Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus adalah sekumpulan gejala yang terjadi pada

seseorang karena akibatnya gula darah (glukosa) meningkat.

Kekurangan insulin, baik absolut maupun relatif (Suyono, 1995). DM

merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat. Oleh

karena itu, setelah penyakit kardiovaskuler, penyakit serebrovaskular,

penyakit reumatik dan katarak, DM masuk dalam urutan keempat

National Center of Excellence in Research on Degenerative Diseases

(Tjokroprawiro, 2001). 

Bertambahnya jumlah penduduk usia lanjut disebabkan oleh

meningkatnya usia harapan hidup masyarakat yang berdampak positif

bagi keberhasilan pembangunan nasional khususnya di bidang kesehatan.

Seiring bertambahnya populasi lansia di Indonesia, berbagai masalah

kesehatan khas lansia semakin meningkat. Salah satu penyakit penyerta

lansia adalah diabetes melitus (DM).

Menurut jurnal Diabetes in the Elderly, lansia adalah kelompok

penderita diabetes yang penting dan berbeda. Lansia memiliki susunan

biomedis, psikologis, dan sosial yang unik. Kebutuhan mereka berbeda

dengan kebutuhan kaum muda. Ini berarti bahwa perawatan khusus harus

diberikan saat menilai dan merencanakan perawatan dan perawatan


mereka. Pengobatan diabetes pada lansia harus fokus pada pencegahan

dan pengendalian sindrom geriatri (penyakit pada lansia), hipoglikemia

(gula darah rendah) dan disfungsi kognitif (penurunan fungsi sistem saraf

dan otak). Lansia mewakili kelompok penderita diabetes yang berbeda

tetapi heterogen. Fisiologi, patofisiologi, gambaran klinis, kebutuhan dan

tantangan mereka yang unik menunjukkan bahwa mereka memerlukan

manajemen diabetes individual. Diabetes melitus (DM) merupakan salah

satu jenis penyakit degeneratif yang setiap tahunnya meningkat di

negara-negara di dunia.

Menurut International of Diabetic Federation (IDF, 2015), prevalensi

global penderita DM adalah 8,3% dari populasi dunia pada tahun 2014,

meningkat menjadi 387 juta kasus pada tahun 2014. Indonesia

merupakan negara ketujuh dengan 8,5 juta penderita DM, setelah Cina,

India dan Amerika Serikat, Brasil, Rusia, dan Meksiko. Menurut data

Riskesdas (2013), angka kejadian DM meningkat dari 1,1% pada tahun

2013,Pada tahun 2007 naik menjadi 2,1% pada tahun 2013 dengan total

populasi 250 juta orang. 

Mayoritas penderita diabetes di Indonesia termasuk dalam kelompok

diabetes tipe II yaitu lebih dari 90% dari total populasi penderita

diabetes, sedangkan jumlah penderita diabetes tipe I lebih sedikit

(Perkeni, 2011). World Health Organization (WHO) memperkirakan

sekitar 4 juta orang meninggal akibat komplikasi setiap tahunnya

(Kementerian Kesehatan, 2013). Pada tahun 2013, angka kejadian

diabetes di 15 wilayah perkotaan melebihi angka kejadian diabetes di


Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 2012 terdapat 10 wilayah perkotaan,

yang berarti pada tahun 2013 jumlah wilayah perkotaan yang angka

kejadian diabetesnya melebihi angka provinsi meningkat (Dinkes

Provinsi Jawa Barat, 2013). Berdasarkan hasil Riskesdas (2013)

prevalensi diabetes di Indonesia adalah 2,1%, sedangkan prevalensi

diabetes atau gejala yang didiagnosis dokter di Jawa Barat adalah 2,0%.

Insiden diabetes umumnya lebih tinggi pada wanita dibandingkan

pria. (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2013) Tren kejadian diabetes

melitus di Kota Bandung pada tahun 2015 relatif cenderung meningkat

dibandingkan tahun 2014. Insiden diabetes melitus mencapai 31.711

penduduk pada tahun 2015, sedangkan pada tahun 2014 mencapai 24.301

penduduk (Kesehatan Kota Bandung). Departemen , 2015).

Tingginya jumlah penderita diabetes antara lain disebabkan oleh

perubahan gaya hidup masyarakat, kurangnya pengetahuan dan

ketidaktahuan tentang deteksi dini diabetes, kurang olahraga dan jatuh,

pengaturan pola makan sayur tradisional tinggi karbohidrat dan tinggi

serat, hingga lebih banyak diet barat Protein, lemak, gula, garam dan

sedikit mengandung serat (Sudoyo, 2006). Pengetahuan yang buruk

mempengaruhi kebiasaan makan yang tidak tepat dan menyebabkan

obesitas, sehingga dapat diperkirakan 80-85% penderita diabetes tipe II

mengalami kelebihan berat badan, yang disebabkan tingginya asupan

karbohidrat dan rendahnya serat (Nurrahmani, 2012).


Menurut sebuah artikel berjudul ( Mendukung Transisi dalam

Perawatan untuk Orang Dewasa Tua Dengan Diabetes Mellitus Tipe 2

dan Obesitas, ) yang membandingkan perawatan diabetes rawat inap

dengan perawatan di rumah. Dukungan keluarga sangat penting dan

dapat mempercepat pemulihan dari penyakit di masa tua. Menurut jurnal

Diabetes Self-Care and its Associates Factors Among Lansia Diabetes in

Primary.

Perawatan Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),

meningkatkan perawatan diri dapat memiliki dampak yang jauh lebih

besar pada kesehatan, terutama pada orang tua Perawatan diri mengacu

pada kemampuan seseorang untuk mengontrol gejala, pengobatan, hasil

fisik dan psikososial. dan perubahan gaya hidup yang terkait dengan

hidup dengan kondisi kronis.


Tabel 1.1

Pravelensi Penyakit Diabetes Melitus 3 Tahun Terakhir


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka disusunlah rumusan masalah

bagaimana penerapan perawatan medis pada Ny. X yang menderita

diabetes untuk mengontrol gula darah dengan melakukan senam

diabetes di rumah. 

C. Tujuan

a. Tujuan Umum

Melakukan penerapan Asuhan Keperawatan pada  NY.X dengan

diabetes melitus Upaya mengontrol gula darah dengan senam

diabetik di rumah. 

b. Tujuan Khusus

(a) Penelitian Ny. X penderita diabetes untuk menurunkan gula

darah dengan melakukan latihan senam kaki di rumah. 

(b) Persiapan diagnosis pengobatan dari Ny. X Penderita

diabetes untuk menurunkan gula darah dengan senam kaki di

rumah.

(c) Buat rencana perawatan untuk Ny. X yang menderita diabetes

untuk menurunkan kadar gula darahnya dengan melakukan

senam kaki di rumah. 

(d) Dapat melakukan Ny.X penderita diabetes untuk menurunkan

gula darah dengan senam kaki di rumah 

(e) Mengevaluasi Ny.X  penderita diabetes untuk menurunkan

gula darah dengan olahraga di rumah.


D. Manfaat Penilitian

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk

meningkatkan kualitas kerja perawatan dengan menerapkan

pengobatan yang ditujukan untuk menurunkan gula darah melalui

senam di rumah pada Ny. X yang memiliki penyakit diabetes.

2. Manfaat Praktis

(a) Bagi Penderita

Bagi responden untuk melakukan senam kaki secara rutin di

rumah. 

(b) Bagi Puskesmas

Penyediaan rujukan dan pengembangan layanan

untuk kesehatan, terutama dalam latihan kaki dalam

meningkatkan kualitas hidup mereka .

(c) Bagi institusi pendidikan

Perluasan literatur yang dapat digunakan dan informasi dasar

sebagai bahan kajian selanjutnya. 

(d) Bagi peneliti

Menambah wawasan dan bisa dijadikan bahan

acuan peneliti dalam penelitian dan juga kemampuan

Melakukan senam kaki diabetik pada penderita DM. 

E. Sistematika Penulisan
Penelitian ini ditulis oleh peneliti sendiri dan bukan merupakan

salinan atau plagiarisme dari penelitian sebelumnya. Dari penelitian

terhadap beberapa lansia yang menggunakan Teknik Senam Kaki, tidak

ada yang menangani kasus yang sama dengan peneliti yang menurunkan

gula darah dengan Teknik Senam Kaki. Hal ini dirasa lebih efektif

karena ada tindakan preventif yang peneliti lakukan, hal ini merupakan

salah satu pencegahan bagi pasien diabetes melitus, sebaiknya

mengutamakan masalah psikologis pasien dengan teknik ini, karena

hampir semua pasien yang mengalami nyeri, adalah pasti terganggu

jiwanya. Kasus ini sudah diteliti peneliti hingga tahun 2022, yaitu pada

pasien yang memiliki teknik senam kaki untuk menurunkan gula darah. 

F. Keaslian Penulisan
Tabel 1.2

Keaslian Penulisan

No Nama Judul Proposal Tahun Hasil

1. Wahyu PENERAPAN 2022 Hasil studi kasus

Prihantoro SENAM KAKI menunjukkan pada hari kedua

DIABETES maupun ketiga pada keempat

TERHADAP NILAI responden setelah

KADAR GULA menerapkan senam kaki

DARAH PADA diabetes mengalami

PENDERITA penurunan nilai kadar gula

DIABETES darah

MELLITUSDI

Anda mungkin juga menyukai