Anda di halaman 1dari 30

DESAIN INOVATIF

STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS DAN

KELUARGA

DI WILAYAH KAMPUNG BAYUR SEMPAJA UTARA

“PENCEGAHAN LUKA PENYAKIT DIABETES

MELITUS DENGAN SENAM KAKI DAN SPA

DIABETES DI WILAYAH RT 17 DAN RT 18”

Disusun Oleh :

Kelompok II

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk mewujudkan gambaran masyarakat Kalimantan Timur di masa yang
akan datang, maka Dinas Kesehatan Provinsi memiliki Visi dalam meningkatkan
derajat dan mutu kesehatan masyarakat secara merata dan berkeadilan. Adapun
strategi dalam pembangunan kesehatan di Provinsi Kalimantan Timur adalah
meningkatkan pencegahan dan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak
menular dan wabah sejak dini dengan penguatan sistem surveilance dan
mendorong partisipasi masyarakat dalam upaya penyehatan lingkungan (Dinas
Kesehatan Kalimantan Timur, 2015). Pada era global saat ini terjadi pergeseran
dari penyakit menular ke penyakit tidak menular, serta semakin banyak muncul
penyakit degeneratif lainnya, salah satunya ialah penyakit diabetes mellitus
(Afriza, 2015).
Diabetes melitus ialah suatu kelompok penyakit metabolik yang memiliki
ciri khas dengan tanda-tanda hiperglikemia. Terjadi akibat kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Wahyuni, 2013). Klasifikasi DM dibagi
dalam beberapa bagian yaitu DM tipe 1 (IDDM = Insulin Dependen Diabetes
Melitus), DM tipe 2 (NIDDM = Non Insulin Dependen Diabetes Melitus), DM
kehamilan dan DM yang berhubungan dengan kondisi lainnya (Aria, 2016).
Menurut WHO (2014) jumlah orang dewasa yang
terserang diabetes meningkat empat kalinya dari 108 juta di tahun 1980 menjadi
422 juta orang di tahun 2014. Dari total jumlah penyandang DM di dunia, negara
Indonesia masuk dalam urutan ke 7 yaitu sebanyak 8,7-10,9 juta jiwa pada tahun
2015, serta estimasi pada tahun 2040 penderita DM di Indonesia meningkat
menjadi 14,3-17,7 juta jiwa (Margaretta, 2015). Prevalensi diabetes di Indonesia
berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter sebesar 1,5 persen. DM
terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 2,1 persen. Prevalensi diabetes yang
terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta
(2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%). (Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan, 2013). Pada 2015, berdasar data dari Dinas
Kesehatan Samarinda, terdapat 2.000 orang terdeteksi menderita diabetes mellitus
tipe 2 (Dinas Kesehatan Samarinda, 2015), sedangkan pada wilayah Bayur di RT
17 dan RT 18 ditemukan sebanyak 13 warga yang mengidap penyakit diabetes
mellitus. Banyaknya angka kejadian diabetes mellitus di dunia maupun di
Indonesia menjadi tugas bersama dalam upaya untuk menekan angka kejadian
diabetes mellitus mulai dari pencegahan maupun tindak lanjut dari komplikasi.
Banyaknya angka kejadian diabetes mellitus di dunia maupun di Indonesia
menjadi tugas bersama dalam upaya untuk menekan angka kejadian diabetes
mellitus mulai dari pencegahan maupun tindak lanjut dari komplikasi. DM yang
bersifat jangka panjang maupun jangka pendek yang menyebabkan kematian.
Adapun komplikasi dari diabetes yaitu mikrovaskuler meliputi retinopati,
nefropati dan neuropati, kerusakan makrovaskuler meliputi penyakit arteri
koroner, kerusakan pembuluh darah serebral dan juga kerusakan pembuluh darah
perifer tungkai yang biasa disebut dengan istilah kaki diabetes (Aria, 2016).
Dari berbagai macam komplikasi tersebut salah satunya ialah kaki diabetes.
Kaki diabetes adalah salah satu infeksi kronik diabetes mellitus yang paling
ditakuti, yang mana akan berakhir dengan kecacatan (amputasi) bahkan kematian.
Di Indonesia tersendiri angka kematian dan angka amputasi masih tinggi masing-
masing sebesar 16% dan 25%. Terjadinya kaki diabetes yang diawali dari
komplikasi pada kaki dimulai dari glukosa yang tinggi kemudian merusak
pembuluh darah perifer kaki yang diawali dengan iskemia yang dapat
menyebabkan Peripheral Artery Disease (PAD) (Waspadji, 2014).
Dalam hal tersebut maka diperlukan perawatan kaki dengan baik dalam
menurunkan hal yang dapat mengancam kehidupan (Aria, 2016). Salah satunya
ialah dengan pencegahan kaki diabetes yang dapat dilakukan dengan cara, kontrol
metabolik yang dapat menekankan status nutrisi dan kadar glukosa serta kontrol
vaskular dengan cara melakukan latihan kaki dan pemeriksaan vaskular non-
invasif seperti pemeriksaan toe pressure, ankle pressure, dan ankle brachial
index secara rutin (Laksmi, 2006).
Ankle Brachial Index (ABI) adalah pemeriksaan non invasif pada pembuluh
darah yang mempunyai fungsi sebagai alat ukur untuk mendeteksi tanda dan
gejala klinis dari penurunan perfusi perifer, iskhemia yang dapat mengakibatkan
angiopati dan neuropati diabetik. Berbagai macam tindakan dilakukan agar
mampu mencegah dan mengontrol terjadinya neuropati diabetik dan perbaikan
sirkulasi perifer, baik secara enam pilar penatalaksanaan DM yaitu edukasi,
nutrisi, latihan jasmani, dan intervensi farmakologis, alternatif maupun
komplementari terapi. Salah satu 6 pilar tersebut ialah jenis latihan jasmani yang
dapat dilakukan dengan berbagai macam aktivitas olahraga, seperti senam kaki
diabetes. Selain pengendalian kadar glukosa darah, pasien diabetes dapat juga
melakukan senam kaki dan spa diabetes secara rutin setiap hari (Laksmi, 2006).
Senam kaki merupakan suatu bentuk dari latihan fisik atau jasmani yang
dilakukan oleh penderita diabetes mellitus. Senam kaki berfungsi untuk
mencegah terjadinya suatu luka dan membantu melancarkan sirkulasi darah pada
bagian kaki sedangkan spa diabetes adalah salah satu tindakan non invasif yang
juga mampu melancarkan sirkulasi peredaran darah (Wahyuni, 2013).
Menurut beberapa penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa latihan
jasmani efektif dalam menurunkan kadar gula darah dan memperbaiki sirkulasi
perifer di kaki. Aria Wahyuni tahun 2016 melakukan penelitian yang berjudul
“Senam Kaki Diabetik Efektif Meningkatkan Ankle Brachial Index Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2” menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan index (ABI) sebelum dan sesudah senam kaki diabetes. (Wahyuni,
2016).
Berdasarkan tingkat kegawatdaruratan dari penyakit diabetes melitus yang
mampu menyebabkan berbagai macam komplikasi serta mengancam kehidupan,
maka dipandang perlu bagi peneliti untuk melakukan pencegahan penyakit
diabetes mellitus di wilayah RT 17 dan RT 18 dalam upaya pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular diabetes mellitus.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan pencegahan ulkus kaki diabetik.
2. Tujuan Khusus
a. Memberdayakan masyarakat dalam melakukan senam kaki dan spa
diabteik secara mandiri.
b. Memberdayakan masyarakat untuk mencegah ulkus kaki diabetik
dengan senam kaki dan spa diabetik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Diabetes Mellitus
1. Pengertian
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit metabolik yang mana memiliki
ciri khas yaitu hiperglikemia yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya (Henderina, 2010). Menurut (Perkeni,
2015), di katakan terdiagnosa diabetes mellitus apabila mempunyai gejala
dengan tanda-tanda seperti polidipsi, poliuria, dan polifagi yang disertai
dengan kadar gula darah sewaktu ≥200 mg/dl dan gula darah puasa ≥126
mg/dl.
2. Klasifikasi
a. Klasifikasi diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 sering terjadi pada anak-anak atau remaja.
Diabetes tipe ini terjadi karena kerusakan sel β (beta) (WHO, 2014).
Canadian Diabetes Association (CDA, 2013) juga menambahkan
bahwa rusaknya sel β pankreas diduga akibat proses autoimun, tetapi
hal ini juga belum diketahui secara pasti. Diabetes tipe 1 sangat rentan
terhadap ketoasidosis yang memiliki insidensi lebih sedikit
dibandingkan diabetes tipe 2, akan tetapi angka kejadiannya meningkat
setiap tahun baik di negara maju maupun di negara berkembang (IDF,
2014).
b. Klasifikasi diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa (WHO, 2014).
Bagi penderita diabetes tipe 2 sering terdiagnosis beberapa tahun
setelah onset, yaitu setelah komplikasi muncul sehingga hal ini
menyebabkan tingginya insidensi sekitar 90% dari penderita DM di
seluruh dunia dan sebagian besar merupakan akibat dari memburuknya
faktor risiko seperti obesitas dan kurangnya aktivitas fisik (WHO,
2014).
c. Klasifikasi diabetes gestational
Gestational diabetes mellitus (GDM) adalah diabetes yang
terdiagnosis selama kehamilan (ADA, 2014) yang mana ditandai
dengan hiperglikemia (kadar glukosa darah di atas normal) (CDA,
2013 dan WHO, 2014). Perempuan dengan diabetes gestational
memiliki peningkatan risiko komplikasi selama kehamilan dan saat
melahirkan, serta memiliki risiko diabetes tipe 2 yang lebih tinggi di
masa yang akan datang (IDF, 2014).
d. Klasifikasi diabetes lainnya
Diabetes melitus tipe khusus merupakan diabetes yang terjadi
karena adanya kerusakan pada pankreas yang memproduksi insulin dan
mutasi gen serta mengganggu sel beta pankreas, sehingga
mengakibatkan kegagalan dalam menghasilkan insulin secara teratur
sesuai dengan kebutuhan tubuh. Sindrom hormonal yang dapat
mengganggu sekresi dan menghambat kerja insulin yaitu sindrom
chusing, akromegali dan sindrom genetik (ADA, 2015).
3. Etiologi
Penyebab atau faktor-faktor terjadinya penyakit diabetes mellitus
menurut Tandra (2008), terdiri dari keturunan, obesitas, ras atau etnis,
metabolic sydndrome, jenis kelamin, kurang gerak badan, penyakit lain,
usia, riwayat diabetes pada kehamilan, infeksi, stres, serta obat-obatan.
a. Keturunan
Apabila ibu, ayah, kakak, atau adik mengidap diabetes,
kemungkinan diri juga terkena diabetes lebih besar daripada bila
yang menderita diabetes adalah kakek, nenek, atau saudara ibu dan
saudara ayah. Sekitar 50% pasien diabetes tipe 2 mempunyai orang tua
yang menderita diabetes, dan lebih sepertiga pasien diabetes
mempunyai saudara yang mengidap diabetes. Diabetes tipe 2 lebih
banyak terkait dengan faktor riwayat keluarga atau keturunan
ketimbang diabetes tipe 1. Pada diabetes tipe 1, kemungkinan orang
terkena diabetes hanya 3-5% bila orang tua dan saudaranya adalah
pengidap diabetes.
b. Ras atau Etnis
Beberapa ras tertentu, seperti suku Indian di Amerika,
Hispanik, dan orang Amerika di Afrika, mempunyai risiko lebih
besar terkena diabetes tipe 2. Kebanyakan orang dari ras-ras tersebut
dulunya adalah pemburu dan petani dan biasanya kurus. Namun,
sekarang makanan lebih banyak dan gerak badannya makin
berkurang sehingga banyak mengalami obesitas sampai diabetes dan
tekanan darah tinggi. Pada orang-orang Amerika di Afrika (African
Americans) pada usia di atas 45 tahun, mereka yang kulit hitam,
terutama wanita, lebih sering terkena diabetes 1,4-2,3 kali daripada
mereka yang kulit putih.
c. Obesitas
Kegemukan adalah faktor risiko yang paling penting untuk
diperhatikan. Sebab, melonjaknya angka kejadian diabetes tipe 2
sangat terkait dengan obesitas. Lebih dari 8 di antara 10 penderita
diabetes tipe 2 adalah mereka yang obesitas. Makin banyak jaringan
lemak, jaringan tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja
insulin (insulin resistance), terutama bila lemak tubuh atau kelebihan
berat badan terkumpul di daerah sentral atau perut (central obesity).
Lemak ini akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat
diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah.
d. Metabolic syndrome
Menurut World Health Organization (WHO) dan National
Cholesterol Education Program : Adult Treatment Panel III (NCEP-
ATP III), orang yang menderita Metabolic Syndrome adalah mereka
yang kelainan seperti : tekanan darah tinggi lebih dari 160/90
mmHg, trigliserida darah lebih dari 150 mg/dl, kolesterol HDL kurang
dari 40 mg/dl, obesitas sentral dengan BMI lebih dari 30, lingkar
pinggang melebihi 102 cm pada pria atau melebihi 88 cm pada
wanita. Metabolic syndrome makin banyak kita temukan di masyarakat
modern ini. Gaya hidup sekarang yang kurang gerak dan banyak
makan menyebabkan makin banyak orang yang mengidap diabetes,
hipertensi, obesitas, stroke, sakit jantung, nyeri sendi dan lain-lain.
e. Jenis kelamin
Jumlah lemak pada laki – laki dewasa rata – rata berkisar antara 15
– 20 % dari berat badan total dan pada perempuan sekitar 20 – 25 %.
Jadi peningkatan kadar lipid (lemak darah) pada perempuan lebih tinggi
dibandingkan pada laki-laki, sehingga faktor risiko terjadinya Diabetes
Mellitus pada perempuan 3-7 kali lebih tinggi dibandingkan pada laki –
laki yaitu 2-3 kali.
f. Kurang Gerak badan
Makin kurang gerak badan, makin mudah seseorang terkena
diabetes. Olah raga atau aktivitas fisik membantu kita untuk
mengontrol berat badan. Glukosa darah dibakar menjadi energi.
Peredaran darah lebih baik. Dan risiko terjadinya diabetes tipe 2
akan turun sampai 50%. Keuntungan lain yang dapat diperoleh dari
olah raga adalah bertambahnya massa otot. Biasanya 70-90% glukosa
darah diserap oleh otot. Pada orang tua atau yang kurang gerak badan,
massa otot berkurang sehingga pemakaian glukosa berkurang dan gula
darah pun akan meningkat.
g. Penyakit Lain
Beberapa penyakit tertentu dalam prosesnya cenderung diikuti
dengan tingginya kadar glukosa darah di kemudian hari. Akibatnya,
pasien juga bisa terkena diabetes. Penyakit-penyakit itu antara lain :
hipertensi, gout (pirai) atau radang sendi akibat kadar asam urat dalam
darah yang tinggi, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit
pembuluh darah perifer, atau infeksi kulit yang berulang.
h. Usia
Risiko terkena diabetes akan meningkat dengan bertambahnya usia,
terutama diatas 40 tahun, serta mereka yang kurang gerak badan, massa
ototnya berkurang, dan berat badannya makin bertambah. Namun,
belakangan ini, dengan makin banyaknya anak yang mengalami
obesitas, angka kejadian diabetes tipe 2 pada anak dan remaja pun
meningkat.
i. Infeksi
Pada kasus diabetes tipe 1 yang terjadi pada anak, seringkali
didahului dengan infeksi flu atau batuk pilek yang berulang-ulang.
Penyebabnya adalah infeksi oleh virus, seperti mumps dan Coxsackie,
yang dapat merusak sel pankreas dan menimbulkan diabetes.
j. Stress
Stres yang hebat, seperti halnya infeksi hebat, trauma hebat,
operasi besar, atau penyakit berat lainnya, menyebabkan hormon
counter-insulin (yang kerjanya berlawanan dengan insulin) lebih aktif.
Akibatnya, glukosa darah pun akan meningkat. Diabetes ini kadang
ditemukan secara kebetulan pada waktu si pasien memeriksakan
glukosa darahnya.
k. Obat-obatan
Beberapa obat dapat meningkatkan kadar glukosa darah, dan
bahkan bisa menyebabkan diabetes. Bila mempunyai risiko terkena
diabetes, harus memakai obat-obatan ini dengan sangat hati-hati.
Obat-obatan yang dapat menaikkan glukosa darah antara lain adalah
hormon steroid, beberapa obat anti-hipertensi, dan obat untuk
menurunkan kolesterol.
4. Tanda dan Gejala
Tanda gejala pasien DM antara lain (Damayanti, 2015):
a. Diabetes tipe 1
1) Sering buang air kecil, terutama di malam hari
2) Sering merasa haus
3) Rasa lapar yang bertambah sering
b. Diabetes tipe 2
1) Kelelahan, pandangan mata kabur
2) Berkurangnya massa otot
3) Turunnya berat badan
4) Luka yang lambat sembuh atau sering mengalami infeksi
5. Patofisiologi
Patofisiologi diabetes mellitus menurut (Manaf, 2009):
Hiperglikemia terjadi akibat kerusakan sel B pankreas yang menimbulkan
peningkatan pengeluaran glukosa oleh hati. Pengeluaran glukosa oleh hati
meningkat karena proses-proses yang menghasilkan glukosa yaitu
glikogenolisis dan glukoneogenesis, berlangsung tanpa hambatan karena insulin
tidak ada. Ketika kadar glukosa darah meningkat sampai jumlah glukosa yang
difiltrasi melebihi kapasitas, sehingga sel-sel tubulus melakukan reabsorbsi,
maka glukosa akan timbul di urin (glukosuri). Glukosa di urin menimbulkan
efek osmotik yang menarik air bersamanya, menimbulkan diuresis osmotik
yang di tandai oleh poliuria (sering berkemih).
Cairan yang berlebihan keluar dari tubuh menyebabkan dehidrasi, sehingga
dapa menyebabkan kegagalan sirkulasi perifer karena volume darah menurun
secara mencolok. Kegagalan sirkulasi, apabila tidak diperbaiki, dapat
menyebabkan kematian karena aliran darah ke otak turun atau dapat
menimbulkan kegagalan ginjal sekunder akibat tekanan filtrasi yang tidak kuat.
Selain itu, sel-sel kehilangan air karena tubuh mengalami dehidrasi akibat
perpindahan osmotik air dari dalam sel ke cairan ekstra sel yang hipertonik. Sel-
sel otak sangat peka karena timbul gangguan fungsi sistem saraf yaitu
polineuropati. Gejala khas lain pada diabetes mellitus adalah rasa haus
berlebihan yang merupakan mekanisme kompensasi tubuh untuk mengatasi
dehidrasi akibat poliuria. Karena terjadi defisiensi glukosa intra sel, maka
kompensasi tubuh merangsang syaraf sehingga nafsu makan meningkat dan
timbul pemasukan makanan berlebihan (polifagia). Akan tetapi walaupun
terjadi peningkatan pemasukan makanan, berat badan tubuh menurun secara
progresif akibat efek defisiensi insulin pada metabolisme lemak dan protein.
Sintesa gliserida menurun saat lipolisis menigkat sehingga terjadi mobilisasi
asam lemak dalam darah sebagian besar digunakan oleh sel sebagai sumber
energi alternatif.
6. Komplikasi
Komplikasi pada penderita DM meliputi (Damayanti, 2015)::
a. Komplikasi Akut
Terjadi akibat ketidakseimbangan akut kadar glukosa darah, yaitu
hipoglikemia, diabetik ketoasidosis dan hiperglikemia hiperosmolar non
ketosis. Hipoglikemia secara harfiah berarti kadar glukosa darah dibawah
normal. Hipoglikemia merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang
dapat terjadi secara berulang dan dapat memperberat penyakit diabetes
bahkan menyebabkan kematian. Hipoglikemia diabetik terjadi karena
peningkatan insulin dalam darah dan penurunan kadar glukosa darah yang
diakibatkan terapi insulin yang tidak adekuat (Damayanti, 2015).
b. Komplikasi makrovaskuler
Komplikasi ini diakibatkan karena ukuran diameter pembuluh darah.
Pembuluh darah akan menebal, sklerosis dan timbul sumbatan akibat
plaque yang menempel. Komplikasi makrovaskuler yang paling sering
terjadi adalah penyakit arteri koroner, penyakit cerebrovaskuler dan
penyakit vaskuler perifer (Smeltzer, 2008).
c. Komplikasi Mikrovaskuler
Perubahan mikrovaskuler melibatkan kelainan struktur dalam membran
pembuluh darah kecil dan kapiler. Kelainan pada pembuluh darah ini
menyebabkan dinding pembuluh darah menebal dan mengakibatkan
penurunan perfusi jaringan. Komplikasi mikrovaskuler terjadi di retina
yang menyebabkan retinopati diabetik dan di ginjal menyebabkan nefropati
diabetic (Damayanti, 2015)
d. Komplikasi Neuropati
Neuropati diabetik merupakan sindroma penyakit yang mempengaruhi
semua jenis saraf, yaitu saraf perifer, otonom dan spinal. Komplikasi
neuropati perifer dan otonom menimbulkan permasalahan di kaki, yaitu
berupa ulkus kaki diabetik, pada umumnya tidak terjadi pada 5-10 tahun
pertama setelah didiagnosis, tetapi tanda-tanda komplikasi mungkin
ditemukan pada saat mulai terdiagnosis DM tipe 2 karena DM yang dialami
pasien tidak terdiagnosis selama beberapa tahun (Damayanti, 2015).

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diabetes mellitus menurut (Soegondo, 2009):
a. Manajemen Diet
Tujuan umum penatalaksanaan diet pasien DM antara lain mencapai
dan mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid mendekati normal,
mencapai dan mempertahankan berat badan dalam batas normal, mencegah
komplikasi akut ataupun kronik, serta meningkatkan kualitas hidup
(Suyono, 2009). Bagi pasien obesitas, penurunan berat badan, merupakan
kunci dalam penangan DM. Penurunan berat badan ringan atau sedang (5-
10% dari total berat badan) telah menunjukan perbaikan dalam mengontrol
DM tipe 2. Penatalaksanaan nutrisi di mulai dari menilai kondisi pasien,
salah satunya menilai status gizi. Penilaian status gizi dengan menghitung
Indeks Masa Tubuh (IMT) = BB (kilogram)/TB2 (meter) untuk melihat
apakah penderita DM mengalami kegemukan atau obesitas, normal atau
kurang gizi.
b. Terapi Farmakologi
Tujuan terapi insulin adalah menjaga kadar gula darah normal atau
mendekati normal. Pada DM tipe 2, insulin terkadang diperlukan sebagai
terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika
dengan diet, latihan fisik dan Obat Hipoglikemia Oral (OHO) tidak dapat
menjaga gula darah dalam rentang normal. Pada pasien DM tipe 2 kadang
membutuhkan insulin secara temporer selama mengalami sakit, infeksi,
kehamilan, pembedahan atau beberapa kejadian stress lainnya (Smeltzer,
2008). Bersadasarkan konsensus Perkeni (2006), OHO saat ini dibagi
dalam 2 kelompok yaitu, obat yang memperbaiki kerja insulin dan obat
yang meningkatkan produksi insulin.
c. Pemantauan (Monitoring) Gula Darah
Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri memungkinkan untuk
mendeteksi dan mencegah hiperglikemia atau hipoglikemia, pada akhirnya
akan mengurangi komplikasi diabetik jangka panjang. Pemeriksaan ini
sangat dianjurkan pada pasien dengan penyakit DM yang tidak stabil,
kecenderungan untuk mengalami ketosis berat, hiperglikemia dan
hipoglikemia tanpa gejala ringan. Kaitannya dengan pemberian insulin
yang diperlukan pasien ditentukan oleh kadar glukosa darah yang akurat.
Beberapa hal yang harus di monitor secara berkala adalah glukosa
darah, glukosa urine, keton darah, keton urin. Selain itu juga, pengkajian
tambahan seperti cek berat badan secara reguler, pemeriksaan fisik teratur
dan pendidikan tentang diit, injeksi, pengetahuan umum tentang diabetes
dan perubahan-perubahan dalam diabetes (Damayanti, 2015).
d. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan pada pasien DM diperlukan karena
penatalaksanaan DM memerlukan penanganan khusus seumur hidup.
Pasien tidak hanya belajar keterampilan untuk merawat diri sendiri guna
menghindari fluktuasi kadar glukosa darah yang mendadak, tetapi juga
harus memiliki perilaku gaya hidup untuk menghindari komplikasi diabetik
jangka panjang.
e. Latihan Fisik (Olahraga)
Olahraga mengaktifasi ikatan insulin dan reseptor insulin di membran
plasma sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah. Manfaat latihan
fisik adalah menurunkan kadar glukosa darah, mengubah kadar lemak
darah yaitu meningkatkan kadar high desity lipoprotein (HDL)-kolesterol
dan menurunkan kadar kolesterol serta mampu memperbaiki sirkulasi darah
dan tonus otot. Jenis latihan fisik yang dianjurkan ialah joging, berenang,
jalan, bersepeda, senam diabetes dan senam kaki (Damayanti, 2015).

B. Senam Kaki Diabetes


1. Pengertian
Senam kaki diabetes adalah suatu kegiatan atau latihan yang dilakukan
oleh pasien diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu
melancarkan peredaran darah bagian kaki (Flora & Purwanto, 2014).
2. Langkah-langkah Senam Kaki
a. Pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai
(Akhtyo, 2009).

Gambar. 2.1
Pasien duduk di atas kursi

b. Dengan tumit yang diletakkan dilantai, jari-jari kedua belah kaki


diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali kebawah seperti cakar
ayam sebanyak kali.

Gambar. 2.2
Tumit kaki di lantai dan jari – jari kaki diluruskan ke atas
c. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki
ke atas. Kemudian sebaliknya pada kaki yang lainnya, jari-jari kaki
diletakkan di lantai dan tumit kaki diangkatkan ke atas. Gerakan ini
dilakukan secara bersamaan pada kaki kanan dan kiri bergantian dan
diulangi sebanyak kali.

Gambar. 2.3
Tumit kaki di lantai sedangkan telapak kaki di angkat
d. Tumit kaki diletakkan di lantai. Kemudian bagian ujung jari kaki
diangkat ke atas dan buat gerakan memutar pada pergelangan kaki
sebanyak kali.

Gambar. 2.4
Ujung kaki diangkat keatas

e. Jari-jari kaki diletakkan dilantai.


f. Kemudian tumit diangkat dan buat gerakan memutar dengan
pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak kali.

g. Gambar. 2.5
Jari – jari kaki di lantai

h. Kemudian angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Lalu gerakan jari-
jari kaki kedepan kemudian turunkan kembali secara bergantian kekiri
dan ke kanan. Ulangi gerakan ini sebanyak kali.
Gambar. 2.6
i.
Kaki diluruskan dan diangkat telapak kaki keatas

j. Selanjutnya luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki
tersebut dan gerakkan ujung jari-jari kaki kearah wajah lalu turunkan
kembali kelantai.

Gambar. 2.7
Kaki diluruskan dan diangkat telapak kaki kebawah
k. Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi sama seperti pada langkah ke-
8, namun gunakan kedua kaki kanan dan kiri secara bersamaan. Ulangi
gerakan tersebut sebanyak kali.
l. Angkat kedua kaki dan luruskan,pertahankan posisi tersebut. Kemudian
gerakan pergelangan kaki kedepan dan kebelakang.
m. Selanjutnya luruskan salah satu kaki dan angkat, lalu putar kaki pada
pergelangan kaki, lakukan gerakan seperti menulis di udara dengan kaki
dari angka 0 hingga 10 lakukan secara bergantian.
n. Letakkan selembar koran dilantai. Kemudian bentuk kertas koran
tersebut menjadi seperti bola dengan kedua belah kaki. Lalu buka
kembali bola tersebut menjadi lembaran seperti semula menggunakan
kedua belah kaki. Gerakan ini dilakukan hanya sekali saja.
o. Kemudian robek koran menjadi 2 bagian, lalu pisahkan kedua bagian
koran tersebut.
p. Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki.
q. Kemudian pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan
kedua kaki lalu letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh
tadi.
r. Lalu bungkus semua sobekan-sobekan tadi dengan kedua kaki kanan
dan kiri menjadi bentuk bola. Kaki merobek kertas koran kecil-kecil
dengan menggunakan jari-jari kaki lalu bungkus menjadi bentuk bola.
3. Tujuan Senam Kaki
Memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot-otot kecil, mencegah
terjadinya kelainan bentuk kaki, meningkatkan kekuatan otot betis dan
paha, mengatasi keterbatasan gerak. Sirkulasi darah pada daerah kaki
dapat diukur melalui pemeriksaan non invasive salah satunya adalah
dengan pemeriksaan ankle brachial index (ABI) (Flora & Purwanto,
2014).
C. Spa Diabetes
1. Pengertian
Spa kaki diabetes merupakan salah satu cara mencegah komplikasi
diabetes. Spa kaki diabetes terdiri dari berbagai macam kegiatan yaitu senam
kaki diabetik sebelum pelaksanaan spa kaki, cleansing yaitu pembersihan
dengan menggunakan sabun mandi bayi yang lembut dan ringan, pedicure
yaitu pemotongan dan pengikisan kuku jika responden memiliki kuku yang
sedang panjang, foot mask yaitu tindakan memberikan lulur dengan tujuan
untuk membersihkan sel-sel kulit mati, tetapi untuk tindakan ini tidak
dilakukan setiap hari agar lapisan kulit tidak semakin menipis, dan terakhir
adalah foot massage yaitu pemijatan superfisial pada kaki untuk
meningkatkan sirkulasi darah.
2. Pelaksanaan Terapi Spa Kaki Diabetes
Spa kaki diabetes ini dilakukan kurang lebih 30 menit. Kegiatan-
kegiatan di dalam spa kaki diabetik memberikan pengaruh terhadap sirkulasi
darah perifer secara menyuluruh. Kegiatan-kegiatan tersebut selain dapat
melancarkan aliran darah, juga membuat pasien merasa nyaman dan rileks
(Affiani, 2017). Alat dan bahan :
a. Sabun Bayi
b. Minyak Zaitun
c. Air Hangat
d. Baskom Untuk Merendam
e. Gunting Kuku
f. Handuk Kering
3. Cara Spa Kaki Diabetes
a. Basahkan kedua kaki, bersihkan dengan sabun bayi sambil ditekan
dengan dan dibersihkan hingga sela jari. Bilas dengan air hangat, ulangi
1x lagi lalu keringkan.
b. Gunting kuku-kuku yang panjang dengan teliti dan hati-hati.
c. Oleskan minyak zaitun dengan lembut, berikan rasa nyaman untuk
penderita diabetes, lakukan selama 15-20 menit.
d. Setelah di pijat rendam kaki dengan air hangat selama 10 menit.
e. Bersihkan sisa minyak yang masih ada dengan sabun lalu keringkan
sehingga tidak membuat licin saat berjalan.
D. Mekanisme
1. Identifikasi Pertanyaan
a. Analisa PICOT
P (Problem and Patient) : Pasien dengan resiko ulkus diabetik
I (Intervention) : Senam kaki diabetes dan spa kaki
diabetes
C (Comparation) : Tidak ada perbandingan
O (Outcome) : Warga RT 17 dan RT 18 mampu
melakukan senam kaki dan spa diabetes
secara mandiri
I (Time) : Dilakukan pada tanggal 27 Oktober 2019.

BAB III
STRATEGI PEMECAHAN MASALAH
A. Jenis Intervensi
Senam kaki diabetes dan spa diabetes.
B. Tujuan
1. Memberdayakan masyarakat dalam melakukan senam kaki dan spa diabteik
secara mandiri.
2. Memberdayakan masyarakat untuk mencegah ulkus kaki diabetik dengan
senam kaki dan spa diabetik.
C. Waktu
Intervensi akan dilaksanakan pada :
Hari : Minggu
Tanggal : 27 Oktober 2019
Tempat : Wilayah RT 17 dan RT 18
D. Setting
Pasien dikumpulkan di suatu tempat yang strategis, aman, nyaman dan
diatur sedemikian rupa untuk duduk di kursi dan dilakukan pemeriksaan ABI.
Setelah dilakukan pemeriksaan ABI dilakukan spa aki daibetes dan dilanjutkan
dengan senam kaki diabetes. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan ABI kembali
setelah dilakukan intervensi.
E. Media
Alat dan Bahan :
1. Minyak zaitun
2. Baskom
3. Air hangat
4. Kursi
5. Koran
6. Tempat sampah medis
7. Gunting kuku
8. Sabun bayi
9. Handuk kering
10. SOP senam kaki
BAB IV

LAPORAN KEGIATAN

A. Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan di lakukan pada tanggal 26, 27, 28 Oktober 2019 pada pukul

09.00 WITA di wilayah RT 17 dan RT 18 Kampung Bayur Kelurahan Sempaja

Utara Kecamatan Samarinda Utara.

Hari, Tgl Implementasi Evaluasi Paraf


Sabtu, 26  Berkoordinasi  Kader posyandu lansia
Oktober 2019 dengan kader meneyujui dan mendukung
Pukul 08.00 posyandu lansia kegiatan tersebut.
Wilayah RT 17 untuk kegiatan
dan RT 18. senam kaki dan
spa kaki
diabetes.
Minggu, 27  Pengukuran TD  Warga RT 17 dan RT 18
Oktober 2019 ekremitas atas kooperatif dan mengikuti
Pukul 09.00 kanan dan kiri, kegiatan dengan antusias
Wilayah RT 17 ekremitas  Suasana kondusif dan
dan RT 18 bawah kanan nyaman
dan kiri
 Pemeriksaan  Warga aktif dan
Gula Darah bersemangat selama
Sewaktu kegiatan berlangsung

Pukul 09.30  Senam kaki  Warga memperhatikan


diabetes setiap gerakan yang di
contohkan
Pukul 10.00  Spa kaki  Warga mengatakan nyaman
diabetes dan senang selama prosedur
(implementasi) spa kaki
dilakukan
Pukul 11.00  Melakukan  Warga aktif dan
himbauan mengatakan akan mecoba
kepada warga di rumah
untuk
melakukan
senam kaki di
rumah dan spa
kaki, dan akan
dilakukan
pemeriksaan
kembali pada
hari selasa, 29
November 2019

Selasa, 29  Senam kaki  Warga aktif selama kegitan


Oktober 2019 diabetes berlangsung
Pukul 08.00
Wilayah RT 17  Pengukuran TD  Terjadi perubahan yang
dan RT 18. ekremitas atas cukup signifikan terhadap
kanan dan kiri, nilai Ankle Brachial Index
ekremitas (ABI)
bawah kanan
dan kiri
 Pemeriksaan  Terjadi perubahan yang
Gula Darah cukup signifikan terhadap
Sewaktu nilai glukosa darah sewaktu
sebelum dan sesudah
dilakukan senam kaki
diabetes dan spa kaki
diabetes

B. Faktor Pendukung
1. Dukungan dari kader lansia dalam memberikan waktu dan memfasilitasi
beberapa peralatan untuk mendukung jalannya kegiatan
2. Warga atau peserta kooperatif
C. Faktor Penghambat
1. Penyakit Lain
Beberapa penyakit tertentu dalam prosesnya cenderung diikuti dengan
tingginya kadar glukosa darah di kemudian hari. Akibatnya, pasien juga bisa
terkena diabetes. Penyakit-penyakit itu antara lain : hipertensi, gout (pirai)
atau radang sendi akibat kadar asam urat dalam darah yang tinggi, penyakit
jantung koroner, stroke, penyakit pembuluh darah perifer, atau infeksi kulit
yang berulang.
2. Metabolic Syndrome
Menurut World Health Organization (WHO) dan National Cholesterol
Education Program : Adult Treatment Panel III (NCEP-ATP III), orang
yang menderita Metabolic Syndrome adalah mereka yang kelainan seperti
: tekanan darah tinggi lebih dari 160/90 mmHg, trigliserida darah lebih
dari 150 mg/dl, kolesterol HDL kurang dari 40 mg/dl, obesitas sentral
dengan BMI lebih dari 30, lingkar pinggang melebihi 102 cm pada pria
atau melebihi 88 cm pada wanita. Metabolic syndrome makin banyak kita
temukan di masyarakat modern ini. Gaya hidup sekarang yang kurang
gerak dan banyak makan menyebabkan makin banyak orang yang
mengidap diabetes, hipertensi, obesitas, stroke, sakit jantung, nyeri sendi
dan lain-lain.
3. Belum terfasilitasi secara maksimal oleh lintas sektor seperti puskesmas.
D. Evaluasi Kegiatan
Terjadi perubahan yang cukup signifikan sebelum dan sesudah dilakukan
senam kaki diabetes.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Senam kaki merupakan suatu bentuk dari latihan fisik atau jasmani yang
dilakukan oleh penderita diabetes mellitus. Senam kaki berfungsi untuk
mencegah terjadinya suatu luka dan membantu melancarkan sirkulasi darah pada
bagian kaki sedangkan spa diabetes adalah salah satu tindakan non invasif yang
juga mampu melancarkan sirkulasi peredaran darah (Wahyuni, 2013).
Spa kaki diabetes merupakan salah satu cara mencegah komplikasi diabetes.
Spa kaki diabetes terdiri dari berbagai macam kegiatan yaitu senam kaki diabetik
sebelum pelaksanaan spa kaki, cleansing yaitu pembersihan dengan
menggunakan sabun mandi bayi yang lembut dan ringan, pedicure yaitu
pemotongan dan pengikisan kuku jika responden memiliki kuku yang sedang
panjang, foot mask yaitu tindakan memberikan lulur dengan tujuan untuk
membersihkan sel-sel kulit mati, tetapi untuk tindakan ini tidak dilakukan setiap
hari agar lapisan kulit tidak semakin menipis, dan terakhir adalah foot massage
yaitu pemijatan superfisial pada kaki untuk meningkatkan sirkulasi darah.
B. Saran

1. Puskesmas

a. Diharapkan puskesmas dapat menindaklanjuti kegiatan senam kaki

diabetes dan melakukan pemeriksaan ankle brachial index.

b. Menyelenggarakan pelatihan kepada kader mengenai senam kaki dan

spa kaki diabetes serta pemeriksaan ankle brachial index.

2. Warga RT 17 dan RT 18

a. Diharapkan warga dapat memahami dan menerapkan senam kaki

diabetes secara mandiri di rumah.

DAFTAR PUSTAKA

Afriza. (2015). Pengaruh Senam Diabetes Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada
Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Lapai Kecamatan Nanggalo
Kota Padang.
Akhtyo. (2009). Senam Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus Diakses dari
http://www.kuliah-keperawatan.com pada tanggal 27 Juni 2012.
American Diabetes Association (ADA). (2014). Diagnosis and Clasification of
Diabetes Mellitus. Diabetes Care. Januari : 34 (suppl 1): S62-S69, doi:
10.2337/dc11-S062, PMCID: PMC3006051.
American Diabetes Association (ADA). (2015). Diagnosis and Classification of
Diabetes Mellitus, Diabetes Care,38:8-16.
Aria, N. A. (2016). Senam kaki diabetik efektif meningkatkan ankle brachial index pasien
diabetes mellitus Tipe 2. Jurnal Ipteks Terapan, 2, 155–164.
Ariadi, S. 2014. Analisis Statistik Independent Student T-Test. Available at
http://web.unair.ac.id/admin/file/f 19997 st10.ppt.Accesion date 15 August 2015.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2013. Laporan Nasional 2013. https://doi.org/1 Desember 2013.
British Columbia Provincial Nursing (BCPN). (2013). Procedure: Ankle Brachial Index
(ABI) In Adults Using A
HandledDoppler.https:/maphn.org/Resources/Documents/pdf/June 2013.
Bryant, Ruth A.; Denise P. Nix. (2006). Acute & Chronic Wounds: Current Management

rd
Concepts 3 edition, Mosby, St Louis.

Damayanti. (2015) Diabetes Mellitus dan Penatalaksanaan Keperawatan. Yogyakarta:


Nuha Medika
Darma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.
Dinas Kesehatan Kalimantan Timur. (2015). 23_KALTIM_2015.
Flora, R., & Purwanto, S. (2014). Pelatihan Senam Kaki Pada Penderita Diabetes Komplikasi
Diabetes Pada Kaki ( Diabetes Foot ). Unsri.Ac.Id, 7–15.
Hastono, S. (2006). Analisis Data. Jakarta: FKM UI.
Henderina. (2010). Diabetes Mellitus Pada Lansia, Kasus Besar Interna. Diambil 3
November 2011.
Laksmi, L. W. (2006). Pengaruh F oot Massage Terhadap Ankle Brachial index (ABI) Pada
DM Tipe 2 di puskesmas II Denpasar Barat. Keperawatan.
Manaf A., 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam: Insulin: Mekanisme Sekresi Dan Aspek
Metabolisme, Jilid III, Edisi 4, Jakarta: FK UI pp. 1897-99.
Margaretta, S. S. (2015). Efektivitas Senam Kaki Diabetes Terhadap Sensitifitas Kaki Dan
Resiko Jatuh Pada Lansia DM, 7–10.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Perkeni. (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 di
Indonesia 2015. Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PB
Perkeni) (Vol.1). https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004.
Pratomo, I. B. (2014). Gambaran Nilai Ankle Brachial Index ( ABI ) Penderita DM Tipe 2 Di
Puskesmas Kotabumi II Kabupaten Lampung Utara. Keperawatan, 1–37.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013.
Saryono. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Smeltzer, & B. (2008). Buku Ajar Kesehatan Medical Bedah, Volume 2, Edisi 8. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC.
Suyono, S. (2009) Diabetes Mellitus Di Indonesia : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III
Edisi V. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
1134 hlm.
Soegondo, S., Soewondo, P., Subekti, I. (2009). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Swarjana, I. K. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan: Tuntunan Praktis Pembuatan
Proposal Penelitian. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Tandra, H. (2008). Segala Sesuatau Yang Harus Anda ketahui Tentang Diabetes. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Wahyuni, T. D. (2013). Ankle brachial index (ABI) sesudah senam kaki diabetes pada
penderita diabetes melitus tipe 2, 4, 143–151.
Waspadji, S. (2014). Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam Vol. 2, p. 2336. Jakarta : Interna
Publishing : Departemen Penyakit Dalam FKUI.
Widyanthari, D. M. (2016). Jurnal Keperawatan Community of Publishing in Nursing
(Coping) NERS ISSN: 2303-1298. Jurnal Keperawatan, (April), 18–23.
Lampiran 1

NO HASIL PEMERIKSAAN GULA DARAH SENAM KAKI DIABETES


DAN SPA KAKI DIABETES DI RT 17 DAN RT 18

Nilai Gula Darah


Nama Responden
Pre Post

1. Bayah 283 mg/dl 265 mg/dl

2. Lusiana 237 mg/dl 221 mg/dl

3. Jaminah 98 mg/dl 98 mg/dl

4. Nur Sinah 100 mg/dl 98 mg/dl

5. Bayah 283 mg/dl 270 mg/dl

6. Yatini 104 mg/dl 102 mg/dl

7. Tika 113 mg/dl 109 mg/dl

8. Mahrita 118 mg/dl 113 mg/dl

9. Sarinah 117 mg/dl 115 mg/dl

10. Yamah 100 mg/dl 98 mg/dl

11. Rita 186 mg/dl 179 mg/dl

12. Nuriah Banyah 336 mg/dl 289 mg/dl

13. Tiamis 187 mg/dl 170 mg/dl

14. Yurita 150 mg/dl 146 mg/dl

15. Mastiah 341 mg/dl 316 mg/dl

16. Jamiah 171 mg/dl 156 mg/dl

17. Aminah 150 mg/dl 150 mg/dl

18. Halimatus Sa'diyah 205 mg/dl 178 mg/dl

19. Imunah 196 mg/dl 181 mg/dl

20. Ria 114 mg/dl 116 mg/dl


21. Arminah 98 mg/dl 101 mgdl

22. Hj. Aliah 125 mg/dl 120 mg/dl

23. Halimah 154 mg/dl 150 mg/dl

24. Nur Paridah 481 mg/dl 456 mg/dl

25. Sa'iah 142 mg/dl 139 mg/dl


NO HASIL PEMERIKSAAN ABI (ANKLE BRACHIAL INDEX)
SENAM KAKI DIABETES
DAN SPA KAKI DIABETES DI RT 17 DAN RT 18
Nilai ABI
Nama Responden
Pre Post

1. Bayah 0,9 1,10

2. Lusiana 0,92 1,12

3. Jaminah 1,15 1,16

4. Nur Sinah 1,10 1,13

5. Bayah 0,89 0,91

6. Yatini 1,7 1,9

7. Tika 1,2 1,2

8. Mahrita 1,1 1,5

9. Sarinah 0,93 0,98

10. Yamah 1,6

11. Rita 0,9 0,96

12. Nuriah Banyah 0,85 0,92

13. Tiamis 0,87 0,91

14. Yurita 1,3 1,5

15. Mastiah 0,87 0,9

16. Jamiah 0,98 1,6

17. Aminah 1,4 1,4

18. Halimatus Sa'diyah 0,97 1,2

19. Imunah 1,1 1,4

20. Ria 1,8 1,9


21. Arminah 1,5 1,7

22. Hj. Aliah 0,97 1,2

23. Halimah 0,92 1,1

24. Nur Paridah 0,83 0,85


Lampiran
25. Sa'iah 1,4 1,6

Anda mungkin juga menyukai