Anda di halaman 1dari 95

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY.M DENGAN DIAGNOSA MEDIS G3P2A0

DI RUANG KIA PUSKESMAS PAHANDUT


PALANGKA RAYA

Oleh :
NEMI LESTARI

NIM :2019.C.11a.1053

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK
2021/2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:


Nama : Nemi Lestari
NIM :2019.C.11a.1053
ProgramStudi : Serjana Keperawatan
Judul :“Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Ny.M
Dengan Diagnosa Medis G3P2A0 Di Ruang KIA Puskesmas
Pahandut Palangka Raya”.

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menempuh


Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II) Pada Program Studi Sarjana
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Pembimbing Praktik

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Rimba Aprianti, S.Kep., Ners Hesti Warastuti Luwarsih., S.Kep.,Ners

i
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh :


Nama : Nemi Lestari
NIM : 2019.C.11a.1053
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. M
Dengan Diagnosa Medis G3P2A0 Di Ruang KIA Puskesmas
Pahandut Palangka Raya.

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menempuh Praktik


Praklink Keperawatan II (PPK2) Pada Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTIK LAPANGAN

Pembimbing Akademik Pembimbing CI Lahan

Rimba Aprianti, S.Kep., Ners Hesti W. L., S.Kep., Ners

Mengetahui,
Program Studi Sarjana Keperawatan

Melitha Carolina., Ners., M.Kep

ii
KATA PENGANTAR

Dengan Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan anugrah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan dan
Asuhan Keperawatan dengan judul Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan Pada Ny.M Dengan Diagnosa Medis G3P2A0 Di Ruang KIA
Puskesmas Pahandut Palangka Raya”. Laporan pendahuluan dan asuhan
keperawatan ini disusun dalam rangka untuk memenuhi ataupun melengkapi
tugas mata kuliah Praktik Praklinik Keperawatan II.
Laporan Pendahuluan dan juga asuhan keperawatan ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Ibu Maria Adelheid ,S.Pd,.M.Kes Selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina ,Ners., M.Kep Selaku Ketua Program Studi Ners
STIKES Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Rimba Aprianti, S.Kep., Ners Selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah
Praktik Praklinik Keperawatan II dan Dosen Pembimbing Akademik yang
telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam
penyelesaian Asuhan Keperawatan ini.
4. Ibu Hesti Warastuti Luwarsih.,S.Kep.,Ners Selaku dosen pembimbing
Klinik yang telah memberikan izin, informasi dan membantu dalam
pelaksanaan praktik manajemen keperawatan di Ruang KIA Puskesmas
Pahandut.
Saya menyadari bahwa asuhan keperawatan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan dan
juga asuhan keperawatan ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga
dapar bermanfaat bagi kita semua.
Palangka Raya, Jumat 19 November 2021

iii
Nemi Lestari
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN

……………………………………………………………………………………..i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................iii
DAFTAR ISI. ..................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1..Latar Belakang.................................................................................1
1.2..Rumusan Masalah............................................................................1
1.3..Tujuan Penulisan..............................................................................1
1.4..Manfaat Penulisan............................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Kehamilan .................................................................4
2.1.1 Definisi........................................................................................4
2.1.2 Anatomi Fisiologi........................................................................4
2.1.3 Etiologi........................................................................................9
2.1.4 Klasifikasi....................................................................................12
2.1.5 Manifestasi Klinis........................................................................17
2.1.6 Komplikasi 21
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang...............................................................24
2.1.8 Penatalaksanaan Medis................................................................25
2.2 Konsep Antenatal Care (ANC)
2.2.1 Definisi Antenatal Care (ANC)...................................................26
2.2.2 Tujuan Antenatal Care (ANC).....................................................27
2.2.3 Pelayanan Antenatal Care (ANC)................................................27
2.2.4 Pemeriksaan Obsetrik .................................................................30
2.2.5 Cara Menghitung Berat Janin dalam Kandungan .......................33
2.2.6 Cara Menetukan Umur Kehamilan..............................................33
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................34
2.3.2 Diagnosa Keperawatan................................................................40
2.3.3 Intervensi Keperawatan...............................................................41

iv
2.3.4 Implementasi Keperawatan.........................................................48
2.3.5 Evaluasi Keperawatan.................................................................48

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian Keperawatan................................................................49
3.2 Analisa Data....................................................................................59
3.3 Prioritas Masalah............................................................................60
3.4 Intervensi Keperawatan..................................................................64
3.5 Implementasi Keperawatan............................................................71
3.6 Evaluasi Keperawatan....................................................................71
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian........................................................................................................78
4.2 Diagnosa Keperawatan...................................................................78
4.3 Intervensi Keperawatan..................................................................79
4.4 Implementasi dan Evaluasi.............................................................80
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.....................................................................................82
5.2 Saran...............................................................................................83
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………..............................84

.........
v
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Pemeriksaan kehamilan atau Antenatal Care (ANC) merupakan asuhan yang
diberikan saat hamil sampai sebelum melahirkan. ANC penting untuk menjamin agar
proses alamiah tetap berjalan normal dan mendeteksi ibu hamil yang tidak normal
sehingga komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan dapat terdeteksi secara
dini serta ditangani secara memadai. Apabila ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan
kehamilan, maka tidak akan diketahui apakah kehamilannya berjalan dengan baik
atau mengalami keadaan risiko tinggi dan komplikasi obstetrik yang dapat
membahayakan kehidupan ibu atau janinnya.
Pemeriksaan ANC dilakukan oleh tenaga kesehatan, secara profesional akan
memberikan pelayanan sebaik mungkin agar ibu hamil merasa puas atas pelayanan
yang diberikan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi seseorang merasa puas atas
pelayanan di suatu tempat, termasuk di Puskesmas seperti pengalaman bidan selama
proses pemeriksaan, fasilitas yang lengkap, kemudahan lokasi Puskesmas yang
mudah dijangkau, tarif yang kompetitif, kecepatan dalam melakukan pemeriksaan,
keramahan bidan dalam pelayanan Anate Natal Care (ANC).
Ditinjau dari sisi pelayanan, Bidan akan melakukan upaya yang terbaik dalam
pelayanan seperti meningkatkan fasilitas pemeriksaan yang belum ada, memperbaiki
sarana seperti ruang tunggu, dan tempat parkir kendaraan pengunjung, meningkatkan
tingkat ketrampilan bidan seperti mengikuti pelatihan atau seminar kesehatan tentang
masalah Ante Natal Care (ANC). Upaya tersebut diharapkan agar ibu yang
melakukan kunjungan pemeriksaan Ante Natal Care (ANC) menjadi puas atas
pelayanan yang diberikan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa
keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan perawatan dan
mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan.
1.2.2 Mahasiswa mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat
mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Intruksional Umum (TIU)
1.3.2 Mahasiswa Mampu Melakukan Bagaimana Laporan pendahuluan dan asuhan
keperawatan pada Ny.M dengan diagnosa medis G3P2A0 di Puskesmas Pahandut
Palangka Raya
1.3.3 Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
1.3.2.1 Mahasiswa Mampu MenjelaskanBagaimana Laporan Pendahuluan dan
Asuhan Keperawatan pada Ny. M dengan diagnosa medis G3P2A0 di
Puskesmas Pahandut Palangka Raya
1.3.2.2 Mahasiswa Mampu Menjelaskan Manajemen Laporan pendahuluan dan
asuhan keperawatan pada Ny. M dengan diagnosa Medis G3P2A0 di
Puskesmas Pahandut Palangka Raya
1.3.2.3 Mahasiswa Mampu Melakukan Pengkajian Laporan pendahuluan dan
asuhan keperawatan pada Ny. M dengan diagnosa medis G3P2A0 di
Puskesmas Pahandut Palangka Raya
1.3.2.4 Mahasiswa Mampu Menentukan Diagnose Laporan pendahuluan dan
Asuhan Keperawatan pada Ny. M dengan diagnosa medis G3P2A0 di
Puskesmas Pahandut Palangka Raya
1.3.2.5 Mahasiswa Mampu Menentukan Dan Menyusun Intervensi Laporan
pendahuluan dan asuhan keperawatan pada Ny. M dengan Diagnosa
Medis G3P2A0 di Puskesmas Pahandut Palangka Raya
1.3.2.6 Mahasiswa Mampu Melaksanakan Implementasi Laporan pendahuluan
dan asuhan keperawatan pada Ny. M dengan diagnosa Medis G3P2A0 di
Puskesmas Pahandut Palangka Raya
1.3.2.7 Mahasiswa Mampu Melakukan Evaluasi Laporan pendahuluan dan
asuhan keperawatan pada ny. M dengan diagnosa medis G3P2A0 di
Puskesmas Pahandut Palangka Raya
1.3.2.8 Mahasiswa Mampu Menyusun Dokumentasi Keperawatan.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan Agar Mahasiswa Dapat Menambah Wawasan Dan Ilmu
Pengetahuan Dengan Menerapkan Proses Keperawatan Dan Memanfaatkan Ilmu
Pengetahuan Yang Diperoleh Selama Menempuh Pendidikan Di Program Studi S1
Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya.

1.4.2 Bagi Klien Dan Keluarga

Diharapkan Dapat Mengedukasi Keluarga Untuk Dapat Selalu Menjaga


Kesehatannya Dan Sebagai Sumber Informasi Pada Keluarga Tentang Antenatal
Care.

1.4.3 Bagi Institusi

Sumber Referensi Bagi Institusi Pendidikan Maupun Rumah Sakit.


1.4.4 Bagi IPTEK

Hasil Laporan Ini Diharapkan Dapat Memberikan Manfaat Peraktis Dalam


Keperawatan Yaitu Sebagai Panduan Perawat Dalam Pengelolaan Kasus Pada
Antenatal Care
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Dasar Kehamilan
1.1.1 Definisi
Kehamilan adalah suatu mata rantai yang berkesinambungan yang terdiri
dari ovulasi (pematangan sel) lalu pertemuan ovum (sel telur) dan spermatozoa
(sperma) terjadilah pembuahan dan pertumbuhan zigot kemudian bernidasi
(penanaman) pada uterus dan pembentukan plasenta dan tahap akhir adalah
tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm) (Manuaba, dkk., 2012).
Kehamilan dibagi dalam 3 periode triwulan/trimester . Pada trimester
pertama dimulai dari hasil konsepsi dan belangsung dalam 13 minggu, pada
trimester kedua dimulai dari minggu ke-14 (minggu ke-14 sampai ke-27), pada
trimester ketiga dari minggu ke-13 (minggu ke-28 sampai ke-40) (Evayanti, 2015)
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa
dan ovum dan di lanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu bila dihitung dari saat fertilisasi hingga
lahirnya bayi (Walyani, 2015).
Kehamilan adalah sebuah proses yang dimulai dari tahap konsepsi sampai
lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu) dihitung
dari hari pertama haid terakhir (Widatiningsih & Dewi, 2017).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kehamilan adalah
suatu proses yang diawali dengan penyatuan spermatozoa dan ovum (fertilisasi)
dan dilanjutkan dengan implantasi hingga lahirnya bayi yang lamanya berkisar 40
minggu.Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, Kehamilan
merupakan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Apabila dihitung dari fase fertilitas
hingga lahirnya bayi, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9
bulan 7 hari) dihitung dari haid pertama haid terakhir.

1.1.2 Anatomi Fisiologi


Kehamilan akan mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap seluruh
sistem tubuh yang cukup mendasar. Tentunya perubahan ini akan menunjang
proses pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim. Setelah bayi lahir,
perubahan-perubahan tersebut akan kembali ke keadaan semula secara perlahan.
Pada dasarnya, perubahan sistem tubuh wanita hamil terjadi karena pengaruh
berbagai hormon. Berikut ini diuraikan tentang organ-organ yang mengalami
perubahan selama kehamilan, sebagai berikut :
1. Uterus
Pada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus adalah 32x25x20 cm dengan
kapasitas lebih dari 4000 cc, uterus akan mengalami kenaikan berat yang
pada awalnya 30 gram akan menjadi 1000 gram dalam 40 minggu
(Sulistyawati, 2011). Perubahan pada bentuk dan konsistensi rahim, pada
bulan pertama rahim seperti buah alpukat dan pada bulan ke lima rahim
teraba seperti berisi ketuban, dan posisi rahim dalam kehamilan pada
permulaan kehamilan dalam posisi antefleksi atau retrofleksi, pada
kehamilan bulan ke-4 rahim tetap berada dalam rongga pelvis, setelah itu
mulai memasuki rongga perut yang dalam pembesarannya dapat mencapai
batas hati, pada ibu hamil rahim biasanya mengisi rongga abdomen kanan
atau kiri (Sulistyawati, 2011).
Pada saat rahim membesar akibat hioertropi dan hiperplasi otot rahim, serabut-
serabut kolagennya menjadi higroskopik dan endometrium menjadi desidua.
Jika penambahan ukura TFU per tiga jari, dapat dicermati dalam table berikut
ini (Sulistyawati, 2011).

Tabel 1.1
Penembahan Ukuran TFU Pertiga Jari
Usia Kehamilan (minggu) Tinggi Fundus Uteri (TFU)
12 minggu 3 jari diatas simfisis
16 minggu Pertengahan pusat-simfisis
20 minggu 3 jari di bawah pusat
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 3 jari diatas pusat
32 minggu Pertengahan pusat-presesus
xipoideus (px)
36 minggu 3 jari di bawah prosesus
xipoideus (px)
40 minggu Pertengahan pusat-prosesus
xipoideus (px)
Gambar 1.1

Pemeriksaan Fundus Uteri untuk Menentukan Umur Kehamilan


2. Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru
juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemuka di ovarium.
Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan

setelah itu akan berperan sebagai penghasil progesteron dalam jumlah yang
relative minimal.
Relaksin, suatu hormon protein yang mempunyai struktur mirip dengan
insulin dan insulin like grow factor I & II, disekresikan oleh korpus luteum,
desidua, plasenta dan hati.aksi biologi utamanya adalah dalam proses
remodeling jaringan ikat pada saluran reproduksi, yang kemudian
mengakomodasi kehamilan dan keberhasilan proses persalinan. Perannya
belum diketahui secara menyeluruh, tetapi diketahui mempunyai efek pada
perubbahan struktur biokimia serviks dan kontraksi miometrium yang akan
berimplikasi pada kehamilan preterm.
3. Vagina dan perineum
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia terlihat pada
kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga vagina akan terlihat
berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda chadwick. Perubahan ini
meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan
hipertropi dari sel-sel otot polos.
Dinding vagina mengalami banyak perubahan merupakan persiapan untuk
mengalami peregangan pada waktu persalinan dengan meningkatnya
ketebalan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi sel
otot polos. Perubahan ini mengakibatkan bertambah panjangnya dinding
vagina.. Papilla mukosa juga mengalami hipertrofi dengan gambaran seperti
paku sepatu. Peningkatan volume sekresi vagina juga terjadi, dimana
sekresi akan berwarna keputihan, menebal dan pH antara 3,5-6 yang
merupakan hasil dari peningkatan produksi asam laktat glikogen yang
dihasilkan oleh epitel vagina sebagai aksi dari lactobacillusacidophilus.
4. Kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan,
kusan dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha.
Perubahan ini dikenal dengan nama striae gravidarum. Pada multipara selain
striae kemerahan itu seringkali ditemukan garis berwarna perak berkilau
yang merupakan sikatrik dan striae sebelumnya.

Pada banyak perempuan kulit garis pertengahan perutnya (linea alba) akan
berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut dengan linea nigra. Kadang
akan muncul dengan ukuran yang bervariasi pada wajah dan leher yang
disebut dengan chloasma atau melisma gravidarum selain itu, pada areola
dan daerah genital juga akan terlihat pigmentasi yang berlebihan, namun
biasanya akan hilang atau sangat jauh berkurang setelah persalinan.
Perubahan ini dihasilkan dari cadangan melanin pada daerah epidermal dan
dermal yang penyebab pastinya belum diketahui. Adanya peningkatan kadar
serum melanocyte stimulating hormone pada akhir bulan kedua masih
sangat diragukan sebagai penyebabnya. Estrogen dan progesteron diketahui
mempunyai peran dalam melanogenesis dan diduga bisa menjadi faktor
pendorongnya
5. Payudara/mammae
Perubahan pada ibu hamil yaitu mamae akan membesar dan tegang akibat
hormone somatomamotropin, estrogen, dan progesterone, akan tetapi belum
mengeluarkan ASI. Estrogen menimbulkan hipertropi system saluran,
sedangkan progesterone menambah sel-sel asinus pada mammae.
Somatomamotropin mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus pula dan
menimbulkan perubahan dalam sel-sel sehingga terjadi pembuatan kasein,
laktalbumun dan laktoglobulin. Dengan demikian mammae dipersiapkan
untuk laktasi. Disamping itu dibawah pengaruh progesterone dan
somatomamotropin terbentuk lemak sekitar alveolua-alveolus, sehingga
mammae menjadi lebih besar. Papilla mammae akan membesar, lebih
tegang dan tambah lebih hitam, seperti seluruh areola mammae karena
hiperpigmentasi. Hipertropi kelenjar sebasea (lemak) yang muncul di areola
primer dan disebut tuberkelmontgomery. Glandula montgomeri tampak
lebih jelas menonjol dipermukaan areolamammae.

Rasa penuh, peningkatan sensitivitas, rasa geli, dan rasa berat di payudara
mulai timbul sejak minggu keenam gestasi. Perubahan payudara ini adalah
tanda mungkin hamil. Sensitivitas payudara bervariasi dari rasa geli ringan
sampai nyeri tajam. Peningkatan ini suplai darah membuat pembuluh darah
dibawah kulit berdilatasi. Pembuluh darah yang sebelumnya tidak terlihat,
sekarang terlihat, seringkali tampak sebagai jaringan biru dibawah
permukaan kulit. Kongesti vena di payudara lebih jelas terlihat pada
primigravida. Striae dapat terlihat dibagian luar payudara.
6. Perubahan sirkulas darah.
Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa faktor, antara lain:
1) Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi
kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalamRahim.
2) Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi
retroplasenter
3) Pengaruh hormone esterogen dan progesterone makin meningkat

Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran darah:


1) Volume darah
Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum darah lebih besar dari
pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah (hemodelusi),
dengan puncaknya pada usia kehamilan 32 minggu. Serum darah (volume
darah) bertambah sebesar 25-30% sedangkan sel darah bertambah sekitar
20%. Curah jantung akan bertambah sekitar 30%. Bertambahnya
hemodelusi darah mulai tampak sekitar usia kehamilan 16 minggu, sehingga
penderita penyakit jantung harus berhati-hati untuk hamil beberapa kali.
Kehamilan selalu memberatkan kerja jantung sehingga wanita hamil dengan
sakit jantung dapat jatuh dalam dekompensasi kordis. Pada postpartum,
terjadi hemokonsentrasi dengan puncak hari ke-3 sampai ke-5 (Manuaba,
2011).
2) Sel darah
Sel darah merah akan semakin meningkat jumlahnya untuk dapat
mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah
tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi
hemodelusi yang disertai anemia fisiologis. Jumlah sel darah putih
meningkat hingga mencapai 10.000/ml. dengan hemodelusi dan anemia
fisiologis maka laju endap darah semakin tinggi dan dapat mencapai 4 kali
dari angka normal (Manuaba, 2011).

3) Sistem respirasi
Pada kehamilan, terjadi juga system respirasi untuk memenuhi kebutuhan
O2. Disamping itu, terjadi desakan diafragma karena dorongan Rahim yang
membesar pada usia kehamilan 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya
desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan 33
bernafas lebih dalam sekitar 20-25% dari pada biasnya (Manuaba, 2011)
1.1.3 Etiologi
Menurut Manuaba (2011) proses kehamilan akan terjadi jika terdapat 5
aspek, yaitu :
a. Ovum (sel telur)
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem
hormonal yang kompleks. Selama masa subur berlangsung 20-35 tahun, hanya
420 buah ovum yang dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi
(Manuaba, 2011). Setiap bulan wanita melepaskan satu sampai dua sel telur
dari indung telur (ovulasi) yang ditangkap oleh umbai-umbai (fimbriae) dan
masuk ke dalam sel telur (Dewi dkk, 2011. Pelepasan telur (ovum) hanya
terjadi satu kali setiap bulan, sekitar hari ke-14 pada siklus menstruasi normal
28 hari.
b. Spermatozoa
Bentuk sperma seperti kecebong yang terdiri atas kepala (lonjong sedikit
gepeng yang mengandung inti), leher (penghubung antara kepala dan ekor),
ekor (panjang sekitar 10 kali kepala, mengandung energi sehingga dapat
bergerak cepat). Pada saat berhubungan seksual dikeluarkan sekitar 3 cc
sperma yang mengandung 40-60 juta sperma setiap cc.
c. Konsepsi
Konsepsi adalah suatu peristiwa pertemuan pertemuan inti ovum dengan
inti sperma disebut konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zigot. proses
konsepsi dapat berlangsung seperti berikut :
1) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, dilindungi oleh korona radiata
yang mengandung persediaannutrisi.

2) Pada ovum, dijumpai inti dalam bentuk metafase ditengah sitoplasma yang
disebutvitelus.
3) Dalam perjalanan, korona radiata makin berkurang dan nutrisi yang dialirkan
kedalam vitelus akan melalui saluran pada zonapelusida.
4) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat yang paling luas yang
dindingnya penuh dengan jonjot dan tertutup sel yang mempunyai silia. Ovum
mempunyai hidup terlama di dalam ampulatuba.
5) Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam. Sperma menyebar,
masuk melalui kanalis servikalis dengan kekuatan sendiri. Pada kavum uteri,
terjadi proses kapasitasi yaitu pelepasan lipoprotein dari sperma sehingga
mampu mengadakan fertilisasi. Sperma melanjutkan perjalanan menuju tuba
falopi. Sperma hidup selama tiga hari di dalam genetalia interna. Sperma akan
mengelilingi ovum yang telah siap dibuahi serta mengikis korona radiata dan
zona pelusida dengan proses hialurodinase. Melalui stoma, sperma mamasuki
ovum. Setelah kepala sperma masuk kedalam ovum, ekornya lepas dan
tertinggal diluar. Inti ovum dan inti sperma bertemu dengan membentuk zigot.
d. Nidasi atau Implantasi
Nidasi adalah masuknya inti sperma kedalam sitoplasma membangkitkan
kembali pembelahan dalam inti ovum. Pembelahan terus terjadi dan di dalam
morula terbentuk ruangan yang mengandung cairan yang disebut
blastula.Sementara itu pada fase sekresi, endometrium semakin tebal dan
semakin banyak mengandung glikogen yang disebut desidua. Sel trofoblas
merupakan sel yang melapisi blastula melakukan destruksi enzimatik
proteolitik sehingga dapat menanamkan diri di dalam endometrium. Proses
penanaman blastula terjadi pada hari ke 6 sampai 7 setelah konsepsi. Pada saat
tertanamnya blastula ke dalam endometrium , mungkin terjadi perdarahan yang
disebut tanda hartman.

e. Plasentasi
Plasenta adalah organ vital untuk promosi dan perawatan kehamilan dan
perkembangan janin normal. Hal ini diuraikan oleh jaringan janin dan ibu untuk
dijadikan instrumen transfer nutrisi penting (Afodun et al , 2015). Plasentasi
adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta. Setelah nidasi embrio ke
dalam endometrium, plasentasi dimulai. Pada manusia plasentasi berlangsung
sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi (Saifuddin, 2011:145).Pertumbuhan
plasenta makin lama makin besar dan luas, umumnya mencapai pembentukan
lengkap pada usia kehamilan sekitar 16 minggu.
Plasenta dewasa/lengkap yang normal memiliki karakteristik berikut:
1) Bentuk budar /oval
2) Diameter 15-25 cm, tebal 3-5 cm
3) Berat rata-rata 500-600 gr.
4) Insersi tali pusat (tempat berhubungan dengan plasenta) dapat di
tengah/sentralis, disamping/lateralis, atau tepi ujung tepi/marginalis.
5) Di sisi ibu, tampak daerah-daerah yang agak menonjol (katiledon) yang
diliputi selaput tipis desidua basialis.
6) Di sisi janin, tampak sejumlah arteri dan vena besar (pembuluh korion)
menuju tali pusat. Korion diliputi oleh amnion.
7) Sirkulasi darah ibu di plasenta sekitar 300 cc/menit (20 minggu) meningkat
sampai 600-700 cc/ menit (aterm) (Dewi dkk, 2011:84)

1.1.4 Klasifikasi
Kehamilan dibagi menjadi dua yaitu, kehamilan menurut lamanya dan dari
tuanya kehamilan.

Kehamilan yang di klasifikasikan dari lamanya, yaitu :

1) Kehamilan premature, yaitu kehamilan antara 28-36minggu


2) Kehamilan mature, yaitu kehamilan antara 37-42minggu
3) Kehamilan postmature, yaitu kehamilan lebih dari 43minggu.
Menurut Widatiningsih dan Dwi (2017) kehamilan yang ditinjau
berdasarkan dari tuannya kehamilan, diklasifikasikan dalam 3 trimester,
yaitu:
1) Kehamilan trimester I, dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (0- 12
minggu). Pada trimester pertama, ada tiga periode penting pertumbuhan
mulai dari periode germinal sampai periode terbentuknya janin.
a. Periode germinal (minggu 0-3). Proses pembuahan telur oleh sperma
yang terjadi pada minggu ke-2 dari hari pertama menstruasi terakhir.
Telur yang sudah dibuahi sperma bergerak dari tuba fallopi dan
menempel ke dinding uerus(endometrium).
b. Periode embrionik (minggu 3-8). Proses dimana sistem saraf pusat,
organ-organ utama dan struktur anatomi mulai terbentuk seperti mata,
mulut dan lidah mulai terbentuk, sedangkan hati mulai memproduksi
sel darah. Janin mulai berubah dari blastostosit menjadi embrio
berukuran 1,3 cm dengan kepala yang besar.

c. Periode fetus (minggu 9-12). Periode di mana semua organ penting


terus bertumbuh dengan cepat dan saling berkaitan dan aktivitas otak
sangat tinggi.
2) Kehamilan trimester II, dimulai dari bulan keempat sampai 6 bulan (13-
27 minggu). Pada trimester kedua terjadi peningkatan perkembangan
janin. Pada minggu ke-18 ibu hamil sudah bisa melakukan pemeriksaan
dengan ultrasonografi (USG) untuk mengecek kesempurnaan janin, posisi
plasenta dan kemungkinan bayi kembar. Pada minggu ke-20 sampai ke-
21 jaringan kuku, kulit, serta rambut berkembang dan mengeras. Indra
penglihatan dan pendengaran janin mulai berfungsi. Kelopak mata sudah
dapat membuka dan menutup. Janin (fetus) mulai tampak sebagai sosok
manusia dengan panjang 30cm.
3) Kehamilan trimester III, dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (28-40
minggu). Pada trimester ketiga semua organ janin tumbuh dengan
sempurna. Janin menunjukkan aktivitas motorik yang terkoordinasi
seperti menendang atau menonjok, serta dia sudah memiliki periode tidur
dan bangun. Masa tidurnya jauh lebih lama dibandingkan masa bangun.
Paru-paru berkembang pesat menjadi sempurna. Pada bulan ke-9, janin
mengambil posisi kepala di bawah dan siap untuk dilahirkan. Berat bayi
lahir berkisar antara 3-3,5 kg dengan panjang 50 cm. (Kamariyan
dkk,2014).
Tabel 1.2
Pertumbuhan dan Perkembangan Janin
Usia Kehamilan Panjang Janin Ciri Khas
Organogenesis
4 minggu 7,5-10 cm Rudimeter : hidung,
telinga dan mata
8 minggu 2,5 cm Kepala fleksi ke dada,
hidung, kuping dan
jari
Terbentuk
9 cm Kuping lebih jelas,
12 minggu

kelopak mata
terbentuk,genetalia
eksternaterbentuk
Usia Fetus
16 minggu 16-18 cm Genetal jelas
terbentuk, kulit
merah tipis, uterus
telah penuh, desidua
parietalis dan
kapsularis
20 minggu 25 cm Kulit tebal dengan
rambut lanugo
24 minggu 30-32 cm Kelopak matajelas,
alis dan bulutampak
Masa Parietal
35 cm Berat badan 1000
28 minggu
gram,
menyempurnakan
Janin
50-55 cm Bayi cukup bulan,
40 minggu
kulit berambut
dengan baik, kulit
kepala tumbuh baik,
pusat penulangan
pada tibiaproksimal
Kehamilan
- PATHWAY

Trimester I ( Usia Trimester II ( Usia Trimester III ( Usia


kehamilan minggu ke- kehamilan minggu ke- kehamilan minggu ke-
1 – minggu ke- 13) 14 – minggu ke- 26) 27 – minggu ke- 38)

Mual, muntah, Kehamilan


Peningkatan progesteron Pembesaran uterus Perubahan fisiologis nafsu makan beresiko
pada abdomen turun

Tonus otot menurun


Menekan daerah Kurang
Penekanan Dilatasi pelvis Diafragma
punggung dan asupan
kandung kemih dan ureter tertekan
HCL lambung meningkat pinggang makanan

MK: Resiko Daya tampung Laju aliran Ekspansi dada MK :Nyeri akut MK : Risiko
Mual dan muntah urin
ketidakseimba urin lebih tidak defisit nutrisi
ngan elektrolit lambat maksimal

MK: Neusea Frekuensi


berkemih Media MK:
meningkat perkembangbiakan Ketidakefektifan
mikroorganisme pola nafas

MK: Gangguan
eliminasi urin
1.1.5 Manifestasi Klinis
Tanda-tanda kehamilan terdiri atas tanda tidak pasti, tanda kemungkinan
kehamilan, dan tanda pasti kehamilan.
1. Tanda Tidak Pasti (Presumtive Sign)
Tanda tidak pasti adalah perubahan–perubahan fisiologis yang dapat
dikenali dan yang dirasakan oleh wanita hamil.
a. Amenorea
Gejala ini sangat penting karena umunya pada saat hamil tidak haid lagi.
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadinya pembentukan folikel de
graaf dan ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi. Lamanya amenore dapat
dipastikan dengan hari pertama haid terakhir (HPHT) dan digunakan untuk
memperkirakan usia kehamilan dan taksiran persalinan. Tetapi amenorea
dapat disebabkan oleh penyakit kronik tertentu, tumor pituitary, perubahan
dan faktor lingkungan, malnutrisi dan biasanya gangguan emosional seperti
ketakutan akan kehamilan.
HPHT adalah Hari Pertama Haid Terakhir seorang wanita sebelum hamil,
HPHT yang tepat adalah tanggal dimana ibu baru mengeluarkan darah
menstruasi dengan frekuensi dan lama seperti menstruasi biasa. HPHT dapat
digunakan sebagai perhitungan taksiran persalinan. Tanggal perkiraan
persalinan atau Estimated Date Confinement (EDC) atau bisa digunakan
istilah Estimated Date Delivery (EDD) dapat diperkirakan menggunakan
teori Neagle, yaitu:
1) Bila HPHT antara bulan Januari sampai Maret (Hari + 7) (Bulan + 9) =
TafsiranPersalinan
2) Bila HPHT antara bulan April sampai Desember (Hari + 7) (Bulan – 3)
(Tahun + 1) = Tafsiran Persalinan
b. Mual dan Muntah (nausea danemesis)
Pengaruh estrogen dan progesterone terjadi pengeluaran asam lambung
yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang terjadi terutama pada
pagi hari yang disebut morning sickness. Dalam batas tertentu hal ini masih
fisiologis tetapi bila terlampau sering dapat menyebabkan gangguan
kesehatan yang disebut dengan hyperemesis gravidarum.

c. Mengidam
Ngidam Wanita hamil sering menginginkan sesuatu makanan tertentu,
keinginan yang demikian disebut ngidam. mengidam sering terjadi pada
bulan-bulan pertama kehamilan dan akan menghilang dengan makin tuanya
kehamilan
d. Pingsan (Syncope)
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala menyebabkan iskemia
susunan saraf pusat dan menimbulkan syncope atau pingsan. Hal ini sering
terjadi terutama jika berada pada tempat yang ramai, biasanya akan hilang
setelah 16 minggu.
e. Kelelahan
Sering terjadi pada trimester pertama akibat dari penurunan kecepatan basal
metabolisme pada kehamilan yang akan meningkat seiring pertambahan
usia kehamilan akibat aktivitas metabolisme hasilkonsepsi.
f. Payudara tegang dan membesar
Estrogen meningkat perkembangan sistem duktus pada payudara, sedangkan
progesteron menstimulasi perkembangan sistem alveolar payudara.
Menimbulkan pembesaran payudara, perasaan tegang dan nyeri selama 2
bulan pertama kehamilan lebih dari 16 minggu.
g. Konstipasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltic usus (tonus otot
menurun) sehingga kesulitan untuk BAB.
h. Sering Buang Air Kecil (BAK)
Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan
sering miksi. Frekuensi kencing yang sering terjadi pada trimester pertama
akibat desakan uterus terhadap kandung kemih. Pada trimester kedua
umumnya keluhan ini akan berkurang karena uterus yang membesar keluar
dari rongga panggul. Pada akhir trimester, gejala bisa timbul karena janin mul
ai masuk ke rongga panggul dan menekan kembali kandung kemih.

i. Pigmentasi Kulit
Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu. Terjadi akibat
pengaruh hormone kortikosteroid plasenta yang merangsang melanofor dan
kulit. Pigmentasi ini meliputi tempat – tempat berikut ini :
1) Sekitar pipi terdapat cloasma gravidarum (penghitam pada daerah dahi,
hidung, pipi dan leher).
2) Sekitar leher tampak lebih hitam.
3) Dinding perut tampak striae lividae/gravidarum (terdapat pada seorang
primigravida, warnanya membiru), linea alba, lineanigra.
4) Hiperpigmentasi areola mamae sehingga terbentuk areola sekunder.
Pigmentasi areola ini berbeda pada tiap wanita, ada yang merah muda
pada wanita kulit putih, coklat tua pada wanita kulit coklat dan hitam
pada wanita kulit hitam. Selain itu, kelenjar montogomeri menonjol dan
pembuluh darah menifes sekitarpayudara
5) Sekitar pantat dan paha atas terdapat striae akibat pembesaran bagian
tersebut.
j. Epulis
Hipertrofi papilla gingivae atau gusi, sering terjadi pada triwulan pertama.
k. Varises atau Penampakan Pembuluh Darah Vena
Terjadi karena pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pelebaran
pembuluh darah terutama bagi wanita yang mempunyai bakat. Varises dapat
terjadi di sekitar genetalia eksterna, kaki dan betis serta payudara.

2. Tanda Kemungkinan Hamil (Probability Sign)


Tanda kemungkinan adalah perubahan – perubahan fisiologis yang dapat
diketahui oleh pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan fisik kepada
wanita hamil.
a. Abdomen membesar terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi
pada bulan keempatkehamilan.
b. Tanda hegar, konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak
dan dapat ditekannya ismus uteri. Pada minggu pertama ismus uteri
mengalami hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan

pertama mengakibatkan ismus menjadi panjang dan lebih lunak.


Sehingga kalau kita letakkan 2 jari dalam fornix posterior dan tangan
satunya pada dinding perut di atas simpisis, maka ismus ini tidak teraba
seolah-olah korpus uteri sama sekali terpisah dariuterus.
c. Tanda goodell sign, tanda terjadinya perlunakan serviks. Pada wanita
yang tidak hamil serviks seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita
hamil melunak seperti bibir.
d. Tanda piscaceck, uterus mengalami pembesaran asimetris akibat
implantasi pada satu area kornu. Terjadi pada minggu ke-8 hinggake-10.
e. Tanda chadwicks, hipervaskularisasi mengakibatkan perubahan warna
vulva dan mukosa vagina menjadi merah agak kebiru-biruan atau ungu,
pada warna porsio tampak livide yang disebabkan oleh pengaruh hormon
estrogen.
f. Kontraksi braxton hicks, merupakan peregangan sel-sel otot uterus akibat
meningkatnya actomysin di dalam otot uterus. Kontraksi ini tidak
beritmik, sporadic, tidak nyeri dan biasanya timbul pada kehamilan
minggu ke-8.
Pada saat palpasi atau pemeriksaan fisik dalam uterus yang tadinya lunak
akan menjadi keras karena berkontraksi, tanda ini khas pada uterus dalam
masa kehamilan. Pada trimester ketiga baru dapat diamati dari
pemeriksaan abdominal, kontraksi ini akan terus meningkat frekuensinya.
Lamanya dan kekuatannya sampai mendekati persalinan.
g. Teraba Ballotement Hal ini harus ada dalam pemeriksaan kehamilan
karena perabaan seperti bentuk janin saja tidak cukup karena dapat saja
merupakan miomauteri

Pemeriksaan tes biologi kehamilan positif (Planotest), pemeriksaan ini


adalah untuk mendeteksi adanya Human Corionic Gonadotropin (HCG)
yang di produksi oleh sinsiotropoblastik sel selama kehamilan. Hormon
ini disekresi di peredaran darah (pada plasma darah) dan diekskresi oleh
urine ibu. Human Corionic Gonadotropin pada kehamilan muda adalah
air kencing pertama pada pagi hari.Hormone ini dapat dideteksi pada 26
hari setelah konsepsi dan meningkat dengan cepat pada hari ke 30 – 60
usia getasi dan menurun pada hari ke 100 – 130.
3. Tanda Pasti Kehamilan (Positive Sign)
Tanda pasti kehamilan adalah tanda-tanda yang menunjukkan langsung
keberadaan janin yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa.
a. Terasa adanya gerakan janin dalam rahim, gerakan janin ini dapat teraba
dengan jelas oleh pemeriksa. Gerakan janin baru dapat dirasakan pada
usia kehamilan sekitar 20 minggu.
b. Denyut Jantung Janin, dapat didengar pada usia 12 minggu dengan
menggunakan alat Fetal Elektrocardiograf (misalnya dopler). Dengan
menggunakan stetoskop laenecc, DJJ baru dapat didengar pada usia
kehamilan 18 – 20 minggu.
c. Teraba bagian-bagian janin, yaitu bagian besar janin (kepala dan bokong)
serta bagian kecil janin yaitu (lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas
pada usia kehamilan trimester akhir. Bagian janin ini dapat dilihat dengan
sempurna menggunakan USG.
d. Terlihat kerangka janin pada pemeriksaan dengan foto rontgen maupun
USG.
1.1.6 Komplikasi
Komplikasi merupakan tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang
terjadi selama kehamilan atau selama periode antenatal. Berikut ini merupakan
beberapa tanda-tanda bahaya kehamilan selama periode antenatal yang perlu
diperhatikan oleh ibu hamil, yaitu :
1. Perdarahan
2. Pada awal kehamilan, pendarahan yang tidak normal adalah darah yang
berwarna merah, pendarahan banyak atau pendarahan dengan nyeri (Lalage,
2013). Apabila terjadi adanya pengeluaran darah pada trimester awal
kehamilan, maka dapat dicurigakan mengalami keguguran atau abortus.
Selain itu, pendarahan pervagina dapat menandakan adanya kehamilan
diluar rahim atau kehamilan anggur (molahidatidosa) Preeklamsia dan
Eklamsia

Preeklamsia pada kehamilan yaitu di jumpai tekanan darah 140/90 mmHg


pada kehamilan usia 20 minggu. Eklamsia terjadi jika ditemukan gejala
seperti kejang pada penderita preeklamsia yang disertai dengan koma.
Menurut Nita & Dewi (2013), preeklamsia digolongkan menjadi
preeklamsia ringan dan preeklamsia berat, dengan gejala :
a) Preeklamsia ringan
 Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30mmHg dengan interval 6
jam permeriksaan
 Tekanan darah diastolik 90 atau 15mmHg.
 Berat badan ibu meningkat lebih dari 1 kg setiapminggu
 Nyeri kepala sementara, tidak ada gangguan penglihatan dan tidak ada
nyeri pada ulu hati.
b) Preeklamsia berat
Apabila pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu ditemukan satu atau
lebih tanda dan gejala, sebagai berikut :
 Tekanan darah lebih dari 160/110mmHg
 Oliguria, urin kurang dari 400cc/24jam
 Terdapat gangguan pada visus dan serebral
 Edema paru dansianosis
 Koma
3. Nyeri hebat di daerah abdomen
Nyeri abdomen yang menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan
jiwa adalah nyeri yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat.
Keadaan ini bisa berarti appendiksitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit
radang pelviks, persalinan pretrem, gastritis, penyakitk kantong empedu,
iritasi uterus, abrupsi placenta, infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya.
4. Muntah yang berlebihan selama kehamilan
Perasaan mual ini terjadi akibat peningkatan kadar hormon estrogen dan
HCG dalam serum. Pada Ibu hamil yang mengalami mual dan muntah
berlebihan (>7x dalam sehari) maka disebut dengan hiperemesis gravidarum.
Keadaan yang disertai dengan kondisi ibu yang lemah, tidak selera makan,

penurunan berat badan, dan nyeri uluh hati kemungkinan suatu tanda ibu
hamil mengalami penyakit berat.
5. Gerakan janin tidak ada atau janin kurang bergerak
Gerakan janin dapat dirasakan mulai pada usia kehamilan 14-16 minggu,
gerakan yang awal terasa seperti getaran, lama-kelamaan semakin terasa
tendangan atau sikutan. Ketika keadaan tidur maka gerakan bayi akan
melemah. Selain kekurangan oksigen pada bayi di dalam kandungan dapat
menyebabkan berkurangnya gerakan dari bayi. Bayi bergerak minimal 3
kali dalam 1 jam jika berbaring atau sedang beristirahat. Teknin cara
menghitung pergerakan janin yaitu dengan cara memasukkan satu koin
dalam kaleng setipa kali janun terasabergerak.
6. Demam.
Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ºC dalam kehamilan
merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya
infeksi dalam kehamilan. Menurut SDKI (2012) penyebab kematian ibu
karena infeksi (11%). Penanganan demam antara lain dengan istirahat
baring, minum banyak dan mengompres untuk menurunkan suhu (Saifuddin,
2012). Demam dapat disebabkan oleh infeksi dalam kehamilan yaitu
masuknya mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh wanita hamil yang
kemudian menyebabkan timbulnya tanda atau gejala–gejala penyakit. Pada
infeksi berat dapat terjadi demam dan gangguan fungsi organ vital. Infeksi
dapat terjadi selama kehamilan, persalinan dan masa nifas (Pusdiknakes,
2013)
7. Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala terjadi pada saat kehamilan merupakan suatu ketidaknyamanan
yang wajar. Keadaan ini bisa terjadi selama kehamilan karena Ibu hamil
mengalami anemia atau kekurangan darah. Ketika hal ini terjadi, maka
diharapkan untuk Ibu hamil meningkatkan asupan makanan yang banyak
mengandung zat besi seperti daging sapi, hati, buat, dan sayuran hijau. Serta
dapat dilanjutkan dengan konsumsi tablet Fe secara rutin. Namun, ketika
sakit kepala dirasakan semakin berat seperti ditusuk-tusuk dan berat
dibagian belakang kepala serta diikuti dengan penglihatan yang kabur,
bengkak pada tangan dan wajah, nyeri uluh hati, serta tekanan darah tinggi
maka keadaan Ibu hamil dapat diwaspadakan karena kumpulan gejala
menandakan preeklamsia. Maka untuk Ibu hamil dapat segera untuk
menghubungi dokter atau menuju pusat pelayan kesehatan.
8. Bengkak pada muka dan tangan
Bengkak dapat menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka
dan tangan tidak hilang setelah beristirahat dan ditandai dengan keluhan isik
yang lain. Maka hal ini bisa pertanda anemia, gagal ginjal atau preeklampsia.
9. Ketuban pecah dini atau sebelum waktunya
Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-
tanda persalinan. Kejadian ketuban pecah dini bisa disebabkan karena
berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra uteri,
namun bisa juga berasal dari infeksi pada vagina serviks sehingga dapat
mengakibatkan persalinan preterm dan infeksi pada bayi. Cairan ketuban
yang keluar umumnya tidak berwarna dan tidak berbau pesing.
10. Selaput kelopak mata pucat
Pada ibu hamil yang mengalami kelopak mata yang menonjol, jemari
gemetaran, sering berdebar-debar, dan panas dan mengalami banyak
keringat, serta tampak membengkak di batang leher bagian depan
merupakan gejala ibu hamil yang mengalami anemia. Anemia sering terjadi
pada Ibu hamil karena volume darah meningkat 50% selama kehamilan.
1.1.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
a) Haemoglobin
Pemeriksaan dan pengawasan Haemoglobin (Hb) dapat dilakukan dengan
menggunakan alat Sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan Sahli dapat
digolongkan sebagai berikut : Tidak anemia jika Hb 11 gr%, anemia
ringan jika Hb 9-10 gr%, anemia sedang jika Hb 7-8 gr%, anemia berat
jika Hb <7 gr% (Manuaba, 2011:239).
b) Golongan darah
Golongan darah ABO adalah faktor Rhesus (Rh). Ibu dengan rhesus
negatif beresik mengalami keguguran, amniosentesis, atau trauma uterus,
harus diberi antigammaglobulin D dalam beberapa hari setelah
pemeriksaan. Jika titrasi menunjukkan peningkatan respons antibodi,
harus dilakukan pemeriksaan yang lebih sering dalam rangka
merencanakan penatalaksaan pengobatan oleh spesialis Rhesus.
2. Pemeriksaan urin
Menurut Fraser dan Cooper urinalisis dilakukan pada setiap kunjungan
untuk memastikan tidak adanya abnormalitas. Hal lain yang dapat
ditemukan pada urinalisis rutin antara lain:
a) Keton akibat pemecahan lemak untuk menyediakan glukosa, disebabkan
oleh kurangnya pemenuhan kebutuhan janin yang dapat terjadi akibat
muntah, hiperemesis, kelaparan, atau latihan fisik yangberlebihan.
b) Glukosa karena peningkatan sirkulasi darah, penurunan ambang ginjal
ataupenyakit.
c) Protein akibat kontaminasi oleh leukore vagina, atau penyakit seperti
infeksi saluran perkemihan atau gangguan hipertensi padakehamilan.
3. Ultrasonografi (USG)
Menurut Romauli (2011:72) penentuan usia kehamilan dengan USG
menggunakan 3 cara :
a) Dengan mengukur diameter kantung kehamilan (GS= Gestationalsac)
untuk kehamilan 0-12minggu.
b) Dengan mengukur jarak kepala-bokong (GRI= Groun Rum Length)
untuk umur kehamilan 7- 14 minggu.
c) Dengan mengukur diameter biparetal (BPD) untuk kehamilan lebih dari
12 minggu.
4. Non Stress Test(NST)
Pemeriksaan dilakukan untuk menilai hubungan gambaran DJJ dan aktivitas
janin. Penilaian dilakukan terhadap frekuensi dasar DJJ, variabilitas dan
timbulnya akselerasi yang menyertai gerakan janin (Marmi, 2014:190).
5. Kartu Skor Poedji Rochyati(terlampir)
Untuk mendeteksi risiko ibu hamil dapat menggunakan kartu Skor Poedji
Rochyati. Terdiri dari Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan skor 2
ditolong oleh bidan, Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan skor 6-10
ditolong oleh bidan atau dokter dan Kehamilan Risiko Sangat Tinggi
(KRST) dengan skor >12 ditolong oleh dokter (Kemenkes RI, 2014).
1.1.8 Penatalaksanaan Medis
1. TT (Tetanus Toksoid)
Imunisasi Tetanus toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan
sebagai upaya pencegahan infeksi dengan vaksin yang telah dilemahkan dan
kemudian dimurnikan. Melindungi bayi baru lahir dari tetanus neonaturum
yang disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang menyerang
sistem saraf pusat dan melidungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila
terluka (Depkes RI, 2011). Imunisasi TT sebanyak 5 kali (long life) mulai
dari TT1 sampaiTT5.
Tabel 1.3
Selang Waktu Imunisasi TT
Antigen Interval Lama % perlindungan
perlindungan
TT 1 Pada kunjungan antenatal
Pertama
TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 80 %
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 95 %
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99 %
TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 tahun/ 99 %
seumur hidup
2. Pemberian Tablet Fe (T7)
Zat besi adalah unsur pembentukan sel darah merah dibutuhkan oleh ibu
hamil guna mencegah terjadinya anemia atau kurang darah selama
kehamilan. Pemberian tablet besi atau Tablet Tambah Darah (TTD)
diberikan pada ibu hamil sebanyak satu tablet (60mg) setiap hari berturu-
turut selama 90 hari selama masa kehamilan, sebaiknya memasuki bulan
kelima kehamilan. TTD mengandung 200 mg ferro sulfat setara dengan 60
ml besi elemental dan 0,25 mg asam folat baik diminum dengan air jeruk
yang mengandung vitamin C untuk mempermudah penyerapan (Depkes RI,
2011).
1.2 Konsep Antenatal Care (ANC)
1.2.1 Definisi Antenatal Care (ANC)
Pemeriksaan anternatal Care adalah pemeriksaan kehamilan yang
dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti
dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan (Pedoman
Pelayanan Anternatal di Tingkat Pelayanan Dasar, 2012) Antenatal care adalah
pemeriksaan kehamilan yang diberikan oleh tenaga kesehatan bagi ibu hamil
untuk mengoptimalkan kesehatan fisik maupun mental ibu hamil. Sehingga ibu
hamil mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberian ASI dan
kembalinya kesehatan reproduksi secaranormal.

Menurut Walyani (2015) asuhan antenatal care adalah suatu program yang
terencana berupa observasi, edukasi, dan penangan medik pada ibu hamil, untuk
memperoleh suatu proses kehamilan dan persiapan persalinan yang aman dan
memuaskan.

Menurut Kemenkes RI antenatal care merupakan pelayanan kesehatan


yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang professional (dokter spesialis
kandungan, kebidanan umum, bidan dan perawat) untuk ibu hamil sesuai dengan
elemen dan standar yang telah di tetapkan.
1.2.2 Tujuan Antenatal Care (ANC)
Menurut Walyani (2015) tujuan asuhan Antenatal Care (ANC) adalah
sebagai berikut:

a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan


tumbuh kembang janin Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,
mental dan sosial pada ibu dan bayi
b) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau implikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan.
c) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin
d) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
Ekslusif
e) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal.
1.2.3 Pelayanan Antenatal Care (ANC)
Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015), Kemenkes R.I menetapkan
standar pelayanan ANC dalam 10 T antara lain:
1) Timbang berat badan dan tinggi badan(T1)
Penimbangan berat badan setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi andanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan
yang kurang dari 9 kilo selama kehamilan atau kurang dari 1 kilo setiap
bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.
Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk
menapis adanya faktor resiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil
kurang dari 145 cm meningkatkan resiko terjadinya CPD (Cephalo Pelvic
Disproportion)
2) Tekanan darah (T2)
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal diakukan
untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) pada
kehamilan dan preeklampsia (hipertnsi disertai oedema pada wajah dan
tungkai bawah, dan proteinuria).
3) Nilai status gizi (ukur LILA) (T3)
Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga
kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil beresiko Kurang Energi
Kronis (KEK), disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan
gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan atau tahun) dimana LILA
kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan akan dapat melahirkan bayi berat
lahir rendah (BBLR).
4) Pengukuran tinggi fundus uteri (T4)
Pengukuran tinggi fundus uteri pada setiap kali kunjungan antenatal untuk
mendeteksi pertubuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika
fundus uteri tidak sesuai degan umur kehamilan, kemungkinan ada
gangguan pertumbuhan janin.
5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (T5).
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk mengetahui letak janin. Jika pada trimester III bagian bawah janin
bukan kepala, atau keapala janin belum masuk ke panggul berarti ada
kelainan letak, panggul sempit, atau ada masalah lain.
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali
kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120x/menit atau DJJ cepat
lebih dari 160x/menit menunjukkan adanya gawat janin.
6) Pemberian imunisasi TT (T6)
Pada Ibu hamil harus mendapat imunisasi TT, untuk mencegah terjadinya
tetanun neonatorum. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status
imunisasinya. Pemberian imunisasi TT pad ibu hamil disesuaikan dengan
status imunisasi T ibu saat ini. Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi
T2 agar mendapatkan perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil
dengan status imunisasi T5 (TT long life) tidak prlu diberikan imunisasi TT
lagi.
7) Pemberian tablet tambah darah (tablet Fe) (T7)
Untuk mencegah anemia zat besi, setiap ibu hamil hamil harus mendapat
tablet tambah darah (tablet zat besi) dan asam folat minimal 90 tablet
selama kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama.
8) Tes Laboratorium (T8)
Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah
pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan laboratorium rutin
adalah pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada setiap ibu
hamil yaitu golongan darah, hemoglobin darah, dan pemeriksaan spesifik
daerah endemis (malaria, HIV, dll). Sementara pemeriksaan laboratorium
khusus adalah pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi
pada ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal. Pemeriksaan
laboratorium dilakukan pada saat antenatal tersebut meliputi:
a) Pemeriksaan golongan
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk
mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk
mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan
apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
b) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (HB)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali
pada trimester I dan sekali pada trimester III. Pemeriksaan ini ditujukan
untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama
kehamilannya, karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses
tumbuh kembang janin dalam kandungan. Pemeriksaan kadar
hemoglobin darah ibu hamil pada trimester II dilakukan atas indikasi
c) Pemeriksaan protein dalam urine
Pemeriksaan protein dalam urine pada ibu hamil dilakukan pada trimester
II dan III atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui
adanya protein uria pada ibu hamil. Protein uria merupakan salah satu
indikator terjadinya preeklampsi pada ibu hamil.
d) Pemeriksaan kadar gula darah
Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes melitus harus dilakukan
pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada
trimester I, sekali pada trimester II dan sekali pada trimester III.

e) Pemeriksaan darah malaria

Semua ibu hamil didaerah endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah


malaria dalam rangka skrining pada kunjungan pertama antenatal. Ibu
hamil di daerah non endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah
malaria apabila ada indikasi.
e) Pemeriksaan tes sifilis.
Pemeriksaan tes sifilis dilakukan didaerah dengan resiko tinggi dan ibu
hamil yang diduga menderita sifilis. Pemeriksaan sifilis sebaiknya
dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.
f) Pemeriksaan HIV
Tes HIV wajib ditawarkan oleh tenaga kesehatan kesemua ibu hamil
secara inklusif dengan pemeriksaan laboratorium rutin lainnya didaerah
epidemi meluas dan terkonsentrasi dan didaerah epidemi HIV rendah
penawaran tes HIV oleh tenaga kesehatan diprioritaskan pada ibu hamil
dengan IMS dan TB. Teknik penawaran ini disebut Provider Initiated
Testing And Counselling (PITC) atau tes HIV atas Inisiatif Pemberi
Pelayan Kesehatan (TIPK).
g) Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita
tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi tuberkulosis tidak
mempengaruhi kesehatan janin.
9) Tatalaksana Kasus / penanganan kasus(T9)
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal diatas dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus
ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-
kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
10) Temu Wicara/ Konseling(T10)
Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang
meliputi : kesehatan ibu, perilaku hidup bersih dan sehat, peran suami /
keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan, tanda bahaya pada
kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi,
asupan gizi seimbang, gejala penyakit menular dan tidak menular,
penawaran untuk melakukan tes HIV, inisiasi menyusui dini dan pemberian
ASI eksklusif, KB pasca persalinan, imunisasi, peningkatan kesehatan pada
kehamilan.
1.2.4 Pemeriksaan Obstetrik
Gambar 1.2 Palpasi Abdomen

1. Pemeriksaan Leopold I

Untuk menentukan tinggi fundus uteri, menentukan usia kehamilan,


menentukan bagian janin yang ada pada fundus uteri.
Cara: Petugas menghadap kemuka ibu, uterus dibawa ketengah, tentukan
tinggi fundus uteri dan bagian apa yang terdapat didalam fundus
Hasil: jika kepala teraba benda bulat dan keras, jika bokong teraba tidak
bulat dan lunak

2. Pemeriksaan Leopold II
Untuk menentukan bagian yang ada disamping uterus, menentukan letak
janin.
Cara: uterus didorong kesatu sisi sambil meraba bagian janin yang berada
disisi tersebut dengan cara yang sama pada sisi uterus yang lain
Hasil: punggung janin teraba membujur dari atas kebawah pada letak kepala.
Pada letak lintang dapat ditemukan kepala.

3. Pemeriksaan Leopold III

Untuk menentukan bagian janin yang berada di uterus bagian bawah.


Cara: tangan kanan diletakkan diatas simfisis dengan ibu jari disebelah
kanan ibu dengan empat jari lainnya disebelah kiri ibu sambil meraba
bagian bawah tersebut.
Hasil: teraba kepala/bokong/bagian kecil janin
4. Pemeriksaan Leopold IV

Untuk menentukan seberapa jauh bagian terendah bagian janin masuk ke


dalam panggul
Hasil:
1) 5/5 jika bagian terbawah seluruh teraba diatas simpisis pubis
2) 4/5 jika sebagian terbawah janin telah masuk PAP
3) 3/5 jika sebagian telag memasuki rongga panggul
4) 2/5 jika hanya sebagian terbawa janin masih berada diatas simpisis
5) 1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian bawah janin yang
berada diatas simpisis.
6) 0/5 jika bagian terbawah janin tidak teraba dari pemeriksaan luar
1.2.5 Cara Menghitung Berat Janin dalam Kandungan
Menghitung perkiraan berat badan janin (PBBJ) menurut cara:
1. Jonson:
Bila bagian terendah janin masuk pintu atas panggil:
PBBJ = (TFU-11) x155
Bila bagian terendah janin belum masuk pintu atas panggul:
PBBJ = (TFU-12) x155
2. JohnWoo:
Bila bagian terendah janin bukan kepala (bokong)
PBBJ = TFU x Lingkar Perut Ibu
1.2.6 Cara Menentukan Umur Kehamilan
Tinggi fundus dalam cm (dengan cara Mc. Donald) atau menggunakan jari-
jari tangan sesuai dengan usia kehamilan (menurut Leopold):
Tabel 1.4
Menentukan umur kehamilan dengan Leopold

Umur Kehamilan TFU Keterangan


8 minggu Belum teraba Sebesar telur bebek
12 minggu 3 jari atas simfisis Sebesar telur angsa
16 minggu ½ pusat-simfisis Sebesar kepala bayi
20 minggu 3 jari bawah pusat -
24 minggu Sepusat -
28 minggu 3 jari atas pusat -
32 minggu ½ pusat-Px -
36 minggu 1 jari dibawah Px Kepala masih berada di
atas pintu panggul
40 minggu 3 jari bawah Px Fundus uteri turun
kembali karena kepala
janin masuk ke rongga
Panggul

1.3 Manajemen Asuhan Keperawatan


1.3.1 Pengkajian
Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan yang akan
menentukan bagi tahap berikutnya. Kemampuan dalam mengidentifikasi masalah
keperawatan yang terjadi pada tahap pengkajian akan menentukan diagnosis
keperawatan. Diagnosa yang telah ditetapkan akan menentukan perencanaan yang
ditetapkan. Pengkajian harus dilakukan dengan teliti dan cermat agar dapat
mengidentifikasi seluruh kebutuhan perawatan ibu hamil (Rohmah & Walid,
2012).Hal-hal yang perlu dikaji pada ibu hamil trimester I dengan mual meliputi :
1. Identitas
a. Nama suami dan istri

Agar dalam melakukan komunikasi dengan pasien keluarga dapat


terjalin komunikasi denganbaik.
b. Usia
Penyulit dalam kehamilan remaja lebih tinggi dibanding umur 20
sampai 30 tahun.
c. Alamat
Ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan/informasi bila
diperlukan. Bila keadaan mendesak, dengan diketahuinya alamat
tersebut bidan dapat mengetahui tempat tinggal pasien/klien dan
lingkungannya.
d. Pekerjaan
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan
terhadap permasalahan kesehatan pasien.
e. Agama
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap
kebiasaan kesehatan pasien/klien.
f. Pendidikan
Ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya tingkat pendidikan
mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.
g. Status perkawinan

Ditanyakan kepada ibu atau calon ibu, untuk mengetahui kemungkinan


pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan, bila diperlukan
ditanyakan tentang keberapa kalinya.

h. Lama Perkawinan
Kalau orang hamil sudah lama kawin, nilai anak tentu besar sekali
dan ini harus diperhitungkan dalam pimpinan (anak mahal).
2. Riwayat kesehatan sekarang
Dapat dilihat dari keluhan yang dirasakan oleh pasien datang mencari
pertolongan. Pada trimester I Ibu hamil akan mengeluh mual, merasa ingin
muntah, tidak berminat makan, merasa asam dimulut, sensasi panas atau
dingin, sering menelan, muka pucat, takikardia, dan saliva meningkat. Pada
trisimester ini juga akan mengeluh pusing-pusing.
3. Riwayat kesehatan dahulu
a. Riwayat kesehatan klien
Menarche pada usia berapa, haid teratur atau tidak, siklus haid berapa
hari, lama haid, warna darah haid, HPHT kapan, terdapat sakit waktu
haid atau tidak.
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nipas yanglalu
Hamil dan persalinan berapa kali, anak hidup atau mati, usia, sehat
atau tidak, penolong siapa, nifas normal atau tidak.
c. Riwayat pemakaian alat kontrasepsi
Perlu dicatat bagi ibu yang mengikuti atau pernah mengikuti KB. Hal ini
penting diketahui apakah kehamilan sekarang direncanakan atau tidak.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit keturunan dalam keluarga, anak kembar atau penyakit
menular yang dapat mempengaruhi persalinan.

4. Pemeriksaan fisik dan pengkajian fungsional


a. Inspeksi
1. Muka: adakah cloasma gravidarum, keadaan selaput mata pucat atau
merah adakah oedema pada muka, bagaimana keadaan lidah,gigi.
2. Leher: apakah vena terbendung dileher, apakah ada pembesaran kelenjar
gondok dan limpe.

3. Dada: bentuk bauh dada, pigmentasi putting susu dan gelanggang susu,
keadaan putting susu, adakah kolostrum
4. Abdomen GIT : bentuk abdomen, warna, adakah luka bekas operasi
apendeksitis, terbagi 9 regio hipkondria kanan (pembesaran hepar),
epigastrik (gastritis), hipokondria kiri (pembesaran lien), lumbal kanan
dan kiri (ginjal), umbilicus, iliaka kanan (apendiksitis), hipokondria,
iliaka kiri(scibala)
5. Abdomenobstretrik : perut membesar ke depan atau ke samping, keadaan
pucat, pigmentasi linia alba, nempakkah gerakan anak atau kontraksi
uterus adakah strie gravidarum atau bekas luka
6. Vulva : keadaan perineum,carilah varises, tanda chadwick, condyloma
akuminata, flouralbus
7. Anggota bawah : cari varises, oedema, luka, cicatrix pada lipatpaha,
CRT kembali ≤ 1 detik untuk mengetahui kemungkinan dehidrasi
b. Palpasi
1. Tujuan :
1) Menentukan besarnya rahim dan dengan ini menentukan usia
kehamilan.
2) Menentukan letaknya anak dalam rahim
2. Menentukan usia kehamilan menurut Mc.Donald
1) Umur kehamilan dalam bulan di ukur dari panjang antara
simfisis pubis dan puncak fundus uteri dalam sentimeter dibagi 3 ½
cm.
3. Menentukan usia kehamilan menurut perhitungan TFU secara
internasional
− Kurang dari 12 minggu – belum dapat diraba di atas simpisis.
− 12 minggu – 1-2 jari di atas sisfisis.
− 16 minggu – pertengahan antara sisfisis dan pusat
− 24 minggu – setinggi pusat
− 28 minggu – 3 jari diatas pusat
− 32 minggu – pertengahan antara pusat dan px
− 36 minggu – 3 jari dibawah px
− 40 minggu – pertengahan px dan pusat (3 jari diatas pusat)
4. Menurut leopold
1) Leopold I
 Kaki penderita di bengkokan pada lutut dan lipatanpaha
 Pemeriksa berdiri sebelah kanan penderita dan melihat ke arah
muka penderita
 Rahim dibawa ketengah
 Tingginya fundus uteri ditentukan dan bagian apa dari anak yang
terdapat dalam fundus
 Tujuan : untuk mengetahui usia kehamilan dan TFU dan bagian apa
yang difundus.
2) Leopold II
 Keadaan tangan pindah kesamping
 Tentukan dimama punggung anak, punggung anak terdapat di pihak
yang memberikan rintangan yang terbesar, carilah bagian-bagian
kecil, yang biasanya terletak bertentangan dengan pihak yang
memberi rintangan terbesar.
 Kadang-kadang di samping terdapat kepala/bokong ialah letak
lintang.
 Tujuan : untuk menentukan dimana letaknya punggung anak
dan dimana letaknya bagian-bagian kecil.
3) Leopold III
 Dipergunakan satu tangan saja.
 Bagian bawah di tentukan antara ibu jari dan jari lainya
 Cobalah apakah bagian bawah masih dapat digoyangkan.
 Tujuanya : menentukan apa yang terdapat di bagian bawah dan
apakah bagian bawah anak ini sudah/belum terpegang oleh
pintu atas panggul.
4) Leopold IV
 Pemeriksa berubah sikapnya ialah melihat ke arah kaki sipenderita
 Dengan kedua tangan di tentukan apa yang menjadi bagian bawah

Ditentukan apakah bagian bawah sudah masuk kedalam pintu atas


panggul dan berapa masuknya bagian bawah

 Jika kita rapatkan ke dua tangan pada permukaan dari bagian


terbawah dari kepala yang masih terabadiluar:
 Convergent → bagian kecil dari kepala turun ke rongga panggul
 Sejajar → separuh dari kepala masuk ke dalam rongga panggul
 Divergent → sebagian besar dari kepala masuk kedalam rongga
panggul
 Tujuan : menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan
berapa masuknya bagian bawah kedalam rongga panggul.
c. Auskultasi
1. Djj terdengar dimana, frekuensi, irama, dengan cara 5 detik
berselang, 30 menit dikalikan 2/dihitung selama 1 menit penuh.
2. Kalau bunyi jantung janin kurang dari 120/menit atau lebih dari
160/menit atau tidak teratur, maka anak dalam keadaan asphyxial
(kekurangan O2)
d. Pemeriksaan panggul
1) Pengukuran Ukuran-ukuran panggul luar, meliputi :
Distantia spinarum (N = 23-26cm)
Distantia cristarum (N = 26-29 cm)
Conjungtiva externa/boudelogue (N = 18-20 cm)
Lingkar panggul (N = 80-90 cm)
Distantia spina illiaca posterior superior (N = 8-10 cm)
Distantia tuberum (N = 10,5-11 cm)
2) Pengukuran panggul dalam, meliputi :
Promotorium (N = tidak teraba)
Linea inominata (N = teraba 2/3 bagian)
Sacrum ( N = cekung)
Spina ischiadica (N = menonjol)
Arcus pubis ( N = > 900)
3) Pemeriksaan laboratorium
 Urine Albumin
Untuk mengetahui kemungkinan adanya kelainan pada air kemih,
missal : gejala pre-eklampsia, penyakit ginjal, radang kandung
kencing.
 Urine Reduksi
Untuk mengetahui kadar glukosa dalam urine, sehingga dapat
mendeteksi penyakit DM pada ibu hamil yang merupakan
faktor risiko dalam kehamilan maupun persalinan.
 Haemoglobin
Untuk mendeteksi adanya anemia, bila Hb kurang dari 10 gr%.
(normalnya : 11gr%)
e. USG
Untuk mengetahui keadaan janin, letak janin, usia kehamilan dan
perkiraan persalinan.
f. Pola kebiasaan sehari-hari
1. Nutrisi
Perlu disampaikan bagaimana pemenuhan nutrisi selama hamil,
apakah sudah selesai kebutuhan ibu hamil.
2. Eliminasi
Bagaimana pola BAB, konstipasi merupakan hal yang umum selama
kehamilan karena aksi hormonal yang mengurangi gerakan
peristaltik usus dan pembesaran uterus yang menahannya. Sering
kencing merupakan hal umum yang terjadi selama bulan pertama
dan terakhir masa kehamilan karena rongga perut dipenuhi oleh
pembesaran uterus.
3. Istirahat
Waktu istirahat lebih lama ± 10-11 jam untuk wanita hamil.
Istirahat hendaknya diadakan pula waktu siang hari
4. Aktivitas
Bagi ibu hamil pekerjaan rumah tangga dapat dilaksanakan, bekerja
sesuai kemampuan dan makin dikurangi semakin tuanya kehamilan.
5. Personal hygiene
Kebersihan tubuh merupakan salah satu pokok-pokok yang perlu
diperhatikan dalam hygiene kehamilan meliputi : kebersihan mulut,
Pemeliharan gigi, kebersihan tubuh, kulit, muka dan kebersihan pakaian
luar dan dalam.
6. Seksual
Perlu ditanyakan untuk mengetahui masalah yang terjadi selama
kehamilan, berapa kali dalam seminggu melakukannya.
1.3.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut Marliana & Hani (2018) dan Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017)
diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus, sebagai berikut:
1. Nausea berhubungan dengan perasaan tidak nyaman yang mengakibatkan
mual/muntah karena kehamilan, aroma yang tidak sedap, rasa
makanan/minuman yang tidak enak, dan faktor fisiologis.
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, peningkatan kebutuhan metabolisme,
faktor psikologis.
3. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan mual/muntah secara
berlebihan
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan diagrafma tertekan
5. Nyeri akut berhubungan dengan perubahan fisiologis pada abdomen
1.3.3 Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI, 2018) meliputi :
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi

Setelah diberikan asuhan Menajemen Mual (SLKI I.03117 Hal. 197)


1. Nausea b.d perasaan tidak
keperawatan selama waktu Observasi :
nyaman yang dapat
tertentu diharapkan tingkat 1. Identifikasi pengalaman mual
meakibatkan muntah
nausea menurun. 2. Indentifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup (mis. nafsu
karena kehamilan, aroma
Kriteria hasil : SLKI (L.08065 makan)
yang tidak sedap, rasa
Hal. 144) 3. Monitor mual (mis. frekuensi, durasi, dan tingkatkeparahan)
makanan/minuman yang
1. Nafsu makan meningkat 4. Monitor asupan nutrisi dan kalori
tidak enak, dan faktor
2. Keluhan mual menurun Terapeutik :
fisiologis.
3. Perasaan ingin muntah 1. Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual (mis. bau tidak sedap)
menurun 2. Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual (mis. kecemasan
dankelelahan)
3. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
4. Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau dan tidak
berwarna, jika perlu
Edukasi :

46
1. Anjurkan istirahat dan tidur yangcukup
2. Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendahlemak.
3. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi untuk mengatasimual.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu
2.Defisit nutrisi b.d Setelah diberikan asuhan Manajemen Nutrisi (SIKI I.03119 Hal. 200)
kurangnya asupan keperawatan selama waktu Observasi :
makanan,ketidakmampuan tertentu diharapkan status nutrisi 1. Identifikasi status nutrisi
mencerna makanan, membaik 2. Identifikasi makanan yang disukai
peningkatan kebutuhan Kriteria hasil : SLKI (L.03030 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
metabolisme. Hal.121) 4. Monitor asupan makanan
1. Verbalisasi keinginan untuk Terapeutik :
meningkatkan nutrisi 1. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
meningkat 2. Berikan makan tinggi serat untuk mencegahkonstipasi
2. Pengetahuan tentang pilihan 3. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
makanan yang sehat 4. Berikan suplemen makanan, jika perlu
meningkat Edukasi :
3. Sikap terhadap makanandan 1. Ajarkan diet yang diprogramkan
minuman sesuai dengan Kolaborasi :

47
tujuan kesehatan meningkat 1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
4. Nafsu makan membaik antiemetik), jikaperlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
3.Resiko ketidakseimbangan Setelah diberikan asuhan Pemantauan Elektrolit (SIKI L.03122 Hal.240)
elektrolit b.d mual/muntah Keperawatan selama waktu Observasi
secara berlebihan tertentu diharapkan 1. Identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit
keseimbangan elektrolit dalam 2. Monitor kadar elektrolitserum
batas normal. 3. Monitor mual,muntah
Kriteria hasil : SLKI (L.03021 Terapeutik
Hal. 42) 1. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisipasien
1. Serum natrium membaik 2. Dokumentasi hasil pemantauan
2. Serum kalium membaik Edukasi
1. Serum klorida membaik 1. Jelaskan tujuan waktu pemantauan sesuai dengan kondisipasien
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

48
4. Pola nafas tidak efektif Setelah diberikan asuhan Manajaemen jalan nafas (SIKI, I. 01011, Hal
berhubungan dengan keperawatan selama waktu 186)
diagrafma tertekan tertentu diharapkan pola nafas Observasi:
membaik 1. Monitor pola nafas (Frekuensi, kadalaman,
Kriteria hasil: usaha nafas)
Pola nafas (SLKI, L.01004, 2. Monitor bunyi nafas tambahan (mis. Gurgling,
Hal 95) mengi, wheezing, ronkhi kering)
1. Dispnea menurun (5) Terapeutik:
2. Penggunaan otot bantu 1. Lakukan fisioterapi dada , jika perlu
nafas menurun (5) 2. Berikan oksigen, jika perlu
3. Frekuensi nafas membaik Edukasi:
(5) 1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/ hari, jika
4. Kedalaman nafas membaik tidak kontraindikasi
(5) Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran

49
5. Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan asuhan Manajemen nyeri: (SIKI, I. 08238, Hal 201)
dengan perubahan keperawatan selama waktu Observasi:
fisiologis pada abdomen tertentu diharapkan tingkat 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
nyeri menurun dengan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Kriteria Hasil: 2. Identifikasi skala nyeri
Tingkat nyeri (SLKI, L. 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
08066, Hal 145) 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
1. Keluhan nyeri menurun (5) memperingan nyeri
2. Meringis menurun (5) 5. Monitor efek samping penggunaan analgetik
3. Gelisah menurun (5) Terapeutik:
4. Pola nafas membaik (5) 1. Berikan teknis nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/ dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi:

50
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgenik secara tepat
5. Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

51
6. Risiko ketidakefektifan Setelah diberikan asuhan
proses kehamilan keperawatan selama waktu
(Melahirkan) tertentu diharapkan
berhubungan dengan
kehamilan beresiko

52
1.1.1 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah ketagori dari perilaku keperawatan,
karena perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan. Menurut Haryato (2017)
implementasi keperawatan adalah ketagori sebagai perilaku perawat yang
berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk
menentukan masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan perencanaan dan
kriteria hasil yang telah ditentukan dengan cara mengawasi dan mencatat
respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Tujuan
dari pelaksanaan/implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
1.1.1 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.Tahap evaluasi
menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkan dan
respon pasien terhadap keefektifan intervensi keperawatan, kemudian
mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Tujuan dari evaluasi ini adalah
untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik
atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.

53
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN

I. IDENTITAS KLIEN & PENANGGUNG JAWAB


A. Identitas Klien
Nama : Ny. M
Tempat / tanggal lahir : Palangka Raya, 14 Juni 1990
Agama : Islam
Suku Bangsa : Banjar
Pendidikan terakhir :-
Pekerjaan : IRT
Golongan Darah :-
Alamat : JL. Ahmad Yani
Diagnosa Medis : G3 P2 A0
Penghasilan Per Bulan :-
Tanggal Masuk RS : 06 November 2021
Tanggal Pengkajian : 06 November 2021
Nomor Rekam Medik : 57xxxxxx
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. H
Umur :-
Jenis Kelamin : Laki- laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Banjar
Pendidikan terakhir :-
Pekerjaan :-
Golongan Darah :-
Alamat : JL. Ahmad Yani
Hubungan dengan Klien : Suami
II. STATUS KESEHATAN
1. Alasan Kunjungan / Keluhan Utama : Klien mengatakan merasa mual-
mual dan pusing
2. Riwayat Kesehatan Sekarang (PQRST) :
Pada hari senin tanggal 06 November 2021 Ny. M dibawa ke puskemas oleh
suami pada pukul 08.30 WIB. Ny. M sedang hamil trimester II (17 Minggu).
Pasien mengatakan belakangan ini merasakan mual- mual dan merasa ingin
muntah, pasien juga mengatakn kadang- kadang merasa pusing. Hasil pengkajian
menunjukkan keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD: 100/ 50
mmHg, BB: 40 Kg, TB: 148 Cm, LILA: 22 Cm, Hasil palfasi: TFU: 3 Jari
dibawah umbilikus atau pusar.
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu / Yang Pernah Dialami :

54
Pasien mengatakan sudah pernah hamil dan ini merupakan kehamilan ketiganya,
pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :

Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit
sebelumnya.

III. RIWAYAT OBSTETRIC DAN GINEKOLOGI


Riwayat Ginekologi:
a. Riwayat Menstruasi :
Menarche : 12 Tahun
Siklus : Teratur 28 Hari
Lamanya Haid : 3-5 Hari
Banyaknya : 3-4 x/hari ganti pembalut
Sifat Darah (warna, bau, cair/gumpalan, dysmenorhoe) : -
Gangguan sewaktu menstruasi : Tidak ada gangguan
Gejala pre menstruasi : Nyeri bagian perut bawah dan pinggang
HPHT : 05 Juli 2021
Taksiran Persalinan : 12 Maret 2022
b. Riwayat Perkawinan (suami dan isteri) :
Usia Pernikahan : 23 Tahun
Lamanya Pernikahan : 8 Tahun
Pernikahan Ke : 1 (Satu)
c. Riwayat Keluarga Berencana :
Jenis kontrasepsi apa yang digunakan sebelum hamil : Pil KB
Waktu dan lamanya penggunaan : 3 Tahun
Apakah ada masalah dengan cara tersebut : Tidak ada masalah
Jenis, kontrasepsi yang direncanakan setelah persalinan sekarang : KB Suntik
Berapa jumlah anak yang direncanakan oleh keluarga : 3 Anak
Riwayat Obstetri :
a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : G3 P2 A0

Masalah
Tgl Umur Jenis Tempat/ Jenis Keadaan
No BB Ha La Nif Ba
partus hamil partus Penolong kelamin Anak
mil hir as yi
1. Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
2. Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
3. Hamil ini 17 minggu

Keterangan :
 Masa hamil : tekanan darah tinggi, bengkak, infeksi saluran
perkemahan, perdarahan, premature, dll

55
 Masalah Lahir/persalinan : SC atas indikasi Tidak dilakukan,
perdarahan, kejang-kejang, dll
 Masalah Nifas : perdarahan, infeksi, anemia, dll
 Masalah bayi : pernapasan, makanan, ikterus, cacat, meninggal
dalam kandungan, meninggal setelah lahir, dll
 Keadaan Anak : hidup / mati, sebab kematian :
b. Riwayat Kehamilan Sekarang
 Amenorhoe : Tidak ada
 Keluhan waktu hamil : Mual dan kadang- kadang pusing
 Gerakan anak pertama di rasakan : -
 Imunisasi : Lengkap
 Penambahan BB selama hamil : 4 Kg
 Pemeriksaan kehamilan : teratur / tidak
 Tempat pemeriksaan dan hasil pemeriksaan :

56
IV. PEMERIKSAAN FISIK
Subjektif Objektif

a. Keadaan Suhu : 36,70C


Umum Nadi: 80 x/menit
BB sebelum hamil : 36 kg Tekanan Darah :100/50 x/menit
BB : 40 kg
Tinggi Badan : 148 cm
LILA: 22 Cm
Kesadaran : Composmentis
Turgor Kulit : Baik

Bentuk kepala simetris, rambut hitam


b. Kepala tidak rontok, tidak ada benjolan, tidak
ada nyeri tekan

Wajah tampak pucat, Tampak simetris,


c. Muka Adanya hyperpigmentasi, Adanya
Rasa bengkak? : Tidak ada Cloasma gravidarum, Tidak adanya
Edema.

Mukosa mulut & bibir : Tampak Kering


d. Mulut Keadaan gigi : Lengkap/ normal tidak
Keluhan : Tidak ada ada karies
Fungsi Pengecapan : Normal
Keadaan Mulut : Bersih
Fungsi menelan : Normal

Ukuran pupil : 2-4 mm


e. Mata Konjungtiva : Merah muda
Keluhan : Tidak ada Sklera : Putih
Fungsi Penglihatan : Normal

Reaksi alergi : Tidak ada


f. Hidung Pernah flu : Tidak ada
Keluhan : Tidak ada Frekuensinya dalam 1 tahun : Tidak ada
Perdarahan/peradangan : Tidak ada
Keadaan/kebersihan : Bersih

Keadaan : Normal dan bersih


g. Telinga Fungsi pendengaran : Normal
Keluhan : Tidak ada
Pembesaran kel.Tyroid : Tidak
57
h. Leher ditemukan
Pembengkakan : Tidak ada Distensi vena jugularis : Tidak
ditemukan
Pembesaran KGB : Tidak ada

Sesak napas : Tidak ada


i. Daerah Batuk : Tidak ada
dada Sakit dada : Tidak ada
Jantung dan paru-pa ru : Tidak ada Suara napas : Normal
Bunyi jantung : Lup- dup

Palpitasi :-

Payudara : Pemeriksaan Leopold I: TFU 3 Jari


dibawah umbilikus atau pusat (12 cm)
j. Abdome
n Normal, bagian reproduksi pasien
tidak tampak adanya kemerahan,
tidak ada gatal- gatal, tidak ada
k. Genitalia perdarahan, tidak ada fluor albus,
Eksterna clitoris tidak menonjol, labia
lengkap, uretra normal, kebersihan
baik.

Bagian anus pasien tampak tidak ada


kemerahan, tidak ada hemoroid,
bersih, integritas kulit baik, tidak ada
edema
l. Anus

Tidak ada edema pada ekstremitas atas


dan bawah

Ukuran panggul luar : Tidak dilakukan


m. Ekstremi
- Distantia spinarum : Tidak
tas atas dan bawah
dilakukan
- Distantia cristarum : Tidak
dilakukan
n. Pemeriks
- Conjugata externa : Tidak
aan Panggul
dilakukan
- Lingkar panggul : Tidak
dilakukan

58
Ukuran panggul dalam : Tidak
dilakukan
- Promonotorium : Tidak
dilakukan
- Linea inominata : Tidak
dilakukan
- Dinding samping : Tidak
dilakukan
- Spina Ischiadika : Tidak
dilakukan
- Sacrum : Tidak dilakukan

- CV : Tidak dilakukan
CD : Tidak dilakukan

V. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI


1. Pola Nutrisi :

Pola makan 2× Sehari, Pasien mengatakan tidak nafsu makan


karena setiap hendak makan dan mencium bau aroma makanan
pasien mual.

Masalah Keperawatan: Defisit nutrisi


2. Pola Eliminasi
a. Buang Air Kecil (BAK) :
5-8 × sehari, warna kuning jernih, bau khas amoniak.
b. Buang Air Besar (BAB) :
1× sehari, berwarna kuning, memiliki bau yang khas, konsistensi lembek
3. Pola tidur dan istirahat :
Waktu tidur siang dan malam, lama tidur/ hari : siang 1-2 jam, malam 7-8 jam.
4. Pola aktivitas dan latihan :
kegiatan dalam pekerjaan pasien hanya menyapu dan memasak dan pekerjaan
lainnya dibantu oleh anak dan suaminya, pasien olah raga seperti jalan - jalan
sekitar rumah
5. Personal Hygiene :
Kulit : Lembab
Rambut : Bersih, tidak rontok dan tidak ada ketombe
Mulut & Gigi : Bersih
Pakaian : Rapi
Kuku : Bersih dan pendek
Vulva Hygiene : Baik
6. Ketergantungan fisik :
Merokok : Tidak dilakukan
Minuman Keras : Tidak dilakukan
Obat-obatan : Tidak dilakukan
59
Lain-lain : Tidak dilakukan
VI. ASPEK PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL
1. Pola pikir dan persepsi
a. Apakah ibu telah mengetahui cara memberi ASI dan
merawat bayi ?
Iya, Klien mengatakan Sudah mengetahui cara memberikan ASI dan
Merawat Bayi yang baik dan benar
b. Apakah klien merencanakan pemberian ASI pada
bayinya ?

Iya, Klien mengatakan sudah mengetahui cara memberikan ASI dan


merawat bayi yang baik dan benar. Klien dan suami merencanakan
pemberian ASI pada bayi agar bayi bisa tumbuh sehat dan kuat
c. Jenis kelamin yang diharapkan ?

Klien dan suami mengatakan anak laki-laki atau perempuan sama saja yang
penting sehat.
d. Siapa yang membantu merawat bayi di rumah ?

Klien mengatakan akan merawat sendiri dibantu oleh suami, anak- anak
e. Apakah hamil ini diharapkan ?
Klien mengatakan kehamilan ini sangat diharapkan
2. Persepsi diri

 Hal yang amat di pikirkan saat ini : Pasien mengatakan ingin anak yang di
lahirkan sehat.
 Harapan setelah menjalani perawatan : Pasien mengatakan ingin dirinya dan
bayi sehat sesuai harapan sampai persalinan.
 Perubahan yang dirasa setelah hamil : Pasien mengatakan badan
sedikit gemuk
3. Konsep diri

 Body image : Pasien menghargai keadaanya sekarang karena kehamilan


adalah suatu hal yangistimewa.
 Peran : Pasien menyadari bahwa dirinya adalah
seorang istri dan ibu
 Ideal diri : Pasien mampu menjadi istri yang baik untuk
suami dan ibu yang baik untuk anak- anaknya
 Identitas diri : Pasien berperan sebagai ibu rumah tangga
 Harga diri : Pasien mengatakan bangga pada dirinya sendiri dan
tidak malu dengan kehamilannya
4. Hubungan/ komunikasi
 Bicara : jelas/relevan/mampu mengekspresikan/mampu mengerti
orang lain?
 Bahasa utama : Indonesia
 Bahasa daerah : Banjar
60
 Yang tinggal serumah : Suami dan anak- anak
 Adat istiadat yang di anut : Adat Banjar
 Yang memegang peranan penting dalam keluarga : Suami
 Motivasi dari suami : Tetap semangat dan jaga kesehatan
 Apakah suami perokok : Tidak
 Kesulitan dalam keluarga : Tidak ada kesulitan
5. Kebiasaan seksual
 Gangguan hubungan seksual : Tidak ada
 Pemahaman terhadap fungsi seksual : Sangat tahu dan paham
6. Sistem Nilai – Kepercayaan
 Siapa dan apa sumber kekuatan : Allah SWT dan doa
 Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan penting untuk anda : Sangat
penting
 Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam dan
frekuensi) : Sholat 5 waktu
 Sebutkan kegiatan agama atau kepercayaan yang ingin dilakukan
selama di RS: Sholat dan berdoa
VII.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah
 HB : Tidak dilakukan
 Golongan Darah/Rh : Tidak dilakukan
 Gula Darah : Tidak dilakukan
 Leukosit : Tidak dilakukan
 VR/VDRL : Tidak dilakukan
2. Urine
 Protein : Tidak dilakukan
 Sedimen : Tidak dilakukan
 Reduksi : Tidak dilakukan
3. Pemeriksaan tambahan
 TTT/NST : Tidak dilakukan
 TTO/OCT : Tidak dilakukan
 USG : Tidak dilakukan
 Amnioscopy : Tidak dilakukan
 TORCH : Tidak dilakukan
 Rontgent : Tidak dilakukan

VIII. PENGOBATAN
Tidak dilakukan

Palangka Raya, 06 November 2021


Mahasiswa

61
Nemi Lestari

62
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS: Kehamilan Trimester II Neusea (SDKI, D.0076,
Pasien mengeluh mual Hal 170)
muntah dan merasa
pusing pada siang dan Peningkatan progesteron
malam, Pasien
mengatakan muntah jika
mencium bau ikan dan Tonus otot menurun
bawang putih.
DO:
- Pasien tampak pucat dan Mual Muntah
lemah
- Konjungtiva tampak
anemis Neusea
- Mukosa pasien tampak
kering
- UK: 17 Minggu
- TFU: 3 Jari dibawah
umbilikus atau pusar.
- TTV:
- TD: 100/ 50 mmHg
- BB: 40 Kg
- TB: 148 Cm
- LILA: 22 Cm

DS: Mual, muntah, nafsu makan Defisit nutrisi (SDKI,


menurun D.0019, Hal 56)
Pasien mengatakan tidak
nafsu makan karena setiap
hendak makan dan
Kurang asupan makanan
mencium bau aroma
makanan pasien mual.

Defisit nutrisi
DO:
- Berat badan menurun
minimal 10% dibawah
rentang ideal
- Membran mukosa pucat
BB: 40 kg
LILA: 22 cm

63
PRIORITAS MASALAH
1. Neusea berhubungan dengan kehamilan ditandai dengan pasien mengeluh mual
muntah dan merasa pusing pada kehamilannya. Pasien tampak pucat dan lemah,
konjungtiva tampak anemis, mukosa pasien tampak kering, UK: 17 Minggu, TFU: 3
Jari dibawah umbilikus atau pusar. TTV: TD: 100/ 50 mmHg, BB: 40 Kg, TB: 148
Cm, LILA: 22 Cm

2. Defisit nutrisi bergubungan dengan tidak nafsu makan ditandai dengan Pasien
mengatakan tidak nafsu makan karena setiap hendak makan dan mencium bau aroma
makanan pasien mual. Berat badan pasien menurun dan membran mukosa pucat. BB:
40 kg, LILA: 22 cm

64
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. M
Ruang Rawat : KIA Puskesmas Pahandut
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
1. Neusea berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Mual (SIKI, I. 03117, Hal 197)
1. Mengatahui faktor yang memungkinkan
kehamilan Trimester II ditandai keperawatan selama 1x20 menit Observasi:
terjadinya mual
dengan pasien mengatakan diharapkan tingkat nausea menurun. 1. Identifikasi pengalaman mual
2. Mengidentifikasi pengaruh mual terhadap
merasa mual dan ingin muntah Dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup
kualitas hidup pasien
serta merasa pusing pada Tingkat Neusea (SLKI, L.12111, (mis. Nafsu makan, aktivitas, kinerja, tanggung
3. Menjaga nutrisi pasien tetap terpenuhi dan
kehamilannya saat ini Hal 144) jawab peran, dan tidur)
mencegah terjadinya mual dan muntah
1. Nafsu makan meningkat (5) 3. Monitor asupan nutrisi dan kalori
yang berkelanjutan
2. Keluhan mual menurun (5) Terapeutik:
4. Meminimalkan dampak yang
3. Perasaan ingin muntah menurun 4. Kendalikan faktor lingkunngan penyebab mual
mengakibatkan mual
(5) (mis. Bau tak sedap, suara dan rangsangan visual
4. Pucat membaik (5) yang tidak meyenangkan) 5. Menjaga nutrisi tetap terpenuhi dan
5. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik mencegah terjadinya mual dan muntah
Edukasi: yang berkelanjutan
6. Anjurkan istirahat dan tidur cukup 6. Membuat pasien jadi lebih baik dan
7. Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika melupakan mual
merangsang mual 7. Menjaga nutrisi tetap terpenuhi.
8. Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah 8. Membuat pasien menjadi lebih baik dan

65
lemak rileks
9. Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk 9. Berkolaborasi dengan tenaga medis yang
mengatasi mual lain jika perlu.
Kolaborasi:
10. Kolaborasi pemberian antiemietik, jika perlu

2. Defisit nutrisi bergubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi (SIKI, I. 03119, Hal 200) 1. Untuk mengetahui status nutrisi klien
dengan tidak nafsu makan keperawatan selama 1x20 menit Observasi: sehingga dapat menentukan intervensi yang
ditandai dengan Pasien diharapkan status nutrisi membaik. 1. Identifikasi status nutrisi diberikan
mengatakan tidak nafsu makan Dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi makanan yang disukai 2. Agar nafsu makan pasien bertambah
karena setiap hendak makan dan Status nutrisi (SLKI, L. 03030, Hal 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien 3. Agar dapat menambah berat badan klien
mencium bau aroma makanan 121) 4. Monitor asupan makanan 4. Agar nafsu makan klien meningkat
pasien mual. 1. Porsi makanan yang dihabiskan 5. Monitor berat badan 5. Membantu dalam identifikasi malnutrisi
meningkat (5) 6. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium protein- kalori, khususnya bila berat badan
2. Perasaan cepat kenyang menurun Terapeutik: kurang dari normal
(5) 7. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu 6. Agar dapat memenuhi asupan makanan
3. Berat badan membaik (5) 8. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang klien
4. Indeks massa tubuh membaik (5) sesuai 7. Agar pasien tidak mual dan muntah
5. Frekuensi makan membaik (5) 9. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah 8. Untuk meningkatkan nafsu makan klien
6. Nafsu makan membaik (5) konstipasi 9. Untuk mencegah konstipasi pada klien
66
7. Membran mukosa membaik (5) 10. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein 10. Untuk meningkatkan pembentukan masa
11. Berikan suplemen makanan, jika perlu otot
Edukasi: 11. Agar nafsu makan klien meningkat
12. Anjurkan posisi duduk, jika perlu 12. Agar klien merasa nyaman saat makan
Kolaborasi: 13. Untuk meredakan nyeri jika klien
13. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan mengeluh nyeri
(mis. Pereda nyeri, antiemetik) jika perlu 14. Untuk mengetahui makanan apa yang
14. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan tepat untuk klien
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika
perlu

67
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda Tangan dan


Nama Perawat

Sabtu, 06 November Diagnosa : Nausea S:


2021, Pukul 09.00 WIB 1. Menganjurkan istirahat dan tidur yang cukup Pasien mengatakan mual dan muntah serta pusing sudah berkurang
2. Menganjurkan sering membersihkan mulut, O:
kecuali jika merangsang mual (Gosok gigi)  Istirahat dan tidur pasien tampak normal (7-9 jam/ hari) Nemi Lestari
3. Menganjurkan makanan tinggi  Perasaan mual pasien berkurang
karbohidrat dan rendah lemak. (Olahan susu,
− TTV
buah, kacang- kacangan, dan sayuran)
− TD : 100/50 mmHg.
4. Mengajarkan penggunaan teknik
− BB : 40 kg
nonfarmakologi untuk mengatasi mual.
− TB : 148 cm
− LILA : 22 cm
A:
Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi No 3,4,7,8 dan 9

1. Memonitor asupan nutrisi dan kalori


2. Mengendalikan faktor lingkungan penyebabmual.
3. Menganjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendahlemak.
68
4. Mengajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi untuk
mengatasi mual.
5. Berkolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu

Sabtu, 06 November Diagnosa: Defisit nutrisi S: Pasien mengatakan nafsu makannya sudah membaik
2021, Pukul 09.00 WIB 1. Mengidentifikasi status nutrisi O:
2. Mengidentifikasi makanan yang disukai - Nafsu makan pasien meningkat
3. Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan jenis - Frekuensi makan pasien 3× sehari
nutrien - Berat badan pasien bertambah (bb ideal 52, 7 kg)
4. Memonitor asupan makanan - BB: 40 kg
5. Memonitor berat badan - LILA: 22 CM (LILA normal lebih dari 23,5)
6. Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14
7. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
8. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
9. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
10. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
11. Berikan suplemen makanan, jika perlu
12. Anjurkan posisi duduk, jika perlu
13. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
69
antiemetik) j ika perlu
14. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

70
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penulis melakukan asuhan keperawatan pada Ny. M di ruangan KIA
Puskesmas Pahandut Jl. Letkol Darmosugondo No. 1 Palangka Raya dengan
diagnosa G3 P2 A0 hari ke 1, perlu kiranya dilakukan pembahasan untuk
mengetahui perbedaan antara teori dan praktek dilapangan.
4.1 Pengkajian
Klien bernama Ny. M berumur 31 tahun dirawat di ruangan KIA
Puskesmas Pahandut dengan diagnosa G3 P2 A0, penulis melakukan
pengkajian pada tanggal 06 November 2021 pada jam 09.00 WIB.
Didapatkan data subjektif yaitu pasien mengeluh mual muntah dan merasa
pusing pada kehamilannya. Pasien tampak pucat dan lemah, konjungtiva
tampak anemis, mukosa pasien tampak kering, UK: 17 Minggu, TFU: 3 Jari
dibawah umbilikus atau pusar. TTV: TD: 100/ 50 mmHg, BB: 40 Kg, TB:
148 Cm, LILA: 22 Cm.

Pengaruh estrogen dan progesterone terjadi pengeluaran asam


lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang terjadi
terutama pada pagi hari yang disebut morning sickness. Dalam batas
tertentu hal ini masih fisiologis tetapi bila terlampau sering dapat
menyebabkan gangguan kesehatan yang disebut dengan hyperemesis
gravidarum.
Perasaan mual ini terjadi akibat peningkatan kadar hormon estrogen dan
HCG dalam serum. Pada Ibu hamil yang mengalami mual dan muntah
berlebihan (>7x dalam sehari) maka disebut dengan hiperemesis
gravidarum. Keadaan yang disertai dengan kondisi ibu yang lemah, tidak
selera makan, penurunan berat badan, dan nyeri uluh hati kemungkinan
suatu tanda ibu hamil mengalami penyakit berat.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialami baik
yang berlangsung actual maupun potensia. Diagnosis kepeawatan bertujuan

71
untuk mengidentifikasi respon klien individu, kleurga dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. (SDKI)
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny. M adalah:
1. Neusea berhubungan dengan kehamilan Trimester II ditandai dengan
pasien mengatakan merasa mual dan ingin muntah serta merasa pusing
pada kehamilannya saat ini.
Neusea adalah perasaan tidak nyaman pada bagian belakang tenggorok
atau lambung yang dapat mengakibatkan muntah. Gejala dan tanda
mayor yang dapat ditemukan berupa data subjektif yaitu pasien
mengeluh mual, merasa ingin muntah, dan tidak berminat makan. Untuk
gejala dan tanda minor data objektif yaitu pasien tampak pucat. (SDKI,
D.0076, Hal 170)
Diagnosa ini diangkat oleh penulis karena saat mengkaji didapatkan data
yaitu: Pasien mengeluh mual muntah dan merasa pusing pada siang dan
malam, Pasien mengatakan muntah jika mencium bau ikan dan bawang
putih.
Penulis memprioritas masalah dengan diagnosa Neusea berhubungan
dengan kehamilan Trimester II ditandai dengan pasien mengatakan
merasa mual dan ingin muntah serta merasa pusing pada kehamilannya
saat ini. Diagnosa ini diangkat untuk yang pertama karena pasien
mengeluh mual muntah, hal ini tentu sangat mempengaruhi kesehatan
ibu hamil.
2. Defisit nutrisi bergubungan dengan tidak nafsu makan ditandai dengan
Pasien mengatakan tidak nafsu makan karena setiap hendak makan dan
mencium bau aroma makanan pasien mual.
Defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebetuhan metabolisme. Gejala dan tanda minor pada data subjektif
yaitu pasien mengatakan nafsu makannya menurun, gejala dan tanda
pada data objektif minor yaitu membran mukosa pucat. Sedangkan gejala
dan tanda mayor pada data objektif yaitu berat badan menurun minimal
10% dibawah rentang ideal. (SDKI, D.0019, Hal 56)
Diagnosa ini diangkat karena saat penulis melakukan pengkajian

72
didapatkan data yaitu: Pasien mengatakan tidak nafsu makan karena
setiap hendak makan dan mencium bau aroma makanan pasien mual.
Untuk prioritas masalah dengan diagnosa Defisit nutrisi berhubungan
dengan tidak nafsu makan ditandai dengan Pasien mengatakan tidak
nafsu makan karena setiap hendak makan dan mencium bau aroma
makanan pasien mual. Diagnosa ini diangkat untuk yang kedua karena
pasien tidak nafsu makan dapat mengakibatkan berat badan pasien
menurun dan kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi.
4.3 Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan I: Neusea
Manajemen Mual (SIKI, I. 03117, Hal 197)
Observasi:
1. Identifikasi pengalaman mual
2. Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup (mis. Nafsu makan,
aktivitas, kinerja, tanggung jawab peran, dan tidur)
3. Monitor asupan nutrisi dan kalori
Terapeutik:
4. Kendalikan faktor lingkunngan penyebab mual (mis. Bau tak sedap, suara
dan rangsangan visual yang tidak meyenangkan)
5. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
Edukasi:
6. Anjurkan istirahat dan tidur cukup
7. Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika merangsang mual
8. Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah lemak
9. Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi mual
Kolaborasi:
10. Kolaborasi pemberian antiemietik, jika perlu
2. Diagnosa Keperawatan II: Defisit Nutrisi
Manajemen nutrisi (SIKI, I. 03119, Hal 200)
Observasi:
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi makanan yang disukai

73
3. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
4. Monitor asupan makanan
5. Monitor berat badan
6. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik:
7. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
8. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
9. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
10. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
11. Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi:
12. Anjurkan posisi duduk, jika perlu
Kolaborasi:
13. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik) jika perlu
14. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
4.4 Implementasi Keperawatan

1. Neusea berhubungan dengan kehamilan Trimester II


Tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnose ini adalah menganjurkan
istirahat dan tidur yang cukup, menganjurkan sering membersihkan mulut,
kecuali jika merangsang mual (Gosok gigi), menganjurkan makanan
tinggi karbohidrat dan rendah lemak. (Olahan susu, buah, kacang-
kacangan, dan sayuran), mengajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi
untuk mengatasi mual.
Kekuatan dari tindakan ini adalah bekerja sama dengan pasien untuk
mengurangi mual dan muntah. Kelemahannya adalah tidak semua anjuran
yang diberikan dapat dilakukan oleh pasien.
2. Defisit nutrisi bergubungan dengan tidak nafsu makan
Tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa ini adalah mengidentifikasi
status nutrisi, mengidentifikasi makanan yang disukai, mengidentifikasi
kebutuhan kalori dan jenis nutrien, memonitor asupan makanan, memonitor

74
berat badan, memonitor hasil pemeriksaan laboratorium.
Kekuatan dari tindakan ini adalah dilakukan dengan baik oleh pasien.
Kelemahan dari tindakan ini adalah terkadang klien tidak bisa diajak untuk
bekerja sama dalam melakukan tindakan yang sudah diberikan.
4.5 Evaluasi
1. Neusea berhubungan dengan kehamilan Trimester II
Kriteria hasil untuk diagnose diatas adalah Nafsu makan meningkat, Keluhan
mual menurun, Perasaan ingin muntah menurun, Pucat membaik.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diperoleh hasil subjektif: Pasien


mengatakan mual dan muntah serta pusing sudah berkurang. Objektif:
Istirahat dan tidur pasien tampak normal (7-9 jam/ hari), Perasaan mual
pasien berkurang TTV: TD : 100/50 mmHg, BB : 40 kg, TB : 148 cm, LILA :
22 cm. Hal tersebut menandakan diagnose pertama teratasi sebagian sehingga
tindakan perlu dilanjutkan sampai pasien tidak merasa mual dan muntah lagi.
2. Defisit nutrisi bergubungan dengan tidak nafsu makan
Kriteria hasil untuk diagnosa diatas adalah porsi makanan yang dihabiskan
meningkat, perasaan cepat kenyang menurun, berat badan membaik, indeks
massa tubuh membaik, frekuensi makan membaik, nafsu makan membaik,
membran mukosa membaik.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diperoleh hasil subjektif: Pasien
mengatakan nafsu makannya sudah membaik. Objektif: nafsu makan pasien
meningkat, frekuensi makan pasien 3× sehari, berat badan pasien bertambah
(bb ideal 52, 7 kg), BB: 40 kg, LILA: 22 CM (LILA normal lebih dari 23,5).
Hal tersebut menandakan diagnosa kedua teratasi sebgian, sehingga tindakan
perlu dilanjutkan sampai berat badan pasien bertambah.

75
BAB V
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah (normal) yang


dialami oleh setiap wanita. Kehamilan merupakan sebagai fertilisasi atau
penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. Apabila dihitung dari fase fertilitas hingga lahirnya bayi,
lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari haid pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3
periode triwulan/trimester (Nugroho, 2014). Pada trimester pertama
dimulai dari hasil konsepsi dan belangsung dalam 13 minggu, pada
trimester kedua dimulai dari minggu ke-14 (minggu ke-14 sampai ke-27),
pada trimester ketiga dari minggu ke-13 (minggu ke-28 sampai ke-40)
(Evayanti, 2015)
Dalam melakukan pengkajian data didapatkan dari pasien, catatan
medis serta tenaga kesehatan lain. Hasil pengkajian pada hari Selasa, 09
November 2021 pukul 09.00 WIB pengkajian pada pasien dengan
diagnosa G3P2A0, pengkajian keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit terdahulu, pemeriksaan fisik muncul masalah nausea.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada laporan pendahuluan dan
asuhan keperawatan ini adalah: Nausea berhubungan dengan Kehamilan
TM II yang ditandai dengan pasien mengeluh mual dan merasa ingin
muntah serta pusing pada kehamilannya
Intervensi keperawatan pada laporan pendahuluan dan asuhan
keperawatan pasien dengan intranatal care yaitu : Menajemen Mual
dengan indentifikasi pengalaman mual, indentifikasi dampak mual
terhadap kualitas hidup (mis. nafsu makan), monitor asupan nutrisi dan
kalori, kendalikan faktor lingkungan penyebab mual (mis. bau tidak
sedap), berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik, anjurkan
istirahat dan tidur yang cukup, anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan
rendah lemak, ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi untuk
mengatasi mual, dan kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu.

76
Hasil evaluasi yang dilakukan pada hari Selasa, 09 November 2021
pukul 09.00 WIB Ny.M didapatkan hasil evaluasi pada diagnosa pertama
yaitu Nausea masalah keperawatan teratasi sebagian.
3.1 Saran
Dalam melakukan perawatan pasien dengan Antenatal Care hendaknya
dengan hati-hati, cermat dan teliti serta selalu menjaga kesterilan alat.
Perawat perlu mengetahui tanda gejala adanya yang membahayakan dalam
kehamilan trimester I, perawat harus mampu mengetahui kondisi pasien
secara keseluruhan sehingga intervensi yang diberikan bermanfaat untuk
kemampuan fungsional pasien, perawat harus mampu berkolaborasi
dengan tim kesehatan lain dan keluarga untuk mendukung adanya proses
keperawatan serta dalam pemberian asuhan keperawatan diperlukan
pemberian pendidikan kesehatan pada keluarga tentang penyakit, penyebab
mual/muntah, pencegahan, dan penanganannya.

77
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Herdman, T. Hether. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta. EGC
Padila. 2014. Buku Ajar keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Talo, Ignasius Manek. 2018. STUDI KASUS “ASUHAN KEPERAWATAN
ANTE NATAL CARE PADA NY. S DI PUSKESMAS BAKUNASE
KOTA KUPANG. Kupang: Poltekkes Kemenkes
Mariyona, K. (2019). Komplikasi dan Faktor Resiko Kehamilan di Puskesmas.
Menara Medika, 1(2).
Rosmawati Tibu, P., & Naningsih, H. (2017). PENGETAHUAN IBU HAMIL
TENTANG TANDA-TANDA BAHAYA DALAM KEHAMILAN DI
PUSKESMAS LEPO-LEPO KOTA KENDARI TAHUN 2017 (Doctoral
dissertation, Poltekkes Kemenkes Kendari).
SARAH, R. H. (2017). ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA
KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR (BBL), NIFAS DAN
PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY. P UMUR
30

TAHUN DI PUSKESMAS 1 KEMBARAN (Doctoral dissertation,


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO).

78
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Disusun Oleh:

Nemi Lestari

NIM: 2019.C.11a.1053
S1 Keperawatan Tingkat 3B

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2021/2022

79
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Pokok Bahasan : Pendidikan Kesehatan tentang Hiperemesis Gravidarum
Hari, tanggal : Selasa, 09 November 2021
Waktu : 20 Menit
Sasaran : Pasien dan Keluarga
Tempat : Ruang KIA Puskemas Pahandut
Penyuluh : Nemi Lestari

1. Tujuan Intruksional Umum

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 20 menit Ny.M


dapat menambah pengetahuan keluarga yang menunggu/menemani
klien di Ruang KIA dan keluarga klien dapat memahami tentang
penyakit Hiperemesis Gravidarum dan tindakan yang dialami pasien
agar dapat melakukan tindakan secara mandiri.
2. Tujuan Insruksional Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan selama 20 menit klien dan keluarga


dapat memahami dan mengetahui :
1. Definisi Hiperemesis Gravidarum

2. Penyebab Hiperemesis Gravidarum

3. Tanda dan Gejala Hiperemesis Gravidarum

4. Komplikasi Hiperemesis Gravidarum

5. Cara Mengatasi Hiperemesis Gravidarum

6. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum

3. Materi Penyuluhan (Terlampir)

1. Pengertian Hiperemesis Gravidarum

2. Penyebab Hiperemesis Gravidarum

3. Tanda dan Gejala Hiperemesis Gravidarum

80
4. Komplikasi Hiperemesis Gravidarum

5. Cara Mengatasi Hiperemesis Gravidarum

6. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum

4. Matode
1) Ceramah
2) Tanya Jawab
5. Media
1) Leaflet
Leaflet yang digunakan dalam media pendidikan kesehatan ini
dalam bentuk selebaran mengenai informasi pentingnya mengenai
penanganan dan pencegahan penyakit Hiperemesis Gravidarum.
6. Kegiatan Penyuluhan
Hari/Tanggal : Sabtu, 06 November 2021

Pukul :09.20-09.40WIB
Alokasi Waktu : 20 menit
No ahapan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Peserta Waktu

Pembukaan/ 1. Membuka kegiatan dengan 1. Menjawab salam


1. 1 menit
Pendahuluan mengucapkan salam 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri dan 3. Memperhatikan
menjelaskan tujuan dari tujuan
penyuluhan
3. Menyebutkan materi yang
akan diberikan.
4. Kontrak waktu penyampaian
materi
5. Mengkondisikan peserta
untuk berkonsentrasi

81
Pelaksanaan/ 1. Definisi Hiperemesis Menyimak seluruh 10 menit
2.
penyajian Gravidarum materi yang diberikan
2. Penyebab Hiperemesis
Gravidarum
3. Tanda dan Gejala Hiperemesis
Gravidarum
4. Komplikasi Hiperemesis
Gravidarum
5. Cara Mengatasi Hiperemesis
Gravidarum
6. Penatalaksanaan Hiperemesis
Gravidarum
Evaluasi/ penutup 1. Menyimpulkan 1. Menyimpulkan 6 men
3.
2. Menjawab pertanyaan 2. Memberi pertanyaan
3. Menanyakan pada peserta
tentang materi yang telah
diberikan, dan meminta
kembali peserta untuk
mengulang materi yang telah
disampaikan.
Terminasi 1. Mengucapkan terima kasih 1. Mendengarkan 1 men
atas perhatian peserta 2. Menjawab salam
2. Memberi salam penutup

82
7. Rencana Evaluasi

1) Evaluasi Struktur

1. Tempat dan alat sesuai rencana.

2. Peran dan tugas sesuai rencana.

3. Setting tempat sesuai dengan rencana.

2) Evaluasi Proses

1) Selama kegiatan semua peserta dapat mengikuti seluruh kegiatan.

2) Selama kegiatan semua peserta aktif.

3) Bagaimana berlangsungnya proses penyuluhan, ada hambatan atau tidak ada


hambatan, keaktifan keluarga Pasien dalam proses pembelajaran, tanya jawab
bisa hidup atau tidak.

3) Evaluasi Hasil

Keluarga pasien mampu mengetahui tentang penyakit Hiperemesis Gravidarum


dan cara mengatasi

MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Definisi Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan mual dan muntah yang berat
atau berlebihan dari 8x dalam 24 jam atau setiap saat. Maka dapat menimbulkan
gejala kekurangan cairan/dehidrasi, gangguan asam basa, dan gangguan
elektrolit sehingga mengganggu kesehatan dan aktivitas sehari (WHO, 2013)
Menurut Kardir et al (2019) hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual
dan muntah hebat lebih dari 10 kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat
menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau gangguan
elektrolit, sehingga menganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin
dalam kandungan
Hiperemesis gravidarum dapat mempengaruhi status kesehatan ibu serta
tumbuh kembang janin, pada kehamilan 16 minggu pertama 70-80% wanita
mengalami mual dan muntah, 60% wanita mengalami muntah, sementara 33%

83
wanita hanya mengalami mual. Apabila semua makanan yang dimakan
dimuntahkan pada ibu hamil, maka berat badan akan menurun, turgor kulit
berkurang dan timbul asetonuria.

2. Penyebab Hiperemesis Gravidarum

Menurut (Khayati, 2013) terdapat beberapa faktor penyebab hiperemesis


gravidarum, yaitu faktor predisposisi dan faktor lain, yaitu :
a. Faktor predisposisi

Sering ditemukan adalah primigravida, mola hidatisoda dan kehamilan ganda,


kondisi sebelum hamil, dan faktor genetik
b. Faktor organik

Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal, perubahan metabolik akibat


hamil, resistensi yang menurun dari pihak ibu danalergi.
c.Faktor psikologis

Pada faktor ini memegang peranan penting pada penyakit, karena rumah
tangga yang retak, hamil yang tidak diinginkan, takut terhadap kehamilan dan
persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai Ibu, peningkatan hormon
progesteron, estrogen dan HCG.
1. Tanda dan Gejala HiperemesisGravidarum

Klasifikasi dan tanda gejala Hiperemesis Gravidarum Menurut (Khayati, 2013) :

a. Tingkat I

1) Ibu merasalemah

2) Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum

3) Nafsu makan tidakada

4) Berat badan menurun, temperatur tubuhmeningkat

5) Nadi meningkat sekitar 100 per menit dan tekanan darah sistolik menurun
6) Turgor kulit mengurang

7) Lidah mengering mata cekung

8) Matacekung
84
9) Merasa nyeri pada epigastrium

b. Tingkat II

1) Ibu tampak lebih lemah dan apatis

2) Berat badanturun

3) Tensi turun, nadi kecil dan cepat

4) Suhu kadang-kadang naik

5) Mata sedikit ikterik dan cekung

6) Turgor kulit lebih mengurang

7) Lidah mengering dan tampak kotor

8) Hemokonsentrasi, oliguria, konstipasi

9) Aseton tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas
dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
c. Tingkat III

1) Keadaan umum lebih parah

2) Muntah berhenti

3) Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma

4) Nadi kecil dan cepat

5) Suhu meningkat

6) Tensi menurun

7) Mulut kering dan kotor, pernapasan bau aseton

8) Mata cekung dan timbulnya icterus


Menurut Bagus (2014) gejala klinik hiperemesis gravidarum adalah kepala pusing,
terutama pagi hari, disertai mual muntah sampai kehamilan 4 bulan . Akibat mual
dan muntah nafsu makan berkurang. Tanda-tanda hiperemesis gravidarum berupa :
1) Emosi yang cenderung tidakstabil

2) Jantung berdebar-debar

85
3) Produksi air liur berlebihan

4) Inkontinensiaurine

5) Sangat sensitifterhadap bau

6) Konstipasi
3. Komplikasi Hiperemesis Gravidarum

Risiko dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Mengidap gangguan ini


dalam waktu yang lama memiliki risiko lebih besar untuk persalinan prematur dan
preeklamsia. Komplikasi jangka panjang pada bayi dapat terjadi jika kondisinya
dibiarkan dan tidak diobati. Selain itu, komplikasi juga dapat terjadi pada ibu
hamil yang tidak mendapatkan berat badan yang cukup selama paruh kedua
kehamilan, dan jika bayi menjadi kurang gizi.
4. Cara Mengatasi Hiperemesis Gravidarum

Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada kasus hiperemesis gravidarum


menurut (Khayati, 2013) yaitu dengan cara :
a. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah gejala yang
fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
b. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah
kecil tetapi sering.
c. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur,
terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.

d. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknyadihindari.

e. Makanan disajikan dalam keadaan panas atau sangatdingin.

f. Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting, dianjurkan


makanan yang banyak mengandung.
5. Penatalaksanaan HiperemesisGravidarum

Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak mengurang, maka
diperlukan seperti
a. Obat-obatan

 Sedativa:Phenobarbital

86
 Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atauBkompleks

 Anti histamine :dramamin,avomin

 Anti emetik (pada keadaan lebih berat) : Dislikomin hidrokloride atau


khlorpromasine.
 Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di
rumahsakit.
b. Isolasi

Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran
udara yang baik, catat cairan yang keluar masuk, hanya dokter dan perawat yang
boleh masuk ke dalam kamar penderita sampai muntah berhenti, pada penderita
mau makan.
c. Terapi psikologika

Yakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa


takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah
dan konflik.
d. Cairan parenteral

Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5% dalam
cairan fisiologis (2-3 liter/hari), dapat ditambah kalium dan vitamin (vitamin B
komplek, vitamin C), bila kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara
intravena, bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum
membaik dapat diberikan minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair.

e. Terminasi kehamilan

Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan medik dan psikiatrik,


manifestasi komplikasi organis adalah delirium, takikardi, ikterus, anuria dan
perdarahan dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan keadaan yang memerlukan pertimbangan gugur kandung diantaranya:
 Gangguan kejiwaan ditandai dengan: delirium, apatis, somnolen sampai
koma, terjadigangguanjiwa.
 Gangguan penglihatan ditandai dengan: pendarahan retina, kemunduran
penglihatan.

87
 Ganggguan faal ditandai dengan: hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam
bentuk anuria, jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat, tekanan
darah menurun
f. Diet Hiperemesis Gravidarum

Diet pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk mengganti persediaan


glikogen tubuh dan mengontrol asidosis secara berangsur memberikan makanan
berenergi dan zat gizi yang cukup.
Syaratnya antara lain :

 Karbohidrat tinggi, lemak rendah, dan proteinsedang

 Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan


dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas perhari
 Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan, dan diberikan
sering dalam porsikecil
 Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada
makan malam dan selingan malam

Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan gizi pasien

Macam-macam Diet

 Diet Hiperemesis

Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum


berat. Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi
bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan
tetapi 1-2 jam sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di
dalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktulama.
 Diet Hiperemesis II

Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan
secara berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai
gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan
bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi
kecuali kebutuhan energi.
88
 Diet Hiperemesis III

Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan.


Diet diberikan sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan
bersama makanan. Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan
semua zatgizi.
Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah :Roti
panggang, biskuit, crackers, buah segar dan sari buah, minuman botol ringan,
sirop, kaldu tak berlemak, teh dan kopi encer. Makanan yang tidak dianjurkan
untuk diet hiperemesis I, II, III adalah makanan yang umumnya merangsang
saluran pencernaan dan berbumbu tajam. Bahan makanan yang mengandung
alkohol, kopi, dan yang mengadung zat tambahan (pengawet, pewarna, dan
bahan penyedap) juga tidak dianjurkan.

89
Apa itu Hi peremesis Penyebab Hiperemesis

Hiperemesis Gravidarum ? Gravidarum


a. Faktor predisposisi
Gravidarum b. Faktor organik
c. Faktor psikologis

Disusun Oleh:
Nemi Lestari
NIM: 2019.C.11a.1053 Hiperemesis Gravidarum adalah suatu
keadaan mual dan muntah yang berat atau
berlebihan dari 8x dalam 24 jam atau setiap
saat.

Tanda dan Gejala Hiperemesis


Gravidarum
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA 1. Ibu merasa lemah
RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN PROGRAM STUDI
SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2021/2022

90
2. Muntah terus menerus yang
Komplikasi Hiperemesis

mempengaruhi keadaan umum Gravidarum


1. Risiko dehidrasi dan ketidakseimbangan
elektrolit
2. Persalinan prematur dan preeklamsia
3. Tidak mendapatkan berat badan yang
cukup
4. Pada bayi menjadi kurang gizi
Penatalaksanaan Hiperemesis
Gravidarum
3. Ibu tampak lebih lemah dan apatis
1. Obat- obatan
2. Cairan parenteral
3. Diet hiperemesis gravidarum

Cara Mengatasi Hiperemesis


4. Jantung berdebar- debar Gravidarum
5. Produksi air liur berlebihan 1. Pola makan teratur
6. Inkontinensia urine 2. Kurangi makanan berminyak dan
7. Sangat sensitif terhadap bau berbau menyengat
8. Konstipasi 3. Konsumsi makanan yang kaya akan
karbohidrat
4. Sajikan makanan dalam keadaan
hangat
91
92
93

Anda mungkin juga menyukai