Anda di halaman 1dari 39

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Konsep Diabetes Melitus

1. Defenisi Diabetes Melitus

Diabetes melitus (DM) didefinisikan sebagai penyakit

atau gangguan metabolisme menahun dengan berbagai

penyebab, ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai

gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein akibat

kekurangan insulin. 

American Diabetes Association (ADA) Menurut ADA,

diabetes adalah kondisi kronis yang mempengaruhi kemampuan

tubuh untuk memproduksi atau menggunakan insulin dengan

baik, sehingga menyebabkan kadar gula darah yang tinggi.

World Health Organization (WHO) WHO

mendefinisikan diabetes sebagai kondisi kronis yang ditandai

oleh kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia) sebagai

akibat dari gangguan dalam produksi insulin, atau penggunaan

insulin yang tidak efektif oleh tubuh.

International Diabetes Federation (IDF) Menurut IDF,

diabetes adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh

kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia) yang terjadi

11
karena tubuh tidak dapat memproduksi atau menggunakan

insulin dengan efektif.

National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney

Diseases (NIDDK) NIDDK mendefinisikan diabetes sebagai

kondisi medis yang terjadi ketika tubuh tidak dapat

memproduksi atau menggunakan insulin dengan baik, sehingga

menyebabkan kadar glukosa darah yang tinggi.

Secara umum, para ahli sepakat bahwa diabetes

melibatkan masalah dengan produksi atau penggunaan insulin

oleh tubuh, yang menyebabkan peningkatan kadar glukosa

darah. Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi

kesehatan dan memerlukan pengelolaan yang tepat untuk

mencegah masalah yang lebih serius.

2. Klasifikasi Diabetes Melitus

Perkeni (Perhimpunan Endokrinologi Indonesia) adalah

organisasi medis di Indonesia yang mengkhususkan diri dalam

bidang endokrinologi dan metabolisme, termasuk diabetes.

Berdasarkan Pedoman Pengendalian Diabetes Mellitus Terpadu

Perkeni 2021, terdapat beberapa klasifikasi diabetes melitus

sebagai berikut:

(a) Diabetes tipe 1

Diabetes tipe 1 disebabkan oleh kerusakan pada sel

beta di pankreas, yang menghasilkan insulin. Kondisi ini


12
dapat terjadi pada segala usia, tetapi lebih sering terjadi

pada anak-anak dan remaja. Penderita diabetes tipe 1

memerlukan suntikan insulin untuk menjaga kadar glukosa

dalam darah tetap normal.

(b) Diabetes tipe 2

Diabetes tipe 2 disebabkan oleh resistensi insulin, di

mana tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan

efektif. Kondisi ini umumnya terjadi pada orang dewasa,

terutama pada mereka yang memiliki faktor risiko seperti

obesitas, kurang aktif, atau memiliki riwayat keluarga

diabetes. Penderita diabetes tipe 2 dapat diobati dengan

obat-obatan dan perubahan gaya hidup, seperti mengatur

pola makan dan meningkatkan aktivitas fisik.

(c) Diabetes gestasional

Diabetes gestasional terjadi pada wanita hamil yang

memiliki kadar glukosa darah yang lebih tinggi dari normal.

Kondisi ini dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi

serta dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2 di kemudian

hari.

13
(d) Diabetes spesifik lainnya

Diabetes spesifik lainnya adalah jenis diabetes yang

disebabkan oleh faktor lain selain tipe 1, tipe 2, atau

gestasional. Contohnya adalah diabetes yang disebabkan oleh

infeksi atau obat-obatan tertentu.

(e) Pre-diabetes

Pre-diabetes adalah kondisi di mana kadar glukosa

darah seseorang lebih tinggi dari normal, tetapi belum

mencapai kadar diabetes. Penderita pre-diabetes berisiko

lebih tinggi untuk mengembangkan diabetes tipe 2.

3. Etiologi Diabetes Melitus

Etiologi diabetes melitus atau penyebab diabetes melitus masih

belum sepenuhnya diketahui. Namun, terdapat beberapa faktor

risiko yang diketahui dapat meningkatkan kemungkinan

seseorang terkena diabetes melitus, antara lain:

(a) Faktor genetik: Riwayat keluarga dengan diabetes melitus

dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami

diabetes.

(b) Obesitas: Orang yang kelebihan berat badan atau obesitas

cenderung memiliki resistensi insulin yang lebih tinggi.

14
(c) Gaya hidup tidak sehat: Pola makan yang tidak sehat dan

kurang aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko seseorang

terkena diabetes melitus.

(d) Kondisi medis tertentu: Beberapa kondisi medis seperti

sindrom ovarium polikistik (PCOS), penyakit pankreas, atau

hipertensi dapat meningkatkan risiko diabetes melitus.

(e) Efek samping dari obat-obatan tertentu: Beberapa obat-

obatan seperti kortikosteroid dan diuretik dapat

meningkatkan risiko diabetes melitus.

Selain faktor-faktor risiko di atas, diabetes melitus

juga terkait dengan resistensi insulin dan ketidakmampuan

tubuh untuk memproduksi insulin yang cukup untuk

mengatur kadar gula darah. Resistensi insulin dapat

dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan seperti

pola makan dan kurang aktivitas fisik.

4. Faktor Resiko Diabetes Melitus

Berikut adalah faktor risiko diabetes melitus menurut beberapa

ahli:

(a) American Diabetes Association (ADA): Faktor risiko utama

diabetes melitus adalah obesitas, riwayat keluarga dengan

diabetes, kurang aktivitas fisik, dan usia di atas 45 tahun.

15
(b) World Health Organization (WHO): Faktor risiko utama

diabetes melitus adalah kelebihan berat badan dan obesitas,

kurang aktivitas fisik, pola makan tidak sehat, dan faktor

genetik.

(c) International Diabetes Federation (IDF): Faktor risiko utama

diabetes melitus adalah obesitas, kegemukan, dan kurang

aktivitas fisik. Faktor risiko tambahan meliputi riwayat

keluarga dengan diabetes, usia di atas 45 tahun, hipertensi,

dan kadar kolesterol tinggi.

(d) National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney

Diseases (NIDDK): Faktor risiko utama diabetes melitus

adalah obesitas, kelebihan berat badan, kurang aktivitas fisik,

dan pola makan tidak sehat. Faktor risiko tambahan meliputi

usia di atas 45 tahun, riwayat keluarga dengan diabetes, dan

ras tertentu seperti Afro-Amerika dan Hispanik.

(e) Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI): Faktor

risiko utama diabetes melitus adalah obesitas, kelebihan berat

badan, dan kurang aktivitas fisik. Faktor risiko tambahan

meliputi usia di atas 40 tahun, riwayat keluarga dengan

diabetes, hipertensi, kadar kolesterol tinggi, dan pola makan

tidak sehat.

Dalam keseluruhan, faktor risiko utama diabetes

melitus meliputi obesitas, kelebihan berat badan, kurang

16
aktivitas fisik, pola makan tidak sehat, usia di atas 45 tahun,

dan riwayat keluarga dengan diabetes. Namun, faktor risiko

tambahan seperti hipertensi, kadar kolesterol tinggi, ras

tertentu, paparan polusi udara, kurang tidur, dan stres juga

perlu diperhatikan sebagai faktor risiko yang potensial.

5. Patofiologi Diabetes Melitus

Berikut ini adalah penjelasan mengenai patofisiologi diabetes

melitus tipe 1 dan tipe 2 menurut beberapa ahli dalam 3 tahun

terakhir:

(a) Diabetes melitus tipe 1

Menurut penelitian oleh David Leslie et al. (2021),

diabetes tipe 1 merupakan penyakit autoimun di mana

sistem kekebalan tubuh menyerang sel beta pankreas yang

menghasilkan insulin. Ini menyebabkan penurunan produksi

insulin dan peningkatan kadar glukosa dalam darah.

Penelitian juga menunjukkan bahwa kerusakan pada sel

beta pankreas dapat terjadi jauh sebelum timbulnya gejala

klinis diabetes.

17
(b) Diabetes melitus tipe 2

Menurut penelitian oleh M. Lucrecia Alvarez et al.

(2019), diabetes tipe 2 terjadi ketika sel-sel tubuh menjadi

resisten terhadap insulin atau ketika produksi insulin oleh

sel-sel beta pankreas tidak cukup. Penelitian juga

menunjukkan bahwa faktor risiko seperti obesitas, gaya

hidup tidak sehat, dan faktor genetik dapat mempengaruhi

patofisiologi diabetes tipe 2. Resistensi insulin terjadi ketika

sel-sel tubuh tidak merespons insulin secara efektif, yang

mengakibatkan peningkatan kadar glukosa dalam darah. Hal

ini memaksa pankreas untuk memproduksi insulin lebih

banyak untuk menurunkan kadar glukosa, tetapi pada

akhirnya sel-sel beta pankreas menjadi lelah dan tidak

mampu memproduksi insulin yang cukup.

Secara umum, patofisiologi diabetes melitus tipe 1

dan tipe 2 melibatkan kerusakan atau defisiensi sel beta

pankreas yang menghasilkan insulin. Pada diabetes tipe 1,

sistem kekebalan tubuh menyerang sel beta pankreas,

sedangkan pada diabetes tipe 2, terjadi resistensi insulin

atau defisiensi insulin akibat peningkatan kadar glukosa

dalam darah dan faktor risiko tertentu. Kedua jenis diabetes

melitus ini dapat menyebabkan hiperglikemia dan berbagai

komplikasi jangka panjang pada organ tubuh yang vital jika

tidak diobati dengan benar. Oleh karena itu, pengelolaan

18
diabetes melitus yang tepat sangat penting untuk

mengontrol kadar glukosa dalam darah dan mencegah

komplikasi.

6. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus

Berikut ini adalah manifestasi klinis atau gejala yang sering

terjadi pada penderita diabetes melitus menurut beberapa ahli

dalam 3 tahun terakhir:

(a) Poliuria (sering buang air kecil)

Menurut penelitian oleh W. Timothy Garvey et al.

(2020), poliuria atau sering buang air kecil adalah gejala

umum pada penderita diabetes melitus. Hal ini terjadi karena

peningkatan kadar glukosa dalam darah menyebabkan

peningkatan volume urin yang dikeluarkan oleh ginjal.

(b) Polidipsia (sering merasa haus)

Menurut penelitian oleh Gerald Chi et al. (2018),

polidipsia atau sering merasa haus adalah gejala yang sering

terjadi pada penderita diabetes melitus. Hal ini terjadi karena

tubuh mencoba untuk menghilangkan kelebihan glukosa

dalam darah dengan cara meningkatkan produksi urine, yang

menyebabkan dehidrasi dan rasa haus.

19
(c) Polifagia (sering merasa lapar)

Menurut penelitian oleh Antonio Brunetti et al.

(2021), polifagia atau sering merasa lapar adalah gejala

yang sering terjadi pada penderita diabetes melitus. Hal ini

terjadi karena tubuh tidak dapat menggunakan glukosa

dalam darah secara efektif, sehingga mencari sumber energi

lain, yaitu lemak dan protein, yang menyebabkan rasa lapar

yang terus menerus.

(d) Penurunan berat badan

Menurut penelitian oleh Anja Schweizer et al.

(2019), penurunan berat badan yang tidak disengaja adalah

gejala yang sering terjadi pada penderita diabetes melitus tipe

1. Hal ini terjadi karena tubuh menggunakan lemak dan

protein sebagai sumber energi, karena tidak dapat

menggunakan glukosa dalam darah secara efektif.

(e) Kepala pusing, lelah, dan sulit berkonsentrasi

Menurut penelitian oleh Carolyn T. Bramante et al.

(2020), penderita diabetes melitus sering mengalami gejala

seperti kepala pusing, lelah, dan sulit berkonsentrasi. Hal ini

terjadi karena hiperglikemia atau kadar glukosa darah yang

tinggi menyebabkan penurunan aliran darah ke otak, yang

dapat mengganggu fungsi otak.

20
(f) Luka sulit sembuh

Menurut penelitian oleh Uwe Wollina et al. (2019),

penderita diabetes melitus sering mengalami kesulitan dalam

proses penyembuhan luka. Hal ini terjadi karena

hiperglikemia dapat mengganggu aliran darah ke area luka

dan menurunkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi.

(g) Masalah penglihatan

Menurut penelitian oleh Abdulbari Bener et al.

(2021), penderita diabetes melitus sering mengalami masalah

penglihatan seperti penglihatan kabur atau buram. Hal ini

terjadi karena hiperglikemia dapat menyebabkan kerusakan

pada pembuluh darah di mata.

Secara umum, gejala diabetes melitus meliputi poliuria,

polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, kelelahan.

7. Pemeriksaan Diagnostik

Berikut adalah beberapa pemeriksaan diagnostik yang umum

dilakukan untuk menegakkan diagnosis diabetes melitus

menurut beberapa ahli dalam 3 tahun terakhir:

(a) Tes kadar glukosa darah puasa dan setelah makan

Menurut American Diabetes Association (2021), tes

kadar glukosa darah puasa dan setelah makan adalah tes

yang paling umum dilakukan untuk menegakkan diagnosis

21
diabetes melitus. Pada tes kadar glukosa darah puasa,

penderita harus berpuasa selama minimal 8 jam sebelum

tes, sedangkan pada tes kadar glukosa darah setelah makan,

penderita diberikan makanan yang mengandung karbohidrat

dan kemudian dilakukan pengukuran kadar glukosa darah

pada interval tertentu.

(b) Tes HbA1c

Menurut National Institute for Health and Care

Excellence (2021), tes HbA1c adalah tes yang mengukur

kadar gula darah rata-rata dalam 2-3 bulan terakhir. Tes ini

memberikan informasi yang lebih akurat tentang

pengendalian gula darah jangka panjang daripada tes kadar

glukosa darah tunggal.

(c) Tes toleransi glukosa oral (OGTT)

Menurut American Diabetes Association (2021), tes

OGTT dilakukan dengan memberikan penderita larutan

glukosa dan kemudian melakukan pengukuran kadar

glukosa darah pada interval tertentu. Tes ini dapat

membantu mendeteksi diabetes melitus pada penderita yang

memiliki kadar glukosa darah puasa yang normal.

(d) Pemeriksaan urine

Menurut National Institute for Health and Care

Excellence (2021), pemeriksaan urine dapat membantu


22
mendeteksi adanya protein atau glukosa dalam urine, yang

dapat menunjukkan adanya diabetes melitus atau kerusakan

ginjal yang terkait dengan diabetes melitus.

(e) Pemeriksaan profil lipid

Menurut International Diabetes Federation (2020),

pemeriksaan profil lipid dilakukan untuk mengevaluasi

risiko kardiovaskular pada penderita diabetes melitus.

Pemeriksaan ini meliputi pengukuran kadar kolesterol total,

trigliserida, HDL (kolesterol baik), dan LDL (kolesterol

jahat).

(f) Pemeriksaan tekanan darah

Menurut American Diabetes Association (2021),

pemeriksaan tekanan darah dilakukan untuk mengevaluasi

risiko komplikasi kardiovaskular pada penderita diabetes

melitus. Penderita diabetes melitus yang memiliki tekanan

darah tinggi memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami

komplikasi kardiovaskular.

(g) Pemeriksaan funduskopi

Menurut National Institute for Health and Care

Excellence (2021), pemeriksaan funduskopi dilakukan

untuk mengevaluasi adanya retinopati diabetik atau

kerusakan pada pembuluh darah di mata. Pemeriksaan ini

dilakukan oleh dokter spesialis mata.


23
8. Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Penatalaksanaan diabetes melitus bertujuan untuk mengontrol

kadar gula darah dan mencegah atau menunda komplikasi

jangka panjang. Berikut adalah beberapa strategi

penatalaksanaan diabetes melitus menurut ahli dalam 3 tahun

terakhir:

(a) Perubahan gaya hidup

American Diabetes Association (2021)

merekomendasikan perubahan gaya hidup, seperti diet sehat

dan olahraga teratur, untuk membantu mengontrol kadar gula

darah pada penderita diabetes melitus. Diet sehat untuk

penderita diabetes melitus meliputi konsumsi makanan yang

rendah karbohidrat dan lemak, tinggi serat, dan kaya nutrisi.

(b) Pengobatan dengan obat-obatan

Menurut National Institute for Health and Care

Excellence (2021), pengobatan dengan obat-obatan meliputi

insulin dan obat-obatan antidiabetes oral. Obat-obatan

antidiabetes oral yang umum digunakan adalah metformin,

sulfonylurea, glinides, thiazolidinediones, dan inhibitor

SGLT2.

24
(c) Pemantauan kadar gula darah

American Diabetes Association (2021)

merekomendasikan penderita diabetes melitus untuk

memantau kadar gula darah secara teratur. Hal ini dapat

membantu mengontrol kadar gula darah dan mengetahui

efektivitas dari pengobatan.

(d) Edukasi dan dukungan

Menurut International Diabetes Federation

(2020), edukasi dan dukungan sangat penting dalam

penatalaksanaan diabetes melitus. Edukasi dan dukungan

dapat membantu penderita diabetes melitus untuk

mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang

diperlukan untuk mengontrol kondisi mereka.

(e) Pengobatan komplikasi

Menurut National Institute for Health and Care

Excellence (2021), pengobatan komplikasi seperti

retinopati diabetik, nefropati diabetik, dan neuropati

diabetik dapat membantu mencegah atau menunda

kemajuan komplikasi jangka panjang pada penderita

diabetes melitus.

9. Komplikasi

25
Komplikasi diabetes melitus dapat terjadi pada organ dan

sistem tubuh yang berbeda. Berikut adalah beberapa

komplikasi diabetes melitus (Perkeni. 2019):

(a) Neuropati diabetik

Neuropati diabetik adalah kerusakan saraf yang

terjadi pada penderita diabetes melitus. Gejala neuropati

diabetik antara lain rasa kesemutan, mati rasa, atau sakit

pada tangan dan kaki. Neuropati diabetik dapat

menyebabkan komplikasi yang lebih serius seperti luka

atau infeksi yang sulit sembuh pada kaki atau tangan.

(b) Retinopati diabetik

Retinopati diabetik adalah kondisi kerusakan pada

pembuluh darah di retina (bagian mata yang berfungsi

untuk menghasilkan gambar). Gejala retinopati diabetik

antara lain penglihatan kabur atau hilangnya penglihatan.

Retinopati diabetik dapat mengakibatkan kebutaan jika

tidak diobati.

(c) Nefropati diabetic

Nefropati diabetik adalah kerusakan pada ginjal

akibat diabetes melitus. Gejala nefropati diabetik awal

adalah peningkatan protein dalam urine. Nefropati

diabetik dapat menyebabkan gagal ginjal dan

26
memerlukan pengobatan dengan dialisis atau

transplantasi ginjal.

(d) Penyakit jantung dan stroke

Penderita diabetes melitus memiliki risiko lebih

tinggi untuk mengalami penyakit jantung dan stroke.

Penyakit jantung dapat terjadi karena diabetes melitus

menyebabkan peningkatan kadar gula darah yang tinggi,

sehingga memperburuk kondisi pembuluh darah.

(e) Neuropati otonom

Neuropati otonom adalah kerusakan saraf pada

sistem saraf otonom yang mengontrol fungsi tubuh

seperti detak jantung, pencernaan, dan fungsi seksual.

Gejala neuropati otonom antara lain gangguan

pencernaan, impotensi, atau inkontinensia urin.

(f) Ulkus dan infeksi

Penderita diabetes melitus memiliki risiko lebih

tinggi untuk mengalami luka pada kaki atau tangan

akibat neuropati diabetik dan gangguan aliran darah.

Luka yang sulit sembuh dapat berkembang menjadi

infeksi yang serius dan mengancam jiwa.

B. Konsep Dasar Senam Kaki Diabetik

27
1. Defenisi Senam Kaki

Perawatan kaki merupakan pencegahan utama ulkus

kaki diabetik. Salah satu langkah perawatan kaki untuk

mengetahui kelainan kaki sejak dini adalah dengan melakukan

senam kaki diabetik, memotong kuku dengan baik, memakai

sepatu yang baik dan membersihkan kaki.

Kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi kronis

DM yang paling ditakuti. Amputasi akibat diabetes masih tinggi,

namun biaya pengobatannya juga sangat tinggi dan seringkali

tidak terjangkau oleh masyarakat umum. Senam adalah latihan

fisik yang terencana, dipilih secara sistematis dan diciptakan,

yang tujuannya adalah untuk membentuk dan mengembangkan

seseorang secara harmonis.

Menurut pemahamannya, senam merupakan salah satu

jenis senam aerobik yang menggunakan gerakan otot-otot

tertentu pada tubuh dengan tetap dapat memenuhi kebutuhan

oksigen tubuh. Olahraga adalah salah satu prinsip pengobatan

diabetes. Olahraga setiap hari dan olahraga teratur (3-4 kali

seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu

pilar penatalaksanaan diabetes. Latihan fisik meliputi jalan kaki,

bersepeda santai, joging, senam, dan berenang. Latihan fisik ini

harus disesuaikan dengan usia dan kondisi fisik. Senam kaki

merupakan kegiatan atau olah raga yang dilakukan oleh

28
penderita diabetes untuk mencegah terjadinya cedera dan

memperlancar peredaran darah pada kaki. Ada tiga alasan

mengapa penderita diabetes berisiko lebih tinggi mengalami

masalah kaki, yaitu:

Penurunan sirkulasi darah di kaki (gangguan pembuluh

darah) Penurunan sensasi di kedua kaki (gangguan saraf)

Penurunan daya tahan tubuh terhadap infeksi. Senam kaki ini

sangat dianjurkan bagi penderita diabetes dengan sirkulasi darah

yang berkurang dan neuropati pada kaki, namun disesuaikan

dengan kondisi dan kemungkinan tubuh pasien. Senam kaki DM

ini dapat dilakukan dengan menggerakkan kaki dan persendian

kaki,. Berdiri dengan kedua tumit terangkat, mengangkat dan

menurunkan kaki. Gerakannya bisa berupa menekuk,

meregangkan, mengangkat, rotasi eksternal atau internal dan

menggenggam jari kaki. 

2. Tujuan Senam Kaki Diabetes

Adapun tujuan yang diperoleh setelah melakukan senam kaki ini

adalah memperbaiki sirkulasi darah pada kaki pasien diabetes,

sehingga nutrisi lancar kejaringan tersebut. Gerakan dalam

senam kaki DM tersebut seperti yang disampaikan dalam 3rd

National Diabetes Educators Training Camp tahun 2005 dapat

membantu memperbaiki sirkulasi darah di kaki. Bisa

mengurangi keluhan dari neuropathy sensorik seperti: rasa

29
pegal, kesemutan, gringgingen di kaki. Manfaat dari senam kaki

DM yang lain adalah dapat memperkuat otot-otot kecil,

mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki, meningkatkan

kekuatan otot betis dan paha (gastrocnemius, hamstring,

quadriceps), dan mengatasi keterbatasan gerak sendi (Diabetes

Educators Training Camp , 2005)

Secara garis besar tujuan dari senam kaki diabetik

adalah :

(a) Memperbaiki sirkulasi darah

(b) Memperkuat otot-otot kecil

(c) Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki

(d) Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha

(e) Mengatasi keterbatasan gerak sendi.

3. Patofisiologi Dengan Penyimpangan KDM

30
Pathway
Stroke Non Hemoragik

Penurunan Adanya lesi Proses nervus kranial


Kekuatan otot Serebral metabolisme di
otak terganggu

N.II,III,IV,
VI N.VIII N.V,VII,IX,
Kelemahan
Terjadinya XII
fisik Penurunan suplai darah
afasia
dan O2 ke otak
Terjadi Terjadi
penurunan Terjadi
Hambatan
Hambatan komunikasi penurunan
Ketidakefektifan daya penurunan
mobilitas fisik verbal penglihatan
perfusi jaringan daya
refleks

Kelainan Gangguan
visual Persepsi

Sensori
Kesulitan dalam
menilai jarak dan
kehilangan
penglihatan

Gangguan Ganggun menelan


persepsi sensori
penglihatan

Gambar 2.1 Patofisiologi Dengan Penyimpangan KDM

31
4. Manfaat Senam Kaki Diabetes Melitus

Senam kaki dapat memberikan banyak manfaat bagi penderita

diabetes melitus, di antaranya:

(a) Meningkatkan sensitivitas insulin: Senam kaki dapat

membantu meningkatkan sensitivitas insulin pada

tubuh, sehingga tubuh dapat lebih efektif menggunakan

insulin dan menurunkan kadar gula darah.

(b) Meningkatkan sirkulasi darah: Gerakan senam kaki

dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah pada

kaki, sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi

pada kaki seperti luka, infeksi, atau neuropati.

(c) Menurunkan risiko penyakit kardiovaskular:Senam

kaki dapat membantu meningkatkan kondisi jantung

dan paru-paru, serta dapat membantu menurunkan

risiko penyakit kardiovaskular yang sering terkait

dengan diabetes.

(d) Meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas otot: Senam

kaki dapat membantu meningkatkan kekuatan dan

fleksibilitas otot pada kaki, sehingga dapat membantu

mencegah cedera pada kaki dan meningkatkan

kemampuan untuk bergerak.

(e) Menurunkan stres: Senam kaki dapat membantu

menurunkan tingkat stres dan meningkatkan kualitas


32
tidur, yang dapat membantu meningkatkan kesehatan

secara keseluruhan.

4. Indikasi Dan Kontraindikasi

(a) Indikasi

Senam kaki ini dapat diberikan kepada semua penderita

diabetes tipe 1 dan tipe 2. Namun, hal itu sebaiknya

dilakukan karena pasien terdiagnosis diabetes melitus sebagai

tindakan pencegahan dini.

(b) Kontraindikasi

1) Klien mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti

dipsnu atau nyeri dada.

2) Orang yang depresi, khawatir atau cemas.

5. Prosedur Pelaksanaan Senam Kaki Diabetes

(a) Persiapan Alat: 2 kertas Koran, Kursi (jika tindakan

dilakukan dalam posisi duduk), hanskun.

(b) Persiapan Klien: Kontrak Topik, waktu, tempat dan tujuan

dilaksanakan senam kaki

(c) Persiapan lingkungan: Ciptakan lingkungan yang nyaman

bagi pasien, Jaga privacy pasien

(d) Prosedur Pelaksanaan:

(1) Perawat cuci tangan

33
(2) Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan

pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki

menyentuh lantai.

Gambar 2.2 Pasien duduk di atas kursi

(3) Dengan Meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua

belah kaki diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali

kebawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.

Gambar 2.3 Tumit kaki di lantai dan jari-jari kaki diluruskan ke

atas

34
(4) Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai,

angkat telapak kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari

kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki diangkatkan ke

atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan

kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.

Gambar 2.4. Tumit kaki di lantai sedangkan telapak kaki di

angkat

(5) Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki

diangkat ke atas dan buat gerakan memutar dengan

pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

Gambar 2.5. Ujung kaki diangkat ke atas

(6) Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan

buat gerakan memutar dengan pergerakkan pada

35
pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

Gambar 2.6. Jari-jari kaki di lantai

(7) Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan

jari-jari ke depan turunkan kembali secara bergantian ke

kiri dan ke kanan. Ulangi sebanyak 10 kali.

(8) Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian

angkat kaki tersebut dan gerakkan ujung jari kaki kearah

wajah lalu turunkan kembali kelantai.

(9) Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi langkah ke

8, namun gunakan kedua kaki secara bersamaan. Ulangi

sebanyak 10 kali.

(10) Angkat kedua kaki dan luruskan, pertahankan posisi

tersebut. Gerakan pergelangan kaki ke depan dan ke

belakang.

(11) Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada

pergelangan kaki , tuliskan pada udara dengan kaki dari

36
angka 0 hingga 10 lakukan secara bergantian. Gerakan ini

sama dengan posisi tidur.

Gambar 2.7. Kaki diluruskan dan diangkat

(12) Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu

menjadi seperti bola dengan kedua belah kaki. Kemudian,

buka bola itu menjadi lembaran seperti semula

menggunakan kedua belah kaki. Cara ini dilakukan hanya

sekali saja.

a) Lalu robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan

kedua bagian koran.

b) Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-

kecil dengan kedua kaki

c) Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan

tersebut dengan kedua kaki lalu letakkan sobekkan

kertas pada bagian kertas yang utuh.

d) Bungkus semuanya dengan kedua kaki

menjadi bentuk bola

37
Gambar 2.8. Membentuk kertas Koran

C. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Melitus

38
1. Pengertian Keperawatan

Keperawatan adalah sebuah profesi yang berfokus pada

perawatan individu, keluarga, maupun masyarakat secara

holistik, dalam rangka mempromosikan, memelihara, dan

memulihkan kesehatan dan kesejahteraan. Keperawatan juga

mencakup tindakan dalam mencegah penyakit, memfasilitasi

proses penyembuhan, dan memberikan perawatan pada pasien

yang membutuhkan, baik secara fisik, psikologis, maupun

sosial. Keperawatan melibatkan penerapan pengetahuan dan

keterampilan dalam berbagai bidang, seperti ilmu biomedis,

perilaku, dan humaniora, untuk mengoptimalkan kesehatan

individu dan keluarga serta meminimalkan risiko kesehatan.

2. Falsafah Keperawatan

Falsafah keperawatan adalah landasan teoretis yang

menjadi dasar bagi praktik keperawatan. Falsafah ini mencakup

nilai-nilai, keyakinan, dan pandangan tentang kehidupan,

kesehatan, dan manusia yang berperan dalam menentukan

tujuan dan arah praktik keperawatan. Beberapa contoh falsafah

keperawatan yang dikenal luas antara lain:

(a) Falsafah keperawatan Florence Nightingale: Menekankan

pentingnya perawatan lingkungan dalam mempercepat

proses penyembuhan pasien.

39
(b) Falsafah keperawatan Martha Rogers: Memandang

manusia sebagai sistem energi yang terbuka dan dinamis,

dan perawatan keperawatan harus memperhatikan aspek

spiritual, mental, dan fisik pasien.

(c) Falsafah keperawatan Jean Watson: Menekankan

pentingnya kehadiran dan perhatian kasih sayang dalam

proses perawatan keperawatan, dan menekankan

pentingnya mendengarkan dan memahami pengalaman

pasien.

(d) Falsafah keperawatan Madeleine Leininger:

Menganjurkan pentingnya pemahaman budaya dalam

perawatan keperawatan dan menekankan pentingnya

keberagaman dalam perawatan keperawatan.

3. Tujuan Keperawatan

Tujuan keperawatan adalah membantu pasien mencapai

kesehatan optimal secara holistik, yaitu meliputi aspek fisik,

psikologis, dan sosial. Berikut beberapa tujuan keperawatan

yang umum:

(a) Meningkatkan kesehatan: Keperawatan bertujuan untuk

mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan pasien.

(b) Memfasilitasi proses penyembuhan: Keperawatan

bertujuan untuk memfasilitasi proses penyembuhan pasien

dan membantu pasien mencapai kondisi stabil yang


40
memungkinkan mereka untuk melanjutkan kehidupan

normal.

(c) Meningkatkan kualitas hidup: Keperawatan bertujuan

untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan

mengurangi rasa sakit, kecemasan, dan ketidaknyamanan

serta memberikan dukungan emosional dan sosial.

(d) Mencegah komplikasi: Keperawatan bertujuan untuk

mencegah terjadinya komplikasi pada pasien dan

meminimalkan risiko kesehatan yang lebih besar.

(e) Memberikan edukasi kesehatan: Keperawatan bertujuan

untuk memberikan edukasi kesehatan pada pasien dan

keluarga tentang perawatan diri, tindakan pencegahan, dan

manajemen kondisi kesehatan yang lebih baik.

Tujuan keperawatan sangat bergantung pada kondisi

kesehatan pasien dan situasi klinis tertentu. Keperawatan

dilakukan secara individu dan terpersonal, dengan

memperhatikan kondisi, preferensi, dan kebutuhan pasien secara

menyeluruh

4. Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus

41
(a) Pengkajian

Pengkajian dalam asuhan keperawatan diabetes melitus

dilakukan untuk memperoleh informasi yang akurat tentang

kondisi kesehatan pasien dan memfasilitasi perencanaan dan

pelaksanaan tindakan yang tepat. Berikut adalah beberapa

aspek yang perlu diperhatikan dalam pengkajian diabetes

melitus:

(1) Riwayat kesehatan: Keperawatan harus mengumpulkan

informasi tentang riwayat kesehatan pasien, termasuk

riwayat diabetes melitus, penggunaan obat-obatan, dan

komplikasi yang terjadi.

(2) Pemeriksaan fisik: Keperawatan harus melakukan

pemeriksaan fisik secara menyeluruh untuk memperoleh

informasi tentang kondisi fisik pasien, seperti tekanan

darah, tingkat kelelahan, dan kondisi kulit.

(3) Pengukuran kadar glukosa darah: Keperawatan harus

memantau kadar glukosa darah pasien secara teratur dan

mengidentifikasi perubahan dalam kadar gula darah

pasien.

(4) Evaluasi diet dan nutrisi: Keperawatan harus

mengevaluasi pola makan dan asupan nutrisi pasien

untuk memastikan bahwa pasien mengikuti diet yang

sehat dan sesuai dengan kondisi diabetes melitus.

42
(5) Evaluasi obat-obatan: Keperawatan harus mengevaluasi

obat-obatan yang digunakan pasien, termasuk dosis dan

jadwal penggunaan, serta efek samping yang mungkin

terjadi.

(6) Evaluasi psikologis dan sosial: Keperawatan harus

mengevaluasi faktor psikologis dan sosial yang

memengaruhi manajemen diabetes melitus pasien,

seperti dukungan keluarga, stres, dan depresi.

Pengkajian yang baik dan komprehensif dapat membantu

keperawatan dalam memperoleh informasi yang tepat tentang

kondisi pasien dan mengembangkan rencana perawatan yang

sesuai dengan kondisi diabetes melitus pasien.

(b) Masalah Keperawatan Diabetes Melitus

(1) Risiko ketidakseimbangan kadar glukosa darah

(D.0038) berhubungan dengan Kurang terpaparnya

informasi (D.0111) (senam kaki diabetes).

(2) Intervensi

Tabel 1.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan intervensi

43
Risiko ketidakseimbangan Melakukan (I. 05183)

kadar glukosa darah tindakan untuk Observasi

(D.0038) berhubungan mengurangi faktor 1. Identifikasi

dengan Kurang resiko (L. 12104). keyakinan kesehatan

terpaparnya informasi tentang latihan fisik .

(D.0111) (senam kaki


2. Monitor respon
diabetes).
terhadap program

latihan

Terapeutik

1. Lakukan aktivitas

olahraga bersama

pasien.

Edukasi

1.jelaskan jenis latihan

yang sesuai dengan

kondisi kesehatan.

D. Pengaruh Senam Kaki Diabetes Terhadap Perubahan Kadar

Glukosa Darah

Senam kaki dapat membantu menurunkan kadar gula

darah pada penderita diabetes melitus. Hal ini terjadi karena senam

44
kaki dapat meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin, yaitu

hormon yang berperan dalam mengatur kadar gula darah. Selain itu,

senam kaki juga dapat meningkatkan pembakaran glukosa oleh otot

sehingga mengurangi jumlah glukosa yang beredar dalam darah

(jurnal Diabetes Care ,2002)

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui

pengaruh senam kaki terhadap kadar gula darah pada penderita

diabetes melitus. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

senam kaki dapat menurunkan kadar gula darah secara signifikan

pada penderita diabetes melitus tipe 2 (Clinical Practice pada tahun

2010). Namun, efek senam kaki terhadap kadar gula darah dapat

bervariasi tergantung pada intensitas, durasi, dan frekuensi senam

kaki yang dilakukan. Oleh karena itu, sangat penting bagi penderita

diabetes melitus untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi

sebelum melakukan senam kaki dan mengikuti program senam kaki

yang disesuaikan dengan kondisi tubuh dan kesehatan masing-

masing.

Ahli kesehatan umumnya setuju bahwa senam kaki dapat

membantu menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes

melitus. Beberapa penelitian juga telah membuktikan efektivitas

senam kaki dalam menurunkan kadar gula darah pada penderita

diabetes melitus tipe 2.

45
Misalnya, menurut American Diabetes Association, senam

kaki atau olahraga aerobik yang teratur dapat membantu

menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus.

Mereka merekomendasikan penderita diabetes melitus untuk

melakukan senam kaki atau olahraga aerobik selama minimal 150

menit per minggu, yang dapat dibagi menjadi beberapa sesi per hari.

Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

National Center for Biotechnology Information (NCBI), senam kaki

atau olahraga aerobik yang teratur dapat meningkatkan sensitivitas

tubuh terhadap insulin dan meningkatkan kemampuan tubuh dalam

memetabolisme glukosa sehingga dapat menurunkan kadar gula

darah pada penderita diabetes melitus tipe 2.

Namun, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, efek

senam kaki terhadap kadar gula darah dapat bervariasi tergantung

pada intensitas, durasi, dan frekuensi senam kaki yang dilakukan.

Oleh karena itu, sangat penting bagi penderita diabetes melitus untuk

berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi sebelum melakukan senam

kaki dan mengikuti program senam kaki yang disesuaikan dengan

kondisi tubuh dan kesehatan masing-masing.

E. Kerangka Konsep

Asuhan 46
Keperawat
an dengan
senam kaki
Diabetikdia
betes
Kadar
Ny.X Dengan Gula darah
Diabetes Melitus Terkontrol

= Variabel independen

= Variabel dependen

= Hasil

Gambar 2.9 Kerangka Konsep

47

Anda mungkin juga menyukai