Oleh :
Dhea Permatasari Iskandar
NIM : 2018.C.10a.0964
Pembimbing Akademik
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Ketua Prodi Sarjana Keperawatan Pembimbing Akademik
iii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
pada Nn.B dengan diagnosa medis Kolesteatoma pada Sistem Penginderaan.
Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas Praktik Praklinik
Keperawatan II (PPK II).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Meida Sinta Araini, S.Kep., Ners selaku Koordinator Praktik Pra Klinik
Keperawatan II Program Studi Sarjana Keperawatan.
4. Ibu Rimba Aprianti, S. Kep., Ners selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
(Penyusun)
Dhea Permatasari Iskandar
iv
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
2.1 Konsep Penyakit Kolesteatoma.................................................................4
2.1.1 Anatomi Fisiologi Telinga................................................................4
2.1.2 Definisi Kolesteatoma......................................................................8
2.1.3 Etiologi.............................................................................................9
2.1.4 Klasifikasi.......................................................................................10
2.1.5 Patofisiologi (Pathways).................................................................13
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)...........................................16
2.1.7 Komplikasi.....................................................................................16
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang..................................................................17
2.1.9 Penatalaksanaan Medis...................................................................18
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan............................................................20
2.2.1 Pengkajian Keperawatan................................................................20
2.2.2 Diagnosa Keperawatan...................................................................24
2.2.3 Intervensi Keperawatan..................................................................24
2.2.4 Implementasi Keperawatan............................................................30
2.2.5 Evaluasi Keperawatan....................................................................31
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................32
3.1 Pengkajian................................................................................................32
3.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................48
3.3 Intervensi..................................................................................................49
3.4 Implementasi Keperawatan......................................................................52
3.5 Evaluasi Keperawatan..............................................................................52
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................56
4.1 Kesimpulan..............................................................................................56
4.2 Saran........................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................58
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
LEAFLET
JURNAL TERKAIT
LEMBAR KONSULTASI
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
getaran dari telinga luar ke telinga dalam. Reseptor yang ada pada telinga
dalam akan menerima rarigsang bunyi dan mengirimkannya berupa impuls
ke otak untuk diolah. Telinga mempunyai reseptor khusus untuk
mengenali getaran bunyi dan untuk keseimbangan. Ada tiga bagian utama
dari telinga manusia, yaitu bagian telinga luar, telinga tengah, dan telinga
dalam. Telinga luar berfungsi menangkap getaran bunyi, dan telinga
tengah meneruskan getaran dari telinga luar ke telinga dalam. Reseptor
yang ada pada telinga dalam akan menerima rarigsang bunyi dan
mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk diolah.
2.1.3 Etiologi
Kolesteatoma biasanya terjadi karena tuba eustachian yang tidak
berfungsi dengan baik karena terdapatnya infeksi pada telinga tengah.
Tuba eustachian membawa udara dari nasofaring ke telinga tengah untuk
menyamakan tekanan telinga tengah dengan udara luar. Normalnya tuba
ini kolaps pada keadaan istirahat, ketika menelan atau menguap, otot
yang mengelilingi tuba tersebut kontraksi sehingga menyebabkan tuba
tersebut membuka dan udara masuk ke telinga tengah. Saat tuba
eustachian tidak berfungsi dengan baik udara pada telinga tengah diserap
oleh tubuh dan menyebabkan di telinga tengah sebagian terjadi hampa
udara. Keadaan ini menyebabkan pars plasida di atas colum maleus
membentuk kantong retraksi, migrasi epitel membran timpani melalui
kantong yang mengalami retraksi ini sehingga terjadi akumulasi keratin.
Selain infeksi telinga berulang, kolesteatoma juga bisa terjadi akibat
terganggunya fungsi tabung eustachius. Tabung eustachius adalah saluran
penghubung telinga tengah dengan saluran hidung. Normalnya, tabung
eustachius akan melakukan membuka dan menutup untuk menyamakan
tekanan udara antara telinga bagian luar dan dalam. Namun, fungsinya
bisa terganggu akibat infeksi. Beberapa kondisi yang menyebabkan tabung
eustachius tidak dapat berfungsi dengan baik dan berisiko menyebabkan
kolesteatoma adalah:
Flu atau pilek parah
Sinusitis
Infeksi telinga tengah (otitis media)
11
Alergi
2.1.4 Klasifikasi
Kolesteatoma dapat diklasifikasikan menjadi kongenital atau
acquired. Kolesteatoma acquired dibagi menjadi primer dan sekunder.
Secondary acquired cholesteatoma mengacu pada kolesteatoma muncul
akibat perforasi membran timpani (Chloe & Nason 2009)
2.1.4.1 Congenital cholesteatoma (Kolesteatom Kongenital)
Kista keratin bisa terakumulasi karena epitel yang dihasilkan
tertutup. Pada umumnya, kista akan terbentuk sebagai kelainan
pertumbuhan atau karena penyebab iatrogenik. Kista epidermal akan
ditemukan pada daerah medial dengan membran timpani yang utuh tanpa
tanda-tanda infeksi. ditemukan pada daerah petrosus mastoid,
cerebellopontin angle, anterior mesotimpanum atau pada daerah tepi tuba
austachii, dan seringkali teridentifikasi pada usia 6 bulan hingga 5 tahun.
Menurut Derlaki dan Clemis (2005), kolesteatoma dikatakan kongenital
apabila memiliki syarat sebagai berikut yakni:
Massa putih medial dengan membran timpani utuh.
Pars tensa dan pars plaksida normal.
Tidak ada riwayat telinga berair, perforasi ataupun prosedur otologik
sebelumnya.
Kemungkinan bahwa terjadinya otitis media tidak bisa disingkirkan sebagai
kriteria ekslusi dari kolesteatoma kongenital ini karena sangat jarang anak
tidak memiliki episode dari otitis media pada lima tahun pertama
kehidupannya.
12
Gambar 1.2 Kolesteatoma Kongenital (tampak massa putih kecil yang terdapat di
tengah-tengah membran timpani kanan
Invasi Bakteri
Respon pertahanan sel↓ Pengobatan tidak tuntas, Tekanan udara pd Proses peradangan, Proses Peradangan Peningkatan produksi cairan serosa
Merusak lapisan
berulang telinga tengah (-) pengobatan tdk tuntas epitel dan lapisan Telinga
Hipersekresi mukosa Iskemia
Retraksi membran Infeksi berlanjut dpt ke Kesulitan/sakit
Produksi mukus↑ Infeksi berlanjut dapat sampai ke timpani telinga dalam menelan dan
telinga dalam Imun ↓
mengunyah Nekrosis Jaringan
Kongesti hidung Akumulasi kotoran Merusak tulang krn
Terjadi erosi pd kanalis dalam telinga adanya epitel skuamosa di
dalam rongga telinga
Mual Mual Ruptur membran timpani
semisirkularis muntah
Kesulitan Bernafas tengah (kolesteatom) muntah karena desakan
Hantaran suara/udara
yg diterima menurun Tindakan operasi
Pening/vertigo mastoidektomi Diare Tidak nafsu Sekret keluar dan
Obstruksi jalan nafas makan berbau tidak enak
Gangguan
konduksi Menekan daerah sekitar telinga Dehidrasi
Sesak Kekurangan eritrosit Ketidakseimba Otorrhoe
Terjadi iritasi telinga MK : ngan zat gizi
Penurunan fungsi
MK : Bersihan Jalan pendengaran Ketidakseimbangan MK :
Nafas Tidak Efektif Anemia Reaksi inflamasi Volume Cairan Gangguan Citra Tubuh
MK : Nutrisi
MK : Gangguan Kurang dari
Pelepasan mediator kimia (histamin,
Rendahnya kadar Persepsi Sensori bradikinin, prostaglandin Kebutuhan Tubuh
Bronkus menyempit
O2 yg ditransport Pendengaran Infeksi
Suplai O2 ↓ Impuls dikirim ke hipothalamus sistemik
MK : Perfusi MK : Resiko
terjadi Nyeri dipersepsikan Demam > 39°C
MK : Gangguan Perifer tidak
pertukaran gas efektif injuri /trauma
MK: Nyeri Akut MK: Hipertermi
17
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi pasien dengan kolesteatoma di antaranya:
2.1.7.1 Tuli konduksi
Tuli konduksi merupakan komplikasi yang sering terjadi karena terjadi
erosi rangkaian tulang pendengaran. Erosi prosesus lentikular dan atau
super struktur stapes dapat menyebabkan tuli konduksi sampai dengan
50dB. Kehilangan pendengaran bervariasi sesuai dengan perkembangan
myringostapediopexy atau transmisi suara melalui kantong kolesteatoma
18
2) Keluhan Utama
Pada keluhan utama biasanya pasien dengan kolesteatoma biasanya datang
dengan otore dan otalgia kronis, juga akan mengalami penurunan pendengaran
yang terjadi sebagai akibat dari terisinya rongga telinga tengah oleh epitel yang
mengalami deskuamasi maupun rusaknya tulang pendengaran. Adanya fistula
labirin atau lokasi kolesteatoma yang berada dekat dengan tulang stapes dapat
menimbulkan pusing dan gangguan keseimbangan. Keluhan nonspesifik lainnya,
seperti demam, mual, muntah, dan kelainan nervus fasialis juga dapat terjadi.
3) Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Apakah ada lendir berupa nanah, berapa lama
Apakah pernah dirawat dirumah sakit
Apakah ada nyeri pada telinga bagian dalam
b. Riwayat Penyakit Dahulu
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Pada keluarga klien ada/tidak gambaran keadaan kesehatan keluarga
dan penyakit yang berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi :
jumlah anggota keluarga, kebiasaan keluarga mencari pertolongan,
tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta kemungkinan
penyakit turunan.
d. Riwayat Psikososial
Perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya
serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan
terhadap dirinya. Pada klien dengan kanker paru sering muncul
masalah ansietas yang disebabkan karena proses penyakit. Hal ini
menumbuhkan stress, rasa cemas, dan takut.
2.2.1.2 Pemeriksaan Fisik (B1-B6)
Menurut (Wijaya, 2013) Pemeriksaan Fisik yang dapat dilakukan pada
pasien dengan Kanker Paru adalah sebagai berikut:
1) Keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan mengeluh ada cairan keluar
dari telinga dengan otore dan otalgia kronis, nyeri dan juga akan mengalami
23
penurunan pendengaran yang terjadi sebagai akibat dari terisinya rongga telinga
tengah oleh epitel yang mengalami deskuamasi maupun rusaknya tulang
pendengaran.
2) Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah biasanya hipotensi dan hipertensi, nadi mengalami
takhikardi, suhu biasanya mengalami hipertermi, pernafasan tidak adekuat
dan takipnea.
3) Pemeriksaan Fisik
Menurut (dr.Giovanni Gilberta, 2019) Pada pemeriksaan fisik akan tampak
massa seperti polip yang mengalami inflamasi atau jaringan granulasi pada liang
telinga. Pemeriksaan otoskop juga akan menunjukkan perubahan pada meatus
akustikus eksternus lain, seperti edema, otorrhea, dan perforasi membran timpani.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan lokasi yang paling umum dari
koleteatoma kongenital adalah kuadran superior anterior membran timpani, diikuti
oleh kuadran posterior-superior. Lesi ditemukan pada usia dewasa mungkin
berada di posterior mesotympanum, sebagai dampak dari pertumbuhan terus
kolesteatoma. Berbeda dengan tipe acquired, membran timpani penderita
kolesteatoma kongenital tetap intak dan ditemukan ada massa berwarna putih
mutiara pada kuadran antero-superior membran timpani.
4) Berdasarkan system- sistem tubuh
1. Sistem pernapasan
2. Sistem kardiovaskuler
3. Sistem persyarafan
Pusing dan nyeri kepala adalah gejala umum relatif pada
kolesteatoma, tetapi tidak akan terjadi apabila tidak ada fistula labirin
akibat erosi tulang atau jika kolesteatoma mendesak langsung pada
stapes footplate. Pusing dan nyeri kepala adalah gejala yang
mengkhawatirkan karena merupakan pertanda dari perkembangan
komplikasi yang lebih serius. Penilaian terhadap fungsi nervus fasialis
dan palpasi sendi temporomandibular juga penting untuk mengetahui
ekstensi dari lesi kolesteatoma yang dialami oleh penderita
24
4. Sistem gastrointestinal
Pasien biasanya mual dan muntah dikarenakan proses peradangan
nyeri telinga pada kolesteatoma sehingga menyebabkan pasien tidak
nafsu makan, kesulitan menelan, kadang disertai penurunan berat
badan.
5. Sistem penginderaan
Pasien dengan kolesteatoma tipe acquired biasanya mengeluhkan
otorrhea yang timbul secara kronis. Pemberian antibiotik tidak akan
menghentikan otorrhea, karena tidak adanya suplai pembuluh darah
pada kolesteatoma sehingga pemberian antibiotik sulit mengeradikasi
infeksi. Gejala klinis yang timbul dapat berupa gangguan
pendengaran, otitis media efusi, gangguan keseimbangan, kelumpuhan
saraf fasialis, fistula retroaurikuler, meningitis, maupun gejala akibat
perluasan ke intrakranial. Gangguan pendengaran juga merupakan
gejala yang terjadi pada kolesteatoma yang besar dan mengisi ruang
telinga tengah dengan epitel deskuamasi dengan atau tanpa sekret
mukopurulen, sehingga menyebabkan kerusakan osikular yang
akhirnya menyebabkan terjadinya tuli konduktif yang berat.
Pemeriksaan garpu tala juga bisa dilakukan untuk menilai fungsi dan
menentukan jenis gangguan pendengaran yang dialami. Penderita
kolesteatoma dapat mengalami gangguan pendengaran tipe konduktif
sebagai akibat dari kerusakan tulang pendengaran. Pada perjalanan
penyakit yang lebih parah, kerusakan struktur intratemporal dapat
menimbulkan penurunan pendengaran tipe sensori neural.
6. Sistem musculoskeletal
7. Sistem integument
8. Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia
25
2) Kriteria Hasil :
Skala nyer i= 3 (1-10)
Menyangkal nyeri,
Melaporkan perasaan nyaman,
Ekspresi wajah dan postur tubuh rileks.
Irama pernafasan teratur
TTV dalam batas normal
3) Rencana tindakan :
Intervensi Rasional
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Selalu memantau perkembangan
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
nyeri.
2. Identifikasi faktor yang 2. Mencari tahu faktor memperberat
memperberat dan memperingan dan memperingan nyeri agar
nyeri. mempercepat proses kesembuhan.
3. Kontrol lingkungan yang 3. Memberikan kondisi lingkungan
memperberat rasa nyeri. yang nyaman untuk membantu
4. Berikan teknik nonfarmakologis. meredakan nyeri.
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis 4. Salah satu cara mengurangi nyeri
untuk mengurangi rasa nyeri. seperti TENS, hipnosis, terapi
6. Kolaborasi dengan dokter musik, terapi pijat, akupresur,
pemberian analgetik, jika perlu. aromaterapi, imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain.
5. Agar klien atau keluarga dapat
melakukan secara mandiri ketika
nyeri kambuh.
6. Bekerja sama dengan dokter
dalam pemberian dosis obat dan
tindakan dependen perawat,
dimana analgetik berfungsi untuk
memblok stimulasi nyeri.
Intervensi Rasional
1. Observasi keadaan umum pasien 1. Mengetahui keadaan umum
selama 24 jam pasien.
2. Anjurkan pentingnya cuci tangan 2. Mencegah penularan penyakit.
dan mencuci telinga luar 3. Mencegah infeksi
3. Lakukan perawatan graft 4. Agar dapat membunuh kuman,
4. Kolaborasi pemberian antibiotik sehingga tidak menularkan
profilaksis penyakit terus-menerus.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
32
33
rasakan terus menerus walau di tekan atau tanpa di tekan, upaya yang dilakukan
untuk mengurangi nyerinya dengan cara istirahat dan tidak banyak bergerak dan
nyeri berlangsung hilang timbul dan tidak menentu. Di Poliklinik THT RSUD XR
pasien dan keluarga tampak kebingungan terhadap penyakit yang dideritanya.
Pasien juga mendapatkan pemeriksaan dengan hasil tekanan darah 120/80 mmHg,
Nadi 97 x/menit, pernapasan 22 x/menit dan suhu 370C, pasien juga mendapat
terapi obat Injeksi Cefrtadizime 2x1 gr IV, Inj. Ketorolac 2x1 ampul IV, Tarivid
Otic 2 x 5 tetes telinga kanan, Paracetamol 2x200 mg (IV), dan Infus NaCl 0,9%
IV 500cc 20 tpm tangan sebelah kiri. Dokter memutuskan Nn.B harus dirawat
inap di ruang Aster No.7 untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Genogram Keluarga
Keterangan :
: Hubungan keluarga
: Tinggal serumah
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien (Nn.B)
Nyeri di daerah sekitar telinga kanan seperti tertusuk-tusuk, Nyeri ini terjadi
pada bagian telinga tengah, dengan skala 4 (1-10) yang di rasakan terus
menerus walau di tekan atau tanpa di tekan, upaya yang dilakukan untuk
mengurangi nyerinya dengan cara istirahat dan tidak banyak bergerak dan
nyeri berlangsung hilang timbul dan tidak menentu.
Masalah keperawatatan : Nyeri Akut
skala 5/5. Uji kekuatan ektermitas bawah kanan dan kiri skala 5/5. Tidak
terdapat peradangan dan perlukaan.
Keluhan lainnya : Tidak ada Keluhan
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
kuning dan ada berdarah sedikit-sedikit keluar dari telinga bagian kanan
sejak 1 bulan yang lalu.
Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori Pendengaran,
Risiko Infeksi,
c. Hidung / Penciuman
Bentuk hidung klien teraba simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat
patensi, tidak terdapat obstruksi, tidak terdapat nyeri tekan sinus, tidak
terdapat transluminasi, cavum nasal normal, septum nasal tidak ada
masalah, sekresi kuning lumayan kental, dan tidak ada polip.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada
K
Pemeriksaan audiometri didapatkan telinga kanan tuli konduksi derajat
ringan dengan ambang dengar 33,75 dB, telinga kiri normal dengan
ambang dengar 12,5 dB.
CT Scan Mastoid
https://www.halodoc.c
om)
3 Injeksi 2x 1 IV Penanganan jangka Anak usia di bawah
Katerolac ampul pendek untuk nyeri 16 tahun; gangguan
(8 mg) pasca bedah yang fungsi ginjal sedang
sedang (tablet); sampai berat
penanganan jangka (kreatinin serum <
pendek untuk nyeri 160µmol/L)
akut pasca bedah yang (Sumber:http://pionas.
sedang hingga berat pom.go.id)
(injeksi)
(http://pionas.pom.go.i
d)
4 Paracetamol 2x 200 IV Parasetamol Hipersensitif dan
mg merupakan obat yang gangguan hati berat.
memiliki efek untuk (Sumber:
mengurangi rasa sakit https://kalbemed.com)
(analgesik) dan
menurunkan demam
(antipiretik)
(Sumber :
https://kalbemed.com)
5 Cefrtadizime 2x1gr IV Digunakan untuk Tidak dapat
mengobati infeksi digunakan untuk
bakteri orang yang memiliki
riwayat hipersensitif
terhadap antibiotik
cephalosporin.
ANALISIS DATA
Perubahan perilaku
(cemas)
Defisit Pengetahuan
DS : Masuknya Risiko Infeksi
Pasien mengatakan telinga kanan mikroorganisme
keluar cairan nanah berwarna
kuning dan ada berdarah sedikit- Lubang telinga tengah
sedikit keluar dari telinga bagian
kanan sejak 1 bulan yang lalu. Menimbulkan
peradangan
DO:
Terlihat ada cairan warna Timbul otore, secara
kekuning-kuningan pada telinga terus menerus
kanan
- Hasil TTV Risiko Infeksi
TD : 120/80 mmHg
N : 97 x/menit
S : 37,0 0C
RR : 22 x/menit
- Hasil Laboratorium
Leukocyte 15,100/mm3
(Meningkat adanya
leukositosis yang
menandakan infeksi bakteri)
- Hasil pemeriksaan otoskopi
di dapatkan cairan nanah
berwarna kekuning-
kuningan, keluar darah
sedikit dan juga perforasi
membrane timpani pada
bagian telinga kanan
48
PRIORITAS MASALAH
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kolesteatoma adalah pertumbuhan kulit epitel skuamosa (sel-sel yang pipih
dan seperti sisik) secara tidak terkendali (abnormal) di area telinga tengah atau
belakang gendang telinga (cavum timpani). Kondisi ini mungkin terjadi akibat
berupa kongenital dan cacat lahir ataupun didapat, tapi pada umumnya terjadi
pada orang yang mengalami infeksi telinga tengah berulang. Kolesteatoma
biasanya terjadi karena tuba eustachian yang tidak berfungsi dengan baik karena
terdapatnya infeksi pada telinga tengah. Tuba eustachian membawa udara dari
nasofaring ke telinga tengah untuk menyamakan tekanan telinga tengah dengan
udara luar. Normalnya tuba ini kolaps pada keadaan istirahat, ketika menelan atau
menguap, otot yang mengelilingi tuba tersebut kontraksi sehingga menyebabkan
tuba tersebut membuka dan udara masuk ke telinga tengah. Saat tuba eustachian
tidak berfungsi dengan baik udara pada telinga tengah diserap oleh tubuh dan
menyebabkan di telinga tengah sebagian terjadi hampa udara.
Tindakan operasi pada kolesteatoma bertujuan untuk eradikasi dan
mencegah rekurensi. Secara umum, tindakan operasi dapat dibagi menjadi 2
teknik, antara lain canal-wall-up (CWU) dan canal-wall-down (CWD). Edukasi
dan promosi kesehatan berkaitan dengan kolesteatoma adalah terkait terapi dan
pemantauan jangka panjang karena ada kemungkinan rekurensi. Sampaikan pada
pasien bahwa kolesteatoma hanya dapat dieradikasi melalui metode reseksi
dengan tindakan mastoidektomi, baik secara radikal maupun radikal yang
dimodifikasi. Hingga saat ini belum ada durasi follow-up yang direkomendasikan.
Kebanyakan klinisi meminta pasien melakukan kunjungan setiap 6-12 bulan
untuk kontrol dan pembersihan agar mencegah kemungkinan infeksi. Penderita
yang menjalani prosedur canal-wall-up (CWU) sering kali memerlukan operasi
tahap dua 6-9 bulan setelah tindakan awal. Karena otitis media kronis adalah salah
satu faktor risiko kolesteatoma, penanganan yang adekuat serta pencegahan
rekurensi otitis media dapat menurunkan risiko terbentuknya kolesteatoma.
56
57
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Mahasiswa
Saran bagi mahasiswa agar laporan studi kasus ini berguna untuk
menambah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa dan mampu mempelajari asuhan
keperawatan dengan diagnosa medis Kolesteatoma dan sebagai acuan atau
referensi untuk mahasiswa dalam penulisan laporan studi kasus selanjutnya.
4.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Saran bagi institusi pendidikan agar laporan pendahuluan studi kasus ini
dapat dijadikan sebagai salah satu bahan bacaan atau referensi untuk mahasiswa
dalam membuat asuhan keperawatan terkait pasien dengan diagnosa Kolesteatoma
pada masa mendatang.
4.2.3 Bagi Institusi Rumah Sakit
Untuk RSUD Dr.Doris Sylvanus Palangka Raya khususnyapada sistem
pendengaran,laporan ini dapat memberikan gambaran pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Kolesteatoma dan meningkatkan
mutu pelayanan perawatan di rumah sakit kepada pasien dengan diagnosa medis
Kolesteatoma.
58
DAFTAR PUSTAKA
Ari, Elizabeth. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pendengaran dan Wicara. Editor: Dr. Ratna Anggraeni., Sp THT-KL.,
M.Kes.Bandung : STIKes Santo Borromeus.
Brunner & suddarth.2012. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 3. Volume 2.
Jakarta : EGC.
dr. Made. 2017. Membersihkan Kotoran Telinga Bisa Merusak Telinga. Diakses
dari https://www.blogdokter.net/2017/01/06/membersihkan-kotoran-telinga-
bisa-merusak-telinga/ pada tanggal 12 November 2020.
Joyce, Black & Jane Hokanse. 2014. Medical Surgical Nursing Vol.2. Jakarta.
Salemba Medika.
Mubarak, Wahid Iqbal. 2010. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
EGC.
NANDA. 2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 201 2-2014. Jakarta : EGC.
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi
10 editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2010. Buku Ajar Fundamental , Buku 1 Edisi 7. Jakarta: EGC.
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Riskedas. 2018. Hasil utama Riskesdas tahun 2018. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.
Setiya, Andri & Abd Wahid. 2016. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
LAMPIRAN
4. Matode
1) Ceramah
2) Tanya Jawab
Penyuluhan dilakukan dengan media diskusi secara terbuka, yaitu
dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga. Keluarga
dapat mengajukan pertanyaan setelah penyampain materi selesai.
5. Media
1) Leaflet
Leaflet yang digunakan dalam media pendidikan kesehatan ini dalam
bentuk selebaran mengenai informasi pentingnya mengenai
penanganan dan pencegahan penyakit Kolesteatoma.
6. Kegiatan Penyuluhan
Hari/Tanggal : Sabtu, 21 November 2020
Pukul : 10.00-10.20 WIB
Alokasi Waktu : 20 menit
No Tahapan
Kegiatan Kegiatan Peserta Waktu
Kegiatan
1. Pembukaan/ 1. Membuka kegiatan dengan 1. Menjawab salam 2
Pendahuluan mengucapkan salam 2. Mendengarkan menit
2. Memperkenalkan diri dan 3. Menyimak
menjelaskan tujuan dari 4. Peserta
tujuan penyuluhan meyampaikan
3. Menyebutkan materi yang pendapatnya
akan diberikan.
4. Kontrak waktu
penyampaian materi
5. Mengkondisikan peserta
untuk berkonsentrasi
7. Tugas Perorganisasian
1) Moderator : Dhea Permatasari Iskandar
a. Membuka acara penyuluhan
b. Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok
c. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
d. Mengatur jalannya acara.
2) Penyaji : Dhea Permatasari Iskandar
1 Menyampaikan materi penyuluhan
2 Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3 Mengucapkan salam penutup
3) Simulator : Dhea Permatasari Iskandar
Simulator adalah sebagai simulasi atau objek fisik benda nyata yang
didemonstrasikan
4) Fasilitator : Dhea Permatasari Iskandar
Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang,
memahami tujuan bersama mereka dan membantu mereka membuat
rencana guna mencapai tujuan tersebut tanpa mengambil posisi tertentu
dalamdiskusi.
Tugas :
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannyakegaiatan
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai denganakhir
3. Membuat dan megedarkan absen peserta penyuluhan
5) Dokumentasi : Dhea Permatasari Iskandar
Dokumentator adalah orang yang mendokumentasikan suatu kegiatan yang
berkaitan dengan foto, pengumpulan data, dan menyimpan kumpulan
dokumen pada saat kegiatan berlangsung agar dapat disimpan sebagai arsip.
Tugas :
Melakukan dokumentasi kegiatan penyuluhan dalam kegiatan pendidikan
kesehatan.
6) Notulen : Dhea Permatasari Iskandar
Notulen adalah sebutan tentang perjalanan suatu kegiatan penyuluhan,
seminar, diskusi, atau sidang yang dimulai dari awal sampai akhir acara.
Ditulis oleh seorang Notulis yang mencatat seperti mencatat hal-hal
penting.Dan mencatat segala pertanyaan dari peserta kegiatan.
Tugas :
1. Mencatat poin-poin penting pada saat penyuluhan berlangsung.
2. Mencatat pertanyaan-pertanyaan dari audience dalam kegiatan
penyuluhan
8. SETTING TEMPAT
Keterangan :
: Kamera
9. Rencana Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
Tempat dan alat sesuai rencana.
Peran dan tugas sesuai rencana.
Setting tempat sesuai dengan rencana.
2) Evaluasi Proses
Selama kegiatan semua peserta dapat mengikuti seluruh kegiatan.
Selama kegiatan semua peserta aktif.
Bagaimana berlangsungnya proses penyuluhan, ada hambatan atau
tidak ada hambatan, keaktifan keluarga Pasien dalam proses
pembelajaran, tanya jawab bisa hidup atau tidak.
3) Evaluasi Hasil
Keluarga pasien mampu mengetahui tentang penyakit Kolesteatoma dan
cara mengatasi
2. Pengertian Kolesteatoma
3. Penyebab Kolesteatoma
Selain infeksi telinga berulang, kolesteatoma juga bisa terjadi akibat
terganggunya fungsi tabung eustachius. Tabung eustachius adalah saluran
penghubung telinga tengah dengan saluran hidung. Normalnya, tabung eustachius
akan melakukan membuka dan menutup untuk menyamakan tekanan udara antara
telinga bagian luar dan dalam. Namun, fungsinya bisa terganggu akibat infeksi.
Beberapa kondisi yang menyebabkan tabung eustachius tidak dapat berfungsi
dengan baik dan berisiko menyebabkan kolesteatoma adalah:
ISPA Berulang
Bakteri Streptococcus,
Trauma benda asing
Pecah gendang telinga
Flu atau pilek parah
Sinusitis
Infeksi telinga tengah (otitis media)
Alergi
4. Jenis-jenis Kolesteatoma
a. Kolesteatom Kongenital.
Kolesteatoma kongenital adalah kista epitel yang tumbuh didalam salah satu
tulang kepala (biasanya temporal) membrane timpani utuh tanpa tanda-tanda
infeksi, dapat sembuh ditulang temporal bagian dalam atau skuama dan seringkali
teridentifikasi pada usia 6 bulan hingga 5 tahun.
6. Komplikasi Kolesteatoma
Kolesteatoma yang tidak diobati akan terus membesar dan memperbanyak
lendir di telinga. Lingkungan yang kotor tersebut menjadi tempat bakteri dan
jamur berkembang biak dengan baik sehingga mudah menginfeksi telinga.
Peradangan yang berulang dapat menghancurkan struktur tulang pembentuk
telinga tengah dan merusak gendang telinga. Kondisi ini membuat telinga dalam
membengkak dan pada akhirnya akan menyebabkan tuli permanen.
Selain itu, komplikasi yang dapat ditimbulkan akibat kondisi yang tidak diobati
adalah:
Infeksi merusak saraf di sekitar wajah
Infeksi menyebar ke area otak menyebabkan meningitis
Terbentuknya benjolan berisi nanah di otak
Perasaan berputar (vertigo)
Ketulian
Kehilangan pendengaran total
Setelah operasi sebanyak 3% telinga yang dioperasi mengalami kerusakan
permanen karena penyakitnya sendiri aau komplikasi proses penyembuhan.
Pasien harus diberikan penjelasan tentang kemungkinan kehilangan
pendengaran total.
7. Penanganan Kolesteatoma
8. Pencegahan Kolesteatoma
• Jangan mengorek-ngorek telinga, baik dengan cotton buds, atau
benda lain. Jika membersihkan telinga cukup bagian luar telinga
• Hindari menggunakan earphone sampai kondisi Anda tuntas
ditangani.
• Hindari berenang saat darah masih keluar dari telinga, berhati-
hati juga saat mandi dan keramas. Jika sudah sembuh, gunakan
penyumbat telinga saat Anda berenang.
• Jangan memasukkan air ke dalam telinga untuk membersihkan
telinga karena dapat menyebabkan iritasi dan infeksi.
• Biasakan mengunyah makanan dengan benar karena mengunyah
merupakan mekanisme alamiah tubuh untuk membantu
mengeluarkan kotoran telinga
• Bila terdapat keluhan di telinga, segera ke dokter untuk
mendapatkan perawatan
• Pengobatan telinga berair harus dilakukan secara teratur sampai
kering, karena apabila sering berulang dapat menyebabkan
pendengaran berkurang dan yang lebih bahaya dapat
mengakibatkan infeksi ke otak.
• Hindari penggunaan Ear candle atau lilin telinga tidak terbukti
efektif dan justru berisiko menyebabkan cedera, seperti terbakar
dan tersumbatnya saluran telinga. Hindari cara membersihkan
telinga dengan metode ini. Selain itu, penggunaan ear
candle untuk membersihkan telinga juga dapat menimbulkan
cedera. Misalnya kotoran dari lilin yang masuk ke dalam telinga
dan risiko yang mungkin dapat ditimbulkan oleh api
pembakaran ear candle.
• Apabila terdapat keluhan batuk pilek, jangan disepelekan, segera
periksakan ke dokter untuk mendapatkan pengobatan yang
adekuat
• Cegah infeksi telinga dan faktor risikonya seperti flu, pilek,
sinusitis, atau alergi dengan menjaga kebersihan telinga,
meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan menghindari pemicu
alergi.
• Rutin cuci tangan dengan sabun, menjaga kebersihan rumah,
serta makan makanan yang bernutrisi
Laporan Kasus
Abstrak
Kolesteatom kongenital dapat tumbuh di telinga tengah, apeks petrosus dari tulang temporal
dan mastoid. Penyakit in biasanya ditemukan secara tidak sengaja saat melakukan tomografi
komputer atau setelah ada komplikasi. Salah satu komplikasi yang sering terjadi adalah mastoiditis
yang menyebabkan abses retroaurikula. Diagnosis kolesteatom kongenital ditegakkan apabila
ditemukan kolesteatom tanpa perforasi membran timpani, riwayat otore maupun riwayat operasi
telinga sebelumnya. Operasi adalah terapi mutlak pada kasus ini. Dilaporkan satu kasus kolesteatom
kongenital dengan komplikasi abses retroaurikula pada seorang anak perempuan berusia 12 tahun.
Pada pasien ini dilakukan tindakan timpanomastoidektomi dinding utuh, yang di follow up selama 3
bulan dengan hasil yang memuaskan. Abses retroaurikula merupakan salah satu komplikasi
kolesteatom kongenital yang sering menjadi awal gejala adanya kolesteatom kongenital. Deteksi
dini dan tatalaksana yang tepat akan memberikan hasil yang maksimal.
Abstract
Congenital cholesteatoma may originate in the middle ear, in the petrous apex of the temporal bone, and in the mastoid
compartment. This disease coincidently found when performing CT scan or there was a complication. One of the complications is
mastoiditis with retroarticular abscess. The diagnose of congenital cholesteatoma was established by found cholesteatoma with
intact tympanic membrane, no history of ear discharge, and no history of ear operated before. It has been reported a case of
congenital cholesteatoma with retroarticular abscess complication in a 12-year- old girl. In this patient performed canal wall up
tympanomastoidectomy, that follow up for three months and the post- operative result is satisfied. Retroauricula abscess is one
of the congenital cholesteatoma complications that usually become the first sign of congenital cholesteatoma. Early detection and
correct management will give a satisfied result. Keywords: congenital cholesteatoma, intact tympanicmembran, retroarticular
abscess
Penatalaksanaan
Peningkatan kewaspadaan terhadap
kolesteatom kongenital baik dari fasilitas
kesehatan primer (dokter umum), dokter anak,
Jurnal Kesehatan Andalas. 2020; 9(2)
KASUS darah dan berbau, terdapat jaringan granulasi
menutupi sebagian membran timpani. Membran
Seorang anak perempuan berusia 11 tahun
timpani tidak bisa dinilai secara keseluruhan.
datang ke Poliklinik THT-KL RSUP Dr. M.
Pada telinga kiri; daun telinga tidak ada
Djamil Padang pada tanggal 6 September 2017
kelainan, retroaurikuler tidak ada kelainan,
dengan keluhan utama telinga kanan berdarah
liang telinga lapang. Membran timpani utuh
sedikit-sedikit sejak 1 bulan yang lalu.
refleks cahaya ada. Pada pemeriksaan hidung
Keluhan ini pernah dirasakan 1 tahun yang lalu
dan tenggorok dalam batas normal. Pada leher
dan pasien berobat ke RS swasta dan
tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar
ditemukan ada jaringan di dalam liang telinga,
getah bening.
jaringan tersebut kemudian diekstraksi dan
dilakukan pemeriksaan histopatologi dengan
hasil jaringan granulasi. Riwayat bengkak
dibelakang telinga kanan
8 bulan yang lalu, bengkak dan merah
disertai keluar nanah, pasien berobat ke RS
swasta dan mendapat obat. Tiga bulan
kemudian muncul bengkak lagi dan keluar Gambar 1. Otoskopi telinga kiri sebelum operasi
nanah sampai pasien berobat ke poli THT-KL Pada pemeriksaan fungsi keseimbangan
RSUP DR. M. Djamil. Penurunan pendengaran dan saraf fasialis tidak ditemukan kelainan.
ada sejak 8 bulan yang lalu, terutama pada Pemeriksaan audiometri didapatkan telinga
telinga sebelah kanan. kanan tuli konduksi derajat ringan dengan
Tidak terdapat demam, wajah mencong, ambang dengar 33,75 dB, telinga kiri normal
pusing berputar, nyeri kepala hebat yang dengan ambang dengar 12,5 dB.
disertai mual dan muntah, penurunan
kesadaran. Tidak terdapat riwayat trauma pada
telinga kanan dan riwayat operasi telinga
sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan status umum keadaan umum baik,
kesadaran komposmentis dan tidak demam.
Pada status lokalis THT didapatkan telinga
kanan: daun telinga tidak ada kelainan, tidak
Gambar 2. Audiometri telinga sebelum
terdapat nyeri tekan tragus dan nyeri tarik daun
operasi
telinga, terdapat bengkak di retroaurikula dan
hiperemis, perdarahan aktif ada, pustul
ada, liang telinga lapang sekret campur
otitis media supuratif kronis (OMSK) tipe
bahaya auris dekstra (AD). Diagnosis banding
Pasien sudah dilakukan pemeriksaan
CT scan pada rumah sakit swasta dan kolesteatom kongenital dan tumor telinga AD.
didapatkan kesan: mastoiditis kanan Dilakukan kultur dan uji kepekaan dari sekret
liang telinga kanan. Kemudian dilakukan
ekstraksi jaringan granulasi dan dipasang
tampon albothyl pada telinga kanan.
Cefadroksil sirup 2 x 500 mg, paracetamol 3 x
500 mg, dan tarivid otic 2 x 5 tetes telinga
kanan.
.
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jalan Beliang No. 110 Palangka Raya Telp/Fax. (0536) 3327707
E-mail: stikesekaharap110@yahoo.com
LEMBAR KONSULTASI