3
KELOMPOK 1.1
Anggota Kelompok:
1. Lugino (114170035)
2. Adhitya Abdurrahman Wahid (119170001)
3. Cici Kardia (119170033)
4. Devi Nur Jihan Kamilah (119170035)
5. Ilham Fadillah (119170075)
6. Inmaylady Kenya Pudantya (119170077)
7. Pinka Kirana Sofyan (119170139)
8. Riska Rahmasari (119170155)
Skenario
A. IDENTITAS PASIEN
No. MR : 10018005
Nama : Ny. W
Diagnosa :
Ny. W 42 tahun, datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD di Cirebon dengan keluhan utama
gatal,terasa panas pada kedua siku lengan, leher,lutut, dan tungkai kakinya.. Ny. W mengatakan bahwa
awalnya ada gatal pada siku dan semakin lama semakin melebar hingga pada beberapa bagian tubuhnya.
Rasa gatal tersebut terjadi dari 10 hari sebelum memeriksakan diri ke poliklinik kulit dan kelamin.
Sehingga pasien selalu menggaruk dan menimbulkan warna kemerahan sampai menjadi hitam . Gatal pada
kulit hilang timbul, dan akan muncul keluhan setelah berkeringat atau mengkonsumsi telor . Dalam
beberapa hari terakhir Ny. W menggunakan salep kulit Betammetason yang dibelinya sendiri dari apotek
dekat rumahnya. Namun keluhan tidak membaik bahkan semakin terasa gatal dan panas pada lukanya.
Tanda Vital dan Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan Lab
Tanda Vital
TANGGAL
Parameter Nilai normal
6/7/21
Tanggal
Parameter Satuan Hb 12-14gr/dl 10,8
6/7/21
AL P : 5-10 18,6
AE 4,0-5,0
Nadi x/mnt 86
HMT 35%-45% 33,3
RR x/mnt 22
3,5-5.0/35-
Albumin 3
T O
C 37.2 50gr/l
Na 135-145 135.3
K 3,5-5,0 4,24
Cl 94-111 97,9
Non farmako
-Penanggulangan stress
Gol ACE-I
Lisinopril 10 mg/hari
Non farmako
Obat tidak boleh diganti tanpa persetujuan Dokter
Dermatitis atopik
Definisi Dermatitis atopik (DA)
Dermatitis atopik (DA) merupakan peradangan kulit yang bersifat kronis
berulang, disertai rasa gatal, timbul pada tempat predileksi tertentu dan berhubungan
dengan penyakit atopi lainnya, misalnya rinitis alergi dan asma bronkial. Kelainan
dapat terjadi pada semua usia, merupakan salah satu penyakit tersering pada bayi dan
anak, sebanyak 45% terjadi pada 6 bulan. pertama kehidupan
Etiologi
Etiologi dermatitis atopik (DA) masih belum diketahui secara pasti, namun diduga
berkaitan dengan reaksi alergi yang dapat disebabkan oleh adanya mutasi genetik dan
reaksi hipersensitifitas terhadap alergen tertentu
Faktor resiko
Ada banyak faktor yang meningkatkan risiko terkena dermatitis atopik, yaitu:
Riwayat pribadi atau keluarga terhadap eksim, alergi, asma.
Mengalami dermatitis kontak yang biasanya dialami oleh pekerja medis. Dan lebih
banyak dialami oleh perempuan.
Patofisiologi
Berbagai faktor yang kemungkinan berperan dalam patogenesis dermatitis atopik antara lain:
Faktor genetik,
Gangguan sawar kulit
Sistem kekebalan.
Pruritus.
Faktor genetik
• Gen FLG atau filagrine gene merupakan gen yang menyandi protein filaggrin untuk
kelembapan kulit. Pada pasien DA, dapat ditemukan mutasi atau defek dari gen
FLG (filaggrin gene). 1
• Filaggrin sangat penting untuk regulasi homeostasis epidermis. Di dalam stratum
korneum , monomer filaggrin dapat dimasukkan ke dalam amplop lipid, yang
bertanggung jawab atas fungsi sawar kulit. Atau, protein ini dapat berinteraksi
dengan filamen intermediet keratin . Filaggrin mengalami pemrosesan lebih lanjut
di stratum korneum atas untuk melepaskan asam amino bebas yang membantu
dalam retensi air.
• Beberapa penelitian mengaitkan peran penting filaggrin dalam mempertahankan pH
asam fisiologis kulit, melalui mekanisme pemecahan untuk membentuk histidin dan
selanjutnya asam transurokonat, namun yang lain telah menunjukkan bahwa
kaskade asam filaggrin-histidine-urocanic tidak penting untuk pengasaman kulit. 1
• Defek genetik dari FLG akan mengganggu epidermis sehingga meningkatkan
kontak sel imun di dermis dengan antigen dari lingkungan eksternal. Proses ini
menyebabkan rasa gatal yang kuat sehingga pasien menggaruk yang akan
menyebabkan gangguan dan inflamasi pada pembatas kulit epidermal, kondisi ini
dideskripsikan sebagai itchscracth cycle
Disfungsi sawar kulit
Kulit memiliki berbagai fungsi, salah satunya menjaga tubuh dari adanya alergen yang dapat
menimbulkan respon imun dan inflamasi. Dalam hal ini, stratum korneum sebagai lapisan kulit
paling luar, merupakan pertahanan paling awal dan utama pada kulit. Ketiga komponen lipid utama
pada stratum korneum yaitu
seramid (50%),
asam lemak bebas (10–20%),
kolesterol (25%),
Adanya disfungsi sawar kulit menimbulkan suatu hipotesis yang dikenal dengan sebutan “inside-
outside” dan “outside-inside”.7 Dari suatu penelitian dengan menggunakan metode biofisik,
didapatkan peningkatan transepidermal water loss (TEWL) sebanyak dua kali lipat pada kulit tanpa
lesi, dan empat kali lipat peningkatan TEWL pada kulit yang mengalami lesi, dibandingkan dengan
kontrol yang normal.
Adanya gangguan sawar kulit pada DA mendasari penyakit ini. Gangguan sawar kulit pada DA
menyebabkan mudahnya penetrasi alergen yang menimbulkan inflamasi dan respons imunologis,
selain itu penderita DA juga mudah terinfeksi patogen, yang tersering adalah Staphylococcus aureus
Penyebab abnormalitas sawar kulit pada DA antara lain adalah:
1) Penurunan komposisi lipid khususnya ceramide, di mana ceramide merupakan komposisi terbanyak
pada lipid ekstraselular stratum korneum (50%);
2) Defek filaggrin (FLG). FLG merupakan substansi protein yang penting dalam pembentukan natural
moisturizing factor (NMF), yang berfungsi mencegah transepidermal water loss (TEWL);
3) Defek involucrin, involucrin merupakan struktur protein yang terikat dengan lipid kemudian
berperan dalam pembentukan comeocyte envelope (CE). CE ini juga berperan dalam mencegah
TEWL;
4) Penurunan essential fatty acid (EFA). EFA berperan dalam pembentukan acylceramide, sehingga
adanya penurunan EFA menyebabkan penurunan pembentukan ceramide/acylceramide;
5) Perubahan pH pada DA yang meningkat. pH kulit normal adalah asam, dan keasaman ini yang
melindungi sawar kulit dari patogen maupun virus. Pada DA peningkatan pH menyebabkan
peningkatan aktivitas degradasi korneodesmosom, proses pembentukan ceramide yang terganggu,
dan mudahnya terjadi kolonisasi Staphylococcus aureus pada kulit DA yang mengalami lesi
Faktor imunologi
Fase akut, awal
1. Ketika allergen masuk melalui defek pada kulit.
2. Sel Langerhans (APC) akan menuju ke sel T naif dan di sana antigen diproses
menggunakan Major Histocompatibility Complex (MHC) II dan dipresentasikan
untuk mengaktifkan sel T naïve. dan makrofag. Untuk menentukan Sel T helper
menjadi sel Th1 atau Th2.
▫ Sel Th1 dipicu oleh interleukin (IL)-12 yang disekresi oleh makrofag dan sel dendritik. Sel Th1
memproduksi sitokin IFN-γ, TNF-α, IL-2 dan IL-17
▫ Sel Th2 dipicu oleh IL-10 dan Prostaglandin (PG) E. sel Th2 9 memproduksi IL-3, IL-4, IL-5, IL-6,
IL-10 dan IL-13. IL-4, IL-5 dan IL-13 menyebabkan peningkatan level IgE dan eosinofil serta
menginduksi molekul adesi yang terlibat pada migrasi sel inflamasi ke lesi kulit.
3. Kemudian igE akan diikat oleh sel yang punya reseptor untuk IgE seperti sel mast,
basophil dan eusinofil.
4. Lalu, sel mast akan mengalami degranulasi dan mengeluaran mediator inflamasi.
Dalam hal ini histamin yang terbanyak dan menyebabkan gatal pada kulit.
• Fase cepat second exacerbation.
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga
hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya
seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin,
defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na 10 dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang
meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia. 3,4
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya
diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,
hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing, feokromositoma, koartasio aorta,
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain.
Faktor resiko
• Faktor resiko
1. Usia Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Pada laki-laki
meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita meningkat pada usia
lebih dari 55 tahun.
2. Ras/etnik Hipertensi bisa mengenai siapa saja. Bagaimanapun, biasa sering muncul
pada etnik Afrika Amerika dewasa daripada Kaukasia atau Amerika Hispanik.
3. Jenis Kelamin Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi
daripada wanita.
• Kebiasaan Gaya Hidup tidak Sehat Gaya hidup tidak sehat yang dapat meningkatkan
hipertensi, antara lain minum minuman beralkohol, kurang berolahraga, dan merokok
Patofisiologi
Tekanan darah = curah jantung x resistensi perifer
Curah jantung :
Tapi hormone NP ini bekerja hanya jika ada K, Ca dan Mg, oleh karnanya
penderita Hipertensi disarankan mengonsumsi asupan kaya K, Ca, dan Mg.
• Resistensi perifer
• Interaksi Obat
Pemberian bersama inhibitor CYP3A4 yang diketahui pada pasien dengan penyakit
luas dan/atau eritroderma harus dilakukan dengan hati-hati. Beberapa contoh obat
tersebut adalah eritromisin, itrakonazol, ketokonazol, flukonazol, penghambat saluran
kalsium dan simetidin.
• Efek samping :
Kardiovaskuler,SSP,dermatologis,endokrin dan
metabolisme,gastrointestinal,genitourinari
• Dosis
Digunakan 2x sehari dioleskan tipis
Walaupun jarang terjadi, ada beberapa • Xerosis, gatal dan panas dikulit.
efek samping yang bisa terjadi setelah
penggunaan petrolatum, yaitu:
Kulit memerah
Kulit berair
Gejala infeksi kulit
Hubungan dengan umur Aturan pakai dan dosis
Farmakodinamik
Mupirocin bekerja menghambat sintesis protein dengan
berikatan pada enzim bakteri isoleucyl tRNA synthase.
Penghambatan enzim tersebut menyebabkan tidak terjadinya
transfer RNA isoleusin serta penghentian sintesis RNA dan
protein bakteri. Hasil akhir yang diharapkan adalah
terhambatnya pertumbuhan bakteri.
CETIRIZINE
Dasar pemilihan obat:
Pasien sering menggaruk di saat tidur sehingga dengan efek sedasi antihistamin pasien
terhindar dari lesi kulit akibat garukan yang justru akan memperberat kondisi DAnya.
Mekanisme kerja
Cetirizine adalah antagonis reseptor H1 histamin perifer yang bekerja cepat dan sangat
selektif. Reseptor H1 yang dihambat oleh cetirizine terutama pada sel otot polos
pernapasan, sel endotel vaskular, sel imun, dan saluran cerna. Tidak seperti
antihistamin generasi pertama seperti diphenhydramine dan doxylamine, cetirizine
tidak melewati sawar darah otak untuk sebagian besar, menghindari neuron dari
sistem saraf pusat. Akibatnya, cetirizine menghasilkan sedasi minimal dibandingkan
dengan banyak antihistamin generasi pertama
Indikasi
Cetirizine adalah obat yang disetujui FDA untuk menghilangkan dan pengobatan
rinitis alergi dan urtikaria kronis
Kontra indikasi
• Hipersensitivitas terhadap cetirizine hidroklorida atau bahan-bahannya, levocetirizine,
atau hydroxyzine1
Perhatian
• Hindari alkohol, obat penenang, dan obat penenang, karena peningkatan risiko kantuk
• Dapat menyebabkan depresi SSP; hindari aktivitas yang membutuhkan kewaspadaan
mental sampai terbiasa dengan pengobatan Gunakan hati-hati pada gangguan hati dan
ginjal Orang tua mungkin lebih sensitif terhadap efek samping 1
• Peringatan pada pengguna obat ini untuk tidak mengemudikan kendaraan, atau
mengoperasikan mesin karena risiko efek samping sedasi.
• CCB tidak boleh diberikan kepada penderita gagal jantung (sering disebut
gagal jantung kongestif)5
• Hindari penggunaan pada pasien yang memiliki indikasi:
• Sindrom sinus derajat II atau III
LANJUTAN KONTRA INDIKASI
- Bradikardi
- Serangan jantung
- Kongesti paru
- Hipotensi berat
- Syok kardiogenik
- Sindrom wolff-parkinson-white
- Takikardi
160mg/5mL
Dosis
- Kekuatan reguler : 325-650 mg PO/PR setiap 4 jam
PRN ; tidak melebihi 3250 mg/hari ; di bawah
pengawasan professional Kesehatan,dosis harian hingga
4 g/hari dapat digunakan.
-Kekuatan Ekstra : 1000 mg PO q6-8hr PRN; tidak
melebihi 3000 mg/hari ; di bawah pengawasan
professional Kesehatan,dosis harian hingga 4 g/hari
dapat digunakan
Kekuatan reguler : 325-650 mg PO/PR setiap 4 jam PRN ; tidak melebihi 3250 mg/hari ; di bawah pengawasan professional Kesehatan,dosis harian hingga 4 g/hari dapat digunakan.
Kekuatan Ekstra : 1000 mg PO q6-8hr PRN; tidak melebihi 3000 mg/hari ; di bawah pengawasan professional Kesehatan,dosis harian hingga 4 g/hari dapat digunakan