Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN PADA

PASIEN DIABETES MELLITUS


DI RSUD YULIDDIN AWAY TAPAKTUAN

NAMA : ELDA SARTINA


NIM : P1337420921254

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN - POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG
2022
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN PADA
PASIEN DIABETES MELLITUS
DI RSUD YULIDDIN AWAY TAPAKTUAN

NAMA : ELDA SARTINA


NIM : P1337420921241

PEMBIMBING :YENNI SASMITA,S.Kep,.Ns.M.Kep


PEMBIMBING KLINIK : Ns. SISKA SILFIA,S.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN - POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG
2022

i
ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN PADA


PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD YULIDDIN AWAY
TAPAKTUAN

Mahasiswa profesi ners poltekkes semarang, jurusan keperawatan, poltekkes


kemenkes semarang

Latar belakang : diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai


dengan tingginya kadar gula di dalam. Keadaan kadar gula darah yang meningkat
pada pasien diabetes melitus akan berdampak pada tingginya resiko ulkus kaki
yang sulit disembuhkan
Tujuan : dapat meningkatkan asuhan keperawatan gangguan Sistem Endokrin
Pada Pasien Diabetes Mellitus
Metode : Metode yang digunakan adalah studi deskriptif, dimana asuhan
keperawatan dilakukan dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan
evaluasi.
Hasil : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari diagnosa yang
muncul pada Ny. K yaitu ketidakstabilan gula darah maka dilakukan
implementasi Regulasi Insulin .
Kesimpulan : masalah keperawatan teratasi dan pasien rawat jalan
Kata Kunci : Diabetes mellitus, ketidakstabilan gula darah.

ii
ABSTRACT

NURSING CARE OF ENDOCRINE SYSTEM DISORDERS IN DIABETES


MELLITUS PATIENTS AT RSUD YULIDDIN AWAY TAPAKTUAN

Background: Diabetes mellitus is a metabolic disorder characterized by high


blood sugar levels. The state of increased blood sugar levels in patients with
diabetes mellitus will have an impact on the high risk of foot ulcers that are
difficult to heal
Objective: to improve nursing care for endocrine system disorders in patients
with diabetes mellitus
Methods: The method used is a descriptive study, where nursing care is carried
out from assessment, diagnosis, intervention, implementation and evaluation.
Results:. after nursing care for 3 days the diagnosis that appeared on Mrs. K is
blood sugar instability, so the implementation of insulin regulation is carried out.
Conclusion: nursing problems resolved and outpatients
Keywords: Diabetes mellitus, blood sugar instability, insulin regulation

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


ABSTRAK ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Bagan Web Of Caution...................................................................... 3
BAB II LAPORAN KASUS KELOLAAN .................................................. 4
A. Pengkajian .......................................................................................... 4
B. Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 10
C. Intervensi Keperawatan .................................................................... 11
D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ...................................... 18
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................. 20
A. Analisa Kasus ..................................................................................... 20
B. Analisa Intervensi Keperawatan ...................................................... 21
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 23
A. Kesimpulan ......................................................................................... 23
B. Saran .................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular (PTM)
yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional,
nasional maupun lokal. Salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu
mengalami peningkatan penderita setiap tahun di negara-negara seluruh dunia.
Diabetes melitus bila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan komplikasi
pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh kaki, syaraf
dan lain-lain. Hal ini bisa disebabkan karena kuranganya pengetahuan pasien dan
keluarga tentang penyakit diabetes melitus itu sendiri.
Menurut WHO (2019), seseorang didiagnosis diabetes melitus apabila dalam
pemeriksaan kadar gula darah ditemukan nilai pemeriksaan kadar gula darah
anteprandial ≥ 126 mg/dl, dua jam setelah makan ≥ 200 mg/dl dan kadar gula
darah acak ≥ 200 mg/dl. Menurut International Diabetes Federation (2019) jumlah
penderita diabetes melitus diseluruh dunia mengalami peningkatan menjadi 463
juta jiwa pada tahun 2019 dan jumlah kematian pada kasus ini yaitu 4,2 juta jiwa
yang mana Indonesia menjadi urutan ke 7 dengan jumlah penderita 10,7 juta.
Idiabetic Foot juga memperkirakan bahwa pada tahun 2045 kasus diabetes akan
meningkat menjadi 700 juta. Selain itu, Menurut Riskesdas (2018) menyebutkan
bahwa jumlah prevelensi kasus diabetes melitus di Indonesia menurut diagnosis
dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun sebesar 2%. Data Riset Kesehatan Dasar
tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi diabetes melitus di Aceh tahun 2013
adalah sebanyak 1,8%, dimana angka tersebut meningkat pada tahun 2018
menjadi 2,5%. Sedangkan di Aceh Selatan jumlah penderita diabetes melitus pada
tahun 2017 sebanyak 2.371 kasus. Sedangkan pada tahun 2018 jumlah kasus
Diabetes melitus sebanyak 2.232 kasus (Dinas Kesehatan Aceh Selatan tahun
2018).
Keadaan kadar gula darah yang meningkat pada pasien diabetes melitus akan
berdampak pada tingginya resiko ulkus kaki yang sulit disembuhkan. Hal ini

1
2

dikarenakan kemampuan pembuluh darah dalam berkontraksi maupun relaksasi


sehingga mengakibatkan gangguan perfusi jaringan pada bagian distal (D.
Wahyuni et al., 2016). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wahyuni (2016) bahwa adanya hubungan kadar gula darah dengan derajat ulkus
diabetik. Hasil penelitian tersebut memperoleh 10,0% derajat 1 ulkus kaki
diabetik dengan kadar gula darah. bukan hanya ulkus komplikasi dari diabetes
mellitus akan tetapi masih banyak lagi.
Pencegahan komplikasi dapat dilakukan dengan pengobatan dan tanpa pengobatan
untuk mengendalikan gula darah. Kemampuan mengendalikan gula darah dimiliki
oleh penyandang yang memiliki pengetahun, sikap dan pengalaman keterampilan
dalam mengendalikan gula darah secara terus menerus. Maka memahami penyakit
DM harus dilakukan secara menyeluruh, baik faktor risikonya, diagnosanya
maupun komplikasinya. Pengendalian DM sedini mungkin sangatlah penting
untuk menghindari komplikasi dengan gaya hidup sehat dengan mengkonsumsi
banyak sayur dan buah, membiasakan olah raga dan tidak merokok merupakan
kebiasaan yang baik dalam pencegahan Diabetes Melitus (Indaryati, 2019).
3

B. Bagan Diabetes Mellitus Berdasarkan W

kadar gula darah


Pengertian
sewaktu 80-144 mg/dl
diabetes melitus ketidakstabilan kadar
adalah gangguan kadar gula glukosa darah (Tim pokja
metabolisme yang darah kadar gula darah puasa PPNI, 2017)
ditandai dengan normal 80-109 mg/dl
tingginya kadar
gula di dalam.
kadar gula darah 2 jam
pp 80-144 mg/dl

Tanda dan gejala


Penyebab 1. sering buang air kecil (poliuria)
1. genetik 2. sering merasa haus (polidipsia)
Klasifikasi diabetes
2. nutrisi yang 3. sering merasa lapar (polifagia)
1. diabetes melitus
berlebihan/ obesitas 4. penglihatan kabur
tipe 1
3. stres 5. koordinasi gerak terganggu
2. diabetes melitus
4. kecanduan merokok 6. kesemutan pada ekstremitas
tipe 2
5. usia lanjut 7. penurunan berat badan
3. diabetes selama
8. fatigue
kehamilan/
9. luka yang sulit sembuh bahkan
gestasional
semakin memburuk

Resiko Kerusakan resiko injury b/d


integritas jaringan penglihatan kabur
BAB II
LAPORAN KASUS KELOLAAN

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. K
Umur : 65 Tahun
Alamat : Desa Air sialang, Kecamatan Samadua, Kabupaten Aceh
Selatan
Pendidikan : SD
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Tanggal Masuk : 27 Sept 2022
Diagnosa Medis : diabetes mellitus II + stress hiperglikemia + stroke
iskemik Akut + hipertensi + hemiparesis
Nomor Register : 1102202150029
Tanggal pengkajian : 28 sept 2022

Biodata Penanggungjawab
Nama : Ny. S
Umur : 35 tahun
Alamat : Desa Air sialang, Kecamatan Samadua,
Kabupaten Aceh Selatan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga (IRT)
Hubungan Dengan Klien : Anak
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Keluhan Utama : pasien datang dengan keluhan lemas, berbicara pelo,
dan kelemahan anggota gerak
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
 keluhan sekarang : lemas
 keluhan dirasakan sejak : sejak 3 hari yang belakang

4
5

c. usaha yang dilakukan keluarga/pasien :


 Riwayat Kesehatan Dahulu : pasien memiliki riwayat Diabetes
mellitus
 riwayat penyakit : pasien mengatakan pernah obat diabetes mellitus
rutin dikomsumsi
d. Riwayat Kesehatan Sekarang : klien mengatakan lemas tangan dan kaki
kiri sulit digerakkan
e. riwayat kesehatan keluarga : klien mengatakan orang tua klien menderita
hipertensi dan Diabetes mellitus
3. PEMERIKSAAN FISIK
 Kesadaran : Compos Mentis
 Gcs (glascow coma scale) : E: 4 M: 5 V: 6
 Tinggi badan/ berat badan : 154 cm/45 kg
 Penurunan berat badan : Ada
 Respirasi : tidak ada sesak , rr: 22 x/ menit
 Tanda – tanda vital : tekanan darah : 172/94
frekuensi nadi : 87 x/menit
temperatur : 36,50 c
rr : 22 x/ menit
 Warna kelopak mata : merah muda
 Kepala dan leher: normal dan tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening
 Mata : kiri dan kanan simetris, tidak ada strabismus, pasien mengalami
gangguan jarak dekat.
 hidung : normal, tidak ada sekret, tidak ada pembesaran polip
 telinga : bersih, tidak adanya penyumbatan serumen dan tidak ada
gangguan pendengaran
 mulut : bersih, kegiatan membersihkan diri di bantu oleh istri pasien
 integumen : kulit teraba hangat, turgor kulit elastis
 thorak : simetris
6

 abdomen : normal, pada area hati saat di palpasi tidak ada pembengkakan pada
hati, bising usus 30 x/menit
 genitaurinaria : pola eliminasi lancar, warna urin kuning jernih
 muskoloskletal : pasien mengalami gangguan berjalan akibat hemiparesis.
4. POLA FUNGSIONAL
 pola manajemen & persepsi : pasien mengatakan sehat merupakan hal utama
yang diharapkan saat ini dikarenakan beliau ingin beraktivitas seperti biasanya.
 Pola nutrisi & metabolisme :
Nafsu makan : menurun sejak sakit
Pola makan : 3 kali sehari dengan diselingi buah-buahan
sebelum sakit, saat sakit beliau makan 3 kali sehari tapi
porsi makan setengah piring
Diet : dokter menganjurkan makanan biasa rendah garam
Kesulitan menelan : tidak ada Mual muntah : tidak ada
 pola eliminasi : BAK : 4-5 kali sehari warna kuning jernih tidak adanya
nocturia atau gangguan perkemihan lainnya, BAB : 1 kali sehari dengan
konsistensi lunak
 pola istirahat & tidur : pasien mengatakan tidak adanya kesultan tidur
 pola aktivitas & latihan : pasien berbaring di tempat tidur dan sesekali dibantu
keluarga untuk beraktivitas
 pola peran & keluarga : pasien merupakan seorang nenek dan ibu dalam
keluarga yang tetap berperan menjaga anaknya dan berkomunikasi dengan
baik.
 pola persepsi diri/konsep diri :pasien mampu memberikan gambaran diri
sendiri berupa tidak ada bagian tubuh yang tidak disukai.
 pola persepsi kognitif dan sensori : kognitif pasien baaik sehingga mampu
mengingat kejadian beberapa hari yang lalu serta sensori bagus
 pola seksual & reproduksi : pasien tidak mengalami gangguan pada seksual
 pola mekanisme koping : pasien lebih banyak bercerita pada anak
7

 pola nilai & kepercayaan : pasien tetap melakukan ibadah sholat dengan posisi
tidur hal ini sesuai dengan kepercayaan pasien bahwa ibadah tidah hanya
dilakukan saat berdiri tapi bisa duduk jika tidak bisa duduk maka lakukan
sambil tidur.
5. POLA DIAGNOSTIK
 LABORATORIUM
HASIL LABORATORIUM HARI PERTAMA RAWATAN
TANGGAL : 27 SEP 2022
Hemoglobin 11,1 gr/dl
Eritrosit 4,73 ul
Leukosit 8,0 ul
Hematrokit 35,3 %
MCV 74,6 fl
MCH 23,5 pg
MCHC 31,4 gr/dl
RDW-CV 14,4 %
Trombosit 264 ul
MPV 11,6 fl
PDW 14, 2 fl
SGOT/AST 13 U/L
SGPT/ALT 14 U/L
Ureum 21 mg/dl
Kreatinin 0,5 mg/dl
Gula darah sewaktu 155 mg/dl
Basofil 1%
Eosinofil 8%
Netrofil 51 %
Lymfosit 34 %
Monosit 6%
Natrium 140 mEq/L
8

Kalium 3,9 mEq/L


Klorida 106 mEq/L
HASIL LABORATORIUM HARI KEDUA RAWATAN
TANGGAL : 28 SEPT 2022
HBAIC 10,7%
INSTRUKSI DOKTER REGULASI INSULIN PER JAM TANGGAL
24/08/2022 – 25/08/2022
Jam 24.00 334 mg/dl
Jam 01.00 267 mg/dl
Jam 02.00 88 mg/dl
Jam 03.00 Stop sementara
Jam 04.00 225 mg/dl
Jam 05.00 Keluarga minta istirahat dulu
Jam 06.00 223 mg/dl
Jam 07.00 203 mg/dl
Jam 08.00 253 mg/dl
Jam 09.00 168 mg/dl
Jam 10.00 138 mg/dl
Jam 11.00 115 mg/dl
Jam 12.00 126 mg/dl
Jam 13.00 114 mg/dl
Jam 14.00 105 mg/dl

6. POLA TERAPI
Nama Obat Dosis
Injeksi Antibiotik
Ceftriaxone 1 Gram/12 jam
Injeksi Non Antibiotik
Omeprazole 40 mg/ 12 jam
Citicolin 1/12 jam
9

Mecobalamin 500 mg/12 jam


Cairan
Ivfd Asering 20 tetes/menit
Infd Manitol 250 cc/6 jam
Obat orat/ topikal/ drop/ supp
Atorvastin 1x20 mg

7. ANALISIS DAN SISNTESIS DATA


No DATA PROBLEM ETIOLOGI DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Subjektif : Ketidakstabilan Disfungsi Ketidakstabilan
1. klien gula darah pangkreas gula darah
mengatakan berhubungan
lemas, pusing, dengan Disfungsi
mengantuk pangkreas
Objektif :
1. gangguan
koordinasi
tubuh
2. kadar gula
darah 253
mg/dl
3. kgdp 255
mg/dl
2. Subjektif : Gangguan Kelemahan Gangguan
1. klien mobilitas fisik anggota gerak mobilitas fisik
mengatakan berhubungan
lemah anggota dengan Kelemahan
gerak sebelah anggota gerak
kiri
10

Objektif :
1. kaki dan tangan
sebelah kiri sulit
digerakkan
3. Subjektif : Risiko perfusi diabetes Risiko perfusi
1. Klien perifer tidak mellitus perifer tidak efektif

mengatakan efektif berhubungan


diabetes mellitus
kaki terasa
kesemutan
Objektif
1. akral dingin
2. pucat

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan Disfungsi pangkreas
 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Kelemahan anggota gerak
 Risiko perfusi perifer tidak efektif berhubungan diabetes mellitus
11

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan SLKI (Standr Luaran keperawatan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia) Indonesia)
D.0027 Ketidakstabilan Kadar L.03022 kestabilan kadar glukosa I. 03115 Manajemen Hiperglikemia
Glukosa Darah darah Observasi :
Definisi: Variasi Kadar Glukosa darah Setelah dilakukan tindakan keperawatan a) Identifikasi kemungkinan penyebab
naik/turun dari rentang normal. selama x 24 jam kadar gula dalam darah hiperglikemia
Penyebab: stabil Luaran utama : kestabilan kadar b) Monitor kadar glukosa darah
1. Disfungsi pankreas glukosa darah Luaran tambahan : c) Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis,
2. Resistensi insulin kontrol resiko Perilaku poliurs, polidipsia, polifagia, kelemahan
3. Gangguan toleransi glukosa darah mempertahankan berat badan Perilaku pandangan kabur, sakit kepala)
4. Gangguan glukosa darah puasa menurunkan berat badan Status d) Identifikasi situasi yang menyebabkan
Gejala dan tanda mayor Subjektif: atepartum Status intrapartum Status kebutuhan insulin meningkat (mis, penyakit
Hipoglikemia nutrisi Status pasca partum Tingkat kambuhan)
a) Mengantuk pengetahuan Dengan kriteria hasil:
b) Pusing a) Kesadaran meningkat Terapeutik:
Hiperglikemia b) Mengantuk menurun a) Berikan asupan cairan oral
a) Lelah atau lesu c) Perilaku aneh menurun b) Konsultasi dengan medis jika tanda dan
Objektif: d) Keluhan lapar menurun gejala hiperglikemia tetap ada atau memburuk
Hipoglikemia e) Kadar glukosa dalam darah membaik
12

a) Gangguan koordinasi Edukasi:


b) Kadar glukosa dalam a) Anjurkan menghindari olahraga saat kadar
darah/urin rendah glukosa darah lebih dari 250 mg/dL
Hiperglikemia b) Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan
a) kadar glukosa dalam olahraga
darah/urin tinggi c) Ajarkan pengelolaan diabetes (mis,
Gejala dan tanda minor penggunaan insulin, obat oral)
Subjektif:
Hipoglikemia
a) Palpitasi
b) Mengeluh lapar

Hiperglikemia
a) Mulut kering
b) Haus meningkat

Objektif:
Hipoglikemia
a) Gemetar
13

b) Kesadaran menurun
c) Perilaku aneh
d) Sulit bicara
e) Berkeringat

Hiperglikemia
a) Jumlah urin meningkat
D.0054 Gangguan mobilitas fisik L.05042 Mobilitas Fisik Meningkat 1. 060171 Dukungan Ambulasi
Definisi : Keterbatasan dalam gerakan Setelah dilakukan intervensi Tindakan Observasi :
fisik dari satu atau lebih ekstremitas keperawatan selama 24 jam diharapkan 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
secara mandiri Kriteria Hasil : Lainnya
Penyebab 1. Pergerakan ekstremitas Meningkat 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
1. Kerusakan integritas struktur tulang 2. Kekuatan otot Meningkat ambulasi
2. Perubahan metabolisme 3. Rentang Gerak (ROM) Meningkat 3. Monitor frekwensi jantung dan tekanan darah
3. Ketidakbugaran fisik 4. Nyeri Menurun sebelum melakukan ambulasi
4. Penurunan kendali otot 5. Kecemasan menurun 4. Monitor kondisi umum selama melakukan
5. Penurunan massa otot 6. Kaku sendi Menurun ambulasi
6. Penurunan kekuatan otot 7.Gerakan tidak terkoordinasi Menurun
7. Keterlambatan perkembangan 8. Gerakan terbatas Menurun Terepeutik :
14

8. Kekakuan sendi 9. Kelemahan fisik Menurun 1. Fasilitas aktivitas ambulasi dengan alat bantu
9. Kontraktur (mis. Tongkat, kruk)
10. Malnutrisi 2. Fasilitas melakukan mobilisasi fisik, jika
11. Gangguan muskuloskeletal perlu
12. Gangguan neuromuskular 3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien
13. Indeks masa tubuh diatas persentil dalam meningkatkan ambulasi
ke-75 sesuai usia
14. Efek agen farmakologis Edukasi :
15. Program pembatasan gerak 1. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
16. Nyeri 2. Anjurkan melakukan ambulasi dini
17. Kurang terpapar informasi tentang 3. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus
aktivitas fisik dilakukan (mis. Berjalan dari tempat tidur ke
18. Kecemasan kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar
19. Gangguan kognitif mandi, berjalan sesuai toleransi)
20. Keengganan melakukan pergerakan
21. Gangguan sensoripersepsi
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Mengeluh sulit menggerakkan
15

ekstremitas
Objektif
1. Kekuatan otot menurun
2. Rentang gerak (ROM) menurun
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Nyeri saat bergerak
2. Enggan melakukan pergerakan
3. Merasa cemas saat bergerak
Objektif
1. Sendi kaku
2. Gerakan tidak terkoordinasi
3. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah
D.0015 Risiko perfusi perifer tidak Luaran utama : L. 02011b perfusi Pencegahan syok
efektif perifer Observasi :
Definisi : Beresiko mengalami Dengan kriteria hasil : a) Mengontrol status pulmonal (frekuensi dan
penurunan sirkulasi darah pada level a. Denyut nadi perifer meningkat kekuatan nadi , frekuensi napas, TD)
kapiler yang dapat mengganggu b. Penyembuhan luka meningkat b) Monitor status oksglenasi (oksimetri nadi,
16

metabolisme tubuh Faktor resiko : 1) c. Sensasi meningkat AGD)


Hiperglikemia d. Warna kulit pucat minangkat c) Monitor status cairan (masukan dan haluran,
2) Gaya hidup kurang gerak e. Edema perifer meningkat turgor kulit, CRT)
3) Hipertensi f. Nyeri esktremitas d) Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
4) Merokok g. Parastesia meningkat e) Periksa riwayat alergi
5) Prosedur endovaskuler h. Kelemahan otot meningkat
6) Trauma i. Kram otot meningka Terapeutik :
7) Kurang terpapar informasi tentang a) Berikan oksigen untuk mempertahankan
faktor pemberat (mis. Merokok, gaya saturasi oksigen> 94%
hidup kurang gerak, obesitas, b) Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis,
imobilitas) jika perlu
Kondisi klinis terkait: c) Pasang jalur IV, jika perlu
1) Arterosklerosis d) Pasang kateter urine untuk menilai produksi
2) Raynaud’s disease urine, jika perlu
3) Trombosis arteri e) Lakukan skin tes untuk mencegah reaksi
4) Atritis reumatoid alergi
5) Leriche’s syndrome
6) Aneurisma Edukasi :
7) Varises a) Jelaskan penyebab/faktor resiko syok
17

8) Diabetes mellitus b) Jelaskan tanda dan gejala awal syok


9) Hipotensi c) Anjurkan melapor jika
10) Kanker menemukan/merasakan tanda dan gejala awal
syok
d) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
e) Anjurkan menghondari alergi
18

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi
keperawatan
Rabu Ketidakstabilan 1. memonitor cek gula darah pasien kolaborasi S: Klien megatakan masih terasa lemas
28 Sep
gula darah dengan tim medis lain dalam regulasi insulin
2022 O:.klien terlihat lesu, dan sulit beraktivitas
berhubungan 2. mengidentifikasi kemungkinan penyebab
A: masalah teratasi sebagian
dengan hiperglikemia
Disfungsi 3. mengidentifikasi gejala hiperglikemia : pasien P: intervensi dilanjutkan
pangkreas merasa sakit kepala, poliurinaria tidak bisa
diketahui karna pasien memakai pampers.

Kamis Ketidakstabilan 1. monitor glukosa darah dan kolaborasi dengan S: klien mengatakan sudah mersa baik
29 Sep hanya saja masih sulit bergerak.
gula darah tim medis lain dalam regulasi insulin
2022 O: hasil fula darah terakhir di jam 14.00
berhubungan wib adalah 105 mh/dl ( sudah mengalami
penurunan)
dengan
A: masalah teratasi
Disfungsi P : intervensi dilanjutkan
pangkreas
Jumat Gangguan 1. Monitor frekwensi jantung dan tekanan darah S: klien mengatakan senang bisa berganti
30 Sep sebelum melakukan ambulasi posisi tidur
mobilitas fisik
2022 2. Fasilitas melakukan mobilisasi fisik, seperti
berhubungan teknih alih baring five pillow O: TD: 140/86 mmHg
19

dengan 3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien Hr: 80 x/menit


dalam meningkatkan ambulasi Rr: 22x/menit
Kelemahan
T: 36, 50 C
anggota gerak Keluarga kooperatif

A: masalah teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Jumat Risiko perfusi 1. Mengontrol status pulmonal S: klien mengatakan merasa lebih baik
30 Sep perifer tidak 2. Monitor tingkat kesadaran : compos mentis
2022 3. riwayat alergi tidak ada O: TD: 140/86 mmHg
efektif 4. memasang jalur IV Hr: 80 x/menit
berhubungan Rr: 22x/menit
T: 36, 50 C
diabetes mellitus
A: masalah teratasi sebagian

P: intervensi dihentikan
BAB III
PEMBAHASAN
A. Analisa Kasus
Pengkajian telah dilakukan pada tanggal 28 Sep 2022 jam 17.00 wib di
ruangan Utsman Bin affan (UBA) di RSUD Yuliddin Away. pasien bernama Ny.
K, berumur 60 tahun, jenis kelamin Perempuan, sudah menikah, beragama islam,
pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. pada kasus diatas yang menjadi alasan
masuk klien yaitu pasien datang dengan keluhan lemas, berbicara pelo, dan
kelemahan anggota gerak.
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang terjadi ketika tubuh tidak
dapat memproduksi cukup insulin atau menggunakan insulin secara efektif
(Herawati,2016). Ketidakstabilan kadar glukosa darah merupakan kondisi
ketika kadar glukosa dalam darah mengalami kenaikan atau penurunan dari
batas normal dan dapat mengalami hiperglikemi atau hipoglikemi (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Hiperglikemia merupakan gejala khas DM
Tipe II yang menimbulkan gangguan kadar glukosa darah seperti
resistensi insulin pada jaringan lemak, otot, dan hati, kenaikan produksi
glukosa oleh hati, dan kekurangan sekresi insulin oleh pancreas
(Rachmania et al., 2016).
Keadaan hiperglikemia apabila tidak segera ditangani dan berlangsung terus-
menerus akan mengakibatkan kerusakan dan kegagalan berbagai organ terutama
mata, ginjal, saraf, jantung,dan pembuluh darah (American Diabetes Association,
2015).Kendali glukosa darah dapat dicapai dengan perubahan pola hidup dan obat
antihiperglikemia oral (PERKENI, 2019).
Kunci pengobatan DM adalah dengan mengendalikan jumlah gula darah.
Keterbatasan pasien dalam melakukan pengobatan secara terapi dengan obat
karena masalah biaya membuat penderita DM banyak mencari
pengobatan tradisional sebagai obat alternatif untuk menurunkan gula
(glukosa) darah (Wulandari, 2016).
Dari hasil pemeriksaan fisik pada Ny. K dilakukan pengukuran tanda-tanda
vital yaitu tekanan darah 140/84, frekuensi nadi : 80 x/menit, temperatur : 36,50,

20
21

Frekuensi pernafasan : 22 x/ menit. dan hasil kolaborasi dengan tim medis lainnya
yaitu dilakukan regulasi insulin serta memonitor kadar glukosa perjam
menunjukkan hasil yaitu Ny. k mengalami penurunan kadar glukosa darah
B. Analisa Intervensi Keperawatan
Asuhan keperawatan gerontik pada pasien dengan risiko ketidakstabilan kadar
glukosa darah dapat dilakukan secara komprehensif yang dilakukan secara
menyeluruh dari proses pengkajian sampai dengan evaluasi. Pengkajian yang
dilakukan untuk mengetahui riwayat penyakit dan pengobatan yang pernah
dijalani sebelumnya. Pasien dengan diabetes melitus tipe 2 perencanaan serta
tindakan asuhan keperawatan yang dilakukan guna memperbaiki kadar gula darah
supaya berada pada rentang normal yaitu dengan memonitor kadar glukosa darah,
memonitor tanda serta gejala hiperglikemia maupun hipoglikemia, pemberian
terapi insulin maupun glukagon.Perawat mempunyai peran penting agar tercapai
pengontrolan kadar glukosa darah serta penangkalan dalam mengelola penyakit
pasien supaya tidak terjadi komplikasi pada pasien diabetes mellitus
(Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 2018; Sunaryo et al., 2016). Upaya
perawat untuk memandirikan pasien diabetes melitus meliputi dua hal yaitu
mengedukasi pasien dengan keluarga supaya menjaga makan-makanan yang sehat
serta menjauhi makanan tinggi kandungan gula. Pengobatan diabetes melitus
merupakan suatu metode guna menormalkan kandungan glukosa darah.
Penatalaksanaan diabetes melitus meliputi 4 pilar utama ialah edukasi, aktivitas
fisik dan olahraga, terapi gizi medis, serta intervensi farmakologis(Persatuan
Perawat Nasional Indonesia, 2018)
Tindakan keperawatan dengan risiko ketidakstabilan kadar gula darah
pada Ny.K meliputi pemantauan glukosa darah untuk tujuan mengukur glukosa
dalam darah, memonitor tanda dan gejala hiperglikemia untuk mengetahui tanda
serta gejala hiperglikemia (poliuria, polidipsia, polifagia, kelemahan, mata
kabur). Menganjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga untuk
membakarlemak dan kadar gula bisa menurun sekaligus menurunkan berat
badan, memberikan edukasi pengelolaan diabetes seperti penggunaan insulin,
obat oral, penggantian karbohidrat yang bertujuan guna mengontrol gula darah
22

dengan baik secara mandiri serta terhindardari risiko komplikasi.


Berkolaborasi pemberian insulin dengan tujuan guna mengendalikan kadar
gula darah. Peneliti memberikan edukasi diet bagi penderita diabetes melitus tipe
2, hal tersebut sejalan dengan penelitain tentang self manajemen pada pasien
diabetes melitus tipe 2 menemukan bahwa diet teratur sangat mempengaruhi
kadar glukosa darah. Pengaturan makan atau diet pada penderita DM harus
meninjau jumlah kebutuhan kalori dan nutrisi seimbang. Diet penderita
diabetes harus berpedoman pada pengaturan 3 J yaitu keteraturan jadwal makan,
jenis makan, dan jumlah kandungan kalori. Komposisi makanan yang dianjurkan
terdiri dari karbohidrat 45 –65% atau kurang dari total asupan energi yang
dianjurkan adalah 20 –25% kkal dari asupan energi (Febrinasari et al., 2020).
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengkajian pada Ny. K di dapatkan data alasan pasien masuk karena pasien
merasa lemas, bicara pelo dan kelemahan anggota gerak, saat dilakukan
pemeriksaan kadar gula darah didapatkan data bahwa gula darah cukup tinggi.
sehingga pasien didiagnosis dokter mengalami hiperglikemia+Dm tipe II.

B. Saran
Perawat sebagai educator bagi pasien diharapkan dapat memberikan perawatan
yang optimalpada pasien.

23
DAFTAR PUSTAKA

Corina. Profil Komplikasi Kronis Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di


Poli Endokrin RSUD Dr. Soetomo Periode juli-september 2017
(doctoral dissertation, Fakultas Kedokteran).

Herawati, L. (2016). Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang Perawatan Luka


Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Ptpn Ii Bangkatan Binjai Tahun
2016. Jurnal Riset Hesti Medan Akper Kesdam I/BB Medan, 1(2), 110-117.

Holt, P. 2013. Asessment and management of patient with diabetic foot ulcers,
Jakarta: EGC

Indaryati, S., & Pranata, L. (2019). Peran Edukator Perawat Dalam Pencegahan
Komplikasi Diabetes Melitus (Dm) Di Puskesmas Kota Palembang Tahun
2019
.
Saad O.A.O., dan Hussein, S.A. (2013). Antimicrobial activity of probiotic
bacteria. Egypt. Acad. J. Biolog. Sci. 5: 21-34.

Saad, A. (2013). Wound Bed Preparation For Chronic Diabetic Foot Ulcers.
Jakarta : Salemba Medika

Tini, T. (2018). Hubungan Indeks Massa Tubuh (Imt) Dengan Resiko Kaki
Diabetik Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Husada Mahakam: Jurnal
Kesehatan, 4(6), 344

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Vol.3 No.4 September 2022 5717
……………………………………………………………………………………………………...
IMPLEMENTASI JUS BUAH PARE PADA PERAWATAN PASIEN DIABETES
MELLITUS DENGAN MASALAH KETIDAKSTABILAN KADAR GULA DARAH DI
RUANG KENARI ATAS RSUD AJIBARANG

Oleh
Saino1), Siti Robi’ah Yuniatun2), Amin Susanto3)
1, 2, 3 Program Studi Pendidikan Profesi Ners, Fakultas Kesehatan,

Universitas Harapan Bangsa

Abstract
Diabetes mellitus (DM) is a chronic disease that causes high rates of morbidity and mortality.
Hyperglycemia is a typical symptom of Type II DM which causes disturbances in blood glucose
levels. The key to treating DM is to control the amount of blood sugar. Pare is used for treatment,
especially for the treatment of diabetes mellitus because it contains saponins which have the effect of
lowering blood sugar levels. Descriptive research design in the form of a case study with a nursing
process approach consisting of assessment, nursing diagnoses, planning, implementation, and
evaluation by focusing on nursing implementation in patients with diabetes mellitus with risk
problems of blood glucose level instability by giving bitter gourd juice. The subject of the case study
amounted to one case, namely a patient with diabetes mellitus in the Upper Kenari Room, Ajibarang
Hospital. The results showed that the problems that occurred in the client could be resolved on the
3rd day and were marked by the patient looking more relaxed, no longer sweating cold, BP: 141/90
mmHg, N: 82 x/min, S: 36.7 °c , RR : 22 x/min, Spo2 : 95%, GDS : 280 mg/dL, the patient says that
he is not dizzy, his weakness has decreased, he has eaten and drank a lot.
Keywords: Pare Fruit Juice, Diabetes Mellitus, Blood Sugar Level Instability

PENDAHULUAN mengalami hiperglikemi atau hipoglikemi (Tim


Diabetes mellitus (DM) merupakan salah Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Hiperglikemia
satu penyakit kronis yang menyebabkan merupakan gejala khas DM Tipe II yang
tingginya angka morbiditas dan mortalitas menimbulkan gangguan kadar glukosa darah
(American Diabetes Association, 2015). World seperti resistensi insulin pada jaringan lemak,
Health Organization (WHO) (2019) otot, dan hati, kenaikan produksi glukosa oleh
menyatakan, DM merupakan salah satu penyakit hati, dan kekurangan sekresi insulin oleh
Non-Communicable Disease (Penyakit tidak pancreas (Rachmania et al., 2016).
menular) yang mempunyai prevalensi penyakit Keadaan hiperglikemia apabila tidak
yang paling sering terjadi di dunia. DM segera ditangani dan berlangsung terus-menerus
merupakan penyakit kronik yang terjadi akibat akan mengakibatkan kerusakan dan kegagalan
pankreas tidak mampu menghasilkan insulin berbagai organ terutama mata, ginjal, saraf,
yang cukup atau ketika tubuh tidak dapat secara jantung,dan pembuluh darah (American Diabetes
efektif menggunakan insulin tersebut (WHO, Association, 2015). Kendali glukosa darah dapat
2019). dicapai dengan perubahan pola hidup dan obat
Diabetes mellitus (DM) ditandai dengan antihiperglikemia oral (PERKENI, 2019).
terjadinya ketidakstabilan kadar glukosa darah Pengobatan dengan metformin sebagai obat lini
(WHO, 2019). Ketidakstabilan kadar glukosa pertama, jika upaya untuk mengubah gaya hidup
darah merupakan kondisi ketika kadar glukosa tidak cukup untuk mengontrol kadar glukosa
dalam darah mengalami kenaikan atau darah. Ketika obat-obatan oral tidak dapat
penurunan dari batas normal dan dapat mengontrol hiperglikemia, direkomendasikan,

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
5718 Vol.3 No.4 September 2022
………………………………………………………………………………………………………….
untuk melakukan penyuntikan insulin diperlukan Penelitian yang telah dilakukan oleh
(Diabetes Federation International, 2019). Rahmasari & Wahyuni (2019) membuktikan
Penelitian Suprapti et al., (2020) yang Memordica Charantia (pare) yang di komsumsi
dilakukan terhadap 28 pasien DM diketahui secara rutin oleh penderita diabetes melitus
kadar gula darah pasien sebelum intervensi terapi mampu menurunkan kadar glukosa darah. Hasil
insulin intravena adalah 243 mg/dL sampai lebih penelitian yang didapatkan oleh Meles et al.,
dari 600mg/dL dansetelah diberikan intervensi (2019) bahwa ekstrak buah pare mempunyai efek
kadar gula darah berkisar antara 0,2 sampai 28,1 antidiabetes yang bisa memperbaiki rusaknya sel
mg/dL. Kunci pengobatan DM adalah dengan beta pankreas, dan meningkatkan jumlah sel
mengendalikan jumlah gula darah. Keterbatasan Leyding yang mengalami asidosis 50 mg/1
pasien dalam melakukan pengobatan secara ml/hari pada 21 hari setelah pemberian. Hasil
terapi dengan obat karena masalah biaya penelitian oleh Hasibuan (2020) membuktikan
membuat penderita DM banyak mencari ada pengaruh yang sangat baik pada glukosa
pengobatan tradisional sebagai obat alternatif darah penderita diabetes melitus setelah
untuk menurunkan gula (glukosa) darah diberikan jus pare pada kelompok eksperimen,
(Wulandari, 2016). dengan nilai p=0.000, serta sangat
Terdapat beberapa tumbuhan yang efektif merekomendasikan jus pare untuk dikomsumsi
menurunkan dan mengendalikan kadar gula untuk menurunkan glukosa darah. Hasil
darah seperti kunyit, jahe, kayu manis, bawang penelitian yang dilakukan oleh Sur & Ray (2020)
merah, jintan hitam, lidah buaya, dan buah pare. membuktikan bahwa pare dapat menurunkan
Buah pare (Momordica Charantia) merupakan glukosa darah serta memperbaiki profil lipid
tumbuhan yang dapat dijadikan obat- obatan secara bersamaan
tradisonal yang berkhasiat sebagai penurun Berdasarkan uraian latar belakang
glukosa dalam darah. buah pare mengandung sehingga peneliti tertarik mengangkat masalah
charatin, polypeptide-P insulin serta lektin. Pare dengan judul “Analisis Asuhan Keperawatan
digunakan untuk pengobatan terutama untuk Gangguan Nutrisi dan Cairan pada Pasien Tn. Y
pengobatan diabetes mellitus karena kandungan dengan Diagnosis Medis Diabetes Mellitus di
saponin yang memiliki efek menurunkan kadar Ruang Kenari Atas RSUD Ajibarang”.
gula darah (Adnyana et al., 2017).
Menurut Bahagia et al., (2018) kandungan METODE PENELITIAN
pada buah pare terutama insulinmetika dan Desain penelitian deskriptif dalam bentuk
polifenol, memiliki potensi untuk menurunkan studi kasus dengan pendekatan proses
glukosa darah. Hal ini disebabkan karena efek keperawatan yang terdiri dari pengkajian,
sampingnya yang sedikit dan biyayanya diagnosa keperawatan, perencanaan,
terjangkau sehingga pada negara berkembang pelaksanaan, dan evaluasi. Pendekatan yang
mungkin ditetapkan sebagai pilihan utama terapi. digunakan adalah pendekatan praktik
Masyarakat afrika memanfaatkan buah pare keperawatan yaitu melakukan pemberian jus
salah satunya sebagai antidiabetes. Mekanisme buah pare. Untuk memperoleh informasi rinci
penurunan glukosa oleh buah pare dengan cara tentang kasus yang diterapkan pada praktik
meningkatkan glukosa pada otot skelet dan keperawatan, peneliti mengevaluasi praktik
jaringan perifer, inhibisi absorbsi glukosa pada keperawatan pada pasien DM yang mengalami
usus halus, inhibisi differensiasi adipose, supresi masalah ketidakstabilan kadar gula darah.
enzim untama pada glukoneognesis, stimulasi Responden penelitian yang digunakan dalam
enzim untama pada jalur hexsose mono penelitian ini adalah satu pasien DM yang
phosphate dan mempertahankan islet sel beta mengalami masalah ketidakstabilan kadar gula
dengan fungsinya.
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.3 No.4 September 2022 5719
……………………………………………………………………………………………………...
darah. Penelitian ini dilakukan di RSUD adanya perubahan anatomis, fisiolosi dan
Ajibarang. biokimia. Perubahan dimulai dari tingkat sel,
Pengumpulan data dilakukan dengan kemudian berlanjut pada tingkat jaringan yang
melakukan wawancara untuk memperoleh akhirnya pada ingkat organ yang dapat
informasi (identitas pasien, keluhan utama, mempengaruhi hemeostasis.
riwayat kesehatan saat ini, riwayat kesehatan, Hasil penelitian ini sejalan dengan panduan
riwayat penyakit keluarga, dll), observasi dan yang dikeluarkan oleh PERKENI (2019) yang
pemeriksaan fisik dilakukan dengan menyatakan bahwa kelompok usia yang
menggunakan pendekatan IPPA. Sumber data memiliki risiko tinggi terkena penyakit DM tipe
adalah data primer dan sekunder, data primer 2 adalah kelompok usia di atas 45 tahun.
berasal dari pasien dan keluarga, sedangkan data Penelitian yang dilakukan oleh Evi & Yanita
sekunder berasal dari buku catatan yang (2016) didapatkan bahwa usia diatas atau lebih
merekam semua perkembangan dengan sumber dari 50 tahun berisiko tinggi terkena DM tipe 2
data. Alat pengumpul data menggunakan format akibat penuaan yang menyebabkan menurunnya
penilaian pelaksanaan asuhan pada pasien post sensitivitas insulin serta menurunnya fungsi
partum yang mengalami masalah nyeri dan tubuh dalam metabolisme glukosa. Hasil
kenyamanan. Peneliti juga menggunakan lembar penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang
observasi yang mencatat hasil pelaksanaan orang dilakukan oleh Pinchevsky et al (2020) yang
yang diwawancarai. Analisis data penelitian ini menyatakan bahwa pasien dengan usia >65 tahun
terdiri dari menganalisis hasil penerapan data lebih rentan terkena penyakit DM tipe 2 dimana
pasien dalam bentuk jurnal dengan insiden DM tipe 2 banyak terjadi pada pasien
membandingkannya dengan hasil penelitian dengan usia lanjut (lansia). Pasien dengan
orang lain atau teori yang ada. rentang usia 55-64 tahun dan telah didiagnosis
DM tipe 2 memiliki tingkat harapan hidup yang
HASIL DAN PEMBAHASAN rendah.
Berdasarkan hasil dari kajian karakteristik Berdasarkan hasil dari kajian diketahui
pasien dapat diketahui bahwa Tn. Y memiliki bahwa di keluarga Tn. Y terdapat anggota
usia 51 tahun. Data mayor pada kasus Tn. Y keluarga yang memiliki penyakit diabetes
bersumber dari data subjektif dan data objektif. mellitus yaitu ibu kandung. Riwayat keluarga
Tabel 1. Hasil Diagnosa Keperawatan dengan DM tipe 2, akan mempunyai peluang
Analsis Data Masalah Keperawatan menderita DM sebesar 15% dan risiko
Data Objektif Ketidakstablian Kadar
Pasien tampak kurang rileks, Glukosa Darah b.d Disfungsi mengalami intoleransi glukosa yang
berkeringat dingin Pankreas ketidakmampuan dalam memetabolisme
TD: 142/87 mmHg
N: 90 x/mnt karbohidrat secara normal secara 30%.
S : 37,4 °c Timbulnya penyakit diabetes melitus tipe 2 juga
RR : 20x/mnt
Spo2 : 99% dapat dipengaruhi oleh faktor genetik. Risiko
GDS : 381 mg/dL seorang anak menderita diabetes melitus tipe 2
Data Subjektif adalah 15% bila salah satu orang tuanya
Pasien mengatakan pusing, mata menderita diabetes melitus.
berkunang kunang, riwayat penyakit
gula sudah sejak tahun 2008 Apabila seseorang menderita diabetes
melitus maka saudara kandungnya mempunyai
1. Hasil Pengkajian pada Pasien risiko diabetes melitus sebanyak 10%. Risiko
Berdasarkan hasil dari kajian karakteristik untuk mendapatkan diabetes melitus dari ibu
pasien dapat diketahui bahwa Tn. Y memiliki lebih besar 10-30% dari pada ayah dengan
usia 51 tahun. Faktor usia yang risiko menderita diabetes melitus (Kusnadi, 2016). berdasarkan
DM tipe 2 adalah diatas 30 tahun, hal ini karena hasil penelitian Ritonga (2019) orang yang

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
5720 Vol.3 No.4 September 2022
………………………………………………………………………………………………………….
mempunyai riwayat DM pada keluarga memiliki dikelola dengan baik akan mempercepat
risiko 6 kali lebih besar untuk menderita diabetes kerusakan pada ginjal dan kelainan
melitus tipe 2 apabila dibandingkan dengan kardiovaskuler.
responden yang tidak mempunyai riwayat DM Penderita Diabetes Melitus tipe 2
pada keluarga. mempunyai risiko penyakit jantung dan
Berdasarkan hasil dari kajian diketahui pembuluh darah dua sampai empat kali lebih
bahwa Tn. Y selama ini sudha mengkonsumsi tinggi dibandingkan orang tanpa diabetes,
obat antidiabetes oral yaitu metformin. mempunyai risiko hipertensi dan dislipidemia
Metformin merupakan obat antidiabetik oral yang lebih tinggi dibandingkan orang normal.
terpilih pada pasien Diabetes Melitus tipe 2. Kelainan pembuluh darah sudah dapat terjadi
Kemampuan mereduksi kadar HBA1c dalam sebelum diabetes terdiagnosis, karena adanya
rentang 1,0 – 2,0 %, efek hipoglikemia rendah, resistensi insulin pada saat prediabetes (Eva,
perbaikan sensitivitas insulin serta mampu 2019). Boer, et al. (2016) dalam penelitiannya
menurunkan berat badan dan lemak visceral menunjukkan bahwa hipertensi adalah risiko
menjadikan metformin sebagai terapi pilihan yang kuat dan dapat diubah dan merupakan
terutama pada Diabetes Melitus tipe 2 dengan faktor penyebab komplikasi makrovaskuler dan
obesitas (Ningrum et al, 2016). Metformin mikrovaskuler diabetes. Penelitian Grossman
merupakan pilihan pertama pada sebagian besar and Grossman (2018) menunjukkan bahwa
kasus DM tipe 2. Metformin tidak boleh penurunan glukosa darah pada penderita diabetes
diberikan pada beberapa keadaan seperti, adanya mellitus sangat berperan dalam menurunkan
gangguan hati berat, serta pasien – pasien degan tekanan darah.
kecenderungan hipoksemia (misalnya penyakit 2. Diagnosis pada Pasien
serebrovaskular, sepsis, renjatan, PPOK, gagal Berdasarkan data yang diperoleh pada Tn.
jantung) (PERKENI, 2019) Y di Ruang Kenari Atas RSUD Ajibarang maka
Metformin menurunkan glukosa terutama disimpulkan bahwa diagnosis keperawatan yang
dengan mengurangi produksi glukosa hepatik. sesuai dengan tinjauan teori yang ada adalah
Metformin tidak menyebabkan hipoglikimia atau ketidakstabilan kadar glukosa darah. Diagnosis
penambahan berat badan karena agen tersebut keperawatan yang diprioritaskan adalah
dapat meningkatkan aktivitas penekan nafsu ketidakstabilan kadar glukosa darah. Hal ini
makan sehingga mendukung penurunan berat didasarkan bahwa masalah ini dapat
badan. Dosis awal metformin adalah 500 mg 1-2 menimbulkan timbulnya hiperglikemia pada
kali sehari, dan ditingkatkan menjadi 850 mg di pasien Tn. Y dan akhirnya dapat menyebabkan
minum 3 kali sehari. Efek samping utama komplikasi maupun kematian.
metformin adalah mual, anoreksia atau diare. Penderita Diabetus Mellitus tipe 2 yang
Asam laktat jarang ditemukan, namun bila ada mengalami hiperglikemi dapat disebabkan
hal ini dapat menjadi efek samping serius yang karena adanya resistensi terhadap insulin pada
mengarah pada kematian (Bilous & Donelly, jaringan lemak, otot, dan hati, kenaikan glukosa
2014). oleh hati serta kekurangan sekrsi insulin yang
Berdasarkan hasil dari kajian diketahui dihasilkan oleh pankreas akan menyebabkan
bahwa Tn. Y memiliki TD 142/87 mmHg. gangguan pada kadar glukosa dalam darah (Tim
Purwansyah (2019) menyatakan bahwa Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
seseorang yang berisiko menderita DM adalah Dampak dari hiperglikemia dapat
yang mempunyai tekanan darah tinggi menyebabkan makroangiopati, yaitu komplikasi
(Hipertensi) yaitu dengan tekanan darah 140/90 yang mengenai pembuluh darah besar. Jika
mmHg pada umumnya pada Diabetes Melitus mengenai pembuluh darah jantung muncul
menderita juga hipertensi. Hipertensi yang tidak penyakit jantung koroner, jika mengenai
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.3 No.4 September 2022 5721
……………………………………………………………………………………………………...
pembuluh darah tepi muncul ulkus iskemik pada Pare dalam buahnya memiliki kandungan
kaki dan jika mengenai pembuluh darah otak phyto nutrient, merupakan salah satu ragam
akan terjadi stroke iskemik atau stroke tanaman insulin yang diketahui bisa menurunkan
hemoragik. Mikroangiopati, yaitu komplikasi glukosa darah. Buah pare juga memiliki anti
yang mengenai pembuluh darah kecil. Jika hipoglikemik atau bisa di sebut charatin yang
mengenai kapiler dan arteriola retina akan terjadi bermanfaat meningkatkan serapan glukosa dan
retinopati diabetik, jika mengenai saraf perifer glikogen, dan melakukan sintetis dalam hati.
akan muncul neuropati diabetik dan jika Karena senyawa tersebut pare di percaya bisa
menyerang saraf diginjal akan terjadi nefropati menurunkan glukosa darah khususnya pada
diabetik (PERKENI, 2019). diabetes melitus tipe 2 (Rahmasari & Wahyuni,
Kelelalhan merupakan salah satu tanda dan 2019)
gelaja penyakit diabetes melitus secara fisik 4. Implementasi pada Pasien
Ketika mengalami hiperglikemia. Kelelahan Implementasi keperawatan pada studi
pada penderita diabetes melitus dapat terjadi kasus ini direncakanan dengan tujuan mengatasi
karena adanya perubahan atau gangguan pada masalah ketidakstabilan kadar glukosa darah.
fungsi fisik dan pikologis terkait penyakit. Tujuan ini agar dapat tercapai maka Tn. Y
Perubahan fungsi fisik yang menyebabkan diberikan asupan cairan oral, dilakukan
kelelahan pada penderita diabetes melitus salah konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala
satu proses kompensasi seluler untuk tetap hiperglikemia tetap ada atau memburuk,
mempertahankan fungsi sel karena dampak dari memfasilitasi ambulasi jika ada hipotensi
starvasi seluler (Ignatavicius et al., 2016). ortostatik, menganjurkan monitor kadar glukosa
Kelelahan didefinisikan sebagai gejala darah secara mandiri, menganjurkan kepatuhan
subjektif atau pengurangan kinerja objektif. terhadap diet dan olahraga, mengajarkan
Kelelahan merupakan suatu syndrom tersendiri pengelolaan diabetes (mis. penggunaan insulin,
(Choronic fatique syndrome). Meskipun obat oral, monitor asupan cairan, penggantian
kelelahan dianggap sebagai kejadian normal karbohidrat, dan bantuan professional
dalam kehidupan sehari-hari, namun kelelahan kesehatan), melakukan pemberian insulin, dan
merupakan sesuatu yang kompleks atau melakukan pemberian cairan IV.
multifaset, mencakup komponen fisiologi, Pemberian asupan cairan oral dalam
psikologis dan situasional. Kelelahan berfungsi penelitian ini menggunakan jus buah pare.
sebagai mekanisme perlindungan dengan Mengkomsumssi buah pare bisa membuat gula
menandakan kebutuhan tubuh untuk beristirahat darah dalam tubuh terkontrol. Dikarenakan
(Johan, 2015). adanya serat dalam kandungan buah pare. Ketika
3. Intervensi pada Pasien serat masuk dalam tubuh, berarti hanya melewati
Studi kasus ini mengangkat diagnosis saluran pencernaan, oleh sebab itu akan
keperawatan adalah ketidakstabilan kadar menjadikan makanan berserat tidak akan
glukosa darah, sehingga perecanaan keperawatan menyebabkan meningkatkan glukosa darah
ditujukan sebagai upaya agar kadar gula darah (Rahmasari & Wahyuni, 2019)
menjadi lebih normal. Terapi ketidakstabilan Menurut Bahagia et al., (2018) kandungan
kadar glukosa darah dilakukan dengan pada buah pare terutama insulinmetika dan
pemberian asupan cairan oral menggunakan jus polifenol, memiliki potensi untuk menurunkan
pare. Pare digunakan untuk pengobatan terutama glukosa darah. Hal ini disebabkan karena efek
untuk pengobatan diabetes mellitus karena sampingnya yang sedikit dan biyayanya
kandungan saponin yang memiliki efek terjangkau sehingga pada negara berkembang
menurunkan kadar gula darah (Adnyana et al., mungkin ditetapkan sebagai pilihan utama terapi.
2017). Masyarakat afrika memanfaatkan buah pare

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
5722 Vol.3 No.4 September 2022
………………………………………………………………………………………………………….
salah satunya sebagai antidiabetes. Mekanisme diberikan jus pare pada kelompok eksperimen,
penurunan glukosa oleh buah pare dengan cara dengan nilai p=0.000, serta sangat
meningkatkan glukosa pada otot skelet dan merekomendasikan jus pare untuk dikomsumsi
jaringan perifer, inhibisi absorbsi glukosa pada untuk menurunkan glukosa darah. Hasil
usus halus, inhibisi differensiasi adipose, supresi penelitian yang dilakukan oleh Sur & Ray (2020)
enzim untama pada glukoneognesis, stimulasi membuktikan bahwa pare dapat menurunkan
enzim untama pada jalur hexsose mono glukosa darah serta memperbaiki profil lipid
phosphate dan mempertahankan islet sel beta secara bersamaan
dengan fungsinya
5. Evaluasi Keperawatan pada Pasien PENUTUP
Hasil evaluasi untuk mengatasi masalah Kesimpulan
ketidakstabilan kadar glukosa darah 1. Pengkajian
memperlihatkan bahwa pasien sudah tidak Penulis melakukan pengkajian pada
merasakan lemas dan pusing lagi. Pasien sudah tanggal 28 Desember 2021, hasil pengkajian
dapat melakukan pemeriksaan kadar gula darah dengan pendekatan pengkajian melakukan
secara mandiri. Kondisi vital pasien membaik, wawancara, observasi, dan studi dokumentasi
yaitu TD 130/90 mmHg; N 84/menit; dan RR 22 diketahui bahwa keluhan utama adalah pasien
x/menit GDS: 280 mg/dL. Hasil ini mengatakan pusing, mata berkunang kunang,
memperlihatkan bahwa masalah teratasi riwayat penyakit gula sudah sejak tahun 2008,
sebagian. Meski demikian intervensi tetap pasien tampak kurang rileks, berkeringat dingin,
dilanjutkan dengan tujuan mempertahankan TD: 142/87 mmHg, N: 90 x/mnt, S : 37,4 °c, RR
kondisi yang sudah baik, bahkan kualitas : 20x/mnt, Spo2 : 99%, GDS : 381 mg/dL.
kesehatan semakin lebih baik. 2. Diagnosis Keperawatan
Pare memiliki manfaat untuk penurunan Setelah melakukan pengkajian dan
glukosa darah disebabkan memliki insulin analisis, maka penulis dapat menentukan
polipeptida-P, karantin, serta lektin berfungsi dignosis keperawatan pada Tn. Y yang sesuai
sebagai penurun glukosa dalam darah. dengan teori yaitu ketidakstablian kadar glukosa
Kandungan lainnya seperti saponin, flavonoid, darah berhubungan dengan disfungsi pankreas.
polifenol, serta vitamin C, dan juga pare befungsi 3. Perencanaan
sebagai antioksidan bermanfaat mencegah Rencana tindakan keperawatan yang
radikal bebas yang bisa menyenbabkan ditetapkan oleh penulis sesuai dengan
gangguan kesehatan (Meles et al., 2019). kemampuan, kondisi, sarana dan berdasarkan
Penelitian yang telah dilakukan oleh ptioritas, serta ditentukan dan ketahui oleh Tn. Y
Rahmasari & Wahyuni (2019) membuktikan sehingga dilakukan kerja sama yang baik dalam
Memordica Charantia (pare) yang di komsumsi pelaksanaannya dan tidak menemukan
secara rutin oleh penderita diabetes melitus hambatan. Studi kasus ini mengangkat diagnosis
mampu menurunkan kadar glukosa darah. Hasil keperawatan adalah ketidakstablian kadar
penelitian yang didapatkan oleh Meles et al., glukosa darah berhubungan dengan disfungsi
(2019) bahwa ekstrak buah pare mempunyai efek pankreas, sehingga perecanaan keperawatan
antidiabetes yang bisa memperbaiki rusaknya sel ditujukan sebagai upaya agar kadar gula darah
beta pankreas, dan meningkatkan jumlah sel stabil dengan menurunnya keluhan pusing, lelah,
Leyding yang mengalami asidosis 50 mg/1 mengantuk dan menurunnya kadar glukosa
ml/hari pada 21 hari setelah pemberian. Hasil darah. Terapi ketidakstablian kadar glukosa
penelitian oleh Hasibuan (2020) membuktikan dilakukan dengan melakukan pemberian asupan
ada pengaruh yang sangat baik pada glukosa cairan oral jus buah pare.
darah penderita diabetes melitus setelah
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.3 No.4 September 2022 5723
……………………………………………………………………………………………………...
4. Implemetasi [5] Meles, D. K., Wurlina, Adnyana, D. P. A.,
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada Rinaldhi, C. P., Octaviani, R. R., &
Tn. Y sesuai dengan perencanaan yang telah Cempaka, D. K. S. (2019). The antidiabetic
ditetapkan dengan melibatkan keluarga klien dan effect of bitter melon (Momordica
bekerja sama dengan perawat ruangan tanpa charantia l.) extracts towards glucose
terlepas dari monitoring pada tiap pergantian concentration, langerhans islets, and leydig
dinas selama 24 jam dan didukung dengan sarana cells of hyperglycemic mice (rattus
yang cukup. Implementasi keperawatan yang norvegicus). EurAsian Journal of
dilakukan untuk mengatasi masalah BioSciences, 13(2), 757–762.
ketidakstablian kadar glukosa dilakukan dengan [6] PERKENI. (2019). Pedoman pengelolaan
melakukan pemberian asupan cairan oral jus dan pencegahan diabetes melitus tipe 2
buah pare. dewasa di Indonesia 2019. Perkumpulan
5. Evaluasi Endokrinologi Indonesia, 1–118.
Evaluasi yang dilakukan oleh penulis [7] Rachmania, D., Nursalam, & Yunitasari, E.
diketahui bahwa masalah yang terjadi pada klien (2016). Development of Nursing
dapat teratasi pada hari ke-3 dan yang ditandai Diagnosis and Intervention Instrument
dengan pasien tampak lebih rileks, sudah tidak Based on Standardized Nursing Language
berkeringat dingin, TD: 141/90 mmHg, N: 82 (Nanda-I, Noc, Nic). Jurnal NERS, 11(2),
x/mnt, S : 36,7 °c, RR : 22 x/mnt, Spo2 : 95 %, 157.
GDS : 280 mg/dL, pasien mengatakan tidak https://doi.org/10.20473/jn.v11i22016.157
pusing, lemas sudah berkurang, makan dan -163
minum sudah banyak. [8] Rahmasari, I., & Wahyuni, E. S. (2019).
Efektivitas momordica carantia (pare)
DAFTAR PUSTAKA terhadap penurunan kadar glukosa darah.
[1] Adnyana, I. D. P. A., Meles, D. K., Jurnal Ilmiah Rekam Medis Dan
Wurlina, Zakaria, S., & Suwasanti, N. Informatika Kesehatan, 9(1), 57–64.
(2017). Efek Anti Diabetes Buah Pare [9] Suprapti, B., Syarfina, F., Ardianto, C., &
(Momordica charantia Linn.) Terhadap Wibisono, C. (2020). Intravenous insulin
Kadar Glukosa Darah, Sel Penyusun Pulau therapy in diabetes mellitus with
Langerhans dan Sel Leydig pada Tikus hyperglycemic crisis and intercurrent
Putih Hiperglikemia. Acta VETERINARIA illness. Journal of Basic and Clinical
Indonesiana, 4(2), 43–50. Physiology and Pharmacology, 30(6), 1–6.
https://doi.org/10.29244/avi.4.2.43-50 https://doi.org/10.1515/jbcpp-2019-0337
[2] American Diabetes Association. (2015). [10] Sur, S., & Ray, R. B. (2020). Bitter melon
American Diabetes Association Guidelines (Momordica charantia), a nutraceutical
2015. Clinical Diabetes. approach for cancer prevention and
[3] Bahagia, W., Kurniawaty, E., & Mustafa, therapy. Cancers, 12(8), 1–22.
S. (2018). Potensi ekstrak buah pare https://doi.org/10.3390/cancers12082064
(Momordhica charantia) sebagai penurun [11] Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017).
kadar glukosa darah : manfaat di balik rasa Standar Diagnosis Keperawatan
pahit. Medical Journal of Lampung Indonesia Definisi dan Indikator
University, 7(10), 177–181. Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus
[4] Diabetes Federation International. (2019). PPNI.
IDF Diabetes Atlas Ninth edition 2019. In [12] WHO. (2019). Classification of diabetes
International Diabetes Federation. mellitus. In Clinics in Laboratory
Medicine (Vol. 21, Issue 1).

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
5724 Vol.3 No.4 September 2022
………………………………………………………………………………………………………….
https://doi.org/10.5005/jp/books/12855_8
4
[13] Wulandari, S. (2016). Gambaran Kadar
Glukosa Darah Dalam Sampel Serum
Dengan Plasma NaF Yang Ditunda 1 jam
dan 2 Jam Di STIKes Muhammadiyah
Ciamis. Univesitas Muhammadiyah
Yogyakarta.

………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
JURNAL ALTIFANI Vol. 2, No. 4 - Juli 2022, Hal. 378-386
DOI: 10.25008/ altifani.v2i4.264
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Manajemen Hiperglikemia Untuk Mengatasi Masalah Risiko


Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Penderita DMT2
Dwi Nur Ariqoh1, Dwi Novitasari*2, Prasanti Adriani3, Nur Arifah Kurniasih4
1,2,3Fakultas Kesehatan, Universitas Harapan Bangsa, Purwokerto, Jawa Tengah
4RSUDDr Goeteng Tarunadibrata Purbalingga, Jawa Tengah
*e-mail: dwinovitasari@uhb.ac.id

Received: Revised: Accepted: Available online:


15.06.2022 22.06.2022 20.07.2022 25.07.2022

Abstract: Diabetes mellitus is characterized by hyperglycemia, impaired carbohydrate, fat, and


protein metabolism associated with absolute or relative insulin deficiency. The main problem in patients is
the risk of unstable blood glucose levels. This case study aims to carry out nursing care to control blood
glucose levels so that they are stable in patients with diabetes mellitus in the lavender room of the
DR. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Hospital. This Community Service method uses a nursing
care approach with a case study. This activity results in implementing the nursing care plan with
hyperglycemia management. The evaluation was carried out every day for three days, resulting in the
patient's problem being resolved. Based on these results, it is recommended that patients with diabetes
mellitus control an excellent and regular diet to control blood glucose levels.
Keywords: Diabetes, blood glucose, hyperglycemia management

Abstrak: Diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia, gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein yang berhubungan dengan defisiensi insulin absolut atau relatif. Organisasi Internasional Diabetes
Federation (IDF) memperkirakan sedikitnya terdapat 463 juta orang pada usia 20-79 tahun di dunia menderita
DM. Lanjut usia merupakan perkembangan tahap akhir pada daur kehidupan manusia. Penurunan fungsi
fisiologis yang terletak pada sistem endokrin berpotensi menimbulkan penyakit DM tipe 2. Lansia dengan DM
berpeluang untuk terjadinya ketidakstabilan kadar glukosa darah baik pada kondisi hipoglikemi maupun
hiperglikemi. Masalah utama pada pasien adalah risiko kadar glukosa darah yang tidak stabil. Pengabdian
kepada masyarakat ini bertujuan untuk melakukan asuhan keperawatan untuk mengontrol kadar glukosa
darah agar stabil pada pasien diabetes mellitus di ruang lavender RS DR. R.Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga. Metode PkM ini menggunakan pendekatan asuhan keperawatan dengan studi kasus yaitu
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa, rencana
intervensi, implementasi serta evaluasi. Tehnik pengumpulan data menggunakan anamnesa, observasi serta
dokumentasi. Hasil dari kegiatan ini adalah mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan
menggunakan SIKI (I.03115) yaitu manajemen hiperglikemia. Evaluasi dilakukan setiap hari selama tiga hari,
dengan hasil evaluasi pada hari ketiga keluhan pusing, lemas serta GDS pasien sudah teratasi . Berdasarkan
hasil tersebut, maka disarankan agar penderita diabetes mellitus mengontrol pola makan yang baik dan
teratur serta berolahraga untuk mengontrol kadar glukosa darah.
Kata kunci: diabetes, kadar glukosa, manajemen hiperglikemia

1. PENDAHULUAN
Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan
dengan kurangnya kerja sekresi insulin secara mutlak maupun relatif serta kendala karbohidrat, lemak,
dan protein. Diabetes Melitus dianggap sebagai pemicu kematian prematur di dunia. Indonesia
menduduki peringkat ke- 3 Asia dengan prevalensi sebesar 11, 3% pada permasalahan DM (Dipiro et
al., 2020; Mohit et al., 2011; Su et al., 2021). Provinsi Jawa Tengah tahun 2018 mengalami peningkatan
pada permasalahan DM mencapai 496.181 permasalahan serta mengalami kenaikan sebanyak
652.822 permasalahan pada tahun 2019 (Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2020; Febrinasari
et al., 2020). Total kasus Diabetes Melitus di wilayah Kabupaten Purbalingga tahun 2018 sejumlah 9.
508 terdiri dari 67 kasus DM jenis 1 serta 9. 441 kasus DM jenis 2 (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah, 2020). Bersumber pada hasil prasurvey yang dilakukan penulis diperoleh informasi sebanyak
174 orang yang menderita DM pada tahun 2020 serta sebanyak 131 orang pada tahun 2021 di RSUD
dokter. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Penderita DM indikasi yang dikeluhkan ialah
polidipsia, poliuria, polifagia, kesemutan dan penyusutan berat tubuh. Komplikasi pada penderita DM
bisa diasosiasikan dengan terbentuknya kehancuran, kehilangan fungsi, dan kegagalan multi organ

E-ISSN: 2774-6240 378


JURNAL ALTIFANI Vol. 2, No. 4 - Juli 2022, Hal. 378-386
DOI: 10.25008/ altifani.v2i4.264
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
paling utama mata, jantung, ginjal, syaraf, serta pembuluh darah secara jangka panjang (American
Diabetes Association, 2020; Houle et al., 2015).
Hasil Riskesdas 2018, Penyakit Tidak Menular (PTM) paling banyak yang terjalin pada lanjut
usia salah satunya ialah diabetes mellitus (Kemenkes RI, 2018a). Prevalensi DM pada lanjut usia
dengan umur 60- 74 tahun sebesar 4,8% (Dipiro et al., 2020). Lanjut usia merupakan perkembangan
tahap akhir pada daur kehidupan manusia. Proses perkembangan lanjut usia ditandai dengan
terjadinya perubahan biologis serta perubahan fisiologis. Perubahan fisiologis pada lansia dapat
mengakibatkan fungsi seluruh organ tubuhnya mengalami penurunan. Penurunan fungsi fisiologis
yang terletak pada sistem endokrin berpotensi menimbulkan penyakit DM tipe 2. Berdasarkan hasil
penelitian sebelumnya tentang analisis kadar gula darah pada lansia didapatkan rata – rata lansia
memiliki kadar glukosa darah 212,94 mg/dL dalam kategori hiperglikemia (Novitasari, D., & Netra,
2020). Lanjut usia dengan DM berpeluang guna terbentuknya ketidakstabilan kadar glukosa darah baik
pada keadaan hipoglikemi ataupun hiperglikemi. Peningkatan kadar gula darah disebabkan oleh
gangguan homeostasis regulasi gula darah. kendala pengaturan gula darah pada lanjut usia meliputi 3
perihal yaitu kehilangan pelepasan insulin pada tahap awal, resistensi insulin, serta kenaikan kadar
gula darah postprandial, diantara ketiga kendala tersebut yang sangat berperan adalah resistensi
insulin. Resistensi insulin bisa diakibatkan adanya perubahan kualitas lemak tubuh lanjut usia berupa
peningkatan komposisi lemak dari 14% jadi 30% (jaringan lemak lebih banyak dibandingkan masa otot),
menurunya aktivitas fisik yang mengakibatkan penurunan reseptor insulin, perubahan pola makan
lebih banyak makan karbohidrat, serta perubahan neurohormonal (Kemenkes RI, 2018b).
Risiko ketidakstabilan kandungan gula darah diakibatkan oleh kegemukan, kurang olahraga,
penuaan dan pergantian gaya hidup tidak sehat. Permasalahan DM tipe 2 ada dua permasalahan yang
berhubungan dengan insulin ialah resistensi urin serta disfungsi selβ pankreas. Insulin secara alami
mengikat reseptor khusus di permukaan sel. Akibat dari pengikatan insulin pada reseptor ini terjadi
reaksi terhadap metabolisme glukosa intraseluler dan menonaktifkan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan. Dampaknya akan terjadi intoleransi glukosa yang datang secara
perlahan serta progresif sehingga dapat menyebabkan diabetes melitus tidak terdeteksi. Diabetes
Melitus bisa menyebabkan komplikasi akut serta kronis jika tidak terkontrol dengan baik (Fatimah,
2015). Asuhan keperawatan gerontik pada pasien dengan risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
dapat dilakukan secara komprehensif yang dilakukan secara menyeluruh dari proses pengkajian
sampai dengan evaluasi. Pengkajian yang dilakukan untuk mengetahui riwayat penyakit dan
pengobatan yang pernah dijalani sebelumnya. Pasien dengan diabetes melitus tipe 2 perencanaan
serta tindakan asuhan keperawatan yang dilakukan guna memperbaiki kadar gula darah supaya berada
pada rentang normal yaitu dengan memonitor kadar glukosa darah, memonitor tanda serta gejala
hiperglikemia maupun hipoglikemia, pemberian terapi insulin maupun glukagon. Perawat mempunyai
peran penting agar tercapai pengontrolan kadar glukosa darah serta penangkalan dalam mengelola
penyakit pasien supaya tidak terjadi komplikasi pada pasien diabetes mellitus (Persatuan Perawat
Nasional Indonesia, 2018; Sunaryo et al., 2016). Upaya perawat untuk memandirikan pasien diabetes
melitus meliputi dua hal yaitu mengedukasi pasien dengan keluarga supaya menjaga makan- makanan
yang sehat serta menjauhi makanan tinggi kandungan gula. Pengobatan diabetes melitus merupakan
suatu metode guna menormalkan kandungan glukosa darah. Penatalaksanaan diabetes melitus
meliputi 4 pilar utama ialah edukasi, aktivitas fisik dan olahraga, terapi gizi medis, serta intervensi
farmakologis (Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 2018).
Tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PkM) ini ada dua meliputi tujuan
umumnya adalah untuk mengetahui proses asuhan keperawatan gerontik pada penderita diabetes
tipe 2. Tujuan khusus penulis untuk melakukan pengkajian, merumuskan diagnosa, merancang
intervensi, serta melakukan dan menilai pasien diabetes tipe 2 yang berisiko terhadap ketidakstabilan
glukosa darah.

E-ISSN: 2774-6240 379


JURNAL ALTIFANI Vol. 2, No. 4 - Juli 2022, Hal. 378-386
DOI: 10.25008/ altifani.v2i4.264
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
2. METODE
Metode yang digunakan penulis dalam PkM adalah asuhan keperawatan dengan pendekatan
studi kasus. Subjek ialah Ny. S usia 74 tahun dengan diabetes melitus tipe 2 di bangsal lavender RSUD
dokter. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Pengumpulan data pada studi kasus ini menggunakan
tehnik anamnesa yaitu mengkaji tentang identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit keluarga dan keturunan serta pemeriksaan fisik. Tehnik observasi meliputi melakukan
pengamatan pada pasien yang bertujuan untuk mengetahui keadaan pasien seperti jumlah tanda-
tanda vital pasien, tanda-tanda peningkatan suhu tubuh serta tanda lainya pada pasien diabetes
melitus tipe 2. Tehnik studi dokumentasi akan dilakukan pada rekam medis, hasil pemeriksaan
penunjang laboratorium dan pemeriksaan GDS.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Asuhan Keperawatan pada Ny. S telah dilakukan mulai tanggal 5 – 7 Januari 2022. Proses
keperawatan dimulai dengan pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan
evaluasi. Hasil proses keperawatan dijelaskan sebagai berikut.

Pengkajian
Bedasarkan hasil pengkajian tanggal 5 Januari 2022 yang sudah dilakukan kepada Ny.S
didapatkan data subjektif yang muncul yaitu Ny.S mengatakan pusing, kaki dan tangan kesemutan,
lemas, pasien mengatakan masih memakan makanan yang manis, jarang berolahraga, tidak berobat
rutin selama 1 bulan, riwayat DM tahun 2020. Data objektif Ny.S keadaan umum lemas, kesadaran
composmentis, hasil TTV: S: 36,8 oC, N: 88 kali/menit, TD: 150/90 mmHg, GDS 250 mg/dl.
Bersumber pada pengelolaan asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada Ny.S di
bangsal Lavender RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga dengan masalah utama risiko
ketidakstabilan kadar gula darah, rangkaian penerapan proses keperawatan dari pengkajian sampai
evaluasi. Pada masalah Ny. S mengeluh lemas perihal ini sesuai dengan teori mengenai gejala akut
diabetes melitus yaitu mengalami poliphagia. Gejala lemas terjadi karena kurangnya invasi gula
kedalam sel – sel tubuh, menghasilkan lebih sedikit energi dan menyebabkan kelemahan. Oleh karena
itu menyebabkan rasa lapar dan berusaha menambah asupan makanan (ADA, 2021; Su et al., 2021).
Pada kasus Ny. S mengeluhkan kesemutan, hal ini sesuai dengan teori mengenai gejala kronik diabetes
melitus yaitu glukosa darah yang tinggi sehingga menyebabkan neuropati diabetik yang merusak saraf
sehingga mengirim sinyal pada tangan dan kaki menjadi mati rasa atau kesemutan (Perkeni, 2019).

Tabel 1 : Pemeriksaan laboratorium 5 Januari 2022


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.8 g/dl 11.7 – 15.8
Erytrosit 5.3* 10^6/pl 4.0 – 5.0
Leukosit 4.2 10^3/pl 4.0 – 11
Trombosit 242 10^3/pl 150 - 400
Hematokrit 39 % 37 - 43
MCV 80.4 fl 72.9 – 93.0
MCH 29.0 fl 27.0 – 32.0
MCHC 28 g/dl 21.0 – 35.0
Eosinofil 0* % 1–3
Basofil segmen 82* % 50 – 70
Basofil 0 % 0–1
Lymfosit 11* % 25 – 40
Monosit 7 % 2–8
KIMIA KLINIK
Gula Darah Sewaktu 250* mg/dl 100 – 150
HBsAg - Negatif

E-ISSN: 2774-6240 380


JURNAL ALTIFANI Vol. 2, No. 4 - Juli 2022, Hal. 378-386
DOI: 10.25008/ altifani.v2i4.264
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Hasil pengkajian khusus gerontik yang didapatkan pada Ny. S pada tanggal 5 Januari 2022
meliputi Penilaian Activity Of Daily Living (ADL), penilaian risiko jatuh pada lansia serta penilaian
geriatric depression scale (GDS).

Tabel 2 : Penilaian Activity Of Daily Living (ADL)


No FUNGSI SKOR KETERANGAN HASIL
Mengendalikan rangsang BAB 0 Tidak terkendali/tak teratur (perlu pencahar)
1 1 2
2
Mengendalikan rangsang BAK 0 Terkadang terkendali atau pakai kateter
2 1 Kadang-kadang tak terkendali (hanya 1 x 24 jam) 2
2 Mandiri
Membersihkan diri (mencuci wajah, Butuh pertolongan orang lain
0
3 menyikat rambut, mencukur kumis, Mandiri 1
1
sikat gigi)
Penggunaan WC (keluar masuk WC, 0 Tergantung pertolongan orang lain
melepas/memakai celana, cebok, 1 Perlu pertolongan pada beberapa kegiatan tetapi
4 1
menyiram) dapat mengerjakan sendiri beberapa kegiatan lain
2 Mandiri
Makan minum (jika makan harus 0 Tidak mampu
5 berupa potongan, dianggap dibantu) 1 Perlu ditolong memotong makanan 1
2 Mandiri
Bergerak dari kursi roda ke tempat Tidak mampu
0
tidur dan sebaliknya (termasuk Perlu banyak bantuan untuk bisa duduk(2 orang)
1
6 duduk di tempat tidur) Bantuan minimal 1 orang 2
2
Mandiri
3
Berjalan ditempat rata (atau jika 0 Tidak mampu
tidak bisa berjalan, menjalankan kursi 1 Bisa (pindah) dengan kursi roda
7 2
roda) 2 Berjalan dengan bantuan 1 orang
3 Mandiri
Berpakaian (termasuk memasang tali 0 Tergantung orang lain
8 sepatu, mengencangkan sabuk) 1 Sebagian dibantu (mis.mengancing baju) 2
2 mandiri
Naik turun tangga 0 Tidak mampu
9 1 Butuh pertolongan 1
2 Mandiri
Mandi 0 Tergantung orang lain
10 1
1 Mandiri
Total 15

Kuisioner ini digunakan untuk menentukan hasil tindakan dan prognosis pada lanjut usia dan
penyakit kronis, meliputi keadekuatan 6 fungsi yaitu mandi, berpakaian, toileting, berpindah, kontinen
dan makan serta untuk mendeteksi tingkat fungsional klien mandiri atau tergantung (Kemenkes RI,
2017). Dari tabel di atas didapatkan hasil dapat mengendalikan rangsang BAB, mengendalikan
rangsang BAK secara mandiri, membersihkan diri secara mandiri, keluar masuk WC perlu pertolongan
pada beberapa kegiatan, makan dan minum perlu ditolong saat memotong makanan, bergerak dari
kursi roda ke tempat tidur dan sebaliknya membutuhkan bantuan minimal 1 orang, berjalan di tempat
rata dengan bantuan 1 orang, berpakaian secara mandiri, naik turun tangga butuh pertolongan, mandi
secara mandiri. Hasil pengkajian tersebut didapatkan skor barthel index 15 dengan kategori
ketergantungan ringan.

E-ISSN: 2774-6240 381


JURNAL ALTIFANI Vol. 2, No. 4 - Juli 2022, Hal. 378-386
DOI: 10.25008/ altifani.v2i4.264
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Tabel 3 : Penilaian risiko jatuh pada lansia
NO RISIKO SKALA HASIL
1 Gangguan gaya berjalan (diseret, menghentak, berayun) 4
2 Pusing atau pingsan pada posisi tegak 3
3 Kebingungan setiap saat (contoh : pasien yang mengalami demensia) 3
4 Nokturia / Inkontinen 3 1
Kebingungan intermiten (contoh pasien yang mengalami delirium/acute
5 2
confusional state)
6 Kelemahan umum 2
Obat – obat bersiko tinggi (diuretic, narkotik, antipsikotik, laksatif, vasilidator,
7 antiaritmia, antihipertensi, obat hipoglikemik, antidepresan, neuroleptic, 2 1
NSAID)
8 Riwayat jatuh dalam 12 bulan terakhir 2
9 Osteoporosis 1
10 Gangguan pendengaran dan/atau penglihatan 1 1
11 Usia 70 tahun ke atas 1 1
Jumlah 4

Berdasarkan data yang ada, kejadian jatuh pada lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun,
yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan penyakit yang diderita. Oleh karena itu perlu dilakukan
upaya pencegahan dengan melakukan penilaian risiko jatuh pada pasien lanjut usia (Kemenkes RI,
2017). Hasil pengkajian pada penilaian risiko jatuh pasien lanjut usia didapatkan Ny. S mengalami
Nokturia/Inkontinen , obat – obat beresiko tinggi, gangguan pendengaran dan penglihatan serta usia
70 tahun ke atas dengan skor hasil 4 dan dapat dikategorikan risiko rendah.

Tabel 4 : Penilaian geriatric depression scale (GDS)


No Pertanyaan Jawaban Skor
1 Apakah anda pada dasarnya puas dengan kehidupan anda? YA TIDAK
2 Apakah anda sudah meninggalkan banyak kegiatan dan YA TIDAK
minat/kesenangan anda?
3 Apakah anda merasa kehidupan anda hampa? YA TIDAK
4 Apakah anda sering merasa bosan? YA TIDAK 1
5 Apakah anda mempunyai semangat baik setiap saat? YA TIDAK
6 Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda? YA TIDAK 1
7 Apakah anda merasa bahagia pada sebagian besar hidup anda? YA TIDAK
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya? YA TIDAK 1
9 Apakah anda lebih senang tinggal di rumah dari pada pergi ke luar YA TIDAK
dan mengerjakan sesuatu hal yang baru?
10 Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya YA TIDAK 1
ingat anda dibandingkan kebanyakan orang?
11 Apakah anda pikir hidup anda sekarang ini menyenangkan? YA TIDAK
12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat YA TIDAK
ini?
13 Apakah anda merasa penuh semangat? YA TIDAK
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? YA TIDAK
15 Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya dari YA TIDAK
anda?
Jumlah Skor 4

Pemeriksaan lanjutan akan menunjukkan adanya mood depresi yang sering disangkal pasien
atau kehilangan minat akan hal-hal yang menjadi kebiasaannya. Iritabilitas (cepat marah, cepat
tersinggung). Rasa bersalah, keluhan fisik dan kecemasan sering tampil sebagai gejala yang menonjol.
Skrining depresi dapat dilakukan dengan instrumen Geriactric Depresion Scale (GDS) (Kemenkes RI,
2017). Hasil pengkajian penilaian geriatric depression scale (GDS) didapatkan Ny. S sering merasa
bosan, takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada dirinya, sering merasa tidak berdaya, dari hasil
tersebut didapatkan skor 3 menunjukan kemungkinan besar tidak ada gangguan depresi.

E-ISSN: 2774-6240 382


JURNAL ALTIFANI Vol. 2, No. 4 - Juli 2022, Hal. 378-386
DOI: 10.25008/ altifani.v2i4.264
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Diagnosa Keperawatan
Bedasarkan hasil pengkajian yang sudah dilakukan kepada Ny. S diagnosa keperawatan yang
muncul yaitu risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah dengan faktor risiko kurang patuh pada
rencana manajemen diabetes. Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data yang penulis dapat dari
pasien dan keluarga Ny. S, penulis merumuskan diagnosa keperawatan risiko ketidakstabilan kadar
glukosa darah dengan faktor risiko kurang patuh pada rencana manajemen diabetes. Risiko
ketidakstabilan kandungan gula darah diakibatkan oleh kegemukan, kurang olahraga, penuaan dan
pergantian gaya hidup tidak sehat yang mengakibatkan resistensi insulin sehingga tidak stabilnya kadar
glukosa darah. Diagnosa pada Ny. S pada PkM ini sejalan dengan asuhan keperawatan Gerontik Tn. M
dengan masalah risiko ketidakstabilan kadar gula darah pada DM tipe 2 di Desa Pasunggingan
diperoleh data bahwa Tn. M mengalami pingsan atau hilang kesadaran satu tahun yang lalu dan kadar
gula darah sewaktu bulan sebelumnya tinggi mencapai 284 mg/dl, serta pasien mengatakan tidak
memantau glukosa darahnya secara mandiri. Kadar glukosa saat pemeriksaan yaitu 230 mg/dl
(Siswanti et al., 2021).

Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan dilakukan untuk mengatasi diagnosa keperawatan risiko
ketidakstabilan kadar glukosa darah, dan setelah dilakukan 3 kali kunjungan diharapkan kestabilan
kadar glukosa darah membaik dengan intervensi keperawatan yang digunakan untuk mencapai kriteria
hasil yaitu: manajemen hiperglikemi (I.03115). Intervensi yang dilakukan meliputi identifikasi
kemungkinan penyebab hiperglikemia, pantau kadar glukosa darah, pantau tanda dan gejala
hiperglikemi (poliuria, polidipsia, polifagia, kelemahan, mata kabur), anjurkan kepatuhan terhadap diet
dan olahraga, dan ajarkan manajemen diabetes (penggunaan insulin, obat oral, pemantauan asupan
cairan, penggantian karbohidrat), kolaborasi pemberian insulin.
Rencana tindakan yang dirumuskan pada Ny. S untuk mengatasi masalah keperawatan lebih
berfokus pada manajemen hiperglikemia (I.03115). Dari masalah yang ditemukan pada Ny. S rencana
keperawatan 3x24 jam untuk memecahkan masalah pada pasien dengan kriteria hasil pusing menurun,
lelah/lesu menurun, kadar glukosa dalam darah menurun (Persatuan Perawat Nasional Indonesia,
2019). Intervensi keperawatan yang dilakukan antara lain monitoring glukosa darah, monitoring tanda
serta gejala hiperglikemia, anjurkan menghindari olahraga bila glukosa darah melebihi 250 mg/dl,
anjurkan kepatuhan diet dan olahraga, mengajarkan pengelolaan penggunaan insulin, obat oral,
pengganti karbohidrat serta kolaborasi pemberian insulin (Persatuan Perawat Nasional Indonesia,
2018). Intervensi dalam PkM sesuai dengan asuhan keperawatan gerontik Tn. M dengan masalah risiko
ketidakstabilan kadar gula darah pada DM tipe 2 di Desa Pasunggingan ialah manajemen hiperglikemia
dengan memantau kadar glukosa darah sesuai indikasi, memonitor tanda serta gejala hiperglikemia,
poliuria, polidipsia, polifagia, kelemahan, lethargy, malaise, penglihatan kabur, atau sakit kepala,
menginstruksikan pasien untuk selalu patuh terhadap diitnya (Siswanti et al., 2021). Penatalaksanaan
diabetes melitus merupakan bagian penting pada diet diabetes, keberhasilan diet diabetes melitus
meliputi keterlibatan penuh dari anggota tim seperti dokter, ahli gizi, petugas kesehatan dan keluarga
pasien. Manajemen diabetes diketahui memiliki empat pilar utama yaitu edukasi, terapi nutrisi,
aktivitas fisik dan intervensi farmakologis (Houle et al., 2015).

Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dimulai dari tanggal 5 Januari 2022 pada pukul 08.00 WIB.
Implementasi dilaksanakan sesuai perencanaan yang telah dibuat. Implementasi yang dilakukan ialah
melakukan pemeriksaan GDS dengan stik hasil 250 mg/dl, identifikasi kemungkinan penyebab
hiperglikemia, pantau kadar glukosa darah, pantau tanda dan gejala hiperglikemia, menganjurkan
kepatuhan diet dan olahraga, dan mengajarkan pengelolaan diabetes (penggunaan insulin, obat oral,
pemantauan asupan cairan, penggantian karbohidrat), berkolaborasi pemberian insulin. Implementasi
hari ke 2 yang dilakukan pada tanggal 6 Januari 2022 pada pukul 08.00 yaitu, melakukan pemerikasan
tanda-tanda vital pasien, melakukan pemeriksaan GDS dengan stik hasil 180 mg/dl, pantau kadar

E-ISSN: 2774-6240 383


JURNAL ALTIFANI Vol. 2, No. 4 - Juli 2022, Hal. 378-386
DOI: 10.25008/ altifani.v2i4.264
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
glukosa darah, pantau tanda dan gejala hiperglikemi, memberikan pendidikan kesehatan tentang
pengelolaan diabetes, memberikan pendidikan kesehatan risiko jatuh pada lansia, menganjurkan
kepatuhan diet dan olahraga, pemberian insulin dan mengevaluasi tindakan yang telah diberikan.
Implementasi hari ke 3 yang dilakukan pada tanggal 7 Januari 2022 pukul 08.00 yaitu melakukan
pemeriksaan GDS dengan stik hasil 130 mg/dl, melakukan monitor kadar glukosa darah, monitor tanda
dan gejala hiperglikemia, menganjurkan kepatuhan diet dan olahraga, serta berkolaborasi pemberian
insulin.

Gambar 1 : Dokumentasi Pemberian insulin

Tindakan keperawatan dengan risiko ketidakstabilan kadar gula darah pada Ny.S meliputi
pemantauan glukosa darah untuk tujuan mengukur glukosa dalam darah, memonitor tanda dan gejala
hiperglikemia untuk mengetahui tanda serta gejala hiperglikemia (poliuria, polidipsia, polifagia,
kelemahan, mata kabur). Menganjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga untuk membakar
lemak dan kadar gula bisa menurun sekaligus menurunkan berat badan, memberikan edukasi
pengelolaan diabetes seperti penggunaan insulin, obat oral, penggantian karbohidrat yang bertujuan
guna mengontrol gula darah dengan baik secara mandiri serta terhindar dari risiko komplikasi.
Berkolaborasi pemberian insulin dengan tujuan guna mengendalikan kadar gula darah. Peneliti
memberikan edukasi diet bagi penderita diabetes melitus tipe 2, hal tersebut sejalan dengan penelitain
tentang self manajemen pada pasien diabetes melitus tipe 2 menemukan bahwa diet teratur sangat
mempengaruhi kadar glukosa darah. Pengaturan makan atau diet pada penderita DM harus meninjau
jumlah kebutuhan kalori dan nutrisi seimbang. Diet penderita diabetes harus berpedoman pada
pengaturan 3 J yaitu keteraturan jadwal makan, jenis makan, dan jumlah kandungan kalori. Komposisi
makanan yang dianjurkan terdiri dari karbohidrat 45 – 65% atau kurang dari total asupan energi yang
dianjurkan adalah 20 – 25% kkal dari asupan energi (Febrinasari et al., 2020).
Aktifitas fisik yang dilakukan pasien dengan durasi tiga kali dalam seminggu juga dapat
mengoptimalkan glukosa darah(Houle et al., 2015b). Selain itu peneliti juga mengedukasi pentingnya
olahraga pada penderita DM. Olahraga dapat meningkatkan sensitivitas insulin, sedikit meningkatkan
kontrol glikemik, mengurangi risiko cardiovaskular, berkontribusi terhadap penurunan berat badan,
meningkatkan kesejahteraan. Latihan fisik harus sesuai dengan umur dan status kesegaran fisik serta
dilakukan secara berkala (Dipiro et al., 2020). Latihan pada penderita diabetes meningkatkan
sensitivitas insulin dan memungkinkan kontrol kadar gula darah. Latihan yang dianjurkan adalah
bentuk bentuk latihan aerobik seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang
(Febrinasari et al., 2020).
Evaluasi Keperawatan

E-ISSN: 2774-6240 384


JURNAL ALTIFANI Vol. 2, No. 4 - Juli 2022, Hal. 378-386
DOI: 10.25008/ altifani.v2i4.264
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Evaluasi dilakukan setiap hari setelah pelaksanaan selama 3 kali kunjungan untuk masalah
utama risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah. Hari pertama 5 Januari 2022 didapat data subjektif
Ny.S mengatakan pusing, lemas, kaki serta tangan sering kesemutan. Data objektif Ny.S kondisi umum
terlihat lemas dan lesu, pasien terlihat tidak mematuhi diit DM yang dianjurkan karena masih makan
dan minum manis, tekanan darah 150/90 mmhg, nadi 88 kali/menit, pernafasan 22 kali/menit, suhu
36,8 oC, saturasi oksigen 98 %, hasil pemeriksaan GDS 250 mg/dl. Masalah belum teratasi, lanjutkan
intervensi. Evaluasi hari ke dua pada tanggal 6 januari 2022 didapatkan data subjektif Ny.S
mengeluhkan pusing serta lemas berkurang, kesemutan berkurang, dan data objektif yang didapat
Ny.S terlihat lebih bugar, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 82 kali/menit, suhu 36,5 oC, pernafasan
22 kali/menit, saturasi oksigen 98%, pemeriksaan gula darah sewaktu 180 mg/dl. Masalah teratasi
sebagian, lanjutkan intervensi. Evaluasi hari ke tiga pada tanggal 7 januari 2022 diperoleh data
subjektif Ny.S menerangkan sudah tidak pusing dan lemas, tangan dan kaki sudah tidak kesemutan
dan data objektif Ny.S tampak bugar, tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 84 kali/menit, pernafasan 22
kali/menit, suhu 36,6 oC, saturasi oksigen 98% , gula darah sewaktu 130 mg/dl. Masalah teratasi,
hentikan intervensi.
Pada tanggal 5 Januari 2022 data subyektif pasien mengatakan pusing, kaki serta tangan
kesemutan. Data obyektif pasieh terlihat lemah, kesadaran composmentis, suhu 36, 8 oC, nadi 88
kali/menit, tensi darah 150/90 mmHg, GDS 250 mg/dl. Assessment masalah belum teratasi. Planning
lanjutkan Intervensi memantau kadar glukosa darah, memantau tanda dan gejala hiperglikemi, berikan
pendidikan kesehatan tentang pengelolaan diabetes, berikan pendidikan kesehatan risiko jatuh pada
lansia, anjurkan kepatuhan diet dan olahraga. Evaluasi tanggal 6 Januari 2022 diperoleh data subyektif
pasien mengeluhkan pusing dan lemas sudah berkurang, kesemutan berkurang. Data obyektif pasien
tarlihat bugar, tekanan darah 130/80 mmhg, nadi 82 kali/menit, suhu 36,5 oC, GDS 180 mg/dl.
Assessment masalah telah teratasi sebagian. Planning lanjutkan intervensi memantau kadar glukosa
darah, memantau tanda dan gejala hiperglikemi, anjurkan kepatuhan diet dan olahraga, serta
berkolaborasi pemberian insulin.
Evaluasi tanggal 7 Januari 2022 didapatkan data subyektif pasien menyatakan sudah tidak
pusing atau lemas tangan serta tidak ada kesemutan pada tangan dan kaki. Data obyektif pasien
terlihat bugar, tekanan darah 120/90 mmhg, nadi 84 kali/menit, suhu 36,6 oC, GDS 130 mg/dl.
Assessment masalah sudah teratasi. Planning hentikan intervensi. Intervensi dihentikan karena
masalah pada Ny. S sudah teratasi, keadaan pasien sudah membaik dan kriteria hasil sudah tercapai.
Pasien mengatakan hendak berupaya patuh dengan dietnya, mengkonsumsi insulin dan berolahraga
secara rutin dan akan rutin memantau kadar gula darahnya secara mandiri. Evaluasi pada PkM ini
sejalan dengan evaluasi hari kelima asuhan keperawatan gerontik Tn. M dengan masalah utama risiko
ketidaksabilan kadar glukosa darah pada DM tipe 2 di Desa Pasunggingan yaitu diperoleh data
subyektif: Tn. M menyatakan akan berusaha patuh dengan dietnya, teratur konsumsi insulin dan
berolahraga semacam jalan kaki serta akan memantau sendiri kandungan gula darahnya. Data
obyektif: pasien secara subyektif menyatakan berusaha patuh terhadap pengobatanya, GDP 108 mg/dl
(Siswanti et al., 2021).

4. KESIMPULAN
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan kepada Ny. S umur 74 tahun dan memiliki
masalah risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah dilakukan dalam 3x24 jam, prosedur yang
digunakan untuk pengkajian ialah wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan juga dokumentasi.
Asuhan keperawata dilakukan selama 3 hari mulai dari tanggal 5 Januari sampai dengan 7 Januari 2022,
didapatkan beberapa masalah dan penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
a. Penulis melakukan pengkajian pada Ny. S dengan Diabetes Melitus tipe 2 yang dilakukan selama 3
hari mulai dari tanggal 5 Januari sampai dengan 7 januari. Pengkajian dilakukan dengan tujuan
untuk memperoleh data atau informasi pasien dengan menggunakan tehnik wawancara, observasi
serta dokumentasi.

E-ISSN: 2774-6240 385


JURNAL ALTIFANI Vol. 2, No. 4 - Juli 2022, Hal. 378-386
DOI: 10.25008/ altifani.v2i4.264
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
b. Diagnosa utama yang ditegakan diambil dari data – data yang diperoleh melalui pengkajian serta
prioritas masalah yang dialami pasien menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI). Riwayat utama saat ini dan analisa prioritas masalah yang muncul pada Ny. S adalah risiko
ketidakstabilan kadar glukosa darah.
c. Intervensi keperawatan yang diberikan kepada Ny. S menggunakan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI) 2018 mengenai manajemen hiperglikemi (I.03115).
d. Penerapan implementasi tindakan keperawatan sesuai dengan rencana perawatan yang dibuat.
Prosedur keperawatan dilakukan dalam 3x24 jam dan pada saat prosedur dilakukan penulis
mendokumentasi reaksi pasien terhadap prosedur yang dilakukan.
e. Setelah dilakukan tindakan keperawatan penulis melakukan evaluasi keperawatan sesuai dengan
kriteria sasaran serta prosedur keperawatan. Hasil evaluasi dapat menyatakan bahwa di hari ke 3
pada Ny. S dengan masalah risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah telah teratasi.

DAFTAR PUSTAKA
ADA. (2021). 9. Pharmacologic approaches to glycemic treatment: Standards of Medical Care in Diabetes—2021.
Diabetes Care, 44(Supplement 1), S111–S124.
American Diabetes Association. (2020). 2. Classification and diagnosis of diabetes: Standards of Medical Care in
Diabetes. Diabetes Care Care, 43(Supplement 1), S14–S31.
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. (2020). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2020. Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2020). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017. BMC Public
Health.
Dipiro, J. T., Yee, G. C., Posey, L. M., Haines, S. T., Nolin, T. D., & Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy a
pathophysiology approach. McGraw Hill.
Fatimah, R. N. (2015). Diabetes Melitus tipe 2. Jurnal Majority, 4(5).
Febrinasari, R. P., Maret, U. S., Sholikah, T. A., Maret, U. S., Pakha, D. N., Maret, U. S., & Maret, U. S. (2020). Buku
Saku Diabetes Melitus Untuk Awam. Buku Saku,(November), 21.
Houle, J., Beaulieu, M.-D., Chiasson, J.-L., Lespérance, F., Côté, J., Strychar, I., Bherer, L., Meunier, S., & Lambert,
J. (2015). Glycaemic control and self-management behaviours in Type 2 diabetes: results from a 1-year
longitudinal cohort study. Diabetic Medicine, 32(9), 1247–1254.
https://doi.org/https://doi.org/10.1111/dme.12686
Kemenkes RI. (2017). Juknis Instrumen Pengkajian Paripurna Pasien Geriatri (P3G). Kementrian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. (2018a). Laporan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2018. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI.
Kemenkes RI. (2018b). “Riset Kesehatan Dasar Nasional.” Kementrian Kesehatan RI, 126.
Mohit, M., Maruf, M., Ahmed, H., & Alam, M. (2011). Depression and Physical Illnesses: an Update. Bangladesh
Medical Journal, 40(1), 53–57. https://doi.org/10.3329/bmj.v40i1.9966
Novitasari, D., & Netra, W. I. (2020). The analysis of blood glucose level and blood pressure on hypertension
patients in mersi village, East Purwokerto, Central Java. In 1st International Conference on Community
Health (ICCH 2019). Purwokerto: Atlantis Press, (Vol. 10).
Perkeni, P. (2019). Pedoman pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 dewasa di Indonesia (Edisi
Pert). PB Perkeni.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Siswanti, Y. D., Novitasari, D., & Kurniawan, W. E. (2021). Asuhan Keperawatan Gerontik Tn. M dengan Masalah
Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah pada DM Tipe 2 di Desa Pasunggingan. Seminar Nasional
Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 571–576.
Su, X., Chen, X., & Wang, B. (2021). Pathology of metabolically-related dyslipidemia. Clinica Chimica Acta, 521,
107–115. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.cca.2021.06.029
Sunaryo, Wijayanti, R., Kuhu, M. M., Sumedi, T., Widayanti, E. D., Sukrilah, U. A., Riyadi, S., & Kuswati, A. (2016).
Asuhan Keperawatan Gerontik. In Penerbit Andi. Penerbit Andi.

E-ISSN: 2774-6240 386

Anda mungkin juga menyukai