diatas normal.
3) Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
4) Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
5) Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat
menandakan ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan
propensitas pada terjadinya aterosklerosis.

b. Anamnese
i. Keluhan Utama
Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas pasien
mungkin berbau aseton pernapasan kussmaul, poliuri, polidipsi, penglihatan
yang kabur, kelemahan dan sakit kepala
ii. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/
HONK), penyebab terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/ HONK)
serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
iii. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit  lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.  Adanya
riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis
yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh
penderita.
iv. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang penyakit,
obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4
kg, riwayat glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma,

44
infeksi, penyakit) atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid,
kontrasepsi oral).
H. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.
I. Kaji terhadap manifestasi
Diabetes Mellitus: poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan,
pruritus vulvular, kelelahan, gangguan penglihatan, peka rangsang, dan kram
otot. Temuan ini menunjukkan gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi
aterosklerosis.
J. Kaji pemahaman
Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostik
dan tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi
2. Diagnosa
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis (penurunan perfusi
jaringan perifer),agen pencedera kimiawi(mis. terbakar,bahan kimia iritan),agen
pencedera fisik(mis. abses,amputasi,terbakar,terpotong,mengangkat
berat,prosedur operasi,trauma,latihan fisik berlebih)
b. Defisi nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan ketidakmampuan menelan
makanan,ketidakmampuan mencerna makanan,ketidakmampuan mengabsorsi
nutrisi,peningkatan kebutuhan metabolisme,faktor ekonomi(mis.finansial tidak
mencukupi),faktor fisiologis(mis. stress,keenganan untuk makan)
c. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif,kegagalan
mekanisme regulasi,peningkatan permebilitas kapiler,kekurangan intek
cairan,evaporasi
d. ketidakstabilan kadar glukosa darah berubungan dengan (hiperglikemia)difungsi
pankreas,resintensi insulin,gangguan toleransi glukosa darah,gangguan glukosa
darah puasa,(hipoglikemia)penggunaan insulin atau obat glikemik
oral,hiperinsulinemia(mis.insulinoma),endokrinopati(mis.kerusakan adrenal
atau pituitari,)difungsi hati,difungsi ginjal kronis,efek agen
farmakologis,tindakan pembedahan neoplasma,gangguan metabolik

45
bawaan(mis.gangguan penyimpanan lisosomal,galaktosemia,gangguan
penyimpanan glikogen)

3. Intervensi
Tabel 2 1 Intervensi Keperawatan
n Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi
o hasil
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Observasi
tindakan -identifikasi

keperawatan 3x24 lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensita


s nyeri.
jam masalah nyeri
-identifikasi skala nyeri
akut bisa teratasi
-identifikasi respon nyeri non verbal
dengan Kriteria
-identikasi faktor yg memperberat dan memperingan
Hasil :
nyeri
1. kemampuan -identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
menuntaskan nyeri
aktifitas meningkat -identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

46
2. keluhan nyeri -identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
menurun -monitor keberhasilan terapi komplomenter yg sudah

3. meringis menurun diberikan


-monitor efeksamping penggunaan analgetik
4. sikap protktif
Terapeutik
menurun
-berikan tensi non farmakologis untuk mengurangi
5.gelisah menurun
rasa nyeri(mis.TNNS,hipnosis,akupresure,terapi
6.kesulitan tidur
musik,biofeedback,terapi pijat,aroma terapi,tehnik
menurun imajinasi terbimbing,kompres hangat atau
7.menarik diri dingin,terapi bermain
menurun -kontrol lingkungan yg memperberat rasa nyeri(suhu
8.terfokus pada diri ruangan,pencahayaan,kebisingan
sendiri menurun -fasilitasi istirahat dan tidur
9.diaforasis -pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam

menurun pemilihan strategi meredakan nyeri


Edukasi
10.perasaan depresi
-jelaskan penyebab,priode,dan pemicu nyeri
menurun
-jelaskan strategi meredakan nyeri
11.perasaan takut
-anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
mengalami cedera
-anjuarkan menggunakan analgetik secara tepat
menurun -anjurkan teknik non farmakologis untuk mengurangi
12.anoraksia rasa nyeri
menurun Kolaborasi
13.mual menurun -kolaborasi penggunaan analgetik jika perlu
14. muntah menurun
15.frekuensi nadi
membaik
16. pola nafas
membaik
17. tekanan darah
membaik
18. napsu makan
membaik
19. pola tidur

47
membaik

2 Defisit nutrisi Setelah dilakukan Observasi


tindakan - identifikasi status nutrisi
keperawatan 3x24 - identifikasi alergi dan intoleransi makanan
jam masalah Defisit - identifikasi makanan yang disukai
Nutrisi bisa teratasi - identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi
dengan Kriteria - identifikasi perlunya penggunaan obat selang
Hasil : nasogastrik
1. porsi makan - monitor asupan makanan
yg - monitor berat badan
dihabiskan - monitor hasil labolatorium
meningkat Terapeutik
2. verbalisasi - lakukan oral hygine sebelum makan,jika perlu
keinginan - fasilitasi menentukan pedoman
untuk diet(mis.piramida makanan)
meningkatka - sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
n nutrisi sesuai
3. berat badan - berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
membaik konstipasi
4. frekuensi - berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
makan protein
membaik - berikan suplemen makanan,jika perlu
- hentikan pemberian makanan melalui selang
nasigastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
- anjurkan posisi duduk,jika perlu
- anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan(mis. pereda nyeri,antiemetik),jika perlu
- kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan

48
jumlah kalori dan jenis nutriin yang
dibutuhkan,jika perlu
3 Hipovolemia Setelah dilakukan Observasi
tindakan - periksa tanda dan gejala hipovolemia
keperawatan 3x24 (mis.frekuensi nadi meningkat,nadi teraba
jam masalah lemah,tekanan darah menurun,tekanan nadi
Hipovolemia bisa menyempit,turgor kulit menurun,membran
teratasi dengan mukosa kering,volume urin menurun,hematokrit
Kriteria Hasil : meningkat,haus,lemah)
1. kekuatan Terapeutik
nadi - hitung kebutuhan cairan
meningkat - berikan posisi modfied trendelenvurg
2. membran - berikan asupan cairan oral
mukosa Edukasi
lembab - anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
meningkat - anjurkan menghindari perubahan posisi
3. perasaan mendadak
lemah Kolaborasi
menurun - kolaborasi pemberian cairan IV isotonis ( mis.
4. frekuensi Nacl,RL)
nadi - kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis.
membaik glukosa 25%,Nacl 0,4%)
5. hemoglobin - kolaborasi pemberian cairan koloid (mis.
membaik albumin,plasmanate)
6. hematokrit - kolaborasi pemberian produk darah
membaik
7. suhu
membaik
4 ketidakstabil Setelah dilakukan Observasi
an kadar tindakan - identifikasi kemungkinan hiperglikemia
glukosa keperawatan 3x24 - identifikasi situasi yang menyebabkan
darah jam masalah Resiko kebutuhan insulin meningkat (mis.penyakit

49
Gangguan kambuhan)
Ketidakseimbangan - monitor kadar glukosa darah,jika perlu
Kadar Glukosa - monitor tanda dan gejala hiperglikemia
Darah bisa teratasi (mis.poliuria,polidipsia,kelemahan,malaise,pand
dengan Kriteria angan kabur,sakit kepala
Hasil : - monitor intake dan output cairan
1. pusing - monitor keton urin,kadar analisa gas
menurun darah,elektrolit,tekanan darah ortostatik,dan
2. lelah/lesu frekuensi nadi
menurun Terapeutik
3. mulut kering - berikan asupan cairan oral
menurun - konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala
kadar glukosa dalam hiperglikemia tetap ada atau memburuk
darah membaik - fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik
Edukasi
- anjurkan menghindari olahraga saat kadar
glukosa 250 mg/dl
- anjurkan monitor kadar glukosa darah secara
mandiri
- anjurkan kepatuhan diet dan olahraga
- anjurkan indikasi dan pentingnya pengajian
keton urine,jika perlu
- anjurkan pengelolaan diabetes (mis.
penggunaan insulin,obat oral,monitor asupan
cairan,penggantian karbohidrat,dan bantuan
profesional kesehatan)
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian insulin jika perlu
- kolaborasi pemberian cairan IV,jika perlu
- kolaborasi pemberian kalium,jika perlu
n Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi
o hasil

50
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Observasi
tindakan -identifikasi

keperawatan 3x24 lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensita


s nyeri.
jam masalah nyeri
-identifikasi skala nyeri
akut bisa teratasi
-identifikasi respon nyeri non verbal
dengan Kriteria
-identikasi faktor yg memperberat dan memperingan
Hasil :
nyeri
1. kemampuan -identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
menuntaskan nyeri
aktifitas meningkat -identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
2. keluhan nyeri -identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
menurun -monitor keberhasilan terapi komplomenter yg sudah
3. meringis menurun diberikan
4. sikap protktif -monitor efeksamping penggunaan analgetik
Terapeutik
menurun
-berikan tensi non farmakologis untuk mengurangi
5.gelisah menurun
rasa nyeri(mis.TNNS,hipnosis,akupresure,terapi
6.kesulitan tidur
musik,biofeedback,terapi pijat,aroma terapi,tehnik
menurun
imajinasi terbimbing,kompres hangat atau
7.menarik diri dingin,terapi bermain
menurun -kontrol lingkungan yg memperberat rasa nyeri(suhu
8.terfokus pada diri ruangan,pencahayaan,kebisingan
sendiri menurun -fasilitasi istirahat dan tidur
9.diaforasis -pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam

menurun pemilihan strategi meredakan nyeri

10.perasaan depresi Edukasi


-jelaskan penyebab,priode,dan pemicu nyeri
menurun
-jelaskan strategi meredakan nyeri
11.perasaan takut
-anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
mengalami cedera
-anjuarkan menggunakan analgetik secara tepat
menurun
-anjurkan teknik non farmakologis untuk mengurangi
12.anoraksia rasa nyeri
menurun Kolaborasi
13.mual menurun -kolaborasi penggunaan analgetik jika perlu

51
14. muntah menurun
15.frekuensi nadi
membaik
16. pola nafas
membaik
17. tekanan darah
membaik
18. napsu makan
membaik
19. pola tidur
membaik

2 Defisit nutrisi Setelah dilakukan Observasi


tindakan - identifikasi status nutrisi
keperawatan 3x24 - identifikasi alergi dan intoleransi makanan
jam masalah Defisit - identifikasi makanan yang disukai
Nutrisi bisa teratasi - identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi
dengan Kriteria - identifikasi perlunya penggunaan obat selang
Hasil : nasogastrik
5. porsi makan - monitor asupan makanan
yg - monitor berat badan
dihabiskan - monitor hasil labolatorium
meningkat Terapeutik
6. verbalisasi - lakukan oral hygine sebelum makan,jika perlu
keinginan - fasilitasi menentukan pedoman
untuk diet(mis.piramida makanan)
meningkatka - sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
n nutrisi sesuai
7. berat badan - berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
membaik konstipasi
8. frekuensi - berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
makan protein

52
membaik - berikan suplemen makanan,jika perlu
- hentikan pemberian makanan melalui selang
nasigastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
- anjurkan posisi duduk,jika perlu
- anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan(mis. pereda nyeri,antiemetik),jika perlu
- kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutriin yang
dibutuhkan,jika perlu
3 Hipovolemia Setelah dilakukan Observasi
tindakan - periksa tanda dan gejala hipovolemia
keperawatan 3x24 (mis.frekuensi nadi meningkat,nadi teraba
jam masalah lemah,tekanan darah menurun,tekanan nadi
Hipovolemia bisa menyempit,turgor kulit menurun,membran
teratasi dengan mukosa kering,volume urin menurun,hematokrit
Kriteria Hasil : meningkat,haus,lemah)
8. kekuatan Terapeutik
nadi - hitung kebutuhan cairan
meningkat - berikan posisi modfied trendelenvurg
9. membran - berikan asupan cairan oral
mukosa Edukasi
lembab - anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
meningkat - anjurkan menghindari perubahan posisi
10. perasaan mendadak
lemah Kolaborasi
menurun - kolaborasi pemberian cairan IV isotonis ( mis.
11. frekuensi Nacl,RL)
nadi - kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis.
membaik glukosa 25%,Nacl 0,4%)

53
12. hemoglobin - kolaborasi pemberian cairan koloid (mis.
membaik albumin,plasmanate)
13. hematokrit - kolaborasi pemberian produk darah
membaik
14. suhu
membaik
4 ketidakstabil Setelah dilakukan Observasi
an kadar tindakan - identifikasi kemungkinan hiperglikemia
glukosa keperawatan 3x24 - identifikasi situasi yang menyebabkan
darah jam masalah Resiko kebutuhan insulin meningkat (mis.penyakit
Gangguan kambuhan)
Ketidakseimbangan - monitor kadar glukosa darah,jika perlu
Kadar Glukosa - monitor tanda dan gejala hiperglikemia
Darah bisa teratasi (mis.poliuria,polidipsia,kelemahan,malaise,pand
dengan Kriteria angan kabur,sakit kepala
Hasil : - monitor intake dan output cairan
4. pusing - monitor keton urin,kadar analisa gas
menurun darah,elektrolit,tekanan darah ortostatik,dan
5. lelah/lesu frekuensi nadi
menurun Terapeutik
6. mulut kering - berikan asupan cairan oral
menurun - konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala
kadar glukosa dalam hiperglikemia tetap ada atau memburuk
darah membaik - fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik
Edukasi
- anjurkan menghindari olahraga saat kadar
glukosa 250 mg/dl
- anjurkan monitor kadar glukosa darah secara
mandiri
- anjurkan kepatuhan diet dan olahraga
- anjurkan indikasi dan pentingnya pengajian
keton urine,jika perlu

54
- anjurkan pengelolaan diabetes (mis.
penggunaan insulin,obat oral,monitor asupan
cairan,penggantian karbohidrat,dan bantuan
profesional kesehatan)
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian insulin jika perlu
- kolaborasi pemberian cairan IV,jika perlu
- kolaborasi pemberian kalium,jika perlu

BAB III

TINJAUAN KASUS

55
A. Pengkajian

1. Identitas Klien
Nama : Ny. A
Umur : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Sunda
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Penghasilan :-
Alamat : Tegal Tanjung 01/19 karang pawitan,karawang
barat,karawang
MRS tgl/ jam : 21-04-2021
Ruangan : Ruangan Pangkalan
No. Reg : 699537
Dx. Medis : Diabetes Melitus

2. Identitas penanggung jawab


Nama : Tn.E
Umur : 35
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Sunda
Pendidikan : SD
Alamat : Tegal Tanjung 01/19 karang pawitan,karawang
barat,karawang
Hub. Dengan klien : anak

3. Keluhan Utama :lemas sejak 3 hari sebelum masuk rumah


sakit.
4. Riwayat Penyakit Sekarang :pasien mengeluh terdapat mual, muntah 4x,
pusing,keringet dingin,pasien sering BAK

5. Riwayat Penyakit Dahulu : pasien pernah mengalami penyakit DM 4


tahun yang lalu dan amputasi cruris sejak 3 tahun yg lalu
6. Riwayat Penyakit Keluarga : keluarga pasien tidak pernah mengalami
penyakit seperti ini.

7. Riwayat Psiko, Sosio, Spiritual:


Riwayat Psiko : Pasien mengatakan malu dengan keadaannya
karena tidak sempurna lagi.

Riwayat Sosial : Sebelum diamputasi pasien sering


berinteraksi dengan lingkungan sekitar, tetapi ketika asien setelah diamputasi
pasien kurang berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

56
Riwayat Spiritual : ketika dirumah pasien sering melakukan
ibadah,namun ketika dirumah sakit pasien hanya bisa berdoa.

8. ADL (Activity Daily of Life):

a) Pola Nutrisi
Sebelum sakit : pasien mengatakan sebelum sakit makan sehari 3 kali
dengan porsi satu piring habis. serta minum 6-8 gelas perhari.

Selama sakit : selama sakit, pasien mengatakan makan sehari 3 kali dan terkadang
selalu tidak dihabiskan,kadang porsi makan yg diberikan dirumah sakit tidak
dimakan, serta minum 5 gelas peerhari.

b) Pola Eliminasi
Sebelum sakit : pasien mengatakan sebelum sakit BAB lancar 1 kali dalam
sehari dengan konsistensi lembek tidak ada darah dan berwarna kuning. BAK
lancar 4-5 sehari warna kuning jernih

Selama sakit : selama sakit, pasien mengatakan BAB tidak menentu dengan
konsistensi lembek dan berwarna kuning.sering BAK, dan BAK lancar dangan
warna kuning jernih

c) Pola Istirahat
Sebelum sakit : pasien dan keluarga mengatakan pasien biasa tidur pukul 10
malam dan bangun ketika subuh sekitar 6-7 jam perhari. pasien mengatakan tidak
sulit untuk tidur

Selama sakit : pasien mengatakan selama dirumah sakit pasien lebih


banyak tidur dan istirahat. pasien bisa tidur siang sekitar 2 jam. pasien tidur saat
malam dari pukul 21.00-04.00 WIB. pasien juga dapat tertidur lagi walau
terbangun saat perawat datang untuk menyuntikan obat saat malam.

d) Pola Personal Higiene


Sebelum sakit : pasien mengatakan sebelum sakit pasien mandi 2-3 kali
sehari

Selama sakit : pasien mengatakan selama sakit pasien mandi 2 kali sehari
dengan diLap
57
e) Pola Aktivitas
Sebelum sakit : pasien mengatakan sebelum sakit dapat melakukan aktivitas
seperti biasanya dengan mandiri

Selama sakit : pasien mengatakan setelah sakit melakukan kegiatannya


dengan dengan bantuan.

9. Pemeriksaan
a) Pemeriksaan Umum
Kesadaran: Composmetis GCS:15
Suhu : 36˚C
Nadi : 127x/menit
RR : 20x/menit
BB : 55 kg
TB : 165 cm
TD : 100/80 Mmhg

b) Pemeriksaan Fisik:.
a. Sistem penglihatan
Spontan membuka mata dengan baik, alis mata simetris, kongjungtiva unanemis, fungsi
penglihatan baik bereaksi terhadap cahaya miosis (mengecil), sclera an ikterik, pupil an
isokor ( saat terang pupil mengecil, saat gelap pupil membesar), klien tidak memakai
kacamata.
b. Sistem pendegaran
Daun telinga normal, tidak ada cairan ditelinga, kondisi telinga normal, fungsi
pendengaran baik dan tidak menggunakan alat bantu dengar.
c. Sistem integumen
Kondisi kulit, kuku, rambut bersih, lembab turgor kulit elasitis, warna kulit sawo matang
tidak ada lesi, tidak ada edema, CRT <2.
d. Sistem kardiovaskuler
Keadaan umum lemas, tekanan darah 100/80 mmHg, nadi 127x/menit, membran mukosa
kering,kulit tidak sianosis,CRT<2,tidak terdapat peningkatan vena jugularis dengan
panjang 4 cm
e. Sistem pernafasan
Airway Clear, pernapasan spontan, respirasi 20 x/menit, irama pernafasan normal, klien
tidak batuk, tidak terdapat penggunaan otot bantu napas, suara napas vesikuler, SaO2 93
%.
58
f. Sistem pencernaan
Mulut bibir kering, tidak tampak karies gigi, tidak ada stomatitis, tidak ada sianosi,
bising usus normal 7 x/menit, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada distensi abdomen,
tidak ada asites, nafsu makan menurun, pasien mengatakan mual.
g. Sistem perkemihan
Tidak terpasang kateter, urine berwarna kuning oren, frekunesi + 1-2 kali sehari, tidak
ada nyeri kencing.
h. Sistem neurosensori
Tingkat kesadaran composmentis GCS 15 Eye (4), Motorik (6), verbal (5), klien dapat
berkomunikasi dengan baik, dapat menoleh ke kanan dan kiri, adanya sakit kepala dan
klien kenal dengan orang yang menunggu klien dengan pemeriksaan sistem nervus yaitu:
1) Nervuse I klien dapat membedakan bau yang diberikan
2) Nervuse II ketajaman dan lapang pandang klien agak kabur
3) Nervuse III, IV, VI, klien mampu menggerakan bola mata dan
mengedipkan mata dengan spontan. Reflek cahaya normal, miosis
saat dijauhkan dan dilatasi saat didekatkan
4) Nervuse V sensasi wajah, reflek kornea dan mengunyah posesif
5) Nervuse VII klien dapat mengembangkan pipi dan mengerutkan
dahi
6) Nervuse IX reflek menelan klien positif
7) Nervuse XI pergerakan otot sternokleidomastoid dan trapezius
klien normal
8) Nervuse XII klien dapat menggerakan lidah dengan normal
9) Reflek patologis
a) Reflek babinski : Negative
b) Reflek openhenheim : Negative
c) Reflek chadok : Negative
d) Reflek gordon : Negative
10) Pemeriksaan rangsang meningeal
a) Kaku kuduk : Negative
b) Tanda kerniq : Negative
c) Tanda laseq : Negative
d) Tanda brudzinski I : Negative
e) Tanda brudzinski II : Negative
59
i. Sistem muskuloskeletal dan ektremitas
Ektremitas atas: (kanan) terpasang infus nacl 0,9% ,tidak terdapat edema,bentuk
simetris
Ektremitas bawah: tidak terdapat edema,bentuk simetris,tidak ada kelainan

5 5
5 5

60
c) Pemeriksaan Penunjang

Tabel 3 1 Pesaamerikn Penunjang

NO PARAMETER HASIL SATUAN REMARKS NILAI METODE


RUJUKAN
HEMATOLOGI
1 Hemoglobin 10,2 ԛ/dl * 11.7 - 15.5 Flow Cytosetry
2 Eritrosit 3,69 x10ˆ6/ul * 4.10 - 5.10 Flow Cytosetry
3 Leukosit 22,56 x10ˆ6/ul * 4.40 - 11.30 Flow Cytosetry
Flow Cytosetry
4 Trombosit 251 x10ˆ6/ul 150 - 400
Flow Cytosetry
5 Hematokrit 29,2 % 35.0 - 47.0 Flow Cytosetry
6 Basofil 0 * 0-1 Flow Cytosetry
%
7 Eosinofil 0 Rendah 2-4 Flow Cytosetry
8 Neutrofil 93 % * 50 - 70
9 Limposit 3 * 25 - 40
%
KIMIA ISE
nmol/L * 134 - 143 ISE
10 Natrium 132
11 Kalium 4,3 nmol/L 3,7 - 5,5 Herokinase
nmol/L * 98.0 - 107.0 Urease - GLDH
12 Chlorida 101 *
ag/dl 70 - 110 Enzioatic clrnetric
13 GDS 530 *
ag/dl 15.0 - 50.0 Method
14 Ureus 69,5 * 0.50 - 0.90
ag/dl
15 Creatinin 2,56

d) Terapi Obat

Tabel 3 2 Terapi obat

no Nama obat rute waktu kegunaan


1 Nacl 0,9% Intra Vena 12 jam untuk pengobatan

61
dehidrasi isotonik
ekstraseluler,
deplesi natrium
dan juga dapat
digunakan sebagai
pelarut sediaan
injeksi
2 Ceftriaxon Intra Vena 12 jam untuk menghambat
pertumbuhan
bakteri atau
membunuh
bakteri.
3 Omeprazole Intra Vena 12 jam  untuk mengatasi
gangguan
lambung, seperti
penyakit asam
lambung dan tukak
lambung.
4 Ondan cetron Intra Vena 12 jam untuk mencegah
serta mengobati
mual dan muntah
yang bisa
disebabkan oleh
efek samping
kemoterapi,
radioterapi, atau
operasi.
5 Noporapid Intra Vena 8 jam  untuk pengobatan
pada diabetes
melitus
6 Ketorolak Oral 8 jam menghambat
produksi senyawa
kimia yang bisa
menyebabkan
peradangan dan
rasa nyeri.

ANALISA DATA

NAMA : Ny. A RUANG : Pangkalan


UMUR : 60 tahun NO.REG : 699537
Tabel 3 3 Analisa Data
62
NO ANALISIS DATA ETIOLOGI PROBLEM
DO: Kehilangan cairan Hipovolemia
1 - nadi pasien teraba cepat aktif
- pasien terlihat membran mukosa
kering
- suhu : 36˚C
- Nadi : 127x/menit
- RR : 20x/menit
- TD : 100/80 Mmhg

DS:
- pasien mengatakan merasa lemas
dan keringet dingin
- Pasien mengatakan mual dan
muntah 4x
Ketidakpatuhan Resiko
2 DO:
pemantauan glukosa ketidakseimbangan
- pasien terlihat GDS 530
darah kadar glukosa darah
- pasien terlihat lemas
- pasien terlihat keringet dingin

DS:
- pasien mengatakan lemah dan
pusing keringat dingin
- pasien mengatakan nafsu makan
berkurang
- pasien mengatakan mempunyai
riwayat DM sejak 4 tahun yang lalu

3 DO:
Faktor psikologis Defisit Nutrisi
- pasien terlihat BB menurun. SMRS 63
kg, sesudah masuk 55 kg. (keengganan untuk
- pasien terlihat membran mukosa makan)
kering
- mual muntah 4x
- keringat dingin

DS:
- pasien mengatakan jika makan cepat
kenyang
- pasien mengatakan nafsu makan
menurun
Kurang terpapar Defisit Pengetahuan
DO:
4 informasi
-pasien menunjukan perilaku tidak
sesuai anjuran

DS:
63
-pasien menanyakan masalah yang
dihadapi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Hipovolemia berhubungan dengan Kehilangan Cairan Aktif

2) Resiko Ketidakseimbangan Kadar Glukosa Darah berhubungan dengan


Ketidakpatuhan pemantauan glukosa darah

3) Defisit Nutrisi berhubungan dengan Faktor Psikologis (keenganan untuk makan)

4) Defisit Pengetahuan berhubungan dengan Kurangnya terpapar informasi

64
INTERVENSI

NAMA : Ny. A RUANG : Pangkalan


UMUR : 60 tahun NO.REG : 699537

Tabel 3 4 Intervensi Keperawatan

NO Dx Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional TTD


Hasil
1 Hipovolemia Setelah dilakukan Observasi 1. untuk mengetahui tanda dan
berhubungan tindakan keperawatan - periksa tanda dan gejala gejala hipovolemia
dengan 3x24 jam masalah hipovolemia (mis.frekuensi nadi 2. untuk mengetahui kebutuhan
Kehilangan Hipovolemia bisa meningkat,nadi teraba cairan pasien
Cairan Aktif teratasi dengan lemah,tekanan darah 3. untuk menstabilkan cairan tubuh
Kriteria Hasil : menurun,tekanan nadi 4. untuk mencegah syok
1. kekuatan nadi menyempit,turgor kulit hipovolemia
meningkat menurun,membran mukosa 5. untuk menmbahkan cairan selain
2. membran mukosa kering,volume urin melalui oral
lembab meningkat menurun,hematokrit
3. perasaan lemah meningkat,haus,lemah)
menurun Terapeutik
4. frekuensi nadi - hitung kebutuhan cairan
membaik - berikan posisi modfied
5. hemoglobin trendelenvurg
membaik - berikan asupan cairan oral
6. hematokrit Edukasi
membaik - anjurkan memperbanyak asupan
7. suhu membaik cairan oral
46
- anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis ( mis. Nacl,RL)
- kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis. glukosa 25%,Nacl
0,4%)
- kolaborasi pemberian cairan
koloid (mis. albumin,plasmanate)
- kolaborasi pemberian produk
darah
2 Resiko Setelah dilakukan Observasi 1. untuk mengetahui terjadinya
Ketidakseimbang tindakan keperawatan - identifikasi kemungkinan hiperglikemi
an Kadar 3x24 jam masalah hiperglikemia 2.untuk mengetahui kadar glukosa
Glukosa Darah Resiko Gangguan - identifikasi situasi yang darah
berhubungan Ketidakseimbangan menyebabkan kebutuhan insulin 3. untuk mengetahui intake dan
dengan Kadar Glukosa Darah meningkat (mis.penyakit output cairan
Ketidakpatuhan bisa teratasi dengan kambuhan) 4. untuk mempertahankan kadar
pemantauan Kriteria Hasil : - monitor kadar glukosa darah,jika glukosa dalam darah tetap normal
glukosa darah 7. pusing perlu
menurun - monitor tanda dan gejala
8. lelah/lesu hiperglikemia
menurun (mis.poliuria,polidipsia,kelemahan,
9. mulut kering malaise,pandangan kabur,sakit
menurun kepala
10. kadar glukosa - monitor intake dan output cairan
dalam darah - monitor keton urin,kadar analisa
membaik gas darah,elektrolit,tekanan darah
ortostatik,dan frekuensi nadi
47
Terapeutik
- berikan asupan cairan oral
- konsultasi dengan medis jika
tanda dan gejala hiperglikemia
tetap ada atau memburuk
- fasilitasi ambulasi jika ada
hipotensi ortostatik
Edukasi
- anjurkan menghindari olahraga
saat kadar glukosa 250 mg/dl
- anjurkan monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
- anjurkan kepatuhan diet dan
olahraga
- anjurkan indikasi dan pentingnya
pengajian keton urine,jika perlu
- anjurkan pengelolaan diabetes
(mis. penggunaan insulin,obat
oral,monitor asupan
cairan,penggantian karbohidrat,dan
bantuan profesional kesehatan)
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian insulin jika
perlu
- kolaborasi pemberian cairan
IV,jika perlu
- kolaborasi pemberian kalium,jika
perlu
3 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Observasi 1. untuk mengetahui status nutrisi
berhubungan tindakan keperawatan - identifikasi status nutrisi pasien
48
dengan Faktor 3x24 jam masalah - identifikasi alergi dan intoleransi 2. untuk mengetahui makanan yang
Psikologis Defisit Nutrisi bisa makanan disukai pasien
(keenganan untuk teratasi dengan - identifikasi makanan yang disukai 3. untuk mengetahui kebutuhan
makan) Kriteria Hasil : - identifikasi kebutuhan kalori dan kalori pasien
9. porsi makan jenis nutrisi 4. untuk meningkatkan nafsu makan
yg dihabiskan - identifikasi perlunya penggunaan pasien
meningkat obat selang nasogastrik 5. untuk memudahkan proses makan
10. verbalisasi - monitor asupan makanan pasien.
keinginan - monitor berat badan
untuk - monitor hasil labolatorium
meningkatkan Terapeutik
nutrisi - lakukan oral hygine sebelum
11. berat badan makan,jika perlu
membaik - fasilitasi menentukan pedoman
12. frekuensi diet(mis.piramida makanan)
makan - sajikan makanan secara menarik
membaik dan suhu yang sesuai
- berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
- berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
- berikan suplemen makanan,jika
perlu
- hentikan pemberian makanan
melalui selang nasigastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
- anjurkan posisi duduk,jika perlu
- anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
49
- kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan(mis. pereda
nyeri,antiemetik),jika perlu
- kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutriin yang dibutuhkan,jika
perlu

4 Defisit Setelah dilakukan Observasi 1) Untuk mengetahui seberapa


Pengetahuan tindakan keperawatan o Identifikasi kesiapan dan siap dan seberapa mampu untuk
berhubungan 3x24 jam masalah
dengan Defisit Pengetahuan kemampuan menerima menerima informasi
Kurangnya bisa teratasi dengan informasi 2) Untuk mengetahui yang dapat
Terpapar Kriteria Hasil : meningkatkan dan menurun
o Identifikasi faktor-faktor yang
Informasi 1) Lesu menurun
dapat meningkatkan dan motivasi perilaku hidup sehat
2) Kadar glukosa
dalam darah menurunkan motivasi perilaku dan bersih
membaik hidup sehat dan bersih 3) Agar pasien `bisa mempelajari
Terapeutik pendidikan kesehatan
o Sediakan materi dan media 4) Agar pasien dapat menyiapkan
pendidikan kesehatan waktu supaya tidak terganggu
o Jadwalkan pendidikan oleh acara lain

kesehatan sesuai kesepakatan 5) Untuk meningkatkan rasa ingin

o Berikan kesempatan untuk tahu pasien

bertanya 6) Untuk mengetahui faktor dapat

Edukasi mempengaruhi kesehatan

50
o Jelaskan faktor risiko dapat 7) Agar pasien dapat melakukan
mempengaruhi kesehatan perilaku hidup bersih dan sehat
o Ajarkan perilaku hidup bersih Untuk mengetahui strategi yang
dapat digunakan untuk
dan sehat
meningkatkan perilaku hidup bersih
Ajarkan strategi yang dapat dan sehat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat

51
B. Pembahasan

1. Pengkajian

Berikut ini akan di bahas kesenjangan-kesenjangan yang muncul antara teori dengan
kasus pasien Ny.A (60 Tahun) yang menderita diabetes mellitus di ruangan Teluk Jambe
Rumah Sakit Umum Daerah Karawang
Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny. E ditemukan beberapa data atau manisfestasi
klinis yang sesuai dengan teori Smeltzer, S.C., dan Bare, B.G. (2015).
Klien bernama Ny. A berumur 60 tahun, jenis kelamin perempuan, klien beragama
islam, pendidikan SMP, pekerjaan ibu rumah tangga, status perkawinan sudah menikah, suku
sunda, bangsa indonesia, alamat klien Desa. Tegal Tanjung RT/RW 01/09 Kecamatan. Karang
Pawitan kabupaten karawang. Pasien masuk ke RSUD karawang pada tanggal 21 April 2021 ,
dengan Nomor RM 699537 dengan diagnosa medis Diabetes melitus
Pasien dikatakan Diabetes melitus karena diantaranya terdapat keringat dingin, usia
pasien diatas 40 tahun, lemas, gula darah sewaktu 530 dan mempunyai riwayat diabetes
melitus 4 tahun yang lalu kemudian terjadi gangguan aliran darah pada pasien diabetes melitus
lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan
glukosa sebagai energi
Pada saat pengkajian 22 april 2021 pasien mengeluh terdapat mual, muntah 4x,
pusing,keringet dingin dan 3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh lemas
Data selanjutnya di temukan pasien mengatakan lemah, pusing, keringat dingin dan
mual dan muntah 4x
Hipovolemia adalah penurunan volume cairan intravaskuler, intertisial, dan intraseluler
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018). Menurut (Perkeni, 2010) kekurangan volume cairan
adalah penurunan cairan intravaskuler, interstisial, atau intrasel tanpa perubahan kadar
natrium. Diagnosa ini di-tegakkan karena pada pasien didapatkan data pasien menga-lami
muntah sehari 2 kali sekitar 600 cc, BAK 800 cc, BAB 100 cc, turgor kulit kembali dalam 3
detik, kulit sedikit kering.
Data selanjutnya yang ditemukan pada Ny.A adalah GDS pasien 530, pasien
terlihat lemas, keringet dingin, pasien mengatakan lemah dan pusing keringat dingin,
nafsu makan berkurang dan mempunyai riwayat DM sejak 4 tahun yang lalu.
Selain diagnosa diatas pasien juga berisiko terkena Perfusi Perifer Tidak Efektif
akan tetapi pada pasien tidak terdapat data data yang mendukung lainnya.

52
Ketidakstabilan kadar glukosa darah merupakan variasi kadar glukosa darah
yang mengalami kenaikan (Hiperglikemi) atau penurunan (Hipoglikemi) dari

tentang normal. Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah terjadi pada pasien
Diabetes Melitus karena disfungsi pancreas, resistensi insulin, disfungsi hati.
Sedangkan keadaan yang menyebabkan terjadnya penurunan kadar glukosa darah
(hipoglikemia) dapat dipicu oleh penggunaan insulin atau obat glikemik oral,
hiperinsulinemia, endokrinopati, disfungsi hati, disfungsi ginjal kronis, efek agen
farmakologis, tindakan pembedahan neoplasma, dan gangguan metabolik bawaan
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018).
Penyebab ketidakstabilan kadar glukosa darah akibat terjadinya gangguan sel
beta yang tidak mampu menghasilkan insulin atau mampu tetapi jumlah insulin tidak
sesuai dengan kebutuhan tubuh. Selain itu resistensi terhadap insulin juga menjadi
pemicu tidak terkendalinya kadar glukosa darah. Selain kerusakan pankreas dan
resistensi insulin beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya ketidakstabilan kadar
glukosa dalam darah adalah pola makan, aktivitas, dan pengobatan pasien Diabetes
Melitus tipe II (Soegondo, 2010)
pasien juga mengatakan nafsu makan berkurang,mukosa bibir kering dan berat juga
pasien mempunyai riwayat DM sejak 4 tahun yang lalu. pasien mengatakan jika makan cepat
kenyang serta nafsu makan menurun

defisit nutrisi adalah ketidakcukupan asupan zat gizi dalam memenuhi kebutuhan
energy harian karena asupan makanan yang tidak memadai atau karena gangguan
pencernaan dan penyerapan makanan (Barbara,Glenora,Audrey,&Shirloe J,2011).
Defisit nutrisi adalah keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak berpuasa
(normal) atau penurunan berat badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk
kebutuhan metabolisme (A. Aziz Alimul Hidayat,2009). Menurut WIilkison & Ahern
(2015) Defisit Nutrisi yaitu asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan metabolic.Defisit Nutrisi adalah Asupan Nutrisi tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018).
2. Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka dilanjutkan dengan perencanaan
keperawatan. Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
diharapkan.
53
Klasifikasi intervensi keperawatan pada Hipovolemia termasuk dalam kategori
fisiologis.serta dalam subkategori Nutrisi dan Cairan yang memuat kelompok intervensi untuk
memulihkan nutrisi dan cairan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,2018)

` Intervensi keperawatan terdiri dari intervensi utama dan intervensi pendukung.


Intervensi pertama dari diagnosa Hipovolemia adalah Manajemen Hipovolemia,dan
manajemen syok Hipovolemik. Sedangkan Intervensi pendukung diantaranya Insersi
Intravena,manajemen elektrlolit,manajemen elektrolit:hiperkalemia,manajemen
elektrolit:hiperkalasemia,manajemen syok,pemantauan cairan,pemantauan
elektrolit,manajemen muntah,pemantauan tanda vital,pencegahan syok,pemberian
obat intravena, dan terapi intravena (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018).

Sebelum menentukan perencanaan keperawatan,perawat terlebih dahulu menntukan


tujuan dan Kriteria hasil luaran (outcome) keperawatan merupakan aspek aspek yang
diobservasi dan diukur meliputi kondisi,perilaku,atau dari persepsi pasien,keluarga
atau komunitas sebagai repons terhadap intervensi keperawatan setelah dilakukan
intervensi keperawatan dianggap sebagai hasil akhir intervensi keperawatan yang
terdiri atas indicator-indikator atau kriteria hasil pemulihan masalah. Terdapat dua
jenis luaran keperawatan diantaranya luaran negative (diturunkan) dan luaran positif
(diingatkan atau diperbaiki) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018).

Intervensi keperawatan terdiri dari intervensi utama dan intervensi


pendukung. Intervensi utama dari diagnosa keperawatan Risiko Ketidakseimbangan
Kadar Glukosa Darah adalah manajemen hiperglikemi.sedangkan intervensi
pendukungnya diantaranya edukasi diet,edukasi kesehatan,edukasi latihan
fisik,konseling nutrisi,pemantauan nutrisi,pemberian obat oral,promosi berat
badan,dan promosi dukungan keluarga

Intervensi keperawatan terdiri dari intervensi utama dan intervensi pendukung.

Intervensi utama dari diagnosa keperawatan defisit nutrisi adalah latihan manajemen

nutrisi, dan promosi berat badan. Sedangkan intervensi pendukung diantaranya

dukungan kepatuhan program pengobatan, edukasi diet, kemoterapi, konseling laktasi,

konseling nutrisi, konsultasi, manajemen hiperglikemia, manajemen hipoglikemia,

54
manajemen kemoterpi, manajemen reaksi alergi, pemantauan cairan, pemantauan

nutrisi, manajemen cairan, manajemen demensia, manajemen diare, manajemen

eliminasi fekal, manajemen energi, manajemen gangguan makan, pemantauan tanda-

tanda vital, pemberian makanan, pemberian makanan erenteral, pemberian makanan

perenteral, pemberian obat interval dan terapi menelan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,

2018).

55
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan Pada Ny.A

dengan Diabetes Melitus di Ruang pangkalan RSUD

peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil pengkajian k lien Ny.A berumur 60 tahun didapatkan pasien sudah hari rawatan

ke 3, klien 2021 pasien mengeluh terdapat mual, muntah 4x, pusing,keringet dingin

dan 3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh lemas

2. Rencana keperawatan yang disusun tergantung kepada masalah keperawatan yang di

temukan yaitu sesuai dengan teori yang telah ada, berdasarkan dengan SDKI SLKI

dan SIKI.

B. Saran

Berdasarkan analisa data kesimpulan penelitian maka dalam sub bab ini peneliti akan

menyampaikan beberapa saran diantaranya :

1. Bagi Pasien

Dapat meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang bagaimana menangani

masalah Dibetes Melitus dengan tindkan yang benar sehingga masalah Diabetes Melitus

teratasi dan kebutuhan kenyamanan pasien terpenuhi.

2. Bagi institusi pendidikan

Dapat meningkatkan mutu pendidikan yng lebih berkualitas dan professional agar

tercipta perawat yng professional, terampil, inovatif, aktif, dan bermutu yang mampu

memberikan asuhan keperwatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan

56
3. Manfaat bagi penulis

Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengetahuan. Sebagai bahan untuk

meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman penulis dalam memberikan

asuhan keperawatan pada pasien Dabetes Melitus.

57
Daftar Pustaka

International Diabetes Federation.WDD 2015 Campaign. Sara Webber: International


Diabetes Federation.2015.

Alimul Hidayat, Aziz. 2009. Metodologi Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika.

Brunner & Suddarth. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12 volume 1.
Jakarta : EGC

Bryer, Michael. (2012). 100 Tanya Jawab mengenai Diabetes. Jakarta: PT Indeks

Bustan, (2015). Manajemen pengendalian penyakit tidak menular. Jakarta : Rineka Cipta.

Damayanti Santi (2015) Diabetes Melitus dan Penatalaksanaan Keperawatan.Yogyakarta:


Nuha Medika

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Laporan Nasional Badan Penelitiann


dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan
RI.http://jim.unsyiah.ac/FK-A.

Finucane dan Popplewell, 2010 diabetes melitus and impaired Glucose Regulation in old
Age : the scale of the problem Diabetes in Old Age.

Gillespie, W.A., Sellin M.A., Gill, P., Stephens, M., Tuckwell, L.A. & Hilton, A.L.,
1978, Urinary Tract Infection in Young Women, with Special Reference to
Staphylococcus saprophyticus, Journal of Clinical Pathology, 31, 348-350.

Ginting, Suriani dan Erlina Fransisca. 2014. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pergantian Kantor Akuntan Publik pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Malaysia”.
Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil. Vol. 4 No.01 April 2014.

Hasdianah & Sentot Imam Suprapto. (2016). Patologi & Patofisiologi Penyakit.
Yogyakarta: Nuha Medika

KEMENKES. (2016). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Kowalak, J. P. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.

viii
Kozier,B.,Glenora Erb, Audrey Berman dan Shirlee J.Snyder. (2010). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan ( Alih bahasa : Esty Wahyu ningsih, Devi yulianti, yuyun
yuningsih. Dan Ana lusyana ). Jakarta :EGC

Marck 2016. Pendidikan kesehatan bagian dari promosi kesehatan. F trayana Yogyakarta

Pratiwi, P; Amatiria, G; dan Yamin, M. (2014). Pengaruh Stress Terhadap Kadar Gula
Darah Sewaktu Pada Pasien Diabetes Melitus Yang Menjalani Hemodialisa. Jurnal
Kesehatan, Volume V, Nomor 1, April 2014, hlm 11- 16

Pudiastuti, Dewi Ratna. 2013. Penyakit-Penyakit Mematikan. Yogjakarta: Nuha Medika.

Rendy dan Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika

Riyadi, S., & Sukarmin. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Eksokrin & Endokrin Pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.

RSUD karawang 2016. Pofil RSUD Kabupaten Karawang. 2016

Smeltzer, S.C, & Bare Brenda, B.G. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol
3 (8th ed.). Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh Agung Waluyo…(dkk),
EGC, Jakarta.

Soegondo, S., 2008. Hidup Secara Mandiri dengan Diabetes Melitus Kencing Manis
Sakit Gula. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Wilkinson, J., & Ahern, n. R. (2013). Buku Saku Diagnosis keperawatan edisi 9
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC.

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Konsul

Lampiran 2 : Daftar riwayat hidup

x
LEMBAR KONSUL

No Tanggal Masukkan Mahasiswa Pembimbing


1 4 Mei Revisian Pak Oni
2021 BAB III
2 19 Mei Revisi Ibu Hj.Uun
2021 BAB I Nurjanah
3 20 mei Revisi Ibu Hj.Uun
2021 BAB II Nurjanah
4 21 Mei Revisi Ibu Hj.Uun
2021 BAB III Nurjanah
5 22 Mei 2021 Revisian BAB I Ibu Hj.Uun Nurjanah
6 27 Mei 2021 Revisian BAB III Pak Oni
7 2 Juni 2021 Revisian BAB II Ibu Hj.Uun Nurjanah
8 10 Juni 2021 Revisian BAB III Ibu Hj.Uun Nurjanah
9 18 Juni 2021 Revisian BAB I Ibu Hj.Uun Nurjanah
10 20 Juni 2021 Revisian BAB I, Ibu Hj.Uun Nurjanah
II,BAB III

Anda mungkin juga menyukai