Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn. Z DENGAN KASUS DM DI RUANG BEDAH

RSUD FAUZIAH BIREUEN

Oleh :

M. Ryzki Ari Munandar

2214901045

Ci Ruangan

Ns. Fira Vina S.Kep

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DARUSSALAM
LHOKSEUMAWE
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan

karunia Nya saya bisa menyelesaikan makalah. Adapun maksud penulisan makalah

ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas Asuhan Keperawatan di Rsud dr. Fauziah

Bireuen.

Saya menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan

kelemahan. Maka dari itu kami sangat mengharapkan kritikan dan saran yang

konstruktif dari pembaca, untuk membangun perbaikan makalah ini.

BIREUEN , 29 Mei 2023

Penulis
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah Asuhan Keperawatan ini telah dibaca, dikoreksi dan di setujui oleh
Pembimbing Klinik (CI)

Mahasiswa Yang Bersangkutan

M. Ryzki Ari Munandar


2214901045

Pembimbing Klinik (CI) Pembimbing Akademik

RSUD dr. Fauziah Stikes Darussalam

( ) ( )

MENGETAHUI

Pengelola Penyelenggaraan Diklat

RSUD dr. Fauziah

( )
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes mellitus dapat disebut juga dengan the silent killer sebab penyakit
ini dapat menyerang beberapa organ tubuh dan mengakibatkan berbagai macam
keluhan. Diabetes mellitus tidak dapat disembuhkan tetapi glukosa darah dapat
dikendalikan melalui empat pilar penatalaksanaan DM seperti edukasi, diet, olah
raga dan obat-obatan.

Penyakit DM sangat berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia


dan berdampak pada peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar. Oleh
karenanya, semua pihak baik masyarakat maupun pemerintah, seharusnya ikut
serta secara aktif dalam usaha penanggulangan kejadian DM, khususnya dalam
upaya pencegahan.

Menurut American Diabetes Asociation (ADA,2015), DM dapat di


klasifikasikan menjadi beberapa tipe yakni, DM tipe 1, DM tipe 2,Dm gestasional.
Beberapa tipe yang ada, DM tipe 2 merupakan salah satu jenis yang paling banyak
ditemukan yaitu lebih dari 90-95%. Dimana faktor pencetus dari DM tipe 2 yakni
berupa obesitas, mengosumsi makanan instan,terlalu banyak makan karbohidrat,
merokok dan stres, kerusakan pada sel prankreas dan kelainan hormonal.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengertian, tanda dan gejala, penanganan serta melakukan


tindakan pada Pasien Dengan Kasus DM
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Menerapkan Asuhan keperawatan secara komprehensif pada pasien dengan


DM

2. Tujuan Khusus

a. Mampu menerapkan proses keperawatan yang meliputi: pengkajian,


perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pada pasien dengan Diabetes Melitus tipe II

b. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan


Diabetes Melitus Tipe II

c. Mampu mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam


pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus Tipe II
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Diabetes Mellitus Tipe II

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolism yang


disebabkan kurangnya hormone insulin. Hormon insulin dihasilkan oleh
sekelompok sel beta di kelenjar pankreas dan sangat berperan dalam metabolism
glukosa dalam sel tubuh. Kadar glukosa yang tinggi dalam tubuh tidak bisa diserap
semua dan tidak mengalami metabolism dalam sel. Akibatnya, seseorang akan
kekurangan energy sehingga mudah lelah dan berat badan terus turun. Kadar
glukosa yang berlebih tersebut dikeluarkan melalui ginjal dan dikeluarkan bersama
urine. Gula memiliki sifat menarik air sehingga menyebabkan seseorang banyak
mengeluarkan urine dan selalu merasa haus.

Diabetes mellitus diartikan pula sebagai penyakit metabolism yang


termasuk dalam kelompok gula darah yang melebihi batas normal atau
hiperglikemia (lebih dari 120mg/dl atau 120mg%). Karena itu DM sering disebut
juga dengan penyakit gula. Sekarang, penyakit gula tidak hanya dianggap sebagai
gangguan metabolism karbohidrat, tetapi juga menyangkut metabolism protein dan
lemak. Akibatnya DM sering menimbulkan komplikasi yang bersifat menahun
(kronis), terutama pada struktur dan fungsi pembuluh darah. Jika hal ini dibiarkan
begitu saja.

B. Klasifikasi

1. Diabetes Mellitus Tipe 1

Diabetes Mellitus tipe 1 merupakan kelainan sistemik akibat terjadinya


gangguan metabolik glukosa yang ditandai dengan hiperglikemia kronik.
Keadaan ini disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas baik oleh proses
autoimun maupun idiopatik.
2. Diabetes Mellitus Tipe 2

Diabetes Mellitus tipe 2 atau yang sering disebut dengan Non Insulin
DependentDiabetes Mellitus (NIDDM) adalah jenis DiabetesMellitus yang
paling sering terjadi, mencakup sekitar 85% pasien DM. Keadaan ini ditandai
oleh resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif. Diabetes Mellitus tipe
ini lebih sering terjadi pada usia diatas40 tahun, tetapi dapat pula terjadi pada
orang dewasa muda dan anak-anak (Greenstein dan Wood, 2010).

C. Etiologi

Diabetes melitus tidak tergantung insulin (DM TIPE II) Menurut Smeltzel
2015 Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Faktor-faktor
resiko :

 Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)

 Obesitas

 Riwayat keluarga

D. Patofisiologi

Menurut Price dan Sylvia (2012), diabetes Mellitus (DM) merupakan


kelainan metabolisme yang disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada sel-sel β
pulau Langerhans dalam kelenjar pankreas, sehingga hormon insulin disekresikan
dalam jumlah yang sedikit, bahkan tidak sama sekali.

Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan


dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya
insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat
terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu reaksi dalam metabolisme
glukosa dalam sel.

Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi


intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin,
namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu
ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II.

Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat


meimbulkan masalah akut lainnyayang dinamakan sindrom hiperglikemik
hiperosmolar nonketotik (HHNK). Untuk sebagian besar pasien (kurang lebih
75%), penyakit diabetes tipe II yang didieritanya ditemukan secara tidak sengaja
(misalnya, pada saat pasien menjalani pemeriksaan laboratorium yang rutin). Salah
satu konsekuensi tidak terdeteksinya penyakit diabetes jangka bertahun–tahun
adalah komplikasi diabetes jangka panjang (misalnya, kelainan mata, neuropati
perifer, kelainan vaskuler perifer) mungkin sudah terjadi sebelum diagnosa
ditegakan.
PATHWAYS
E. Manifestasi Klinis

Karakteristik diabetes melitus atau kencing manis diantaranya sebagai


berikut (Mirza, 2012)

1. Buang air kecil yang berlebihan

2. Rasa haus yang berlebihan

3. Selalu merasa lelah

4. Infeksi di kulit’penglihatan menjadi kabur

5. Turunnya berat badan

F. Faktor dan resiko

Menurut Powers (2010) faktor resiko Diabetes Melitus :

1. Riwayat keluarga menderita diabetes

2. Obesitas (Indeks Massa Tubuh)

3. Aktivitas fisik

4. Ras/etnis

G. Komplikasi

1. Komplikasi Akut

a) Hipoglikemia

Hipoglikemia (kadar gula darah yang abnormal rendah) terjadi


apabila kadar glukosa darah turun dibawah 50 mg/ dl. Keadaan ini dapat
terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan,
(Anonim, 2015).
b) Diabetes Ketoasidosis

KAD timbul sebagai akibat insufisiensi insulin yang berat (biasanya


dengan bertambah buruknya kebutuhan dasar) dank arena adanya kelebihan
hormone yang pengaruhnya berlawanan dengan insulin (misalnya glucagon).

c) Sindrom Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik (SHHNK)

Sindrom ini timbul terutama pada pasien dengan DM tipe 2 atau jenis
lain. Pada pasien dengan sindroma ini maka hiperglikemia berat dan
dehidrasi dapat timbul tanpa disertai ketoasidosis. SHHNK dpat terjadi
sebagai gejala sisa terhadap stress berat dan dapat terjadi setelah “stroke”
atau pemasukan hidrat arang yang berlebihan. (Anonim, 2015).

2. Komplikasi Kronik

a) Komplikasi Makrovaskuler

Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar sering terjadi


pada diabetes. Perubahan aterosklerotik ini serupa degan pasien-pasien non
diabetik, kecuali dalam hal bahwa perubahan tersebut cenderung terjadi pada
usia yang lebih muda dengan frekuensi yang lebih besar pada pasien-pasien
diabetes..

b) Komplikasi Mikrovaskeler

1) Retinopati Diabetik, Disebabkan oleh perubahan dalam pembuluh-


pembuluh darah kecil pada retina mata, bagian ini mengandung banyak
sekali pembuluh darah dari berbagai jenis pembuluh darah arteri serta
vena yang kecil, arteriol, venula dan kapiler

2) Nefropati Diabetik Bila kadar gluoksa darah meninggi maka mekanisme


filtrasi ginjal akan mengalami stress yang mengakibatkan kebocoran
protein darah ke dalam urin. Sebagai akibatnya tekanan dalam pembuluh
darah ginjal meningkat. Kenaikan tekanan tersebut diperkirakan berperan
sebagai stimulus untuk terjadinya nefropati.

H. Penatalaksaan

Penatalaksanaan Diabetes Melitus Ada empat komponen dalam


penatalaksanaan diabetes mellitus :

a. Diet. Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari


penatalaksanaan diabetes

b. Latihan, Latihan dengan cara melawan tahanan (resistance training) dapat


meningkatkan lean body mass dan dengan demikian menambah laju
metabolisme istirahat (resting metabolic rate).

c. Terapi, Pada diabetes tipe II, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka
panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat
hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya.

d. Pendidikan Kesehatan, Diabetes mellitus merupakan sakit kronis yang


memerlukan perilaku penanganan mandiri yang khusus seumur hidup

I. Pemeriksaan Penunjang

Untuk penegakan diagnosis DM tipe II yaitu dengan pemeriksaan glukosa


darah dan pemeriksaan glukosa peroral (TTGO). Sedangkan untuk membedakan
DM tipe II dan DM tipe I dengan pemeriksaan C-peptide.

 Pemeriksaan glukosa darah

a) Glukosa Plasma Vena Sewaktu

Pemeriksaan gula darah vena sewaktu pada pasien DM tipe II


dilakukan pada pasien DM tipe II dengan gejala klasik seprti poliuria,
polidipsia dan polifagia. Gula darah sewaktu diartikan kapanpun tanpa
memandang terakhir kali makan. Dengan pemeriksaan gula darah sewaktu
sudah dapat menegakan diagnosis DM tipe II. Apabila kadar glukosa darah
sewaktu ≥ 200 mg/dl (plasma vena) maka penderita tersebut sudah dapat
disebut DM. Pada penderita ini tidak perlu dilakukan pemeriksaan tes
toleransi glukosa.

b) Glukosa Plasma Vena Puasa

Pada pemeriksaan glukosa plasma vena puasa, penderita dipuasakan 8-


12 jam sebelum tes dengan menghentikan semua obat yang digunakan, bila
ada obat yang harus diberikan perlu ditulis dalam formulir. Intepretasi
pemeriksan gula darah puasa sebagai berikut : kadar glukosa plasma puasa <
110 mg/dl dinyatakan normal, ≥126 mg/dl adalah diabetes melitus, sedangkan
antara 110- 126 mg/dl disebut glukosa darah puasa terganggu (GDPT).
Pemeriksaan gula darah puasa lebih efektif dibandingkan dengan pemeriksaan
tes toleransi glukosa oral.

c) Glukosa 2 jam Post Prandial (GD2PP)

Tes dilakukan bila ada kecurigaan DM. Pasien makan makanan yang
mengandung 100gr karbohidrat sebelum puasa dan menghentikan merokok
serta berolahraga. Glukosa 2 jam Post Prandial menunjukkan DM bila kadar
glukosa darah ≥ 200 mg/dl, sedangkan nilai normalnya ≤ 140. Toleransi
Glukosa Terganggu (TGT) apabila kadar glukosa > 140 mg/dl tetapi < 200
mg/dl

 Pemeriksaan HbA1c

HbA1c merupakan reaksi antara glukosa dengan hemoglobin, yang


tersimpan dan bertahan dalam sel darah merah selama 120 hari sesuai dengan
umur eritrosit. Kadar HbA1c bergantung dengan kadar glukosa dalam darah,
sehingga HbA1c menggambarkan rata-rata kadar gula darah selama 3 bulan.
Sedangkan pemeriksaan gula darah hanya mencerminkan saat diperiksa, dan
tidak menggambarkan pengendalian jangka panjang.

BAB IV

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolism yang


disebabkan kurangnya hormone insulin. Hormon insulin dihasilkan oleh
sekelompok sel beta di kelenjar pankreas dan sangat berperan dalam metabolism
glukosa dalam sel tubuh. Kadar glukosa yang tinggi dalam tubuh tidak bisa
diserap semua dan tidak mengalami metabolism dalam sel.

B. Saran

Diharapkan menjadi penambah ilmu dan wawasan kepada pambaca, agar


dapat memahami isi materi yang disampaikan dan bisa diterapkan di kehidupan
bermasyarakat serta kepada keluarga pribadi masing masing di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA), (2013). Diakses tgl 11 juni 2017 Diabetes
bacic. Http://www.diabetes.org/ diabetes-bacics Biologi

Gonzaga.(2010). Diakses tanggal 02 Februari 2010. http://biologigonz.blogspost.com


(IDF). (2015). Idf diabetes altas sixth edition. Diakses pada tanggal 15 april
2016 dari http://www.idf.org/sites/default/files/Atlas-poster-2015_EN.pdf

PERKERNI.(2015). Konsensus pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2


di Indonesia. Jakarta :

PERKERNI Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas ).2017. Badan penelitian dan


pengembangan Kesehatan

PPNI DPP SDKI Pokja Tim, 2018. Standar Diagnosia Keperawatan Indonesia Edisi 1
: Jakarta: DPP PPNI

Shadine,M,2010. Mengenal Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta : Penebit Keenbooks

Smeltzer, S.C dan B,G Bare. 2015. Baru Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Jakarta : EGC

Tarwoto, dkk, 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin.


Jakarta: Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai