Anda di halaman 1dari 5

LITERATURE REVIEW : PELAKSAAN SENAM KAKI DIABETIK UNTUK MENURUNKAN KADAR

GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gaya hidup modern yang memberikan berbagai kemudahan, kenyamanan dan kenikmatan
dalam hidup, akan memberikan dampak buruk yang harus dikendalikan. Kurangnya aktivitas
fisik, mengkonsumsi makanan berlebih, dan stres yang meningkat dapat menimbulkan resiko
penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif adalah penyakit kronis yang menyebabkan
terjadinya penurunan pada sel-sel di dalam tubuh sehingga dapat mempengaruhi mutu hidup
seseorang. Salah satu contoh penyakit degeneratif adalah diabetes melitus (Fandinata &
Ernawati, 2020).

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang disebabkan oleh kerusakan
kelenjar pankreas sehingga terjadi peningkatan kadar gula di dalam darah. Terjadinya
peningkatan kadar gula darah, akan mengganggu metabolisme pada karbohidrat, lemak, dan
protein yang dapat menimbulkan berbagai keluhan serta komplikasi (Irwan, 2016).

Klasifikasi diabetes melitus berdasarkan penyebab dibedakan menjadi empat, yaitu diabetes
tipe 1 (insulin-dependent) adalah penyakit autoimun yang ditandai dengan rusaknya sel
pankreas sehingga mengakibatkan produksi insulin kurang atau tidak ada, diabetes tipe 2 (non
insulin-dependent) adalah jenis diabetes yang sering terjadi karena retensi insulin, diabetes
gestasional terjadi karena peningkatan kebutuhan metabolik dan pembentukan beberapa
horman pada ibu hamil yang menyebabkan resistensi insulin, dan diabetes sekunder yang
disebabkan dari penyakit lain sehingga mengganggu produksi insulin (Tandra, 2017).

Tanda dan gejala umum pada pasien diabetes melitus yaitu poliuria (peningkatan urin),
polifagia (peningkatan nafsu makan), polidipsia (peningkatan rasa haus), mudah lelah, berat
badan menurun. Sedangkan gejala lain yang muncul yaitu mudah mengantuk, kelemahan,
kesemutan, rasa gatal di organ genetalia, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria dan keputihan
serta pruritus vulva pada wanita (Simatupang, 2020).

Prevalensi diabetes melitus di dunia menurut International Diabetes Federation (2019),


menyatakan bahwa 463 juta atau sekitar 9,3% orang dewasa (usia 20-79 tahun) yang hidup
dengan diabetes. Angka ini diprediksi akan mengalami peningkatan pada tahun 2030 sebanyak
578,4 juta dan pada tahun 2045 sebanyak 700,2 juta. Indonesia menempati posisi ke-7 di dunia
pada tahun 2019 dengan prevelensi 9,2-11,5 juta atau sekitar 10,7% orang dewasa (usia 20-79
tahun).
Prevalensi diabetes melitus di Indonesia menurut Kemenkes (2018), dikategorikan
berdasarkan provinsi, jenis kelamin, usia, status pendidikan, dan daerah domisili. Berdasarkan
kategori provinsi yang tertinggi di tempati oleh DKI (3,4%) dan terendah di tempati oleh NTT
(1,0%). Pasien diabetes melitus lebih banyak berjenis kelamin perempuan (1,7%) daripada laki-
laki (1,2%). Untuk kategori usia, pasien diabetes melitus terbesar berada pada rentang usia 55-
64 tahun dan 65-74 tahun. Untuk kategori status pendidikan, prevalensi pasien diabetes melitus
tertinggi pada tamatan pendidikan tinggi (2,8%). Kemudian untuk kategori daerah domisili lebih
banyak pasien diabetes melitus yang berada di perkotaan (2,0%) dibandingkan di pedesaan
(1,0%).

Penatalaksanaan diabetes melitus terdiri dari 5 pilar, yaitu edukasi, perencanaan makanan,
latihan jasmani, terapi farmakologis dan pemeriksaan gula darah. Pasien diabetes melitus jika
tidak menerapkan 5 pilar dengan tepat, dapat menimbulkan komplikasi. Komplikasi diabetes
melitus dibagi menjadi dua yaitu komplikasi akut dan kronis. Adapun komplikasi akut yaitu
hipoglikemia, ketoasidosis diabetik dan hiperglikemik hiperosmolar non ketotik sindrom.
Komplikasi kronis yaitu makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mikrovaskular
(penyakit pembuluh darah kecil) dan gangguan neuropati perifer.

Neuropati perifer merupakan gangguan sensorik bilateral. Manifestasi pertama kali


terlihat pada jari kaki dan jari tangan yang mengalami perubahan sensasi seperti kebas dan
kesemutan, nyeri yang menghilang sehingga pasien seringkali mengeluh baal. Karena sensasi
sentuhan dan persepsi nyeri tidak ada, maka pasien diabetes melitus dapat mengalami trauma
kaki tanpa menyadarinya, sehingga berisiko terjadinya ulkus diabetik (LeMone, Burke dan
Bauldoff, 2017).

Upaya pencegahan terjadinya ulkus diabetik dapat dilakukan dengan pemeriksaan kaki
secara berkala, edukasi mengenai cara perawatan kaki dan senam kaki secara teratur. Senam
kaki diabetik merupakan latihan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya luka,
membantu melancarkan peredaran darah pada bagian kaki, meningkatkan kekuatan otot betis
dan paha, mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki dan mengatasi keterbatasan pergerakan
sendi yang dapat dilakukan secara duduk di kursi. Senam kaki diabetik bisa dilakukan secara
teratur 3-4 x seminggu.

Penelitian yang dilakukan oleh Ruben, Michael Y dan Karundeng (2016), dengan judul
pengaruh senam kaki diabetes terhadap perubahan kadar gula darah pada pasien diabetes
melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Enemawira didapatkan hasil dari 56 responden, kadar
gula darah responden sesudah melakukan senam kaki 150-199 mg/dl berjumlah 42 responden
dan kadar gula darah ≥ 200 mg/dl berjumlah 14 responden. Hal ini menggambarkan bahwa ke-
42 responden yang melakukan senam kaki dengan baik dan benar secara teratur relatif memiliki
nilai kadar gula darah < 200 mg/dl. Nilai kadar gula darah yang lebih rendah atau turun ini
menggambarkan terjadinya perbaikan nilai kadar gula darah setelah melakukan senam kaki.
Sedangkan 14 responden lainnya yang kadar gulanya masih ≥ 200mg/dl, 7 responden
diantaranya kadar gulanya turun tetapi masih > 200 mg/dl, sedangkan 5 responden lainnya
kadar gulanya tetap tidak naik ataupun turun, dan 2 responden sisanya kadar gulanya
mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh faktor usia dan pola diet.

Berdasarkan latar belakang di atas yang menunjukkan bahwa 56 responden terdapat 21


responden yang kadar gulanya masih ≥ 200 mg/dl, 5 responden tidak ada perubahan pada
kadar gula dan 2 responden lainnya mengalami peningkatan kadar gula. Berdasarkan uraian di
atas, maka penulis tertarik untuk membahas sebuah Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“Literature Review: Pelaksanaan Senam Kaki Diabetik untuk Menurunkan Kadar Gula Darah
Pada Pasien Diabetes Melitus”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada literatur review ini yaitu “Bagaimanakah pelaksanaan senam kaki
diabetik untuk menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus berdasarkan studi
empiris dalam 10 tahun terakhir?”

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah mengetahui gambaran pelaksanaan senam kaki diabetik untuk
menurunkan gula darah berdasarkan studi empiris 10 tahun terakhir.

D. Manfaat Penulisan

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan memberikan manfaat bagi:

1. Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan kadar bidang diabetik

Menambah keluasan ilmu dan keperawatan terkait pelaksanaan untuk menurunkan kadar
gula darah.

2. Institusi Pendidikan

Literature review referensi tambahan pengetahuan, sikap dan dalam memberikan


teknologi di senam kaki bahan kualitas keterampilan bagi mahasiswa/i asuhan keperawatan
terutama ini dapat dalam rangka meningkatkan dijadikan sebagai implementasi senam kaki
diabetik untuk menurunkan kadar gula darah.

3. Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan ke dunia nyata terkait pelaksanaan senam
kaki diabetik untuk menurunkan kadar gula darah.

Anda mungkin juga menyukai