Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELLITUS

Dosen Pembimbing : Ns. Halimah, M.Kep. Sp. Kep.An

DISUSUN OLEH :
LESKI CANDRA
NIM.PO.71.20.2.21.0054

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAMBI
PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELLITUS

A. Konsep Medis
1. Definisi
Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak lagi mampu
membuat insulin, atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang dihasilkannya
dengan baik (IDF Diabetes Atlas, 2019). Diabetes tipe 2 adalah kondisi medis kronis di
mana kadar gula, atau glukosa, menumpuk di aliran darah. Biasanya, hormon insulin
membantu memindahkan glukosa dari darah ke sel-sel, di mana ia digunakan untuk
energi. Tetapi dengan diabetes tipe 2, sel-sel tubuh tidak dapat merespons insulin seperti
yang seharusnya. Pada tahap selanjutnya dari kondisi ini, tubuh mungkin juga tidak
menghasilkan cukup insulin.Diabetes tipe 2 yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
kadar glukosa darah tinggi secara kronis, yang dapat menyebabkan beberapa gejala dan
berpotensi menyebabkan komplikasi serius (Pietraengelo, 2021)
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
keduanya (Soelistijo, et al, 2019). Diabetes Mellitus (DM, disebut juga kencing manis)
adalah penyakit kronis yang gangguan metabolisme yang ditandai dengan glukosa darah
tinggi tingkat, di mana tubuh tidak dapat memetabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
karena kurangnya, atau dalam penggunaan yang efektif, hormon insulinnya (Doengus,
Moorhouse, Murr, 2019).

2. Etiologi
Menurut Doengus, Moorhouse dan Murr (2019) penyebab dari diabetes mellitus
sendiri melibatkan penurunan kemampuan untuk menggunakan insulin yang diproduksi
di pankreas, yaitu:
a. Penurunan sekresi insulin sebagai respons terhadap glukosa level
b. Resistensi insulin menghalangi sel untuk menyerap glukosa
c. Kelebihan produksi glukosa karena cacat respon sekresi insulin
Menurut CDC (2019) faktor risiko diabetes tipe 2 adalah:
a. Kelebihan berat badan.
b. Usia 45 tahun atau lebih.
c. Orang tua atau saudara yang mengidap diabetes tipe 2.
d. Aktivitas fisik kurang dari 3 kali per minggu.
e. Riwayat melahirkan bayi yang beratnya lebih dari 9 kilogram.
f. Riwayat menderita diabetes saat hamil (diabetes gestasional).
Sedangkan menurut Watts (2021) tanda peringatan atau faktor risiko dari diabetes
adalah :
a. Diet tidak sehat
Diet tinggi gula dan makanan olahan meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan
kadar LDL, atau "kolesterol jahat". Selain itu, diet yang tidak sehat ini ikut
meningkatkan kadar glukosa darah, dan membuat berisiko terkena pradiabetes.
b. Berat badan berlebih
Kelebihan berat badan, dapat berisiko lebih tinggi terkena pradiabetes. Memiliki
indeks massa tubuh (BMI) lebih dari 25 serta penyimpanan lemak lebih banyak di
sekitar pinggang dibandingkan di pinggul. 40 inchi pada pria 35 inchi pada wanita.
c. Riwayat Keluarga
Pradiabetes dapat terjadi karena riwayat keluarga sebelumnya.Jika seseorang di
keluarga menderita diabetes tipe 2, kita dapat lebih mungkin mengembangkan
pradiabetes, meskipun ini sering kali lebih disebabkan oleh keadaan dan perilaku
yang dipelajari bersama daripada gen. Ras dan etnis juga memengaruhi kemungkinan
terkena pradiabetes. Ada komponen genetik, tetapi penelitian telah menunjukkan
bahwa perbedaan ras pada siapa yang mengidap diabetes lebih berkaitan dengan
status sosial-ekonomi dan aksesibilitas perawatan kesehatan dan makanan sehat di
komunitas daripada gen.
d. Usia lanjut
Semakin tua, semakin berisiko terkena prediabetes. Pada usia 45 tahun kemungkinan
terkena pradiabetes mulai meningkat. Lalu pada usia pensiun, hampir 25% lansia di
atas 65 tahun menderita pradiabetes, jadi pastikan untuk memeriksakan gula darah
secara rutin.
e. Merokok
Nikotin menurunkan sensitivitas sel terhadap insulin, yang meningkatkan
glukosa dalam darah.Bahan kimia lain dalam rokok menyebabkan peradangan dan
mempersulit sel-sel tersebut untuk menyerap insulin

3. Klasifikasi
ADA mengklasifikasikan diabetes menjadi empat kategori utama, berdasarkan
mekanisme yang mendasari (ADA, 2017)
a. Diabetes mellitus tipe 1 (T1DM)
Sebelumnya disebut onset remaja atau diabetes tergantung insulin disebabkan
oleh destruksi sel beta autoimun di pankreas, mengakibatkan defisiensi insulin
absolut.
b. Diabetes mellitus tipe 2 (T2DM)—sebelumnya dikenal sebagai onset dewasa atau
diabetes yang tidak tergantung insulin disebabkan oleh hilangnya progresif
sekresi insulin sel beta dan pemasangan resistensi insulin.
c. Diabetes gestasional (GD) berlaku untuk wanita yang intoleransi glukosa
berkembang atau pertama kali ditemukan selama masa kehamilan. GD
berkembang di 2% hingga 18% dari semua wanita hamil, biasanya berkembang di
kedua atau trimester ketiga, tetapi muncul setelah melahirkan (ADA, 2017;
Tasko, 2017). Namun, hingga 10% wanita dengan GD terus mengembangkan
T2DM, di mana saja dari minggu setelah melahirkan hingga berbulan-bulan (atau
bahkan bertahun-tahun) kemudian (Dansinger, 2017).
d. Penyebab lain diabetes: Bentuk yang kurang dikenal termasuk penyakit pankreas
eksokrin (seperti: terjadi dengan fibrosis kistik), yang diinduksi obat atau bahan
kimia diabetes (seperti yang terjadi dengan penggunaan glukokortikoid atau
setelah transplantasi organ), diabetes rawan ketosis (KPD), dan diabetes autoimun
laten pada orang dewasa (LADA) (Giese, 2016; Tashko, 2017).
4. Tanda dan Gejala
Menurut Pieterangelo (2021) diabetes tipe 2 dapat berkembang secara perlahan.
Gejalanya mungkin ringan dan mudah dihilangkan pada awalnya. Gejala awal mungkin
termasuk:
a. Kelaparan terus-menerus
b. Kekurangan energi
c. Kelelahan
d. Rasa haus yang berlebihan
e. Sering buang air kecil
f. Pandangan yang kabur
g. Rasa sakit, kesemutan, atau mati rasa di tangan atau kaki
h. Seiring perkembangan penyakit, gejalanya menjadi lebih parah dan dapat
menyebabkan beberapa komplikasi yang berpotensi berbahaya.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Yasmara et al (2016), diabetes dapat didiagnosis melalui pemeriksaan
sebagai berikut:
a. Tes Glukosa Darah
1) Kadar glukosa plasma puasa lebih besar atau sama dengan 126 mg/dL (normal:
70-110 mg/dL) pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan
2) Kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dL (normal > 140mg/dL)
3) Gula darah postprandial ≥ 200 mg/dL
b. Tes HbA1c
Tes untuk A1c, atau HbA1c, adalah tes darah non-puasa yang mengukur
jumlah rata-rata glukosa dalam aliran darah Anda selama tiga bulan dan diukur dalam
persentase. Persentase yang sehat di bawah 5,7%. Hasil antara 5,7 dan 6,4%
menunjukkan pradiabetes. Apa pun yang lebih tinggi dari 6,5% mengindikasikan
diabetes.
c. Urinalisis dapat menunjukkan aseton atau glukosa
6. Penatalaksanaan
Menurut Soelisjito et al (2019) penatalaksanaan diabetes mellitus dimulai dari
pola hidup sehat (terapi nutrisi medis dan aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi
farmakologis dengan obat anti hiperglikemia secara oral dan atau suntikan. Obat anti
hipertensi hiperglikemia oral dapat diberikan sebagai terapi tunggal atau kombinasi. Pada
keadaaan emergensi dengan dekompensasi metabolic berat, misalnya ketoasidosis, stress
berat, berat badan yang menurun dengan cepat, atau adanya ketonuria, harus segera
dirujuk ke pelayanan kesehatan sekunder atau tersier.
Pengetahuan tentang pemantauan madiri, tanda dan gejala hipoglikemia dan cara
mengatasinya harus diberikan kepada pasien. Pengetahuan tenatang pemantauan mandiri
tersebut dapat dilakukan setelah mendapat pelatihan khusus
Menurut Pieterangelo (2021) diabetes tipe 2 dapat dikelola dalam beberapa kasus.
Sebagian besar rencana perawatan akan mencakup pemeriksaan kadar glukosa darah
Tujuannya adalah untuk tetap berada dalam kisaran tertentu. Selain itu perubahan gaya
hidup kemungkinan besar dapat membantu mengobati diabetes tipe, makanan yang
disarankan untuk penderita diabetes meliputi: makan makanan yang kaya serat dan
karbohidrat sehat-makan buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian dapat membantu menjaga
kadar glukosa darah tetap stabil serta makan secara berkala, belajar berhenti makan saat
kenyang. Lalu mengelola berat badan, menjaga kesehatan jantung, yang biasanya berarti
menjaga karbohidrat olahan, permen, dan lemak hewani, seminimal mungkin dapatkan
sekitar setengah jam aktivitas fisik setiap hari untuk membantu menjaga kesehatan
jantung, olahraga juga dapat membantu mengontrol glukosa darah.

7. Komplikasi
Menurut Pieterangelo (2021) jika kadar glukosa darah Anda tinggi untuk waktu yang
lama, komplikasinya dapat meliputi:
a. Masalah mata (retinopati diabetik)
b. Perasaan mati rasa di ekstremitas Anda, atau neuropati
c. Penyakit ginjal (nefropati)
d. Penyakit gusi
e. Serangan jantung atau stroke
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Subiyanto (2019), pengkajian adalah dasar utama serta bagian awal
dari sebuah proses keperawatan. Dengan mengumpulkan data yang akurat, serta
sistematis, akan sangat membantu untukmenentukan status kesehatan. Pola
pertahanan pasien dari berbagai penyakit yang mendera dirinya juga akan semakin
terbaca. Proses pengkajian ini juga dapat memetakan serta mengantisipasi berbagai
kekuatan, pertahanan serta kelemahan pasien. Selain itu pengkajian ini juga dapat
membantu perawat, merumuskan diagnose keperawatan. Pengkajian dasar klien
meliputi:
a. Pengumpulan riwayat kesehatan pasien
1) Sebelum seluruh proses keperawatan dimulai, perawat meninjau kembali
kesehatan pasien. Perawat juha meninjau kembali berbagai faktor resiko yang
dapat memungkinkan terjadinya penyakit DM.
2) Perawat mencatat seluruh keluhan khas dan tidak khas dari DM yang
disampaikan oleh pasien, perawat juga mencatat berbagai tanda vital dalam
diri pasien.
3) Selain kesehatan pasien, perawat juga perlu meninjau kembali kemampuan
manajemen kesehatan pasien dan keluarganya terhadap diabetes. Berbagai
kondisi dan manajemen kesehatan keluarga itu rupanya dapat menjadi pemicu
terjadinya penyakit DM dan pengelolaannya.
b. Mengumpulkan berbagai data dasar pasien wawancara dan pemeriksaan fisik
1) Kebutuhan Aktivitas
Gajala: mudah lelah, mudah mengantuk, kram otot, tonus menurun, sulit
bergerak hingga sulit berjalan
Tanda: kadar glukosa darah renda < 60 mg/dL atau tinggi > 200 mg/dL,
takikardia dan takipnea ketika beraktivitas; letargi/disorientasi; penurunan
kesadaran dan kekuatan otot.
2) Kebutuhan Istirahat
Gejala: gangguan tidur/istirahat pada malam hari karena sering kencing, nyeri
pada kaki (karena PAD)
Tanda: kadar glukosa darah > 200 mg/dL (hiperglikemia) yang menyebabkan
sering kencing
3) Sirkulasi
Gejala: Kesemutan dan nyeri pada ekstremitas bawah, ulkus pada kaki, dan
penyembuhan luka atau penyakit yang lama
Tanda: suhu tubuh (tanda sistemik infeksi), tekanan darah (hipertensi) PJK,
nadi yang menurun
4) Kebutuhan Eliminasi
Gejala: perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri/terbakar pada
kandung kemih, kesulitan berkemih (infeksi) akibat ISK baru/berulang, nyeri
saat abdomen ditekan
Tanda: urine encer, pucat, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria/anuria
jika terjadi hipovolemia berat); urine berkabut dan berbau busuk (terjadi
infeksi)
5) Kebutuhan Nutrisi (Makanan/cairan)
Gejala: polifagia (sering lapar dan sering makan), sebaliknya nafsu makan
hilang atau berkurang, mual muntah; tidak patuh dengan diet, peningkatan
masukan glukosa/karbohidrat; penurunan berat badan dari periode beberapa
hari/minggu; haus berlebihan; penggunaan diuretic (tiazid)
Tanda: kulit kering/bersisik, turgor terlihat jelek; pembesaran tiroid
(peningkatan kebutuhan metabolic dengan peningkatan gula darah atau
sebalikna terjadi hipoglikemia); kekakuan/distensi abdomen, untah; bau
halitosis, bau napas aseton
6) Kebutuhan Oksigenisasi (Pernapasan)
Gejala: sesak napas atau merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa
sputum baik karena adanya infeksi maupun tanpa adanya infeksi saluran napas
Tanda: suhu tubuh (tanda sistemik dari infeksi) batuk dengan/tanpa sputum
purulen (infeksi); frekuensi pernapasan yang meningkat serta tidak teratur
c. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Haryono dan Dwi (2019), pemeriksaan ini dilakukan untuk
melihat kondisi fisik pada pasien DM tipe II secara umum
1) Glukosa darah meningkat 200-100 mg/dl atau lebih
2) Aseton plasma (keton): positif secara mencolok
3) Asam lemak bebas, kadar lipid dan kolesterol meningkat
4) Osmolalitas serum meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mmol/L.
5) Kandungan elektrolit:
6) Natrium: mungkin normal, meningkat atau menurun
7) Kalium: normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjutnya
akan menurun
8) Fosfor: lebih sering menurun
9) Gemoglobin glukolisat: kadar gemoglobin ini meningkat 2-4 kali lipat dari
ukuran normal. Hali ini mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4
bulan terkhir. Oleh karena itu hal ini sangat bermanfaat serta membedakan
DKA dengan kontrol tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan
insiden (misalnya ISK Baru)
10) Gas darah arteri: biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik
11) Trombosit darah: Ht mungkin meningkat (dehidrasi); leukositosis,
hemokonsentrasi, merupakan respons terhadap respons atau infeksi
12) Ureum/kreatinin: bisa jadi meningkat atau mungkin dalam kondisi normal.
Ada kondisi dehidrasi atau penurunan fungsi ginjal
13) Amilase darah: mungkin mengalami peningkatan. Hal ini mengindikasikan
adanya pankreasitis akut sebagai penyebab DKA
14) Insulin darah: mungkin mengalami penurunan, atau normal sampai tinggi. Hal
ini mengindikasikan insufisiensi insulin/gangguan dalam penggunaannya
(endogen/eksogen). Resisrensi insulin dapat berkembang sekunder terhadap
pembentukkan antibodi.
15) Urine: dalam urine positif ditemukan kandungan gula serta aseton. Pada
kondisi ini berat jenis dan osmolalitas mungkin mengalami peningkatan.
2. Diagnosis Keperawatan
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut.
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
b. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d faktor mekanis
c. Hipovolemia b.d gangguan mekanisme regulasi
d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
e. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
f. Gangguan persepsi sensori b.d gangguan penglihatan
g. Resiko ketidakstabilan glukosa darah d.d ketidaktepatan pemantauan glukosa darah,
manajemen medikasi tidak terkontrol
h. Resiko infeksi d.d kerusakan integritas kulit
i. Resiko syok d.d kekurangan volume cairan

3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
SLKI : Tingkat Nyeri Menurun (L.08066)
Intervensi Keperawatan
Manajemen Nyeri (I. 08238)
1) Observasi
a) lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b) Identifikasi skala nyeri
c) Identifikasi respon nyeri non verbal
d) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
f) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
g) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
h) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
i) Monitor efek samping penggunaan analgetik
2) Terapeutik
a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
b) Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
c) Fasilitasi istirahat dan tidur
d) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
3) Edukasi
a) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
c) Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
d) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
b. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d faktor mekanis
SLKI: Integritas Kulit Dan Jaringan meningkat (L.14125)
Intervensi Keperawatan:
Perawatan Luka ( I.14564 )
1) Observasi
a) Monitor karakteristik luka (mis: drainase,warna,ukuran,bau
b) Monitor tanda –tanda infeksi
2) Terapeutik
a) lepaskan balutan dan plester secara perlahan
b) Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika perlu
c) Bersihkan dengan cairan NACL atau pembersih non toksik,sesuai kebutuhan
d) Bersihkan jaringan nekrotik
e) Berika salep yang sesuai di kulit /lesi, jika perlu
f) Pasang balutan sesuai jenis luka
g) Pertahan kan teknik seteril saaat perawatan luka
h) Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
i) Jadwalkan perubahan posisi setiap dua jam atau sesuai kondisi pasien
j) Berika diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein1,25-1,5
g/kgBB/hari
k) Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis vitamin A,vitamin C,Zinc,Asam
amino),sesuai indikasi
l) Berikan terapi TENS(Stimulasi syaraf transkutaneous), jika perlu
3) Edukasi
a) Jelaskan tandan dan gejala infeksi
b) Anjurkan mengonsumsi makan tinggi kalium dan protein
c) Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi prosedur debridement(mis: enzimatik biologis mekanis,autolotik),
jika perlu
b) Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
c. Hipovolemia b.d gangguan mekanisme regulasi
SLKI: Status Cairan Membaik (L.03028)
Intervensi Keperawatan
Manajemen Hipovolemia  (I.03116)
1. Observasi
a) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,turgor kulit
menurun, membrane mukosa kering, volume urine menurun, hematokrit
meningkat, haus dan lemah)
b) Monitor intake dan output cairan
2. Terapeutik
a) Hitung kebutuhan cairan
b) Berikan posisi modified trendelenburg
c) Berikan asupan cairan oral
3. Edukasi
a) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
b) Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
4. Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian cairan IV issotonis (mis. cairan NaCl, RL)
b) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
c) Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, plasmanate)
d) Kolaborasi pemberian produk darah
d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
SIKI : Toleransi Aktivitas Meningkat (L.05047)
Intervensi Keperawatan
Manajemen Energi (I. 05178)
1) Observasi
a) Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
b) Monitor kelelahan fisik dan emosional
c) Monitor pola dan jam tidur
d) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
2) Terapeutik
a) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
b) Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
c) Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
d) Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
3) Edukasi
a) Anjurkan tirah baring
b) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
c) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
d) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA

CDC. (2019). About Prediabetes and Type 2 Diabetes. Diunduh dari


https://www.cdc.gov/diabetes/prevention/aboutprediabetes.html pada tanggal 25 Oktober
2021Pukul 21.00 WIB
Doengus, Moorhouse, Murr (2019). Nursing Care Plans, Guidelines for Individualizing Client
Care Across The Life Span 10 th edition. Philadelpia: F. A. Davis Com pany

Haryono, R & Dwi, B.A. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Endokrin. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
International Diabetes Federation Atlas.(2019). IDF Diabetes Atlas Edisi 9 What is Diabetes?.
Diunduh dari https://diabetesatlas.org/en/sections/worldwide-toll-of-diabetes.html pada
tanggal 25 Oktober 2021 pukul 18.30 WIB

Soelistijo, et al . (2019). Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2


Dewasa di Indonesia. Jakarta: PB PERKENI

Subiyanto, P. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Endokrin: untuk Dosen dan Mahasiswa DIII Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press
Pieterangelo, Ann. (2021). Understanding Type 2 Diabetes. Diunduh dari
https://www.healthline.com/health/type-2-diabetes tanggal 25 Oktober 2021 pukul 18.45
WIB

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan


IndikatorDiagnostik,Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI.(2018)StandarIntervensiKeperawatanIndonesia:DefinisidanTindakanKeperawatan,Edisi
1.Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI
Watts, S. (2021). What Is Prediabetes? Causes, Symptoms, Diagnosis and Treatment. Endocrine
Web. Diunduh dari https://www.endocrineweb.com/conditions/pre-diabetes/pre-diabetes
pada tanggal 15 November 2021 pukul 22.00 WIB
Yasmara, et al.(2016). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah Diagnosis NANDA-I
2015-2017 Intervensi NIC Hasil NOC. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai