DEPARTEMEN
KEPERAWATAN KMB
Oleh:
Putra Rifita Dwi Septiyano
202210461011003
Kelompok 8
DEPARTEMEN
KEPERAWATAN KMB
Oleh:
Putra Rifita Dwi Septiyano
202210461011003
Kelompok 8
KELOMPOK 8
Pembimbing Akademik
Pembimbing Lahan
( )
(Choirul Huda Alhusna M.Kep.,Sp.Kep.MB)
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan tubuh tidak dapat melepaskan
atau menggunakan insulit secara adekuat sehingga kadar glukosa (gula sederhana
sederhana) di dalam darah tinggi (Suryati, 2021).
DM atau sering disebut dengan kencing manis adalah suatu penyakit kronik yang
terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tidak dapat
menggunakan insulin (resistensi insulin), dan di diagnosa melalui pengamatan kadar
glukosa di dalam darah. Insulin merupakan hormon yang dihasilkan oleh kalenjar
pankreas yang berperan dalam memasukkan glukosa dari aliran darah ke sel-sel tubuh
untuk digunakan sebagai sumber energi (IDF, 2017).
DM adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan
secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin. Gejala yang dikeluhkan pada
pasien diabetes mellitus yaitu polidipsia, poliuria, polifagia, penurunan berat badan,
kesemutan (Restyana, 2015).
DM merupakan penyakit metabolisme yang termasuk dalam kelompok gula darah
yang melebihi batas normal atau hiperglikemia <120 mg/dl atau 120 mg% (Suiraoka,
2012).
DM tipe 2 merupakan kondisi saat gula darah dalam tubuh tidak terkontrol akibat
gangguan sensitivitas sel beta (β) pankreas untuk menghasilkan hormon insulin yang
berperan sebagai pengontrol kadar gula darah dalam tubuh (Dewi, 2014). Pankreas masih
bisa membuat insulin, tetapi kualitas insulinnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik
sebagai kunci untuk memasukkan glukosa ke dalam sel. Akibatnya glukosa dalam darah
meningkat. Kemungkinan terjadinya DM tipe 2 adalah bahwa sel-sel jaringan tubuh dan
otot penderita tidak peka atau sudah resisten terhadap insulin sehingga glukosa tidak
dapat masuk kedalam sel dan akhirnya tertimbun dalam peredaran darah (Tandra, 2007).
1.2 Etiologi
Sedangkan faktor resiko yang dapat diubah pada penyakit DM tipe 2 meliputi
:
a. Obesitas berdasarkan IMT lebih dari sama dengan25 Kg atau lingkar perut lebih dari
sma dengan 80 pada wanita dan lebih dari sama dengan 90 pada laki-laki. Terdapat
korelasi berakmakna antara obesitas dengan kadar glukosa darah, pada derajat
kegemukan dengan IMT 23 dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah
menjadi 200mg%.
b. Kurangnya aktivitas fisik.
c. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat
dengan tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari
dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.
d. Dislipidemi adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah
(Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin
dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien Diabetes.
e. Diet tidak sehat.
Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita Polycystic Ovary
Sindrome (PCOS),penderita sindrom metabolik memiliki riwatyat Toleransi Glukosa
Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) sebelumnya,
memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler seperti stroke, PJK, atau Peripheral Arterial
Diseases (PAD), konsumsi alkohol,faktor stres, kebiasaan merokok, jenis
kelamin,konsumsi kopi dan kafein. Alkohol akan
menganggu metabolisme gula darah terutama pada penderita DM, sehingga akan
mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan tekanan darah. Seseorang akan
meningkat tekanan darah apabila mengkonsumsi etil alkohol lebih dari 60ml/hari
yang setara dengan 100 ml proof wiski, 240 ml wine atau 720 ml.
1.3 Patofisiologi
Manifestasi klinis yang serig dijumpai pada pasien DM menurut Bararah dan
Jauhar (2013) yaitu :
a. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin) merupakan gejala yang paling utama yang
dirasakan oleh setiap pasie. Jika konsentrasi glukosa dalam darah tinggi, ginjal tidak
mampu menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa
tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan
diekskresikan ke dalam urin, ekresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan eletrolit
yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmosis. Sebagai akibat dari
kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan
dalam berkemih (poliuria).
b. Polidipsia merupakan peningkatan rasa haus akibat volume urine besar dan keluarnya
air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti dihidrasi
ekstrasel karena air intrasel akan derdisfusi keluar mengikuti penurunan gradient
konsentrasi ke plasma hipertonik. Dihidrasi intrasel merangsang pengeluaran
Antideuretik Hormone (ADH) dan menimbulkan rasa haus.
c. Polifagia (peningkatan rasa lapar) diakibatkan habisnya cadangan gula didalam
tubuh meskipun kadar gula darah tinggi.
d. Peningkatan infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan antibodi,
peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mucus, gangguan fungsi imun, dan
penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.
e. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan darah pada pasien diabetes lama,
katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk
menggunakan glukosa sebagai energi.
f. Kelainan kulit, yaitu kelainan kulit gatal-gatal diketiak dan dibawah payudara,
biasanya akibat tumbuh jamur.
g. Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati, pada penderita DM regenerasi sel
persyarafan mengalami gangguan akibat kurangnya bahan dasar utama yang berasal
dari unsur protein. Akibat banyak persyarafan terutama perifer mengalami kerusakan.
h. Luka yang tidak sembuh-sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan bahan
dasar utama dari protein dan unsur makan yang lain. Pada penderita DM bahan
protein banyak diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan
dipergunakan untuk pergantian jaringan yang rusak mengalami gangguan. Selain itu
luka yang sulit sembuh juga dapat diakibatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme
yang cepat pada penderita DM.
i. Mata kabur yang disebabkan gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa oleh
hiperglikemia. Dapat disebabkan juga kelainan pada korpus itreum.
1.5 Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus dapat terbagi menjadi dua sebagai berikut (Maria,
2021) :
1. Komplikasi akut :
a. Hiperglikemia dan ketoasidosis diabetic: hiperglikemia akibat saat glukosa tidak
dapat diangkut ke dalam sel karena kurangnya insulin. Penyebab umum ketoasidosis
diabetic yaitu memakai terlalu sedikit insulin, mangkir menggunakan insulin,
trauma, kehamilan, stress, pubertas atau infeksi, berkembangnya resistensiinsulin
melalui kehadiran antibody insulin.
b. Sindrom hiperglikemia hyperosmolar nonketosis: varian ketoasidosis diabtik yang
ditandai dengan hiperlikemia ektrem (600-2.00 mg/dl), dehidrasi nyata, ketonuria
ringan atau tidak terdeteksi, dan tidak ada asidosis
c. Hipoglikemia: ciri umum dari DM tipe 1 dan juga dijumpai pada klien dengan DM
tipe 2 yang diobati dengan insulin atau obat oral.
2. Komplikasi kronis diabetes mellitus, komplikasi makrovaskuler yaitu penyakit
arteri coroner, penyakit serebrovaskuler, hipertensi, penyakit pembuluh darah,
infeksi. Komplikasi mikrovaskuler yaitum retinopato, nefropati, ulkus tungki dan
kaki, neuropati sensorimotor, neuropati autonomy yaitu pupilm jantung,
gastrointestinal, urogenital. Komplikasi kronis adalah penyebab utama kesakitan dan
kematian pada klien DM.
1.7 Penatalaksanaan
Carpenter, R., DiChiacchio, T., & Barker, K. (2019). Interventions for self- management
of type 2 diabetes: An integrative review. International Journal of Nursing
Sciences, 6(1), 70–91.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.ijnss.2018.12.002
Lestari, Zulkarnain, & Sijid, S. A. (2021). Diabetes Melitus: Review Etiologi,
Patofisiologi, Gejala, Penyebab, Cara Pemeriksaan, Cara Pengobatan dan Cara
Pencegahan. UIN Alauddin Makassar, November, 237–241. http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/psb
Mardiana, T., Ditama, E. M., & Tuslaela, T. (2020). an Expert System for Detection of
Diabetes Mellitus With Forward Chaining Method. Jurnal Riset Informatika, 2(2),
69–76. https://doi.org/10.34288/jri.v2i2.121
Syahid, Z. M. (2021). Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pengobatan Diabetes
Mellitus. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10(1), 147–155.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i1.546
Varena, M. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Tn. Z Dengan Diabetes Melitus Di Ruang
Rawat Inap Ambun Suri Lantai 3 Rs Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi 2019.