Anda di halaman 1dari 6

Henti jantung dan Gawat jantung

Ranti Meiniati

14-03-2020

Abstrak

Henti jantung adalah hilangnya fungsi jantung dengan cara tiba-tiba dan
gunanya untuk mempertahankan sirkulasi normal darah, dan berfungsi untuk
mensuplai oksigen ke otak dan organ vital yang ditandai dengan tidak ditemukan
denyut nadi akibat ketidakmampuan jantung berkonsentrasi dengan baik.
Adapun penyebab dari henti jantung ini adalah penyakit jantung koroner (PJK),
Infark miokard akut atau serangan jantung, Fibrilasi ventrikel atau irama jantung
cepat dan juga Ventrikel tachykardia kondisi dimana terjadi saat ruang bawah
jantung berdetak terlalu lebih cepat dan tidak sinkron dengan gerakan jantung.
Sedangkan tanda-tanda dari henti jantung yaitu Nadinya tidak teraba, Napas
pasien tidak spontan dan Pasien tidak merespon sama sekali.

A. Definisi Henti Jantung

Henti jantung adalah terjadinya kehilangan fungsi pada pompa jantung


secara tiba-tiba atau mendadak. Dan dapat juga terjadi dipicu oleh kerusakan
untuk memompa darah ke otak, ke paru-paru dan juga organ lainnya (Rizki and
Cahyani, 2017, pp. 139–140).

Henti jantung merupakaan hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan


gunanya untuk agar dapat mempertahankan sirkulasi normal darah, dan
berfungsi untuk menyuplai oksigen ke otak dan organ vital yang ditandai dengan
tidak ditemukan denyut nadi akibat ketidakmampuan jantung berkonsentrasi
dengan baik (Muthmainah, 2019, p. 32).

B. Etiologi

Adapun penyebab dari henti jantung ini sebagai berikut :

1) Penyakit jantung koroner (PJK)

2) Kecelakaan

3) Dan Tenggelam (Muthmainah, 2019, p. 33).

Sedangkan Menurut (Tscheschlog Ann Beverly & and Amy, 2015, p. 166)
penyebab dari henti jantung yaitu :

1) Infark miokard akut (serangan jantung)

2) Fibrilasi ventrikel (irama jantung cepat)

3) Trauma berat

4) Hipovolemia

5) Gangguan metabolisme

6) Tenggelam

7) Overdosis obat.

C. Manifestasi klinis

Menurut (Irianti et al., 2018, p. 219) tanda-tanda pada pasien yang henti jantung
yaitu :

1) Melihat irama jantung pada EKG.

2) Palpitasi denyut jantung.

Adapun menurut (Lumbantoruan, 2015, p. 43) tanda-tanda dari henti jantung


yaitu sebagai berikut :
1) Nadi tidak teraba

2) Napas pasien tidak spontan.

3) Pasien tidak merespon.

D. Patofisiologi

Seseorang yang mengalami henti jantung maka kebanyakan dapat diakibatkan


timbulnya aritmia gangguan irama jantung yaitu sebagi berikut :

1) Fibrilasi ventrikel (irama jantung cepat)

Dimana suatu keadaan yang akan menimbulkan kematian secara mendadak,


pada keadaan seperti ini maka jantung tidak akan melakukan fungsi
kontraksinya dan jantung hanya bisa bergetar saja. Tindakan yang harus
dilakukan pada korban yang mengalami fibrilasi ventrikel maka segera
dilakukan CPR dan DC shock atau defibrilasi.

2) Takhikardi ventrikel

Takhikardi ventrikel ini karena adanya gangguan akibat terjadi gangguan


konduksi. Nadinya yang teraba cepat maka dapat menyebabkan fese
pengisian ventrikel kiri dan akan memendek akibat pengisian darah ke
ventrikel juga berkurang sehingga curah jantung akan menurun.

3) Pulselles Electrical Activity (PEA)

Dimana aktifitas listrik jantung tidak dapat menghasilkan kontraktilitas yang


adekuat sehingga pada tekanan darah tidak dapat di ukur dan nadi juga tidak
teraba. Tindakan yang segera harus diberikan yaitu CPR.

4) Asistole

Lalu di keadaan asistole ini dapat di tandai dengan tidak ada aktifitas listrik
pada jantung dan pada monitor irama maka bentuknya seperti garis lurus.
Pemberian Tindakanyang segera yaitu seperti CPR (Sheehy, 2018, p. 75).
E. Penatalaksanaan Henti Jantung

Terapi non farmakologi :

1) Kompresi dada

Pentingnya kompresi dada yaitu :

a. Tekan kuat lalu tekan cepat.

b. Lalu biarkan dada untuk mengembang kembali seperti semula setiap


kompresi.

c. Minimalkan innstruksi melakukan kompresi dada.

2) Pengontrolan jalan napas

a. Pertahankan jalan napas agar tetap paten dengan bisa melakukan seperti :
angkat dagu, dorong rahang tanpa disertai ekstensi kepala jika di curigai
cedera kepala dan juga leher.

b. Tidak menunda kompresi atau ventilasi untuk pemasangan jalan napas


invasif.

3) Pernapasan dan Ventilasi

a. Mengkaji pengembangan pada dada untuk menilai keadekuatan ventilasi.

b. Jika ventilasi dengan bag vair mask yang memadai maka penatalaksaan
jalan napas invasif dapat ditundai hingga sirkulasi spontan kembali.

c. Monitor kecepatan dan kedalaman ventilasi untuk mencegah agar tidak


terjadi hiperventilasi.

4) Pemasangan akses sirkulasi

a. Gunakan kateter yang besar untuk akses melalui IV(Sheehy, 2018, pp.
75–76).
Terapi Farmakologi :

Obat yang sangat sering digunakan untuk resusitasi henti jantung dan napas
yaitu seperti :

1) Efinefrin,1 mg diberikan melalui IV diberikan 3-5 menit selama henti


jantung dan napas pada pasien yang dewasa.

2) Vasopresin, 40 unit diberikan melalui IV .

3) Amiodaron, 300 mg diberikan melalui IV dan dosis selanjutnaya sebanyak


150 mg. (Sheehy, 2018, p. 77)

F. Pemeriksaan Diagnostik

1) CT scan atau MRI

Yaitu dapat digunakan untuk mengidentifikasi efusi perikardium.

2) Sinar X

Untuk menunjukan mediastinum yang sedikit melebar dan jantung yang


membesar.

3) Dan EKG (Tscheschlog Ann Beverly & and Amy, 2015, p. 180).
DAFTAR PUSTAKA

Irianti, D. N. et al. (2018) ‘Henti Jantung Intra Operatif Intra-operative cardiac arrest’,
7, pp. 217–221.

Lumbantoruan, P. (2015) BTCLS & Disaster Management. Tanggerang selatan: YPIKI.

Muthmainah (2019) ‘Hubungan Tingkat Pengetahuan Awam Khusus Tentang Bantuan


Hidup Dasar Berdasarkan Kerakteristik usia di RSUD X Hulu Sungai Selatan’,
2(2), pp. 31–35.

Rizki, P. and Cahyani, N. (2017) ‘Tatalaksana Henti Jantung di Lapangan Permainan’,


13, pp. 139–151.

Sheehy (2018) Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana. Singapore: Elsevier.

Tscheschlog Ann Beverly & and Amy, J. (2015) Emergensi Nursing made Incredibly
Easy. singapore: Wolters Kluwer.

Anda mungkin juga menyukai